Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan alat kontrasepsi

adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

mendapatkan objek - objek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2012).

Di Indonesia masalah kematian ibu adalah masalah yang sangat kompleks

seperti status wanita dan pendidikan. Masalah tersebut juga diperbaiki sejak awal.

Tetapi kurang realistis apabila mengharapkan perubahan drastis dalam waktu yang

singkat. Tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia wanita pada saat

perkawinan pertama. Secara nasional, meskipun usia kawin pertama umum 25 -

49 tahun, telah ada peningkatan. Namun umur kawin yang pertama menunjukkan

angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun median umur kawin di pedesaan 18,3

tahun dan di perkotaan 20,3 tahun (Kemenkes RI, 2012).

Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi implant di

seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, dan IUD, terutama

di negara-negara berkembang. Persentase pengguna alat kontrasepsi suntik

1
yaitu 35,3%, pil yaitu 30,5%, IUD yaitu 15,2% sedangkan implant di bawah

10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7% (Safrina, 2013).

Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh

wilayah nusantara. Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah

mempunyai visi dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan

keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah

keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal.

berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan

dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan,

Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi,

meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak - hak reproduksi

dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan

dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya

manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia

lanjut. Salah satu alat kontrasepsi yang digalakkan pemerintah untuk metode

kontrasepsi jangka panjang adalah implant (Hartanto, 2012).

Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan

keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu

bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk

kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Pemasangan norplant

(susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB

memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman

(Manuaba, 2012).

2
Meskipun program KB Implant dinyatakan cukup berhasil di Indonesia,

namun dalam pelaksanaannya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-

hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur

(PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor

penyebab mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi.

Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB,

segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun Komunikasi

Informasi Edukasi (KIE) dan hambatan budaya. Dari hasil SDKI (2010). Diketahui

banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak memakai kontrasepsi

adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain yang banyak

disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek

samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan

kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal (Wiranto 2012).

Pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui

program Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB

maka jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila

kesetaraan ber KB, pertahun angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk

Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar 255,5 juta. Terkait program KB nasional

menurut kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan yaitu kesetaraan

ber KB berdasarkan SDKI, tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang

ada naik menjadi 65,97%. Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 turun

menjadi 2,5. Sedangkan laju pertambahan penduduk menunjukkan angka

penurunan dari 2,86% menjadi 1,17% (Wiknjosastro, 2012).

3
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Kependudukan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2013,

jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 235.677 orang dengan jumlah akseptor

KB aktif sebanyak 16.977 (72.09%) akseptor. Dengan KB Implant 1.441 orang

(3,0%). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah akseptor KB aktif 169.773. Dengan

KB Implant 7.121 orang (4,2%). Sedangkan pada tahun 2015 jumlah akseptor KB

aktif 221.259 orang (81,10%). Dengan KB Implant 20,668 orang (7,5%) akseptor

(Suparyanto. 2011).

Tabel 1.1
Jumlah Akseptor KB Implant dari tahun 2013-2015
Di BKKBN Provinsi Bangka Belitung. Tahun 2015

Tahun
NO Jenis Alkon
2013 % 2014 % 2015 %

1 IUD 885 2,4 3.505 2,1 12.725 4,66

2 Implant 1.441 3.0 7.121 4,2 20.668 7.5

3 Pil 9.440 25,4 56.972 33,6 74.331 27,2

4 Suntik 22.852 61,4 93.767 55,2 99.184 36,3

5 MOP 44 0.1 212 0,1 378 0,13

6 MOW 147 0.4 2.359 1,4 5.399 1,97

7 Kondom 21 1,4 40 1,2 49 1,4

Jumlah 42.384 88,5 36.855 71,4 39.991 73,0

(Sumber : BKKBN Provinsi Bangka Belitung 2015).

4
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka di Puskesmas Riau Silip

tahun 2013 jumlah akseptor KB implant mencapai 35 akseptor, sedangkan pada tahun

2014 menggalami kenaikan dengan jumlah akseptor KB implant sebanyak 47

akseptor, pada tahun 2015 menggalami penurunan akseptor KB implant berjumlah 42

akseptor (Profil Dinas Kabupaten Bangka, 2015)

Tabel 1.2
Data Dinas Kesehatan aseptor KB Implant Kabupaten Bangka
tahun 2013 – 2015

No Nama Puskesmas Akseptor KB Implant Tahun


2013 2014 2015
PKM. Kenanga 155 498 539
1
PKM. Sungailiat 83 140 257
2
PKM. Belinyu 163 195 217
3
PKM. Pemali 271 124 205
4
PKM. Petaling 231 137 190
5
PKM. Batu Rusa 716 119 144
6
PKM. Puding Besar 104 112 121
7
PKM. Sinar Baru 80 79 101
8
PKM. Gunung Muda 60 61 78
9
PKM. Riau Silip 35 47 42
10
PKM. Penagan 55 12 23
11
PKM. Bakam 5 22 22
12
Sumber :Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka 2015

Berdasarkan data dari Puskesmas Riau Silip tahun 2013 terdapat jumlah

akseptor KB aktif sebanyak 2.639 orang yaitu dengan metode kontrasepsi implant

5
35 akseptor (1.03%). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah akseptor KB aktif

menjadi 2.403 orang yaitu dengan metode kontrasepsi implant berjumlah 47

akseptor (1.39%), dan pada tahun 2015 mengalami penurunan dengan jumlah

akseptor KB aktif sebanyak 1536 orang yaitu dengan metode kontrasepsi implant

sebanyak 42 akseptor (1.30%) (Profil Puskesmas Riau Silip, 2015)

Tabel 1.3
Cakupan Akseptor KB Implant Di Wilayah Puskesmas Riau Silip Pada
Tahun 2015

No Nama Desa Jumlah Akseptor KB implant %


1 Riau 13 akseptor 38 %

2 Silip 9 akseptor 21,4 %

3 Cit 6 akseptor 14,2 %

4 Pugul 5 akseptor 11,9 %

5 Pangkal Niur 1 akseptor 2,3 %

6 Banyu Asin 3 akseptor 7,1 %

7 Deniang 2 akseptor 4,7 %

8 Mapur 2 akseptor 4,7 %

9 Berbura 1 akseptor 2,3 %

TOTAL 42 100

Sumber : Profil Data Puskesmas Riau Silip tahun 2015

Pada umum PUS yang telah menjadi akseptor KB lebih banyak

menggunakan pil, suntikan, dan kondom. Namun pada akhir-akhir ini akseptor

lebih dianjurkan untuk menggunakan program Metode Kontrasepsi Jangka

6
Panjang, diantaranya IUD, Implant, MOW, dan MOP. Metode ini lebih ditekankan

karena metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dianggap lebih efektif dan

lebih mantap dibandingkan alat kontrasepsi pil, suntikan, dan kondom.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Penggunaan

Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Puskesmas Riau Silip Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Puskesmas

Riau Silip Tahun 2016. Tahapan kurang waktu 3 tahun terakhir terjadi fluktuasi

terhadap Pemakaian akseptor KB Implant di Wilayah Puskesmas Riau Silip dan

belum diketahuinya.

C. Pertanyaan Penelitian

Apa saja yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemakaian KB

implant di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat

kontrasepsi implant di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

7
b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan penggunaan alat

kontrasepsi implant di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

c. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan Pemakaian alat

kontrasepsi implant di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

d. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan dengan Pemakaian alat

kontrasepsi implant di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

e. Untuk mengetahui hubungan antara sisoal budaya dengan alat kontrasepsi

implant di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Riau Silip

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas untuk mengevaluasi program

Keluarga Berencana.

b. Untuk meningkatkan cakupan program Keluarga Berencana.

2. Bagi Akademi Kebidananan Sungailiat Bangka

a. Sebagai bahan informasi atau tambahan pengetahuan tentang alat

kontrasepsi Implant.

b. Sebagai informasi bagi mahasiswa yang ingin meneliti tentang alat

kontrasepsi Implant.

3. Bagi Penulis

a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Studi Diploma III

Kebidanan di Akademi Kebidanan Sungailiat Bangka.

b. Untuk menerapkan ilmu yang pernah didapatkan selama menempuh

pendidikan di Akademi Kebidanan Sungailiat Bangka.

8
F. Ruang Lingkup

Penelitian ini mengenai Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pemakaian KB Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

dikarenakan masih rendahnya akseptor KB Implant yang Pemakaian alat

kontrasepsi implant. Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Riau

Silip tanggal 3-10 juni tahun 2016, dengan populasi penelitiannya adalah PUS

yang berdomisili di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016 yang berjumlah

1.536 orang, sedangkan yang menjadi sampel kasus adalah akseptor KB implant

yang berdomisili di Wilayah Puskesmas Riau Silip tahun 2016 berjumlah 42

kasus. Sehingga perbandingan 1:2 sampel dalam penelitian ini sebanyak 126

responden. Variabel dependen dalam Penelitian ini adalah penggunaan alat

kontrasepsi implant dengan variabel Independen yaitu pengetahuan, pendidikan,

dukungan suami, dan pendapatan, dengan rendahnya penggunaan alat kontrasepsi

implant di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016. Penelitian ini

menggunakan Desain Penelitian Case Control dengan teknik wawancara dan

observasi dengan alat ukur berupa kuesioner. Jenis data yang diperoleh terdiri dari

data primer dan sekunder.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau

pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2012).

2. Tujuan Program Keluarga Berencana

Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil

yang bahagia dan sejahterah melalui pengendalian kelahiran dan

pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga ( Sri Handayani, 2010)

3. Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya

itu dapat berupa sifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas

(Prawirohardjo, 2011).

10
B. Macam – Macam Alat Kontrasepsi

Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi,

(Handayani, 2010) yaitu:

1. Metode Sederhana Tanpa Alat

a. Metode Alamiah

1) Metode Kalender

Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa

subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan

kontrasepsi pada hari ke 8 - 19 siklus menstruasi.

2) Metode Suhu Basal

Metode suhu basal adalah metode kontrasepsi yang dilakukan dengan

mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu basal, untuk

menentukan masa ovulasi.

3) Metode Lendir Serviks

Metode lendir serviks adalah metode kontrasepsi dengan

menghubungkan pengawasan terhadap perubahan lendir serviks

wanita yang dapat dideteksi di vulva.

4) Metode Symto Thermal

Metode symto thermal adalah metode kontrasepsi yang dilakukan

dengan mengamati perubahan lendir dan perubahan suhu badan tubuh.

11
5) Coitus Interuptus (Senggama Terputus)

Senggama terputus adalah metode kontrasepsi dimana senggama

diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra - vagina. Enjakulasi terjadi jauh

dari genetalia eksternal.

2. Metode Sederhana dengan Alat

a. Kondom

Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari

berbagai bahan diantaranya lateks atau karet, plastik atau vinil atau bahan

alami atau produksi hewani yang dipasang pada penis (kondom pria)

dimasukan pada vagina (kondom wanita) pada saat berhubungan seksual.

b. Spermisida

Spermisida adalah zat - zat kimia yang kerjanya melumpuhkan

spermatozoa didalam vagina sebelum spermatozoa bergerak kedalam

traktus genitalia interna.

c. Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)

yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan

menutup serviks.

d. Kap serviks (Cervical cap)

Kap serviks adalah suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks

saja.

12
3. Kontrasepsi Hormonal

a. Kotrasepsi Pil

1) Pil Oral Kombinasi

Merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis estrogen dan

progesteron.

2) Pil Progestin

Merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis progesteron.

b. Kontrasepsi Suntikan/ Injeksi

Suntikan kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon

sintesis estrogen dan progesteron.

c. Kontrasepsi Implant

Kontrasesi Implant adalah alat kontrasepsi yang diletakkan dibawah kulit

lengan atas.

d. Kontrasepsi Intra Uterine Deviced (IUD)

IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang

sangat efektif, reveribel, dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua

perempuan usia reproduktif.

e. Kontrasepsi Mantap

1) Kontrasepsi mantap pada wanita

Kontarsepsi mantap pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua

saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang

bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi.

13
2) Kontrasepsi mantap pada pria

Merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang

sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi

yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Handayani,

2010).

C. Alat Kontrasepsi implant

1. Pengertian Alat Kontrasepsi Implant

Implant atau susuk merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang

dengan panjang sekitar 4 cm yang didalamnya terdapat hormon progestogen,

implant ini kemudian dimasukkan kedalam kulit dibagian lengan atas. Hormon

tersebut kemudian akan dilapaskan secara perlahan (Prawiroharjo, 2011).

2. Mekanisme Kerja Implant

Implant mencegah kehamilan melalui beberapa cara hormon progestogen

dalam implant dilepaskan perlahan ke dalam aliran darah, pada tingkat stabil

progestogen ini bekerja terutama dengan menghentikan ovulasi (pelepasan telur

dari ovarium). Perubahan lendir servik menjadi kental, lendir yang dibuat oleh

leher rahim yang membentuk plug lendir di leher rahim. Membuat dinding

rahim tipis sehingga menghambat pergerakan spermatozoa untuk membuahi

telur. Menghambat perkembangan siklus dari endometrium (Prawiroharjo,

2011).

14
3. Macam-macam Implant

a. Implant 6 kapsul yang berisi hormone Levonogestrel (daya kerja 5 tahun)

b. Implant 2 batang yang berisi hormone Levonogestrel (daya kerja 3 tahun)

c. Implant 1 batang yang berisi hormone ST - 1435 (daya kerja 2 tahun)

(Handayani, 2010).

4. Kontra Indikasi Implant

a. Kehamilan / diduga hamil

b. Perdarahan traktus genetalia yang tidak diketahui penyebabnya

c. Tromboflebitisaktif atau penyakit trombo emboli

d. Penyakit hati akut

e. Tumor hati jinak atau ganas

f. Karsinoma payudara atau diduga karsinoma payudara

g. Tumor atau neoplasma genekologik

h. Penyakit jantung, hipertensi dan diabetes militus (Prawiroharjo, 2011).

5. Kelebihan Implant

Efektifitas tinggi tidak mengandung estrogen sehingga tidak ada efek

samping yang disebabkan oleh estrogen. Dapat mencegah kehamilan dalam

jangka waktu tertentu. Sama seperti alat kontrasepsi suntikan dapat digunakan

oleh wanita yang menyusui. Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai

sebelum melakukan hubungan seksual serta mencegah terjadinya anemia

(Prawiroharjo, 2011).

15
6. Kekurangan Implant

Sama seperti kekurangan kontrasepsi suntik, implant atau susuk dapat

mempengaruhi siklus menstruasi. Tidak melindungi terhadap penyakit menular

seksual, dapat menyebakan kenaikan berat badan pada beberapa wanita, insersi

dan pengeluaran harus dikerjakan oleh tenaga ahli, lebih mahal, petugas medis

harus memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pelepasan implant

(Prawiroharjo, 2011).

7. Efek Samping Implant

a. Pola perubahan siklus haid yang terjadi kira - kira 60% akseptor dalam tahun

pertama setelah insersi

b. Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus perdarahan bercak

(spotting)

c. Pada sebagian akseptor perdarahan akan berkurang seiring jalannya waktu

d. Perdarahan hebat (jarang terjadi) (Handayani, 2010).

8. Indikasi

Implant adalah pilihan control kelahiran yang aman bagi kesehatan

kebanyakan wanita. Tetapi implant mungkin bukan metode yang tepat untuk

semua orang. Beberapa wanita masih bisa menggunakan implant bahkan

dengan faktor risiko tertentu selama mereka tetap berada dibawah pengawasan

medis. Sangat penting untuk mendiskusikan riwayat kesehatan anda dengan

tenaga medis sebelum menggunakan implan. Selain wanita dengan kontra

indikasi implant, diperbolehkan menggunakan implant (Prawiroharjo, 2011).

16
9. Efektifitas Implant

Kurang dari 1 wanita dari 100 yang menggunakan metode kontrasepsi ini

akan menjadi hamil setiap tahunnya. Angka kegagalan implant < 1 per 100

wanita pertahun dalam 5 tahun pertama. Efektifitas implant berkurang sedikit

setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6 kira - kira 2,5% sampai 3% akseptor

menjadi hamil ( Handayani, 2010).

D. Faktor - faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi implant adalah :

1. Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang dicakup dalam bidang

kognitif mempunyai enam tingkatan bergerak dari yang sederhana sampai

pada kompleks yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu adalah sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

17
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami artinya sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, dan menyebutkan.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum - hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan misteri atau suatu

objek kedalam komponen - komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

18
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi - formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria - kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara ibu

yang menggunakan KB dengan ibu yang tidak menggunakan KB,

menafsirkan sebab - sebab ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap

pemakaian kontrasepsi Implant. Dari beberapa temuan fakta memberikan

implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka

penggunaan kontrasepsi Implant juga menurun. Jika sasaran hanya pada

wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang

pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor

ketidaktahuan tentang kontrasespi Implant dan tidak ada komunikasi untuk

saling memberikan pengetahuan (Healthzone, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2012), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan

yang ingin kita ukur atau kita ketahui yang dapat kita sesuaikan dengan

tingkat -tingkatnya. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk

19
pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis yaitu :

a. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay

b. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise),

betul salah dan pertanyaan menjodohkan

Untuk setiap item pertanyaan dalam kuesioner pengetahuan, jika dijawab

dengan benar diberi nilai 1, sedangkan untuk setiap item pertanyaan yang

dijawab salah satu kosong (tidak dijawab) akan diberi nilai 0.

