Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA ATAU COD

(CHEMICAL OXYGEN DEMAND)

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud :menganalisa kebutuhan oksigen kimia dalam air limbah
Tujuan :mengetahui berapa kebutuhan oksigen kimia (COD) didalam air
limbah yang diuji.

II. TEORI DASAR


2.1Pendahuluan
Pada setiap industri tekstil, air merupakan bahan dasar yang sangat penting.
Air tidak hanya sebagai penyedia uap boiler untuk keperluan pemanasan dan
pengeringan, tetapi juga sebagai medium pada semua proses basah tekstil,
seperti pemasakan, pengelantangan (bleaching), pencelupan, pencapan dan
penyempurnaan.
Pada umumnya industri tekstil dihadapkan pada tiga masalah utama mengenai
air untuk proses, yaitu (a) penyediaan air dengan kualitas yang cocok untuk
memproses produk tekstil, (b) penyediaan air yang tepat untuk boiler dan (c)
pencegahan terjadinya korosi pada logam, saluran pipa serta untuk keperluan
rumah tangga industri sehari – hari.

2.2 Oksigen terlarut dalam air limbah


Oksigen terlarut didalam air sangat penting untuk menunjang kehidupan
makhluk hidup dalam air. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran
secara alamiah sangat tergantung pada cukup tidaknya oksigen terlarut
didalam air. Oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari fotosintesa
tumbuhan air. Kelarutan oksigen didalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan
udara, dan kandungan mineral didalam air.

Pollutant atau zat percemar tertentu dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut
selama proses penguraian zat pencemar. Pada saat mikroorganisme
menghilangkan pollutant, mereka juga menggunakan oksigen terlarut ketika
berlangsungnya proses metabolisme aerobik untuk keperluan kehidupan
makhluk hidup lainnya didalam air. Kelarutan dari kebanyakan gas dalam
larutan akan turun sejalan dengan kenaikan suhu, sehingga polusi suhu juga
akan menurunkan jumlah oksigen terlarut didalam air.

Sebagai konsekuensi logisnya, standar empirik untuk menentukan kualitas air


adalah kandungan oksigen terlarut didalam air yang biasa disebut DO
(Dissolved Oxyygen). Kelangsungan hidup makhluk air tergantung pada
kemampuan air untuk menjaga konsentrasi minimum dari oksigen terlarut
dalam air. Ikan membutuhkan oksigen terlarut pada level yang lebih tinggi,
invetebrata pada level yang lebih rendah dan yang paling sedikit
membutuhkan oksigen terlarut adalah bakteri.
Ada 2 metoda yang sering digunakan untuk analisa oksigen terlarut, yaitu :
- Metoda titrasi cara Winkler
- Metoda elektrodakimia

Percobaan ini menekankan pada analisa sampel air untuk mengukur


kandungan oksigen terlarut (DO) menggunakan alkali iodida azida metoda
iodimetri (Winkler method). Analisanya didasarkan pada penggunaan senyawa
Mn(II) yang dioksidasi menjadi senyawa Mn(IV) pada gilirannya bereaksi
dengan KI atau Nal untuk menghasilkan iodida (I2) yang setara dengan
kandungan oksigen terlarut. Iodida (I2) yang dibebaskan ini kemudian dititrasi
dengan natrium tiosulfat standar (Na2S2O3) menggunakan indikator kanji.

MnSO4 + 2 KOH Mn(OH)2 + K2SO4

2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO(OH)2

MnO(OH)2 + 2 H2SO4 Mn(SO4)2 + 3 H2O

Mn(SO4)2 + 2 KI MnSO4 + K2SO4 + I2

2 Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2 Nal

2.3Analisis COD (Chemical Oxygen Demand)


Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan salah satu parameter kunci yang
digunakan terutama untuk mengetahui besarnya tingkat pencemaran bahan
organik dalam perairan umum. Semakin besar nilai COD suatu contoh air,
semakin besar pula tingkat pencemaran yang terjadi pada perairan umum
tersebut.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK)
adalah besaran yang menunjukan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi zat kimia dalam air limbah secara kimiawi menggunakan
oksidator kuat kalium dikromat atau kalium permanganat. Atau dapat
dikatakan pula KOK adalah jumlah oksidan Cr2O-2- yang bereaksi dengan
contoh uji dan dinyatakan sebagai MgO2 untuk tiap 1000 mL contoh uji.
Zat-zat organik diuraikan oleh campuran kromat dan asam sulfat yang dirubah
menjadi CO2 dan air. Prosedur pengujiannya adalah dengan menambahkan
kalium dikromat standar, asam sulfat yang sudah ditambahkan perak sulfat,
dan sejumlah contoh uji dengan volume terukur kedalam erlenmeyer.
Kemudian dipasang kondensor diatasnya dan direfluks selama 2 jam. Oksidasi
zat – zat organik merubah dikromat menjadi kromium trivale, seperti pada
reaksi dibawah ini :
Zat organik + Cr2O72- + H+ panas
Ag
-
CO2 + H2O

Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk


mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam 1 liter air. Sebagai sumber
oksigen digunakan oksidator K2Cr2O7. Nilai KOK atau juga dikenal dengan
COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan parameter pencemaran zat-zat
organic secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi.
Pada analisa KOK ini sebagian besar zat organic dioksidasi oleh kalium
dikromat dalam suasana asam mendidih. Reaksi berlangsng kurang lebih 2 jam
dengan menggunakan alat pendingin refluks, agar zat organic yang mudah
menguap tidak hilang.
Kadar klorida yang terlalu tinggi di dalam contoh uji bereaksi akan
menganggu kerja katalisator Ag2SO4, dan juga dapat bereaksi dengan dikromat
sehingga ketidak telitian perhitungan nilai KOK. Gangguan ini dapat
dihilangkan dengan penambahan HgSO4 sebelum penambahan reagen lain. Ion
merkuri akan bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri klorida.
Beberapa kentungan analisa KOK bila dibandingkan dengan analisa KOB
antara lain :
- Waktu analisa yang hanya 2 jam jauh lebih singkat bila dibandingkan analisa
KOB yang membutuhkan waktu 5 hari.
- Gangguan dari zat beracun yang berpengaruh pada analisa KOB tidak
mempengaruhi niali KOK,
- Untuk nilai KOK sampai 800 ppm tidak diperlukan pengenceran.
- Mempunyai tingkat ketelitian hampir 3 kali dari analisa KOB.

Untuk memastikan semua zat organic dapat habis dioksidasi oleh kalium
dikromat, maka penambahan kalium dikromat harus berlebih, sehingga pada
akhir titrasi masih tersisa masih tersisa zat pengoksidasi kalium dikromat. Sisa
kalium dikromat tersebut ditentukan melalui titrasi yang dikenal dengan nama
garam Mohr, dengan blanko, kita dapat mengetahui kadar kalium dikromat
awal, sehingga kita dapat menghitung berapa kalium dikromat yang dipakai
mengoksidasi contoh uji.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1Alat
- Tabung COD
- Tabung semprot
- Labu ukur 100 ml
- Piala gelas
- Erlenmeyer
- Biuret

3.2Bahan
- Indikator feroin
- H2SO4 pekat
- Kalium bikromat

IV. CARA KERJA


- Tabung COD dicuci dengan air suling (semprot)
- Tambahkan H2SO4 pekat untuk membilas
- Kemudian buang
- Ambil contoh uji 1 ml, encerkan 100 kali dalam labu ukur 100 ml
- Ambil 2,5 ml
- Kemudian tambahkan kalium bikromat 1,5 K2Cr2O7
- Tambahkan H2SO4 COD 3,5 ml (Ag kromat sudah ada)
- Simpan dirak tabung (tutup)
- Pasang digedjes selama 2 jam
- Dinginkan dipiala gelas
- Masukan kedalam erlenmeyer
- Semprotkan air suling kedalam erlenmeyer
- Tambahkan indikator feroin hijau akan berubah menjadi berwarna merah
- Titrasi dengan fero aminonium sulfat (garam molar)
V. DATA DAN PERHITUNGAN
Diketahui :
Blanko
- ml titrasi 1= 7,9 ml
- ml titrasi 2= 7,9 ml
- ml titrasi blanko = 8,0 ml

Perhitungan :
- standarisasi garam mohr
V1 . N1 = V2.N2
1 ml . 0,25 m = 5,6 ml . N2
N.FAS = 0,045 m

- Nilai COD
(𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑐𝑢)𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 8000
= 𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
(8−7,9)𝑙 𝑥 0,45 𝑚 𝑥 8000
= 2,5
= 1,44 gO2/Liter
VI. DISKUSI
Berdasarkan hasil percobaan, pengujian dan hasil pengujian terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, diantaranya :
Pada pemakaian refluks pada pengujian COD (Chemical Oxygen Demand),
hendaknya mulut refluks dengan labu ukur tutup asah masuk tepat. Karena apabila
longgar maka air contoh uji akan sedikit demi sedikit berkurang dikarenakan
penguapan dan larutan yang menguap tidak akan kembali lagi, dan menghasilkan
nilai COD yang kurang tepat.
Kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) adalah jumlah oksidan Cr2O72- yang bereaksi
dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mgO2 untuk tiap 1000 ml contoh uji.
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi
oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+ . jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L).

VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, diperoleh kesimpulan yaitu Nilai COD adalah 1,44
gO2/Liter untuk contoh uji warna hijau
DAFTAR PUSTAKA
- Hariyanti Rahayu Soebardi, dkk, Bahan Ajar Air Proses Dan Limbah Industri,
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung 2006.
- Isminingsih G, DR, Msc, S.Teks, Analisa dan Pengolahan Air untuk Industri
Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.
- Noerati Kemal, S.Teks, Kualitas Air Proses dan Limbah Industri Tekstil,
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai