Anda di halaman 1dari 10

MENGUKUR POTENSIAL OSMOSIS JARINGAN TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
Dosen pengampu:
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.
Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.Si.

oleh:
Kelas A
Kelompok 8
Annisa Fadhila (1500145)
Fitri Husni Madiyah (1504159)
Ghina Mutiara Abas (1503486)
Muhammad Nur Siddiq (1503601)
Resti Wulandari (1500510)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
A. Judul
Mengukur potensial jaringan Tumbuhan

B. Pelaksanaan Praktikum
Hari/tanggal : Rabu, 10 Oktober 2018
Waktu : Pukul 07.00 – 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA A UPI

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri jaringan tumbuhan yang mengalami plasmolisis?
2. Apa penyebab terjadinya plasmolisis?
3. Bagaimana hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik
antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya?

D. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi ciri-ciri jaringan tumbuhan yang mengalami
plasmolisis.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya plasmolisis.
3. Untuk mengetahui hubungan antara plasmolisis dengan status potensial
osmotik antara cairan selnya dengan larutan di lingkungannya.

E. Dasar Teori
Potensial osmosis menunjukkan status suatu larutan dan menggambarkan
perbandingan proporsi zat terlarut dengan pelarutnya. Makin pekat suatu
larutan akan makin rendah potensial osmosisnya (Syarif, 2009).
Potensial osmosis dari suatu sel dapat diukur dengan berbagai metoda.
Metoda yang sering digunakan adalah dengan menggunakan suatu seri larutan
yang konsentrasi dan potensial osmosisnya diketahui, misalnya dengan
menggunakan larutan sukrosa. Metoda ini didasarkan pada adanya peristiwa
plasmolisis, yaitu dengan menentukan suatu larutan yang hanya menyebabkan
terjadinya kondisi incipient plasmolysis (Lakitan, 1996).
Pada kondisi incipient plasmolysis setengah dari seluruh sel yang
dimasukan menunjukkan tanda-tanda plasmolisis. Pada saat ini sel-sel
menunjukkan penurunan (pengurangan) volume, sehingga konsentrasi cairan
di dalam sel akan lebih pekat (Adnan, 2008).
Hubungan antar potensial air adalah dengan melakukan peristiwa osmosis
karena osmosis merupakan peristiwa difusi dimana antara dua tempat
tersedianya difusi dipisahkan oleh membrane atau selaput. Maka dapat
diartikan bahwa dinding sel atau membrane protoplasma adalah membrane
pembatas antara zat yang berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-
tumbuhan tinggi mempunyai dinding sel maka sebagian besar proses fitokimia
dalam tumbuh-tumbuhan adalah merupakan proses osmosis (Heddy, 1987).
Pada fisiologi tanaman hal biasa untuk menunjukkan energy bebas yang
dikandung di dalam air adalah dalam bentuk potensial air (Ψ). Definisi dari
potensial air adalah energy per unit volume air, potensial air berbanding lurus
dengan suhunya (Filter, A.h., 1981).
Potensial osmotic merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya
materi yang terlarut. Potensial osmotic selalu memiliki nilai negative, hal ini
disebabkan karena cenderung bergerak menyeberangi membrane semi
permeable dari air murni menuju air yang mengandung zat terlarut (Lambers,
dkk, 1998).
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oleh 4 macam
komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic, dan tekanan. Potensial
gravitasi bergantung pada air di dalam daerah gravitasi, potensial matriks
bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic
bergantung pada hidrostatik atau tekanan angina dalam air (Deragon, 2005).
Potensial air merupakan ukuran dari energy bebas air yang dipengaruhi
oleh zat terlarut, tekananm dan partikel matriks. Kontribusi dari potensial air
oleh solute terlarut disebut dengan potensial osmotic, yang selalu bernilai
negative. Di lain pihak, zat terlarut menurunkan potensial air. Potensial
tekanan air dapat bernilai positif, negative, bahkan nol. Tetapi secara umum
nilai potensial tekanan ini berarti bernilai positif, karena setiap sel tumbuhan
memiliki tekanan turgor. (Heddy, S, 1982).
Terkait dengan kemampuan air untuk berasosiasi dengan partikel koloid,
maka muncullah istilah potensial matriks. Potensial matriks bernilai cukup
kecil sehingga seringkali diabaikan. Namun potensial matriks sangatlah
penting ketika membahas mengenai hubungannya dengan air tanah (Lambers,
dan T.E. Pons, 1998).
Potensial osmotic merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya
materi yang terlarut. Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi
oleh empat macam komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic, dan
tekanan (Filter, 1989).
Pada potensial kimia, energy bebas per mol substansi di dalam suatu
system kimia. Oleh karena itu potensi kimia suatu senyawa di bawah kondisi
tekanan dan temperature konstan tergantung kepada jumlah mol substansi
yang ada (Lakitan, 1996).
Turunan-turunan potensial air dari prinsip termodinamika dapat dijumpai
dalam slatyer, akan tetapi untuk saat ini cukup mendefinisikan potensial air
sebagai energy bebas per unit volume (Salisbury dan Ross, 1995).

F. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
Tabel 1. Alat pada Praktikum Potensial Osmosis Jaringan Tumbuhan
No. Nama Alat Jumlah
1 Rak tabung 1 unit
2 Tabung reaksi 9 unit
3 Silet tajam 1 unit
4 Mikroskop 1 unit
5 Kaca objek dan kaca penutup 7 unit

2. Bahan yang digunakan


Tabel 2. Bahan pada Praktikum Potensial Osmosis Jaringan Tumbuhan
No. Nama Bahan Jumlah
1 Larutan sukrosa 0,0 M 5 ml
2 Larutan sukrosa 0,05 M 5 ml
3 Larutan sukrosa 0,10 M 5 ml
4 Larutan sukrosa 0,15 M 5 ml
5 Larutan sukrosa 0,20 M 5 ml
6 Larutan sukrosa 0,25 M 5 ml
7 Larutan sukrosa 0,30 M 5 ml
8 Larutan sukrosa 0,35 M 5 ml
9 Larutan sukrosa 0,40 M 5 ml
10 Daun Rhoeo discolor 21 helai
G. Langkah Kerja

Sembilan buah tabung


reaksi disiapkan dan
permukaan bawah daun sayatan epidermis
dikelompokkan dan
Rhoeo discolor disayat dimasukkan ke dalam
dilabeli dan diisi masing-
sebanyak 21 sayatan, tabung reaksi berisi larutan
masing dengan larutan
masing-masing sukrosa, setiap tabung
sukrosa mulai dari
mengandung ±25 sel. menerima 3 sayatan.
konsentrasi 0,0 sampai
0,40 sebanyak 5 ml.

Amati dengan mikroskop.


menghitung berapa
Dibiarkan selama 30 menit. sayatan dengan berbagai
potensial osmosis dari
lalu letakkan sayatan yang konsentrasi larutan diamati
larutan sukrosa yang
telah direndam di atas kaca tanda-tanda plasmolisis
menunjukan keadaan
objek. atau yang mengalami
"incipient plasmolysis".
plamolisis.

Bagan 1. Langkah kerja Praktikum Potensial Osmosis Jaringan Tumbuhan

H. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil Pengamatan Postensial Osmosis pada Jaringan Epidermis
Daun Rhoeo discolor
ΣSel yang % sel yang Potensial
Jenis ΣSel
No insipien insipien Hasil Osmosis
Larutan awal
plasmolisis plasmolisis (PO)
1. 25 0 0 0
2. Sukrosa
25 0 0 0 0 Turgid
0,0 M
3. 25 0 0
4. 25 0 0 -1,3
5. Sukrosa 25 0 0 0 0 Turgid
0,05 M
6. 25 0 0
7. 25 4 16% Terjadi -2,6
8. 25 4 16% Incipient
Sukrosa 14,6
9. 25 3,67 Plasmolis
0,10 M %
3 12% is

10. 25 5 20% Terjadi -4,0


11. 25 5 20% 21,3 Incipient
Sukrosa 5,33
12. 0,15 M 25 % Plasmolis
6 24% is

13. 25 9 36% Terjadi -5,3


14. 25 8 32% Incipient
Sukrosa 34,7
15. 25 9 Plasmolis
0,20 M %
9 36% is
16. 25 11 44% Terjadi -6,7
17. 25 12 48% Incipient
Sukrosa 46,7
18. 25 11,7 Plasmolis
0,25 M %
12 48% is

19. 25 13 52% Terjadi -8,1


20. 25 14 56% Incipient
Sukrosa
21. 25 14 60% 56% Plasmolis
0,30 M
15 is

22. 25 20 80% Terjadi -9,6


23. Sukrosa 25 22 88% Incipient
22,3 88%
24. 0,35 M 25 96% Plasmolis
24
is
25. 25 25 100% -11,1
Sukrosa Plasmolis
26. 25 25 25 100% 100%
0,40 M is
27. 25 25 100%

Grafik % Plasmolisis Sel Rhoeo


discolor dalam Larutan Sukrosa
5 mL selama 30 menit
100
88
80
PLASMOLISIS (%)

60
56
46.7
40
34.7
20 21.3
13.3 14.6
0 0%
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
KONSENTRASI LARUTAN SUKROSA (M)