Teknik analisa data yang digunakan adalah dengan cara perhitungan

persentase. Aspek pengetahuan yang dinilai menggunakan rumus sebagai

berikut :

P = a/b x 100%

Keterangan :

P : Presentase jawaban yang benar

a : Jumlah pertanyaan yang dijawab benar

b : Jumlah semua pertanyaan

Kemudian dilakukan pengkategorian, yaitu :

1) Tinggi : Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden ≥ 75%.

2) Rendah : Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 75%.

Arikunto, 2011

20
2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku akan

pola hidup terutama dalam motivasi untuk siap berperan serta dalam

pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

makinmudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki. Sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan seseorang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai - nilai yang baru di

perkenalkan (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini pengukuran variabel tingkat pendidikan dapat

digolongkan berdasarkan undang - undang Republik Indonesia tentang sistem

pendidikan nasional tahun 2013 yaitu : SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi

(Depdikbud, 2011). Berdasarkan penelitian tersebut maka tingkat pendidikan

yang lebih tinggi diharapkan akseptor lebih memakai kontrasepsi yang efektif

salah satunya adalah implan.

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Pasangan suami istri yang berpendidikan

rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi yang

21
mengakibatkan pengetahuan tentang implan tidak banyak sehingga pemakaian

kontrasepsi juga terbatas (Erfandi, 2011).

3. Dukungan Suami

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari

suami. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga

menghadapi masalah, karena suami atau istri sangat membutuhkan dukungan

dari pasangannya (Sarwono, 2011).

Metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa dukungan suami dan

saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama

memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerja sama dalam pemakaian,

membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya

pemakaian (Hartanto, 2012).

Bentuk dukungan suami terhadap istri dalam menggunakan alat

kontrasepsi meliputi:

a. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan

keinginan dan kondisi istrinya.

b. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.

c. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak

memuaskan.

d. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang

berkala.

e. Menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak memungkinkan

(Suparyanto, 2011).

22
4. Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang yang dihitung dari kelahiran

sampai dengan saat ini. Umur mempengaruhi akseptor dalam penggunaan alat

kontrasepsi. Dari umur dapat ditentukan fase - fase. Umur kurang dari 20 tahun

fase menunda kehamilan, usia 20 - 30 tahun fase menjarangkan kehamilan, usia

lebih dari 30 tahun fase mengakhiri kesuburan dan disini dianjurkan pada

akseptor untuk memakai alat kontrasepsi implan (Hartanto, 2012).

Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan minat pemilihan

kontrasepsi implan. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah,

komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan

fungsi komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur

menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan. Masa reproduksi

(kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu: masa menunda kehamilan (kesuburan),

masa (Handayani 2010) mengatur kesuburan (menjarangkan), masa mengakhiri

kesuburan (tidak hamil lagi) (Suparyanto, 2011).

5. Pendapatan

Pendapatan adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang.

Pendapatan juga cakupan urusan keuangan rumah tangga (Depdiknas, 2011).

Pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis kontrsepsi. Hal ini disebabkan

karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor

harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun pendapatan yang diteliti

berdasarkan Upah Minimal Kabupaten Bangka tahun 2014 adalah pendapatan

23
tinggi jika ≥ Rp.1.906.000,- per bulan dan rendah jika < Rp.1.906.000,- per

bulan (Disnaker Kabupaten Bangka, 2014).

Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh keluarga pendapatan

berhubungan langsung dengan kebutuhan - kebutuhan keluarga, penghasilan

yang tinggi dan tentu membawa dampak positif bagi keluarga ( syaifudin,

2011).

Pendapat mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang diperlukan

akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun pendapatan yang

diteliti berdasarkan Upah Minimal Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun

2014 adalah pendapatan tinggi jika ≥ Rp.1.906.000,- perbulan dan rendah jika <

Rp.1.906.00,- perbulan ( Disnakertrans Kab. Bangka 2015).

6. Sosial Budaya

Pada sebagian besar masyarakat aspek budaya dari pemakaian alat

kontrasepsi berperan kuat terhadap perilaku memilih kontrasepsi. Di samping

itu, ada budaya dalam masyarakat yang mempunyai keyakinan banyak anak

banyak rezeki, sehingga kadang ibu memilih untuk tidak memakai alat

kontrasepsi (Mohammad, 2012).

Faktor sosial budaya sangat berpengaruh tingkah laku masyarakat

menerima budaya itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu, sehingga bila masyarakat percaya KB Implant akan

mengakibatkan kegemukan dan tidak terjadi menstruasi (amenorhea) maka

masyarakat di Puding Besar akan memilih kontrasepsi yang lain.

24
E. Kerangka Teori

Kerangka teori ini mengacu pada teori Saifuddin 2011, faktor yang
berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepi implant dipengaruhi oleh
beberapa faktor dibawah ini :

Faktor predisposesi :

1. Pengetahuan

2. Pendidikan

Pemakaian Alat
Kontrasepsi
Implant
Faktor pendorong :

1. Dukungan Suami

2. Pendapatan

3. Sosial Budaya
Sumber : Saifuddin, 2011

Gambar 2.1
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian
Alat Kontrasepsi Implant

25
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian - penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2011). Berdasarkan tinjauan kepustakaan, maka

kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri variabel dependen dan variabel

independen. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep yang

digunakan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Pengetahuan
Pemakaian Alat
2. Pendidikan
Kontrasepsi
3. Dukungan Suami
Implant
4. Pendapatan

5. Sosial Budaya

Gambar 3.1
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016.

26
B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Alat Cara


No Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
1 Variabel
dependen

Alat1. Alat Kuesioner Buku 1. Kasus, Nomin


kontrasepsi kontrasepsi Regester jika ibu al
Implant yang Puskesmas memakai
berbentuk Puding alat
batang dengan Besar kontrasepsi
panjang implant .
sekitar 4 cm
yang di 2. Kontrol,
dalamnya jika ibu tidak
terdapat memakai
hormon alat
progesterone, kontrasepsi
implant ini implant.
kemudian
dimasukan
kedalam kulit
dibagian
lengan atas.
Hormon
tersebut
kemudian
akan
dilepaskan
secara
perlahan
(prawiroharjo,
2011)

27
Variabel
Independen

2 Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Wawancara 1.Tinggi, Nominal


ibu tentang jika
pengertian, responden
manfaat, efek dapat
samping alat menjawab
konrasepsi pertanyaan
Implant dengan
(Notoatmodjo, benar ≥
2012) 75%
2. Rendah,
jika
responden
dapat
menjawab
pertanyaan
dengan
benar <
75%
(Arikunto,
2011 )

3. Pendidikan Jenjang Kuesioner Wawancara 1. Tinggi, ≥ Nominal


pendidikan tingkat
formal yang SMU
telah di
selesaikan 2 .Rendah, <
oleh tingkat
responden SMP
(Notoatmo
djo, 2011)

28
4 . Dukungan Dukungan Kuesioner Wawancara 1.Mendukung Nominal
Suami yang diberikan jika suami
oleh suami mendukung
terhadap istri dalam
responden pemakaian
untuk alkon
implant
memakai
alkon Implant
(Sarwono, 2 .Tidak
2011) mendukug,
jika suami
tidak
mendukug
istri dalam
pemakaian
alkon
implant.
(Sarwono,
2011)

5. Pendapatan Sebuah Kuesioner Wawancara 1. Tinggi, Nominal


kegiatan yang jika > Rp.
menghasilkan 1.906.000
uang yang perbulan
mencakup
urusan 2. Rendah,
keuangan jika < Rp.
rumah tangga 1.906.000
(Depdiknas, perbulan
2008 (Disnaker
Kab
Bangka
2015)

29
6. Sosial Sebagaian Kuesioner Wawancara 1. Percaya, Nominal
Budaya besar jika KB
masyarakat Implant
aspek budaya akan
dari mengakiba
pemakaian tkan
alkon berperan kegemuka
kuat terhaadap n dan
perilaku tidak
memilih menstruasi
kontrasepsi
(Mohammad, 2. Tidak
2012) Percaya,
jika KB
Implant
akan
mengakibat
kan
kegemukan
dan tidak
menstruasi
(Mohamma
d, 2012)

30
C. Hipotesis Penelitian

1. Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2015.

