PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2012).
seperti status wanita dan pendidikan. Masalah tersebut juga diperbaiki sejak awal.
Tetapi kurang realistis apabila mengharapkan perubahan drastis dalam waktu yang
singkat. Tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia wanita pada saat
49 tahun, telah ada peningkatan. Namun umur kawin yang pertama menunjukkan
angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun median umur kawin di pedesaan 18,3
seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, dan IUD, terutama
1
yaitu 35,3%, pil yaitu 30,5%, IUD yaitu 15,2% sedangkan implant di bawah
10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7% (Safrina, 2013).
keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal.
manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia
lanjut. Salah satu alat kontrasepsi yang digalakkan pemerintah untuk metode
keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu
(susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB
memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman
(Manuaba, 2012).
2
Meskipun program KB Implant dinyatakan cukup berhasil di Indonesia,
namun dalam pelaksanaannya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-
hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur
(PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor
Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB,
Informasi Edukasi (KIE) dan hambatan budaya. Dari hasil SDKI (2010). Diketahui
banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak memakai kontrasepsi
adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain yang banyak
disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek
samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan
kesetaraan ber KB, pertahun angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk
Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar 255,5 juta. Terkait program KB nasional
ber KB berdasarkan SDKI, tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang
ada naik menjadi 65,97%. Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 turun
3
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Kependudukan Keluarga
jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 235.677 orang dengan jumlah akseptor
(3,0%). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah akseptor KB aktif 169.773. Dengan
KB Implant 7.121 orang (4,2%). Sedangkan pada tahun 2015 jumlah akseptor KB
aktif 221.259 orang (81,10%). Dengan KB Implant 20,668 orang (7,5%) akseptor
(Suparyanto. 2011).
Tabel 1.1
Jumlah Akseptor KB Implant dari tahun 2013-2015
Di BKKBN Provinsi Bangka Belitung. Tahun 2015
Tahun
NO Jenis Alkon
2013 % 2014 % 2015 %
4
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka di Puskesmas Riau Silip
tahun 2013 jumlah akseptor KB implant mencapai 35 akseptor, sedangkan pada tahun
Tabel 1.2
Data Dinas Kesehatan aseptor KB Implant Kabupaten Bangka
tahun 2013 – 2015
Berdasarkan data dari Puskesmas Riau Silip tahun 2013 terdapat jumlah
akseptor KB aktif sebanyak 2.639 orang yaitu dengan metode kontrasepsi implant
5
35 akseptor (1.03%). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah akseptor KB aktif
akseptor (1.39%), dan pada tahun 2015 mengalami penurunan dengan jumlah
akseptor KB aktif sebanyak 1536 orang yaitu dengan metode kontrasepsi implant
Tabel 1.3
Cakupan Akseptor KB Implant Di Wilayah Puskesmas Riau Silip Pada
Tahun 2015
TOTAL 42 100
menggunakan pil, suntikan, dan kondom. Namun pada akhir-akhir ini akseptor
6
Panjang, diantaranya IUD, Implant, MOW, dan MOP. Metode ini lebih ditekankan
karena metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dianggap lebih efektif dan
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang
Riau Silip Tahun 2016. Tahapan kurang waktu 3 tahun terakhir terjadi fluktuasi
belum diketahuinya.
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
7
b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan penggunaan alat
E. Manfaat Penelitian
Keluarga Berencana.
kontrasepsi Implant.
kontrasepsi Implant.
3. Bagi Penulis
a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Studi Diploma III
8
F. Ruang Lingkup
Silip tanggal 3-10 juni tahun 2016, dengan populasi penelitiannya adalah PUS
yang berdomisili di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016 yang berjumlah
1.536 orang, sedangkan yang menjadi sampel kasus adalah akseptor KB implant
kasus. Sehingga perbandingan 1:2 sampel dalam penelitian ini sebanyak 126
implant di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016. Penelitian ini
observasi dengan alat ukur berupa kuesioner. Jenis data yang diperoleh terdiri dari
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Keluarga Berencana
3. Kontrasepsi
itu dapat berupa sifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
(Prawirohardjo, 2011).