Grafik 1. Plasmolisis sel Rhoeo discolor

Gambar 1. Sel Rhoeo discolor Gambar 2. Sel Rhoeo discolor Gambar 3. Sel Rhoeo discolor
sebelum direndam. yang sudah direndam 30 yang sudah direndam 30
menit pada larutan sukrosa menit pada larutan sukrosa
0,15 M. 0,40 M.
I. Pembahasan
Osmosis merupakan peristiwa difusi air atau perpindahan air
melalui membran selektif permeabel, dari daerah yang memiliki konsentrasi
(air) tinggi ke rendah. Osmosis merupakan suatu fenomena alami yang dapat
dihambat dengan cara meningkatkan tekanan pada bagian yang memiliki
konsentrasi lebih rendah. Tekanan osmotik bergantung pada konsentrasi zat
terlarut, bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Pada praktikum yang telah dilakukan, sel epidermis bawah (abaksial) daun
Rhoeo discolor dimasukkan ke dalam larutan sukrosa yang memiliki
konsentrasi berbeda-beda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui potensial
osmotik daun tersebut pada keadaan Incipient Plasmolisis yaitu kondisi di
mana setengah dari keseluruhan sel yang dimasukkan ke dalam larutan
mengalami atau menunjukkan tanda-tanda plasmolisis. Jaringan epidermis
daun Rhoeo discolor yang direndam dalam larutan sukrosa 0,0 M dan 0,05 M
tidak menunjukkan tanda-tanda plasmolisis dikarenakan tekanan osmotik
larutan tersebut lebih besar dibandingkan tekanan di dalam sel. Tanda-tanda
Incipient Plasmolisis mulai terlihat pada sebagian sel-sel jaringan epidermis
yang telah direndam di larutan sukrosa 0,15 M yaitu dengan tekanan potensial
osmosis -4,0. Sedangkan pada sel-sel jaringan epidermis yang telah direndam
di larutan sukrosa 0,40 M dengan potensial osmosis -11,1 semua sel
mengalami plasmolisis.
Peristiwa plasmolisis terjadi karena konsentrasi air pada larutan di luar sel
lebih rendah dibandingkan konsentrasi air di dalam sel. Apabila konsentrasi
larutan tinggi, maka potensial osmotiknya semakin rendah, sehingga semakin
tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang terplasmolisis atau
cairan di dalam sel tersebut keluar melalui membran selektif semipermeabel.

J. Kesimpulan
1. Jaringan tumbuhan yang mengalami plasmolisis dapat dilihat dari
selselnya, dimana membran sel menyusut dan tidak menempel pada
dinding sel.
2. Peristiwa plasmolisis terjadi karena konsentrasi larutan di luar sel lebih
besar dibandingkan konsentrasi di dalam sel.
3. Plasmolisis merupakan peristiwa dimana cairan sel keluar dari sel. Hal ini
dikarenakan larutan dilingkungan lebih tinggi konsentrasinya
dibandingkan konsentrasi cairan sel. Konsetrasi ini yang memengaruhi
potensial osmotik, dimana konsentrasi berbanding terbalik dengan
potensial osmotik.

K. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa potensial osmosis pada keadaan “incipient plasmolysis”
memiliki nilai yang hampir sama atau kira-kira sama dengan potensial
osmosis sel pada keadaan normal?
Jawab:
Karena incipient plasmolysis terjadi pada jaringan yang separuh jumlah
selnya baru saja mulai plasmolisis (protoplas baru mulai lepas dari dinding
sel), berarti tekanan-dalamnya sama dengan nol. Maka dari itu potensial
osmotik larutan penyebab incipient plasmolysis setara dengan potensial
osmotik di dalam sel, sesudah kesetimbangan dengan larutan tercapai.
2. Pada keadaan “incipient plasmolysis”, nilai potensial osmosis yang
sebenarnya akan lebih kecil atau lebih besar dari keadaan normal?
Jelaskan alasan Anda!
Jawab:
Lebih kecil dari yang sebenarnya karena volume jaringan awal dan
jaringan pada keadaan incipient plasmolysis dilakukan secara hati-hati
(seluruh volume jaringan atau lebih baik lagi ukuran sampel protoplas
yang agak besar), maka perubahan potensial osmotik yang disebabkan
oleh perubahan volume dapat dihitung. Jika koreksi tidak dilakukan, nilai
potensial osmotik yang diperoleh dari metode plasmolisis menjadi terlalu
negatif, sering berselisih 0,1 Mpa atau lebih (5-10% atau lebih).
3. Apakah sel-sel jaringan dari tumbuhan yang berbeda akan memiliki
potensial osmosis yang berbeda pula? Jelaskan!
Jawab:
Ya, karena tumbuhan yang berbeda akan memiliki potensial osmosis yang
berbeda pula hal tersebut dipengaruhi keadaan lingkungan yang berubah
(misalnya, rawan air atau rawan garam).
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. (2008). Biologi Sel. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar:
Makassar.
Deragon. (2005). Water Potential. [Online]. Diakses dari:
http://www.deragon.com. [12Maret 2014].
Filter, W.G. (1989). Fisiologi Lingkungan Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Heddy, S. (1982.) Biologi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya:
Malang.
Heddy, S. (1987). Ekofisiologi Pertanaman. Sinar Baru: Bandung.
Lakitan, B. (1996). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Graffindo Persada:
Jakarta.
Lambers, H.F.S. Chapia dan T.L. Pons. (1998). Physiology. Ecology Spinger.
Newyork hal 150.
Salisbury dan Ross C.W. (1995). Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 Edisi IV Alihan
Luqman R.R. dan Sumaryono. Penerbit ITB: Bandung.
Syarif, Hidayat A. (2009). Laporan Pengukuran Potensial Air Jaringan
Tumbuhan. Universitas Negeri Makassar: Makassar.

Anda mungkin juga menyukai