2. Ada Hubungan Antara Pendidikan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2015.

3. Ada Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2015.

4. Ada Hubungan Antara Pendapatan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2015

5. Ada Hubungan Antara Sosial Budaya Dengan Penggunaan Alat Kontrasepi

Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2015

31
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan “Case Control“ atau disebut juga

dengan studi Retrospektif (mundur kebelakang). Studi Case Control

membandingkan antara kelompok kasus yaitu PUS yang memakai alat kontrasepsi

implant dan kelompok kontrol yaitu PUS yang tidak memakai alat kontrasepsi

implant. Alasan disebut retrospektif adalah pengumpulan data dimulai dari efek

atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebab atau

variable - variabel yang terjadi mempengaruhi penyebab tersebut.

B. Waktu dan Tempat Penelitan

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip

Kabupaten Bangka Tahun 2016

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni Tahun 2016.

32
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur (PUS), 20 - 30

tahun di Wilayah Puskesmas Riau Silip Kabupaten Bangka Tahun 2015 yang

berjumlah 1.536 orang.

2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).sampel

dalam penelitian ini adalah sebagaian dari populasi dan dianggap mewakil

seluruh populasi yang akan diteliti dan bersedia diwawancarai. Untuk

mengetahui minimum besarnya sampel yang dibutuhkan untuk ketetapan

dalam membuat perkiraan/estimasi proporsi - proporsi dengan menggunakan

derajat kepercayaan 95% dan power penelitian 80% dengan menggunakan

rumus Lemeshow, 1997:

n = {Z1-α/2 √[2P2(1-P2)] + Z1- β√P1(1-P1)]+P2(1-P2)2

(P1-P2)2s

Keterangan :

N = Besar Sampel

OR = Paparan faktor resiko sebesar 2,82 (Yuniarti), 2006

P1 = Proporsi subjek terpapar pada kelompok dengan kasus

P2 = Proporsi terpapar pada kelompok control (0,5)

33
Z² 1-α/2 = Statistik Z pada distribusi normal standar pada tingkat

kepercayaan 9,5% (α=0,05) Uji dua arah sebesar 1,96

Z1 – β = Statistik Z pada distribusi normal pada kekuatan uji ( power )

80% = 0,84

P1 = ( OR ) P²

( OR ) P² + ( 1-P²)

P1 = (2,82),0,5

(2,82).0,5 + 1- 0,5

P1 = 1,41

1,41 + 0,5

P1 = 1,41

1,91

P1 = 0,73

Maka besar sampel adalah :

n = {Z1-α/2 √[2P2(1-P2)] + Z1- β√P1(1-P1)]+P2(1-P2)2

(P1-P2)2

n = {z1-a/2 √[2P2 (1-P2)] + Z1-β √[P1 (1-P1)] + P2 (1-P2)]2

(P1-P2)2

34
n = {1,96√[2.0,5(1-0,5)] + 0,84 √[0,73(1-0,73)] + 0,5 (1-0,5)]2

(0,73-0,5)2

n = {1,96√1 . 0,5 + 0,84 √0,73 . 0,27+ (0,5-0,5)]2

(0,23)2

n = {1,96√0,5 + 0,84 √(0,44)2

0,0529

n = {1,385 + 0,3696

0,0529

n= 1,7546

0,0529

= 33,16 = dibulatkan menjadi 34 sampel

Hasil perhitungan dengan rumus di atas diperoleh sampel minimum sebesar

34 Responden karena akseptor KB implant yang ada sebesar 42 kasus. Maka

sampel kasus yang diambil adalah total kasus sehingga sampel dalam penelitian ini

merupakan perbandingan kasus dan kontrol ( 1 : 2 ), jadi jumlah sampel kasus

diambil dari semua penggunaan KB implant yaitu 42 orang dan kontrol sebesar 93

orang. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 93 responden.

Pengambilan sampel diambil secara Simple Random Sampling (Pengambilan

Sampel Secara Acak Sederhana)

35
yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

D. Pengumpulan data

1. Sumber Data
Adapun pengambilan data diperoleh dari:
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap responden

adalah semua orang menjadi akseptor KB di Puskesmas Riau Silip Tahun

2015, yang terpilih sebagai sampel. Wawancara dilakukan oleh peneliti

dibantu oleh petugas Puskesmas yang telah dilatih menggunakan kuesioner

pada penelitian ini.

b. Data Sekunder
Yaitu data umum yang mendukung penulisan ini. Data diperoleh dari

Dinas Kesehatan Provinsi Kabupaten Bangka Belitung, Kantor Dinas

Kesehataan Kabupaten Bangka, Puskesmas Riau Silip tahun 2015 dan

beberapa data pendukung lainya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan oleh penulis dengan

metode wawancara. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatdjo (2012),

bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu metode yang

dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat

Keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian

36
(responden), atau bercakap - cakap berhadapan muka dengan orang

tersebut (face to face).

3. Alat /instrument Pengumpulan Data

Untuk dapat mengukur variable peneliti ini, penulis menggunakan

instrument untuk mengumpul data. Hal ini sesuai dengan pendapat

Notoatmodjo (2012). Bahwa yang dimaksud dengan instrument adalah alat-

alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrument ini dapat berupa

guestion (pertanyaan), formulir, observasi. Formulir - formulir lain yang

berkaitan dengan pencatatan data dan sebagiannya. Pada Penelitian ini

penulis menggunakan instrument Penelitian berupa Kuesioner dengan

metode wawancara.

E. Pengolahan Data

Adapun tahapan pengelohan data dilakukan sebagai berikut :

1. Editing Data (pengedalian data)

Adalah penyunting data dan memastikan data yang dikumpulkan

telah lengkap artinya semua pertanyaan penelitian telah dijawab

responden dengan lengkap dan jelas, sesuai, konsisten dan relevan. Bila

terdapat kejanggalan atau hal yang meragukan, kalau dipandang perlu

dapat diwawancara ulang (Notoatmodjo, 2012).

37
2. Coding Data (Pengkodean)
Adalah proses pemberian Kode pada jawaban Kuesioner yang telah

diedit tersebut untuk mempermudah dalam proses entry data yang dapat

mengakbitkan Kesalahan dalam entry data dan mempermudah proses

pengolahan data dan analisa data (Notoatmodjo, 2012)

3. Entry Data (Pemasukan)


Adalah proses memasukan data penelitian data yang telah Melalui

tahap editing dan coding dalam program Komputer Menggunakan

software computer (Notoatmodjo, 2012)

4. Cleaning Data (Pembersih data)


Adalah tahap pembersihan data yang sudah dientry dengan

Mengecek kembali hasil entry dengan melakukan browsing Variabel,

membuat tabel distribusi, frekuensi dan tabulasi silang (Notoatmodjo,

2012).

F. Analisa Data
Analisa univariat dilakukan secara bertahap yaitu analisa univariat dan

bivariat dengan menggunakan program komputer.

1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsi tiap

variabel yang diteliti sesuai dengan jenis data masing-masing dengan angka

atau nilai jumlah dari persentase masing-masing kelompok berdasarkan variable

yang diteliti.Untuk data kategori maka analisa univariatnya.

38
2. Analisa Bivariat

Tujuan analisa bivariat ini adalah untuk melihat hubungan variable

bebas secara sendiri - sendiri dengan variabel terikat.karena desainnya adalah

Case Control maka digunakan uji statistic ”Chi Square”. Uji ini untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan dan perbedaan Proposi antara variabel

independent dan variabel dependent pada tingkat kepercayaan 95% ( α = 0,05),

sehingga jika p value ≤ 0,05 maka hasil hitungan statistic bermakna. Jika p

value > 0,05 hitungan statistic tidak ada hubungan bermakna.

Dengan menggunakan rumus :


X2= ∑ (O-E)2
E
Nilai p ≥ 0,05 membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

variabel terikat.

Keterangan :

X² : “Chi Square”

O : Frekuensi Observasi

E : Frekuensi Harapan

Dengan : df= (d-1) (k-1)

Df : “degree of freedom” (derajat kebebasan)

B : jumlah baris pada tabel

K : jumlah baris dari kolom

39
Keterbasan uji Chi Square adalah :
1. Tidak boleh ada nilai harapan (E) < 1.

2. Tidak boleh ada nlai harapan (E) < 5, melebihi 20% tabel 2x2.

Bila kedua syarat tersebut tidak terpenuhi, maka uji coba Chi Square

tidak bias digunakan dan solusinya digunakan uji Fisher Exact.

3. Odds Ratio

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan dan besarnya antara

variabel independen dan dependen karena desain penelitian ini adalah Kasus

dan Control, maka menggunakan Odds Ratio (OR).

terhadap rendahnya penggunaan alat kontrasepsi implant. Nilai OR ini

merupakan Ratio antara Odds adalah pada kelompok control.

