Anda di halaman 1dari 17

Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Perancangan


Perancangan bangunan berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu SNI
03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, tata cara perencanaan bangunan tahan gempa berdasarkan
SNI 03-1726-2012, dan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung 1987.

1.2 Pembebanan Pada Struktur Bangunan Atas


Pembebanan pada bangunan bertingkat sangat penting dalam
suatu perencanaan karena pembebanan tersebut akan mempengaruhi analisa
struktur perancangan. Beban-beban yang mempengaruhi perhitungan tersebut
antara lain:
a. Beban mati (dead loads)
b. Beban hidup (live loads)
c. Beban angin (wind loads)
d. Beban gempa (earthquake loads)
1.2.1 Beban Mati
Beban mati adalah beban yang memiliki berat konstan dan berada
pada posisi yang sama setiap saat. Beban ini terdiri atas berat sendiri
struktur dan beban lain yang ada pada struktur secara permanen. Beban
mati terdiri atas berat rangka, dinding, lantai, atap, plumbing. Perkiraan
besarnya beban mati dapat diambil berdasarkan Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 (PPPURG 1987) tabel 1.1.
Perhitungan beban mati yang akan digunakan adalah dengan
menggunakan rumus:

qdl = γ bahan x A (1.1)


Keterangan:
qdl = Beban mati (kg/m)
γ Bahan = Berat Volume (kg/m3)
A = Luas Penampang
Rahmat Ilahi (H1A115065)
Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 1
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

Tabel 1.1 Beban mati untuk komponen gedung


Baja 7850 kg/m3
Batu alam 2600 kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu
gunung 1500 kg/m3 (berat tumpuk)
Batu karang 700 kg/m3 (berat tumpuk)
Batu pecah 1450 kg/m3
Besi tuang 7250 kg/m3
Beton 2200 kg/m3
Beton bertulang 2400 kg/m3
Kayu 1000 kg/m3 (kelas I)
(kering udara sampai
Kerikil, koral 1650 kg/m3 lembab, tanpa diayak)
Pasangan bata merah 1700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu bulat,
batu gunung 2200 kg/m3
Pasangan batu cetak 2200 kg/m3
Pasangan batu karang 1450 kg/m3
(kering udara sampai
Pasir 1600 kg/m3 lembab)
Pasir 1800 kg/m3 (jenuh air)
(kering udara sampai
Pasir kerikil, koral 1850 kg/m3 lembab)
(kering udara sampai
Tanah, lempung dan lanau 1700 kg/m3 lembab)
Tanah, lempung dan lanau 2000 kg/m3 (basah)
Timah hitam / timbel 11400 kg/m3
(sumber: PPPURG 1987 tabel 1.1)

1.2.2 Beban Hidup


Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat fungsi pemakaian
gedung seperti beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tak dapat
dipisahkan dari gedung dan dapat diganti. Beban hidup yang diambil
pada perancangan ini berdasarkan pada Peraturan Pembebanan Indonesia
untuk Rumah dan Gedung Tahun 1987 (PPURG tahun 1987) tabel 1.2.

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 2
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

Tabel 1.2 Beban hidup


1 Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2 (kecuali yang disebut pada no.
2)
2
2 Lantai dan tangga rumah tinggal 125 kg/m
sederhana
Gudang-gudang selain untuk
toko, pabrik, bengkel
3 Sekolah, ruang kuliah 250 kg/m2
Kantor
Toko, toserba
Restoran
Hotel, asrama
Rumah sakit
4 Ruang olahraga 400 kg/m2
5 Ruang dansa 500 kg/m2
6 Lantai dan balkon dalam dari 400 kg/m2 (mesjid, gereja, ruang
ruang pertemuan pagelaran/rapat, bioskop dengan
tempat duduk tetap)
7 Panggung penonton 500 kg/m2 (tempat duduk tidak
tetap/penonton yang berdiri)
8 Tangga, bordes, tangga dan gang 300 kg/m2 (no. 3)
9 Tangga, bordes, tangga dan gang 500 kg/m2 (no. 4, 5, 6, 7)
10 Ruang pelengkap 250 kg/m2 (no. 3, 4, 5, 6, 7)
11 Pabrik, bengkel, gudang 400 kg/m2 (minimum)
Perpustakaan, ruang arsip, toko
buku
Ruang alat dan mesin
12 Gedung parkir bertingkat
2
- lantai bawah 800 kg/m
2
- lantai atas 400 kg/m

13 Balkon yang menjorok bebas 300 kg/m2 (minimum)


keluar
(sumber : PPURG 1987 tabel 1.2)

1.2.3 Beban Angin


Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 3
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

Dalam perancangan gedung bertingkat tinggi perancangan ini mengacu


pada American Society of Civil Engineering (ASCE).
1. Menentukan kriteria tipe bangunan (ASCE 7-05 pasal 6.5.1).
2. Menentukan kecepatan angin dasar (V) (ASCE 7-05 Pasal 6.5.4).
3. Menentukan velocity pressure.