10
B. Macam – Macam Alat Kontrasepsi
a. Metode Alamiah
1) Metode Kalender
11
5) Coitus Interuptus (Senggama Terputus)
a. Kondom
Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks atau karet, plastik atau vinil atau bahan
alami atau produksi hewani yang dipasang pada penis (kondom pria)
b. Spermisida
c. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
menutup serviks.
Kap serviks adalah suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks
saja.
12
3. Kontrasepsi Hormonal
a. Kotrasepsi Pil
progesteron.
2) Pil Progestin
c. Kontrasepsi Implant
lengan atas.
IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang
sangat efektif, reveribel, dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
e. Kontrasepsi Mantap
13
2) Kontrasepsi mantap pada pria
2010).
implant ini kemudian dimasukkan kedalam kulit dibagian lengan atas. Hormon
dalam implant dilepaskan perlahan ke dalam aliran darah, pada tingkat stabil
dari ovarium). Perubahan lendir servik menjadi kental, lendir yang dibuat oleh
leher rahim yang membentuk plug lendir di leher rahim. Membuat dinding
2011).
14
3. Macam-macam Implant
(Handayani, 2010).
5. Kelebihan Implant
jangka waktu tertentu. Sama seperti alat kontrasepsi suntikan dapat digunakan
oleh wanita yang menyusui. Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai
(Prawiroharjo, 2011).
15
6. Kekurangan Implant
seksual, dapat menyebakan kenaikan berat badan pada beberapa wanita, insersi
dan pengeluaran harus dikerjakan oleh tenaga ahli, lebih mahal, petugas medis
harus memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pelepasan implant
(Prawiroharjo, 2011).
a. Pola perubahan siklus haid yang terjadi kira - kira 60% akseptor dalam tahun
(spotting)
8. Indikasi
kebanyakan wanita. Tetapi implant mungkin bukan metode yang tepat untuk
dengan faktor risiko tertentu selama mereka tetap berada dibawah pengawasan
16
9. Efektifitas Implant
Kurang dari 1 wanita dari 100 yang menggunakan metode kontrasepsi ini
akan menjadi hamil setiap tahunnya. Angka kegagalan implant < 1 per 100
setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6 kira - kira 2,5% sampai 3% akseptor
Implant
1. Pengetahuan
a. Tahu (Know)
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
17
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
b. Memahami (Comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
c. Aplikasi (Aplication)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
18
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
f. Evaluasi (Evaluation)
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu
kriteria - kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara ibu
menafsirkan sebab - sebab ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
yang ingin kita ukur atau kita ketahui yang dapat kita sesuaikan dengan
19
pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu :
dengan benar diberi nilai 1, sedangkan untuk setiap item pertanyaan yang
berikut :
P = a/b x 100%
Keterangan :
Arikunto, 2011
20
2. Pendidikan
pola hidup terutama dalam motivasi untuk siap berperan serta dalam
pendidikan nasional tahun 2013 yaitu : SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi
yang lebih tinggi diharapkan akseptor lebih memakai kontrasepsi yang efektif
21
mengakibatkan pengetahuan tentang implan tidak banyak sehingga pemakaian
3. Dukungan Suami
suami. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga
Metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa dukungan suami dan
saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama
memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerja sama dalam pemakaian,
kontrasepsi meliputi:
c. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak
memuaskan.
berkala.
(Suparyanto, 2011).
22
4. Umur
sampai dengan saat ini. Umur mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat
kontrasepsi. Dari umur dapat ditentukan fase - fase. Umur kurang dari 20 tahun
lebih dari 30 tahun fase mengakhiri kesuburan dan disini dianjurkan pada
fungsi komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur
5. Pendapatan
23
tinggi jika ≥ Rp.1.906.000,- per bulan dan rendah jika < Rp.1.906.000,- per
yang tinggi dan tentu membawa dampak positif bagi keluarga ( syaifudin,
2011).