Nilai Odds Ratio Dengan OR dapat diperkirakan tingkat risiko masing-masing

variabel yang diteliti adalah suatu nilai Estimasi hubungan antara kejadian

dengan faktor risiko.

Expose (+)

Kasus
Expose (-)

Expose (+)

Control
Expos

40
Tabel 4.1
Cara Menghitung Odds Ratio

Faktor risiko Kasus Kontrol Total

Faktor risiko (+) A B a+b

Faktor risiko (-) C D c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

Odds kelompok kasus : a/(a+c) : c/(a+c) = a/c

Odds kelompok kontrol : b/(b+d) : b/(b+d) = b/d

Odds Ratio : a/c : b/d =ad/bc

Interprestasi Odds Ratio (Basuki, 2000) :

OR > 1 : Mempertinggi risiko (berpengeruh terhadap kejadian keyakinan)

OR = 1 : Tidak terdapat asosiasi (sama-sama menimbulkan resiko)

OR < 1 : Mengurangi resiko

41
Keterangan :

a. Bila OR makin besar dan nilai batas bawah interval kepercayaan diatas 1 dapat

dikatakan makin kuat dugaan bahwa suatu pajanan merupakan faktor risiko

terhada hasil jadi yang diteliti.

b. Bila OR mendekati atau sama dengan 1, pajanan secara statistik makin tidak

bersosiasi dengan penyakit yang dikaji.

c. Bila nilai OR makin kecil dari 1 ( makin mendekati 0) dan semua nilai interval

kepercayaan antara 0 dan 1, dapat dikatakan suatu pajanan makin melindungi

hasil dari yang bersangkutan.

42
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Riau Silip

1. Kondisi Geografi dan Kondisi Demografi

a. Kondisi Geografi

Kecamatan Riau Silip adalah salah satu kecamatan di wilayah

Kabupaten Bangka. Dengan luas wilayah 513,63 km2 dengan jumlah

penduduk sebanyak 25.724 jiwa. Kecamatan Riau Silip terbagi menjadi 9

desa dengan 24 dusun.

Kecamatan Riau Silip berbatasan langsung dengan kecamatan Belinyu

dan Laut Cina Selatan di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan laut

Cina Selatan dan Kecamatan Sungailiat, di sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Kelapa dan Kecamatan Belinyu.

Suhu udara rata-rata di Kecamatan Riau Silip adalah 27,1˚C dengan

kisaran 23,7˚C hingga 31,18˚C, dan kelembaban udara rata-rata 81%.

Sementara penyinaran matahari sebesar 38,9 % dengan tekanan udara rata-

rata 1.009,9 MBS. Jarak yang paling jauh dari desa ke Kecamatan Riau Silip

adalah Desa Deniang

43
Tabel 5.2
Jarak dari Desa ke Puskesmas Riau Silip.

NO Nama Desa Jarak Desa Ke kota

1. RIAU 1

2. SILIP 4

3. PUGUL 7

4. MAPUR 20

5. CIT 15

6. DENIANG 26

7. PANGKAL NIUR 22

8. BANYUASIN 20

9. BERBURA 16

44
b.Kondisi Demografi

tabel 5.3
Luas wilayah, Jumlah desa/kelurahan, Jumlah penduduk dan kepadatan
Penduduk menurut Kecamatan Riau Silip Tahun 2015

NO DESA LUAS

WILAYAH JUMLAH PENDUDUK

(km2)

1 RIAU 51,72 3,218

2 SILIP 58,45 2,813

3 PUGUL 71,70 3,484

4 MAPUR 79.69 2,143

5 CIT 64,47 4,824

6 DENIANG 76,69 2,679

7 PANGKAL NIUR 42.25 3,617

8 BANYUASIN 33.54 1,473

9 BERBURA 35,12 1,473

Pada tahun 2015 ada 9 desa dan 24 dusun di seluruh Kecamatan Riau Silip.

Penduduk Kecamatan Riau Silip pada tahun 2013 berjumlah 25.724 jiwa. Desa yang

paling banyak penduduknya adalah Cit dengan jumlah penduduk 4.824 jiwa

sedangkan yang paling sedikit adalah desa Berbura dengan Banyuasin dengan jumlah

penduduk 1.473 jiwa

45
Tabel 5.4
Jumlah penduduk berdasarka jenis kelamin laki-laki dan perempuan di
Puskesmas Riau Silip tahun 2015
M
NO KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK

UMUR LAKI- PEREMPUAN LAKI-

(TAHUN) LAKI LAKI+PEREMPUAN

1 0–4 1378 1305 2,683

2 5 – 14 2499 2381 4,880

3 15 – 44 6872 6157 13,029

4 45 – 64 2051 1870 3,921

5 >=65 526 685 1,211

JUMLAH 13,326 12,398 25,724

Menurut jenis kelaminnya, proporsi penduduk laki-laki berjumlah 51,80%

lebih tinggi dibandingkan proporsi penduduk perempuan 48,19%. Proporsi

penduduk yang paling besar menurut golongan umur terdapat pada usia

produktif yaitu antara 15 – 44 tahun sebesar 50,64%, sedangkan yang terkecil

terdapat pada golongan umur > = 65 tahun sebesar 0,04 %.

46
2. Profil Puskesmas Riau Silip
Berlokasi di Jalan Raya Belinyu, Desa Riau, Kecamatan Riau Silip,

Puskemas ini dibangun sejak tahun 1987. Saat ini dipimpin oleh Usman,

SKM. Sumber listrik Puskesmas berasal dari PLN. Sumber air bersih berupa

sumur.

Pelayanan kesehatan di Puskesmas Riau Silip berjalan setiap hari

Senin sampai Sabtu dimulai pukul 08.00–14.00 WIB, kecuali pada hari Jumat

yang berakhir pukul 11.00 WIB.

Terdapat 5 PUSTU (Puskesmas Pembantu) dan 9 POSKESDES (Pos

Kesehatan Desa) di wilayah kerja Puskemas Riau Silip.

Jumlah Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Riau Silip ada

23 buah dengan 4 diantaranya juga merangkap sebagai Posyandu Usila.

Tenaga kader kesehatan berjumlah 110 orang. Dukun bayi terlatih berjumlah

11 orang. Tenaga pengobatan tradisional berjumlah 67 orang.

3. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Riau Silip

a. Visi Puskesmas Riau Silip

Tercapainya Kecamatan Riau Silip Sehat untuk menuju Indonesia Sehat.

b. Misi Puskesmas Riau Silip

1) Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungannya.

2) Tercapainya Kecamatan Riau Silip Sehat untuk menuju Indonesia Sehat.

47
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan.

4) Mendorong kemandirian masyarakat berperilaku hidup sehat dan bersih.

5) Berupaya meningkatkan kesehatan mencegah dan menyembuhkan penyakit


serta memulihkan kesehatan perorangan.
6) Menggerakkan pembangunan desa yang berwawasan kesehatan.

A. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis univariat ini untuk

mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari semua variabel

yang diteliti, yaitu variabel independen : pengetahuan, pendidikan, pendapatan,

dukungan suami, dan sosial budaya, sedangkan variable dependen : penggunaan

alat kontrasepsi implant. Hasil dari tiap variabel ini akan disajikan dalam

bentuk tabel dan teks.

a. Distribusi Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Analisa univariat dilakukan terdapat 126 akseptor untuk mengetahui

distribusi frekuensi setiap variabel yaitu variabel dipendent (penggunaan

alat kontrasepsi implant) dan variabel independent yaitu pengetahuan,

pendidikan, dukungan suami, pendapatan dan sosial budaya.

48
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Akseptor Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No. Alat kontrasespsi Jumlah Orang Persentase (%)


implant
1. Kasus 42 33,3
2. Kontrol 84 66,7
Total 126 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dari 126 Responden dengan ibu

yang menggunakan Alat Kontrasepsi Implant (kasus) 42 orang

(33,3%) lebih kecil dibandingkan ibu yang tidak menggunakan alat

kontrasepsi implant (kontrol).

b. Pengetahuan

Pada penelitian ini variabel pengetahuan akseptor Implant di

kategorikan menjadi 2 kategori yaitu tinggi (jika responden dapat

menjawab pertanyaan dengan benar ( ≥ 75%) dan rendah (jika

responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar (< 75%).

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pengetahuan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No. Pengetahuan Jumlah Orang Persentase (%)


1. Tinggi 55 43,7
2. Rendah 71 56,3
Total 126 100

49
Dari tabel 5.5 diatas dari 126 Responden dengan ibu yang

menggunakan Alat Kontrasepsi Implant adalah ibu dengan tingkat

pengetahuan rendah sebesar 13% lebih besar dibandingkan ibu dengan

tingkat pengetahuan tinggi.

c. Pendidikan

Pada penelitian ini variabel pendidikan dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu tinggi (minimal SMA) dan rendah (maksimal SMP).

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pendidikan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No Pendidikan Jumlah Orang Persentase (%)


1. Tinggi 52 41,3
2. Rendah 74 58,7
Total 126 100

Berdasarkan tabel 5.6 dari 126 Responden dengan ibu yang

menggunakan Alat Kontrasepsi Implant adalah ibu dengan tingkat

pendidikan rendah sebesar 17% lebih besar dibandingkan dengan

tingkat pendidikan tinggi.

d. Dukungan Suami

Pada penelitian ini variabel status dukungan suami di

kategorikan menjadi 2 kategori yaitu mendukung dan tidak

mendukung.

50
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Alat Kontrasepsi Berdasarkan Dukungan
Suami Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No Dukungan Suami Jumlah Orang Persentase (%)


1 Mendukung 46 36,5
2 Tidak Mendukung 80 63,5
Total 126 100,0

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dari 126 Responden dengan ibu

yang menggunakan Alat Kontrasepsi Implant adalah ibu dengan

tingkat dukungan suami yang tidak mendukung sebesar 27% lebih

besar dibandingkan dengan tingkat dukungan suami yang mendukung.

e. Pendapatan

Pada penelitian ini variabel status ekonomi keluarga di

kategorikan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Hasil analisis

dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pendapatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No Pendapatan Jumlah Orang Persentase (%)


1 Tinggi 37 29,4
2 Rendah 89 70,6
Total 126 100,0

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dari 126 Responden dengan

pendapatan rendah sebesar 41% lebih besar dibandingkan tingkat

pendapatan tinggi.

51
f. Sosial Budaya

Pada penelitian ini variabel status sosial budaya di kategorikan

menjadi 2 kategori yaitu percaya dan tidak percaya.

Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Alat Kontrasepsi Berdasarkan Sosial Budaya
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No Sosial Budaya Jumlah Orang Persentase (%)


1 Percaya 63 50,0
2 Tidak percaya 63 50,0
Total 126 100,0

Berdasarkan tabel 5.10diatas dari 126 Responden dengan ibu

yang menggunakan Alat Kontrasepsi Implant adalah ibu yang percaya

sebanyak 63 akseptor Implant (50,0%) sama banyak dengan ibu yang

tidak percaya.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel pengetahuan ibu dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu rendah (jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar < 75%) dan tinggi (jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar ≥ 75%) yang di uji dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95%

CI) dapat dilihat pada tabel berikut :

52
Tabel 5.11
Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Alat Kontrasepsi Impant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016

Alat Kontrasepsi Implant Nilai


Pengetahuan Kasus Kontrol P OR
n % n % Value (95% CI)
Tinggi 24 57,1 31 36,9 2,280
0,049 (1,072-4,850)
Rendah 18 42,9 53 63,1
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisis hubungan pengetahuan Ibu dengan kelompok

pengetahuan tinggi pada kasus sebesar (57,1%) lebih besar dibandingkan

dengan kelompok kontrol (36,9%). Sedangkan pengetahuan rendah pada Ibu

dengan kelompok kasus sebesar (42,9%) lebih kecil dibandingkan dengan

kelompok kontrol (63,1%).

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,049 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant.

Hasil uji analisa hubungan kasus kontrol pengetahuan tinggi dan

rendah diperoleh nilai OR = 2,280 (95% CI: 1,072 – 4,850). Artinya Ibu

dengan pengetahuan tinggi lebih besar beresiko 2.280 kali menggunakan alat

kontrasepsi implant dibandingkan dengan Ibu yang pengetahuan rendah.

b. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel pendidikan dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu tinggi (minimal SMA) dan rendah (maksimal SMP) yang di

53
uji dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.12
Hubungan Antara Pendidikan Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

OR
Alat Kontrasepsi Implant Nilai (95% CI)
Pendidikan P
Kasus Kontrol
Value
n % n %
Tinggi 23 54,8 29 34,5 2,296
0,047 (1,078-4,889)
Rendah 19 45,2 55 65,5
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisa hubungan pendidikan dengan penggunaan Alat

Kontrasepsi Implant Ibu yang pendidikan tinggi pada kasus sebesar (54,8%)

lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar (34,5%).

Sedangkan Ibu yang pendidikan rendah pada kelompok kasus sebesar

(45,2%) lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,047 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan penggunaan Implant.

Analisa hubungan kasus kontrol pendidikan yang tinggi dan rendah

nilai OR = 2,296 (95% CI: 1,078 – 4,889). Artinya mereka dengan

pendidikan rendah lebi besar berisiko 2.296 kali lebih besar untuk tidak

menggunakan alat kontrasepsi implant dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan yang tinggi.

54
c. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel status dukungan suami dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu mendukung dan tidak mendukung yang di uji

dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat dari

tabel berikut:

Tabel 5.13
Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Alat Kontrasepsi
Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

Alat Kontrasepsi Implant Nilai OR


Dukungan
Kasus Kontrol p (95%CI)
Suami
n % n % Value
Mendukung 24 57,1 22 26,2 3,758
0,001 (1,721-
Tidak 18 42,9 62 73,8 8,206)
Mendukung
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisa hubungan Ibu dengan dukungan suami yang

mendukung menggunakan Alat Kontrasepsi Implant pada kelompok kasus

sebesar (57,1%) lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar

(26,2%). Sedangkan Ibu yang mendapatkan dukungan suami yang tidak

mendukung menggunakan Alat Kontrasepsi Implant pada kelompok kasus

sebesar (42,9%) lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar

(73,8%).

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,001 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

status dukungan suami dengan pengggunaan Alat Kontrasepsi Implant.

55
Analisa hubungan kasus kontrol dukungan suami mendukung dan

tidak mendukung nilai OR = 3,758 (95% CI: 1,721 – 8,206). Artinya Ibu

dengan yang mendapat dukungan suami lebih beresiko 3.758 kali untuk

menggunakan alat kontrasepsi implant dibandingkan dengan Ibu yang tidak

mendapat dukungan suami.

d. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel pendapatan keluarga dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu tinggi (jika pendapatan keluarga ≥ Rp 1.906.000

perbulan) dan rendah (jika pendapatan keluarga < Rp 1.906.000 perbulan)

yang di uji dengan menggunakan uji Chi Square dan POR (95% CI) dapat

dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.14
Hubungan Antara Pendapatan Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

Alat Kontrasepsi Implant Nilai OR


Pendapa
Kasus Kontrol P (95% CI)
tan
n % n % Value
Tinggi 15 35,7 22 26,2 1,566
0,369 (7,06-3,473)
Rendah 27 64,3 62 73,8
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisa hubungan pendapatan responden dengan pendapatan

keluarga yang tinggi pada kelompok kasus sebesar (35,7%) lebih besar

dibandingkan kelompok kontrol sebesar (26,2%). Sedangkan responden

yang pendapatan rendah pada kelompok kasus sebesar 64,3%) lebih kecil

dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar (73,8%).

56
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,369 > α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna

antara pendapatan ibu dengan Alat Kontrasepsi Implant dengan OR = 1,566

(95% CI: 1,566 – 3,473).

e. Hubungan Antara Sosial Budaya Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel Sosial Budaya dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu percaya dan tidak percaya yang di uji dengan menggunakan

uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5.15
Hubungan Antara Sosial Budaya Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

Alat Kontrasepsi Implant Nilai OR


Sosial
Kasus Kontrol p (95%CI)
Budaya
n % n % Value
Percaya 27 64,3 36 42,9 2,400
0,038 (1,117-5,157)
Tidak 15 35,7 48 57,1
Percaya
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisa hubungan sosial budaya Ibu yang percaya

menggunakan alat kontrasepsi implant pada kelompok kasus sebesar

(64,3%) lebih besar dibandigkan kelompok kontrol sebesar (42,9%).

Sedangkan Ibu dengan kelompok kasus sosial budaya yang tidak percaya

sebesar (35,7%) lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol sebesar

(57,1%).

57
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,038 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

status dukungan suami dengan pengggunaan Alat Kontrasepsi Implant.

Analisa hubungan kasus kontrol sosial budaya yang percaya dan tidak

percaya nilai OR = 2,400 (95% CI: 1,117 – 5,157). Artinya Ibu yang

mendapat kepercayaan tinggi lebih beresiko 2,4 kali dapat menggunakan alat

kontrasepsi implant dibandingkan dengan rendahnya mereka yang tidak

percaya.