2014 adalah pendapatan tinggi jika ≥ Rp.1.906.000,- perbulan dan rendah jika <
6. Sosial Budaya
itu, ada budaya dalam masyarakat yang mempunyai keyakinan banyak anak
banyak rezeki, sehingga kadang ibu memilih untuk tidak memakai alat
24
E. Kerangka Teori
Kerangka teori ini mengacu pada teori Saifuddin 2011, faktor yang
berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepi implant dipengaruhi oleh
beberapa faktor dibawah ini :
Faktor predisposesi :
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
Pemakaian Alat
Kontrasepsi
Implant
Faktor pendorong :
1. Dukungan Suami
2. Pendapatan
3. Sosial Budaya
Sumber : Saifuddin, 2011
Gambar 2.1
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian
Alat Kontrasepsi Implant
25
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian - penelitian yang akan
kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri variabel dependen dan variabel
independen. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep yang
1. Pengetahuan
Pemakaian Alat
2. Pendidikan
Kontrasepsi
3. Dukungan Suami
Implant
4. Pendapatan
5. Sosial Budaya
Gambar 3.1
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016.
26
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
27
Variabel
Independen
28
4 . Dukungan Dukungan Kuesioner Wawancara 1.Mendukung Nominal
Suami yang diberikan jika suami
oleh suami mendukung
terhadap istri dalam
responden pemakaian
untuk alkon
implant
memakai
alkon Implant
(Sarwono, 2 .Tidak
2011) mendukug,
jika suami
tidak
mendukug
istri dalam
pemakaian
alkon
implant.
(Sarwono,
2011)
29
6. Sosial Sebagaian Kuesioner Wawancara 1. Percaya, Nominal
Budaya besar jika KB
masyarakat Implant
aspek budaya akan
dari mengakiba
pemakaian tkan
alkon berperan kegemuka
kuat terhaadap n dan
perilaku tidak
memilih menstruasi
kontrasepsi
(Mohammad, 2. Tidak
2012) Percaya,
jika KB
Implant
akan
mengakibat
kan
kegemukan
dan tidak
menstruasi
(Mohamma
d, 2012)
30
C. Hipotesis Penelitian
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
membandingkan antara kelompok kasus yaitu PUS yang memakai alat kontrasepsi
implant dan kelompok kontrol yaitu PUS yang tidak memakai alat kontrasepsi
implant. Alasan disebut retrospektif adalah pengumpulan data dimulai dari efek
atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebab atau
1. Tempat penelitian
2. Waktu Penelitian
32
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur (PUS), 20 - 30
tahun di Wilayah Puskesmas Riau Silip Kabupaten Bangka Tahun 2015 yang
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
dalam penelitian ini adalah sebagaian dari populasi dan dianggap mewakil
(P1-P2)2s
Keterangan :
N = Besar Sampel
33
Z² 1-α/2 = Statistik Z pada distribusi normal standar pada tingkat
80% = 0,84
P1 = ( OR ) P²
( OR ) P² + ( 1-P²)
P1 = (2,82),0,5
(2,82).0,5 + 1- 0,5
P1 = 1,41
1,41 + 0,5
P1 = 1,41
1,91
P1 = 0,73
(P1-P2)2
(P1-P2)2
34
n = {1,96√[2.0,5(1-0,5)] + 0,84 √[0,73(1-0,73)] + 0,5 (1-0,5)]2
(0,73-0,5)2
(0,23)2
0,0529
n = {1,385 + 0,3696
0,0529
n= 1,7546
0,0529
sampel kasus yang diambil adalah total kasus sehingga sampel dalam penelitian ini
diambil dari semua penggunaan KB implant yaitu 42 orang dan kontrol sebesar 93
35
yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang
D. Pengumpulan data
1. Sumber Data
Adapun pengambilan data diperoleh dari:
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap responden
b. Data Sekunder
Yaitu data umum yang mendukung penulisan ini. Data diperoleh dari
36
(responden), atau bercakap - cakap berhadapan muka dengan orang
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrument ini dapat berupa
metode wawancara.
E. Pengolahan Data
responden dengan lengkap dan jelas, sesuai, konsisten dan relevan. Bila
37
2. Coding Data (Pengkodean)
Adalah proses pemberian Kode pada jawaban Kuesioner yang telah
diedit tersebut untuk mempermudah dalam proses entry data yang dapat
2012).
F. Analisa Data
Analisa univariat dilakukan secara bertahap yaitu analisa univariat dan
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsi tiap
variabel yang diteliti sesuai dengan jenis data masing-masing dengan angka
38
2. Analisa Bivariat
Case Control maka digunakan uji statistic ”Chi Square”. Uji ini untuk
sehingga jika p value ≤ 0,05 maka hasil hitungan statistic bermakna. Jika p
variabel terikat.
Keterangan :
X² : “Chi Square”
O : Frekuensi Observasi
E : Frekuensi Harapan
39
Keterbasan uji Chi Square adalah :
1. Tidak boleh ada nilai harapan (E) < 1.
2. Tidak boleh ada nlai harapan (E) < 5, melebihi 20% tabel 2x2.
Bila kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka uji coba Chi Square
3. Odds Ratio
variabel independen dan dependen karena desain penelitian ini adalah Kasus
variabel yang diteliti adalah suatu nilai Estimasi hubungan antara kejadian
Expose (+)
Kasus
Expose (-)
Expose (+)
Control
Expos
40
Tabel 4.1
Cara Menghitung Odds Ratio
41
Keterangan :
a. Bila OR makin besar dan nilai batas bawah interval kepercayaan diatas 1 dapat
dikatakan makin kuat dugaan bahwa suatu pajanan merupakan faktor risiko
b. Bila OR mendekati atau sama dengan 1, pajanan secara statistik makin tidak
c. Bila nilai OR makin kecil dari 1 ( makin mendekati 0) dan semua nilai interval
42
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Kondisi Geografi
dan Laut Cina Selatan di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan laut
rata 1.009,9 MBS. Jarak yang paling jauh dari desa ke Kecamatan Riau Silip
43
Tabel 5.2
Jarak dari Desa ke Puskesmas Riau Silip.
1. RIAU 1
2. SILIP 4
3. PUGUL 7
4. MAPUR 20
5. CIT 15
6. DENIANG 26
7. PANGKAL NIUR 22
8. BANYUASIN 20
9. BERBURA 16
44
b.Kondisi Demografi
tabel 5.3
Luas wilayah, Jumlah desa/kelurahan, Jumlah penduduk dan kepadatan
Penduduk menurut Kecamatan Riau Silip Tahun 2015
NO DESA LUAS
(km2)
Pada tahun 2015 ada 9 desa dan 24 dusun di seluruh Kecamatan Riau Silip.
Penduduk Kecamatan Riau Silip pada tahun 2013 berjumlah 25.724 jiwa. Desa yang
paling banyak penduduknya adalah Cit dengan jumlah penduduk 4.824 jiwa
sedangkan yang paling sedikit adalah desa Berbura dengan Banyuasin dengan jumlah
45
Tabel 5.4
Jumlah penduduk berdasarka jenis kelamin laki-laki dan perempuan di
Puskesmas Riau Silip tahun 2015
M
NO KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK
penduduk yang paling besar menurut golongan umur terdapat pada usia
46
2. Profil Puskesmas Riau Silip
Berlokasi di Jalan Raya Belinyu, Desa Riau, Kecamatan Riau Silip,
Puskemas ini dibangun sejak tahun 1987. Saat ini dipimpin oleh Usman,
SKM. Sumber listrik Puskesmas berasal dari PLN. Sumber air bersih berupa
sumur.
Senin sampai Sabtu dimulai pukul 08.00–14.00 WIB, kecuali pada hari Jumat
Jumlah Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Riau Silip ada
Tenaga kader kesehatan berjumlah 110 orang. Dukun bayi terlatih berjumlah
lingkungannya.
47
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan.
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
alat kontrasepsi implant. Hasil dari tiap variabel ini akan disajikan dalam
48
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Akseptor Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
b. Pengetahuan
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pengetahuan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
49
Dari tabel 5.5 diatas dari 126 Responden dengan ibu yang
c. Pendidikan
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pendidikan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
d. Dukungan Suami
mendukung.
50
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Alat Kontrasepsi Berdasarkan Dukungan
Suami Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
e. Pendapatan
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pendapatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
pendapatan tinggi.
51
f. Sosial Budaya
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Alat Kontrasepsi Berdasarkan Sosial Budaya
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
tidak percaya.