B. Pembahasan

1. Keterbatasan Penelitian

a. Penelitian ini disadari masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan akan

kemampuan dan keterbatasan penulis dalam mendesain kuesioner,

pengolahan alisis data. Keterbatasan lain yang mungkin terjadi adalah bias

informasi tentang kuesioner tersebut sehingga untuk mengurangi bias itu

penulis mengarahkan responden maksud dari soal kuesioner yang tidak

mereka mengerti. Sehingga dengan adanya arahan dapat membantu

responden tidak asal menjawab.

b. Bias informasi adalah kesalahan yang terjadi bila informasi yang

didapatkan tidak valid. Dalam penelitian ini bias informasi terjadi pada:

1) Pemahaman responden terhadap kuesioner masih kurang

2) Bahasa yang sulit dimengerti responden

58
Jenis penelitian ini menggunakan “Case Control” atau disebut juga

dengan studi retropektif (mundur kebelakangan). Studi Case Control

membandingkan antara kelompok kasus PUS yang memakai alat

kontrasepsi implant dan kelompok kontrol PUS yang tidak memakai

alat kontrasepsi implat (Notoatdmodjo 2012).

Untuk meminimalisir bias informasi, cara yang dilakukan adalah

menjelaskan kepada responden tentng penelitian yang dilakukan,

menggunakan padanan bahasa daerah setempat sehingga lebih mudah

dimengerti serta mengulang kembali pertanyaan dan menjelaskan

maksud dari pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden.

C. Pembahasan Dan Hasil Penelitian

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,049 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Analisa lebih

lanjut untuk melihat besarnya resiko, diperoleh nilai OR = 2,280 (95% CI:

1,072 – 4,850) artinya Ibu dengan pengetahuan tinggi lebih beresiko 2.280 kali

menggunakan Alat Kontrasepsi Implant dibandingkan dengan mereka yang

berpengetahuan rendah.

59
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dan ini setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, raba dan rasa (Notoatmodjo, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Healthzone (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant.

Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap

penggunaan alat kontrasepsi implant. ( Healthzone, 2001)

Peneliti berasumsi bahwa penggunaan alat kontrasepsi implant banyak

digunakan pada kelompok ibu yang memiliki pengetahuan tinggi. Secara

teorotis pengetahuan tinggi akan berpengaruh pada tepatnya PUS yang

mengambil keputusan saat memilih alat kontrasepsi seperti mengetahui alat

kontrasepsi apa yang sesuai dengan umurnya, yang cocok untuk kondisi

kesehatannya dan yang cocok untuk kondisi ekonominya.

2. Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,047 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan alat kontrasepsi implant. Analisa lebih lanjut untuk

melihat besarnya resiko, diperoleh nilai OR = 2,296 (95% CI: 1,078 – 4,889)

yang artinya ibu dengan pendidikan rendah lebih besar 2.296 kali menggunakan

Alat Kontrasepsi Implant dibandingkan dengan ibu yang pendidikan tinggi.

60
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini

mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa

dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dn dilembagakan

untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan

dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia

hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku akan

pola hidup terutama dalam motivasi untuk siap berperan serta dalam

pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin

mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan seseorang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai- nilai yang baru di

perkenalkan (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erfandi

(2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan alat kontrasepssi implant. Berdasarkan penelitian

tersebut maka tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan ibu bisa

memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan melakukan penggunaan alat

kontrasepsi implant. (Erfandi, 2011)

Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan alat

kontrasepsi implant banyak dilakukan oleh kelompok ibu dengan pendidikan

tinggi. Hal ini bisa saja karena ibu yang berpendidikan tinggi dapat memegang

peranan penting dalam menjaga kesehatan dirinya. Ibu yang berpendidikan

61
tinggi diharapkan memiliki wawasan yang lebih baik dan mudah dalam

menerima akses informasi mengenai pentingnya penggunaan alat kontrasepsi

implant.

Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu

khususnya mengenai penggunaan alat kontrasepsi implant tidak hanya

didapatkan melalui lingkungan pendidikan formal saja, akan tetapi bisa saja

diperoleh melalui penyuluhan-penyuluhan yang diterimanya saat berada di

Puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Mencari informasi

melalui media massa.

3. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Penggunaan Alat


Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,001 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Analisa

hubungan kasus kontrol dukungan suami mendukung dan tidak mendukung

nilai OR = 3,758 (95% CI: 1,721 – 8,206). Artinya Ibu yang mendapat

dukungan suami lebih beresiko 3.758 kali untuk menggunakan alat kontrasepsi

implant dibandingkan dengan Ibu yang tidak mendapat dukungan suami.

Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peran serta

suami dalam pengambilan keputusan dalam memilih alat kontrasepsi implant.

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari

suami. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga

menghadapi masalah, karena suami atau istri sangat membutuhkan dukungan

62
dari pasangannya (Sarwono,2010) ikatan suami yang kuat sangat membantu

ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami atau istri sangat

membutuhkan dukungan dari pasangannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Hartanto (2012), bahwa ada

hubungan bermakna antara status dukungan suami dengan penggunaan alat

kontrasepsi implant. Hartanto (2012) mengatakan bahwa metode kontrasepsi

tidak dapat digunakan istri tanpa dukungan suami dan saling percaya. Keadaan

ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi

yang terbaik, saling kerja sama dalam penggunaan, membiayai pengeluaran

kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya penggunaan.

Peneliti berasusmsi bahwa penggunaan alat kontrasepsi implant banyak

mendapat dukungan suami. Penulis berasumsi bahwa keuntungan-keuntungan

dari alat kontrasepsi implant sangat dirasakan PUS, dimana alat kontrasepsi

implant efektifitasnya sangat tinggi dan berjangka panjang (dapat selama 10

tahun). Sehingga tidak perlu lagi mengingat – ingat, tidak perlu takut untuk

hamil, tidak ada efek samping hormonl dan dapat digunakan sampai

menoupose.

4. Hubungan Pendapatan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,369 > α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendapatan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant.

63
Pendapatan adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang.

Pendapatan juga cakupan urusan keuangan rumah tangga (kemendiknas, 2012).

Pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan

karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor

harus menyediakan dana yang diperlukan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan AR

Andhyani (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara pendapatan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. (andhyani,

2012)

Tingkat pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini

disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan

akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun pendapatan yang

diteliti berdasarkan Upah Minimal Kabupaten Bangka Tahun 2015 adalah

pendapatan tinggi jika  Rp. 1.906.000,- perbulan dan rendah  Rp. 1.906.000,-

perbulan.

Peneliti bahwa hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa

penggunaan alat kontrasepsi implant dapat gratis dikarenakan di Puskesmas

Riau Silip mengadakan KB SAFARI maka dari itu pendapatan tidak

mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant.

5. Hubungan Antara Sosial Budaya Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,038 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara sosial

64
budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Analisa hubungan kasus

kontrol sosial budaya percaya dan tidak percaya diperoleh nilai OR = 2,400

(95% CI: 1,117 – 5,157). Artinya mereka dengan sosial budaya keluarga yang

tinggi beresiko 2.400 kali untuk menggunakan implant dibandingkan dengan

ibu yang tidak percaya.

Hasil penelitian (Mohammad,2012). Pada sebagian besar masyarakat

aspek budaya dari pemakaian alat kontrasepsi berperan kuat terhadap perilaku

memilih kontrasepsi. Di samping itu, ada budaya dalam masyarakat yang

mempunyai keyakinan banyak anak banyak rezeki, sehingga kadang ibu

memilih untuk tidak memakai alat kontrasepsi.

Peneliti berasumsi bahwa faktor sosial budaya sangat berpengaruh

tingkah laku masyarakat menerima budaya itu berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu, sehingga bila masyarakat percaya KB

Implant akan mengakibatkan kegemukan dan tidak terjadi menstruasi

(amenorhea) maka masyarakat di Puding Besar akan memilih kontrasepsi yang

lain. Sebagian ibu yang menggunakan Alat Kontrasepsi Implant mengalami

kenaikan berat badan setelah memakai KB Implant.

65
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Penelitian Yang Telah Dilakukan Faktor - Faktor Yang

Berhungan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepi Implant Di Wilayah Puskesmas

Riau Silip Tahun 2016 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada Hubungan Yang Bermakna Antara Pengetahuan, Pendidikan, Dukungan

Suami Dan Sosial Budaya Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Implant Di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

2. Tidak Ada Hubungan Yang Bermakna Antara Pendapatan Dengan Pemakaian

Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

3. Faktor Yang Paling Dominan Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat

Kontrasepsi Implant Adalah Pengetahuan Ibu. Dengan Nilai p value :

(0,049) dan Nilai OR : 2,280. 2,280 (95% CI: 1,072 – 4,850)

B. Saran

1. Bagi petugas kesehatan

Agar petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat khususnya pada program KB, dengan cara :

a. mempertimbangkan hak - hak klien dalam perencanaan, manajemen dan

penilaian dalam pelayanan KB.

b. Meningkatkan ketersediaan berbagai metode kontrasepsi sehingga klien

dapat memilih metode kontrasepsi yang paling cocok untuk mereka.

66
c. Melaksanakan konseling dan pelayanan KB berdasarkan kriteria dan

persyaratan medis yang terkini.

d. Mengadakan program tentang penyuluhan KB yang menarik di tiap desa,

agar masyarakat dapat mengetahui informasi tentang KB dan macam -

macam KB. Sehingga dengan diadakannya program tersebut masyarakat

dapat mengetahui informasi tentang KB dan macam - macam KB, khusnya

tentang KB implant, juga masyarakat dapat tertarik dan antusias untuk hadir

dalam penyuluhan KB tersebut.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswi

terutama dalam hal referensi untuk penelitian, serta dapat digunakan sebagai

tambahan sumber bacaan tentang KB, khususnya KB Implant.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan peneliti yang lain dapat meneliti variabel - variabel lain yang

belum diteliti seperti faktor tradisi dan faktor - faktor yang lainnya.

67
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi. Profil Dinkes Propinsi Kepulauan Bangka


Belitung tahun 2015 : Pangkalpinang

Dinas Kesehatan Kabupaten. Profil Dinkes Kabupaten Bangka tahun 2013 :


Sungailiat

, 2013. Profil Dinkes Kabupaten Bangka tahun 2014 : Sungailiat

, 2014. Profil Dinkes Kabupaten Bangka tahun 2015 : Sungailiat

Disnaker. 2015. Penetapan Upah Gaji Minimum Kabupaten Bangka. Bangka


Belitung.
Data BKKBN Provinsi Bangka Belitung. 2013-2015. Data KB BKKBN Provinsi
Bangka Belitung Tahun 2013-2015. Pangkal Pinang.

Data Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Erfandi. 2011. Mutu Pendidikan Anak Gracia : Surabaya.

Hartanto. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. CV. Mulia Sari :


Jakarta.

Hidayani, Sri. 2010. Metode dan Tehnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. SM : Jakarta.

Healthzone. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat


Kontrasepsi. Jakarta

Kunto, Ari. 2012. Metode Penelitian Dasar. DSC : Malang.

Manuaba, 2010. Keluarga Berencana. Buku Biru : Jakarta.

Kemenkes, RI. 2012. Panduan Buku Klinis Program Keluarga Berencana. Jakarta.

Minig, Lucas. 2011. Keuntungan Pemakaian Alat Kontrasepsi. (http://blogspot.com).


diakses 19 April 2016

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian. Jakarta.

68
Puskesmas Riau Silip. 2013-2015. Data KB Puskesmas Riau Silip Tahun 2013-2015.
Riau Silip.

Pranita. 2012. Penelitian Pranita Pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.


Salemba Medika : Semarang.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta :


Bandung.

Syakira. 2010. Konsep Perilaku. (online). (http://www.syakira-blog-


blogspot.com/2010/01/konsep-perilaku.html). Diakses pada tanggal 29 Maret
2016.

Uliyah, Mar’atul. 2010. Panduan Aman Dan Sehat Memilih Alat KB. Insania :
Yogyakarta.
Healthzone. 2012. Komunikasi Dalam Pengetahuan. Jakarta.

Henny. 2012. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu PUS Akseptor Kontrasespi Non
Hormonal dan Kontrasepsi Hormonal di Desa Telaga Sari Kecamatan
Tanjung Morawa Tahun 2009. Program DIV Kebidanan di Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara.

Hanafiah. 2010. Buku Ajar Pelayanan KB. Pustaka Rihama : Yogyakarta.

Handayani. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihama :


Yogyakarta.

Alimul. 2012. Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisis Data. Salemba Medika :
Jakarta.

Arum, Diah Setya Noviawati dan Sujiyati. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini. Nuha Medika : Yogyakarta.

Candra. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit EGC : Jakarta

Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan Teori Aplikasi. RC : Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


YBPSP : Jakarta.

Safrina. 2013. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi


Pasca Melahirkan di Banten Tahun 2013. UI Jakarta.

69
Saifudin, Abdul Bari. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi . YBPSP :
Jakarta
Sarwono. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi
terhadap Dukungan Suami 2011. Jakarta

Suparyanto. 2011. Konsep Kontrasepsi. (http://dr-suparyanto.blogspot.com). diakses


18 April 2016

Wiknjosastro. 2011. Faktor – faktor yang Memperngaruhi Laju Pertumbuhan


Penduduk di Banten Tahun 2009. UI Jakarta.

Wiranto. 2012. Kontrasepsi Keluarga Salemba : Jakarta.

70
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIAU SILIP
TAHUN 2015

A. DATA UMUM

1. Kode Responden :

2. Tanggal Wawancara :

3. Alamat Responden :

B. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

C. PENGETAHUAN

1. Apa yang ibu ketahui tentang kontrasepsi ?

a. Upaya untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara

b. Untuk terjadinya kehamilan

c. Semua jawaban benar

2. Apa tujuan pemakaian KB

a. Membuat keluarga kecil bahagia

b. Untuk mengatur jarak kehamilan

c. Membantu menyelesaiankan masalah keluarga

3. Apa yang dimaksud dengan KB ?

a. Keluarga Berencana

71
b. Keluarga Besar

c. Kelompok Belajar

4. Bagaimana sebaiknya alat kontrasepsi yang efektif ?

a. Aman dipakai

b. Mempunyai efek samping yang berbahaya

c. Harganya mahal

5. Apa yang dimaksud dengan alat kontrasepsi implant ?

a. Alat kontrasepsi didalam rahim

b. Alat kontrasepsi yang dipasang di lengan

c. Alat kontrasepsi dengan disuntik

6. Apa keuntungan dari pemakaian alat kontrasepsi implant ?

a. Untuk mencegah kehamilan

b. Untuk mencegah penyakit kelamin

c. Semua jawaban benar

7. Apa kerugian memakai alat kontrasepsi implant ?

a. Haid lebih lama dan banyak

b. Tidak menganggu hubungan seksual

c. Harganya mahal

8. Berapa jangka waktu pemakaian alat kontrasepsi implant ?

a. 3 - 5 tahun

b. 7 tahun

c. 10 tahun

9. Dimana alat kontrasepsi implant dipasang ?

72
a. Lengan kiri atas

b. Lengan kanan atas

c. Disuntik dibokong

10. Apakah ibu tahu siapa saja yang boleh menggunakan alat kontrasepsi

implant?

a. Ibu yang sedang hamil

b. Ibu yang sedang haid

c. Ibu yang sedang menyusui

D. PENDIDIKAN

1. Apakah Pendidikan Responden

a. Tidak sekolah

b. SD / sederajat

c. SMP / sederajat

d. SMU / sederajat

e. Perguruan Tinggi ( D1, DII, DIII, DIV, S I, S II, S III)

E. DUKUNGAN SUAMI

1. Apakah suami ibu mengizinkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi

implant ?

a. Boleh

b. Tidak boleh

2. Apakah suami ibu ikut serta dalam menentukan alat kontrasepsi yang ibu

gunakan ?

a. Ya

73
b. Tidak

3. Pernahkah suami menganjurkan ibu untuk ber – KB ?

a. Pernah

b. Tidak pernah

4. Bagaiman respon suami setelah ibu menggunakan KB implant ?

a. Senang

b. Tidak senang

5. Apakah suami membiayai ibu untuk menggunakan KB implant ?

a. Membiayai

b. Tidak membiayai

F. STATUS EKONOMI

1. Berapa penghasilan rata – rata keluarga 1 bulan?

a. < Rp. 100.000

b. > Rp. 100.000

2. Apakah ibu juga bekerja?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah pekerjaan suami ibu?

a. PNS

b. Pegawai swasta

4. Berapa pengeluaran keluarga selama 1 bulan?

a. < Rp. 100.000

b. > Rp. 100.000

74
5. Apakah penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam 1

bulan?

a. Cukup

b. Tidak Cukup

G. SOSIAL BUDAYA

1. Apakah ditempat tinggal ibu diperbolehkan untuk menggunakan KB

Implant?

a. Boleh

b. Tidak Boleh

2. Apakah ada larangannya ditempat tinggal ibu untuk menggunakan KB

Implant?

a. Ya

b. Tidak

3. Menurut ibu apakah KB Implant dapat membuat badan ibu menjadi

gemuk?

a. Ya

b. Tidak

4. Dalam penggunaan KB Implant apakah ada pantangan dari keluarga?

a. Ada

b. Tidak ada

5. Selama penggunaan KB Implant apakah haid ibu setiap bulan lancar?

a. Lancar

b. Tidak lancar

75
76

Anda mungkin juga menyukai