2. Analisa Bivariat
benar < 75%) dan tinggi (jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan
benar ≥ 75%) yang di uji dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95%
52
Tabel 5.11
Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Alat Kontrasepsi Impant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,049 < α (0,05)
rendah diperoleh nilai OR = 2,280 (95% CI: 1,072 – 4,850). Artinya Ibu
dengan pengetahuan tinggi lebih besar beresiko 2.280 kali menggunakan alat
kategori yaitu tinggi (minimal SMA) dan rendah (maksimal SMP) yang di
53
uji dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5.12
Hubungan Antara Pendidikan Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
OR
Alat Kontrasepsi Implant Nilai (95% CI)
Pendidikan P
Kasus Kontrol
Value
n % n %
Tinggi 23 54,8 29 34,5 2,296
0,047 (1,078-4,889)
Rendah 19 45,2 55 65,5
Jumlah 42 100 84 100
Kontrasepsi Implant Ibu yang pendidikan tinggi pada kasus sebesar (54,8%)
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,047 < α (0,05)
pendidikan rendah lebi besar berisiko 2.296 kali lebih besar untuk tidak
54
c. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Alat Kontrasepsi Implant
dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 5.13
Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Alat Kontrasepsi
Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
(73,8%).
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,001 < α (0,05)
55
Analisa hubungan kasus kontrol dukungan suami mendukung dan
tidak mendukung nilai OR = 3,758 (95% CI: 1,721 – 8,206). Artinya Ibu
dengan yang mendapat dukungan suami lebih beresiko 3.758 kali untuk
yang di uji dengan menggunakan uji Chi Square dan POR (95% CI) dapat
Tabel 5.14
Hubungan Antara Pendapatan Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
keluarga yang tinggi pada kelompok kasus sebesar (35,7%) lebih besar
yang pendapatan rendah pada kelompok kasus sebesar 64,3%) lebih kecil
56
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,369 > α (0,05)
kategori yaitu percaya dan tidak percaya yang di uji dengan menggunakan
uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 5.15
Hubungan Antara Sosial Budaya Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016
Sedangkan Ibu dengan kelompok kasus sosial budaya yang tidak percaya
(57,1%).
57
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,038 < α (0,05)
Analisa hubungan kasus kontrol sosial budaya yang percaya dan tidak
percaya nilai OR = 2,400 (95% CI: 1,117 – 5,157). Artinya Ibu yang
mendapat kepercayaan tinggi lebih beresiko 2,4 kali dapat menggunakan alat
percaya.
B. Pembahasan
1. Keterbatasan Penelitian
a. Penelitian ini disadari masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan akan
pengolahan alisis data. Keterbatasan lain yang mungkin terjadi adalah bias
didapatkan tidak valid. Dalam penelitian ini bias informasi terjadi pada:
58
Jenis penelitian ini menggunakan “Case Control” atau disebut juga
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,049 < α (0,05)
lanjut untuk melihat besarnya resiko, diperoleh nilai OR = 2,280 (95% CI:
1,072 – 4,850) artinya Ibu dengan pengetahuan tinggi lebih beresiko 2.280 kali
berpengetahuan rendah.
59
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dan ini setelah orang
kontrasepsi apa yang sesuai dengan umurnya, yang cocok untuk kondisi
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,047 < α (0,05)
pendidikan ibu dengan alat kontrasepsi implant. Analisa lebih lanjut untuk
melihat besarnya resiko, diperoleh nilai OR = 2,296 (95% CI: 1,078 – 4,889)
yang artinya ibu dengan pendidikan rendah lebih besar 2.296 kali menggunakan
60
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini
mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia
hidup.
pola hidup terutama dalam motivasi untuk siap berperan serta dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erfandi
tersebut maka tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan ibu bisa
tinggi. Hal ini bisa saja karena ibu yang berpendidikan tinggi dapat memegang
61
tinggi diharapkan memiliki wawasan yang lebih baik dan mudah dalam
implant.
didapatkan melalui lingkungan pendidikan formal saja, akan tetapi bisa saja
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,001 < α (0,05)
nilai OR = 3,758 (95% CI: 1,721 – 8,206). Artinya Ibu yang mendapat
dukungan suami lebih beresiko 3.758 kali untuk menggunakan alat kontrasepsi
Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peran serta
suami. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga
62
dari pasangannya (Sarwono,2010) ikatan suami yang kuat sangat membantu
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Hartanto (2012), bahwa ada
tidak dapat digunakan istri tanpa dukungan suami dan saling percaya. Keadaan
ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi
dari alat kontrasepsi implant sangat dirasakan PUS, dimana alat kontrasepsi
tahun). Sehingga tidak perlu lagi mengingat – ingat, tidak perlu takut untuk
hamil, tidak ada efek samping hormonl dan dapat digunakan sampai
menoupose.
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,369 > α (0,05)
menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara
63
Pendapatan adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang.
Andhyani (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
2012)
pendapatan tinggi jika Rp. 1.906.000,- perbulan dan rendah Rp. 1.906.000,-
perbulan.
menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara sosial
64
budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Analisa hubungan kasus
kontrol sosial budaya percaya dan tidak percaya diperoleh nilai OR = 2,400
(95% CI: 1,117 – 5,157). Artinya mereka dengan sosial budaya keluarga yang
aspek budaya dari pemakaian alat kontrasepsi berperan kuat terhadap perilaku
tingkah laku masyarakat menerima budaya itu berdasarkan keyakinan dan tanpa
65
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016.
B. Saran
66
c. Melaksanakan konseling dan pelayanan KB berdasarkan kriteria dan
tentang KB implant, juga masyarakat dapat tertarik dan antusias untuk hadir
terutama dalam hal referensi untuk penelitian, serta dapat digunakan sebagai
Diharapkan peneliti yang lain dapat meneliti variabel - variabel lain yang
belum diteliti seperti faktor tradisi dan faktor - faktor yang lainnya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Data Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Hidayani, Sri. 2010. Metode dan Tehnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. SM : Jakarta.
Kemenkes, RI. 2012. Panduan Buku Klinis Program Keluarga Berencana. Jakarta.
68
Puskesmas Riau Silip. 2013-2015. Data KB Puskesmas Riau Silip Tahun 2013-2015.
Riau Silip.
Uliyah, Mar’atul. 2010. Panduan Aman Dan Sehat Memilih Alat KB. Insania :
Yogyakarta.
Healthzone. 2012. Komunikasi Dalam Pengetahuan. Jakarta.
Henny. 2012. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu PUS Akseptor Kontrasespi Non
Hormonal dan Kontrasepsi Hormonal di Desa Telaga Sari Kecamatan
Tanjung Morawa Tahun 2009. Program DIV Kebidanan di Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara.
Alimul. 2012. Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisis Data. Salemba Medika :
Jakarta.
Arum, Diah Setya Noviawati dan Sujiyati. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini. Nuha Medika : Yogyakarta.
69
Saifudin, Abdul Bari. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi . YBPSP :
Jakarta
Sarwono. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi
terhadap Dukungan Suami 2011. Jakarta
70
KUESIONER PENELITIAN
A. DATA UMUM
1. Kode Responden :
2. Tanggal Wawancara :
3. Alamat Responden :
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
C. PENGETAHUAN
a. Keluarga Berencana
71
b. Keluarga Besar
c. Kelompok Belajar
a. Aman dipakai
c. Harganya mahal
c. Harganya mahal
a. 3 - 5 tahun
b. 7 tahun
c. 10 tahun
72
a. Lengan kiri atas
c. Disuntik dibokong
10. Apakah ibu tahu siapa saja yang boleh menggunakan alat kontrasepsi
implant?
D. PENDIDIKAN
a. Tidak sekolah
b. SD / sederajat
c. SMP / sederajat
d. SMU / sederajat
E. DUKUNGAN SUAMI
implant ?
a. Boleh
b. Tidak boleh
2. Apakah suami ibu ikut serta dalam menentukan alat kontrasepsi yang ibu
gunakan ?
a. Ya
73
b. Tidak
a. Pernah
b. Tidak pernah
a. Senang
b. Tidak senang
a. Membiayai
b. Tidak membiayai
F. STATUS EKONOMI
a. Ya
b. Tidak
a. PNS
b. Pegawai swasta
74
5. Apakah penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam 1
bulan?
a. Cukup
b. Tidak Cukup
G. SOSIAL BUDAYA
Implant?
a. Boleh
b. Tidak Boleh
Implant?
a. Ya
b. Tidak
gemuk?
a. Ya
b. Tidak
a. Ada
b. Tidak ada
a. Lancar
b. Tidak lancar
75
76