1.2.4 Beban Gempa


Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja
pada gedung atau bagian gedung yang mendapat pengaruh dari gerakan
tanah akibat gempa tersebut. Pengaruh gempa pada struktur gedung
ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka dapat disimpulkan
bahwa beban gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut
yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa tersebut. Permodelan pada
perhitungan beban gempa terdiri atas arah gempa terhadap sumbu X dan
arah gempa terhadap sumbu Y.
Tahapan-tahapan dalam perhitungan beban gempa adalah:
1. Menentukan informasi dasar tentang perencanaan gedung berupa
tinggi bangunan, tinggi lantai dasar, tinggi tipikal lantai dasar,
dimensi kolom, dimensi balok, tebal pelat lantai, kuat tekan beton,
dan kuat tarik baja, dan beban-beban dasar yang bekerja yaitu berupa
beban mati dan beban hidup.
2. Menetapkan kategori risiko bangunan berkaitan dengan tingkat risiko
yang diperbolehkan pada bangunan yang direncanakan sesuai
peruntukannya. Penentuannya dapat dilihat pada tabel 1.3

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 4
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

Tabel 1.3 Katagori Risiko Bangunan

Sumber : SNI – 1726 – 2012 Pasal 4.1.2


3. Menentukan faktor keutamaan gempa, Ie. Nilai Ie didapat
berdasarkan kategori risiko bangunan seperti tabel 1.4
Tabel 1.4 Faktor Keutamaan Gempa

Sumber : SNI – 1726 – 2012 Pasal 4.1.2 Tabel 2


4. Menentukan parameter percepatan gempa terpetakan. Parameter
percepatan gempa yang digunakan adalah percepatan batuan dasar
pada perioda pendek (Ss) pada 0.2 detik dan percepatan batuan dasar
pada perioda 1 detik. (S1) dengan probabilitas terlampaui 2% dalam
50 tahun (gempa 2500 tahun). Penggunaan percepatan 0.2 detik dan
1 detik dikarenakan pada interval 0,2 detik sampai 1 detik

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 5
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

mengandung energi gempa terbesar. Nilai kedua parameter ini


didapat dari Gambar 1.1 dan Gambar 1.2

Gambar 1.1 Zona Peta Gempa Indonesia untuk Ss

Sumber : SNI – 1726 – 2012 Pasal 14 Gambar 9

Gambar 2.1 Zona Peta Gempa Indonesia untuk S1

Sumber : SNI – 1726 – 2012 Pasal 14 Gambar 10

5. Menentukan klasifikasi situs. Klasifikasi situs dapat ditetapkan


dengan tiga parameter, yaitu :
a) Kecepatan rata-rata gelombang geser
b) Tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata, atau tahanan
penetrasi standar rata-rata untuk lapisan tanah non kohesif
c) Kuat geser niralir rata-rata

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 6
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

Ketentuan mengenai penggunaan parameter di atas dijelaskan dalam


SNI pasal 5.3 dan 5.4. Dari parameter-parameter ini dapat diketahui
kalsifikasi situs sesuai dengan Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Klasifikasi Situs

Sumber : SNI – 1726 – 2012


6. Menentukan koefisien situ. Koefisisen situs Fa dan Fv didapat dari
Tabel 1.6 dan Tabel 1.7

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 7
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

Tabel 1.6 Koefisien Situs Fa

Sumber : SNI – 1726 – 2012

Tabel 1.7 Koefisien Situs Fv

Sumber : SNI – 1726 – 2012


7. Menghitng parameter percepatan spektral desain. Parameter
percepatan spektral desain SDS dan SD1 dihitung dengan Persamaan
(i) dan (ii) (SNI – 1726 – 2012 pasal 6.3) dengan nilai SMS dan SM1
dihitung dengan Persamaan (iii) dan (iv) (SNI – 1726 – 2012 pasal
6.2)

8. Menentukan koefisien modifikasi respons. Koefisien modifikasi


respons, R, berkaitan dengan daktilitas rencana struktur. Nilainya
bergantung pada sistem struktur yang digunakan. Nilai R ini dapat
ditetapkan dari SNI Tabel 9 atau Tabel 20 untuk bangunan

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 8
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

menyerupai gedung, dan SNI Tabel 21 untuk bangunan yang tidak


menyerupai gedung.
9. Meghitung periode fundamental perkiraan. Karena periode
fundamental struktur belum dapat ditentukan perlu ditentukan
periode fundamental perkiraan, Ta. Nilai Ta ini bisa dihitung dengan
Persamaan (v) (SNI Pasal 7.8.2.1) dengan terlebih dahulu
menentukan Ct dan x dari Tabel 1.8.

Tabel 1.8 Nilai Koefisein Waktu Getar Perkiraan Ct dan x.

Sumber : SNI – 1726 – 2012


10. Menghitung koefisien respons seismik. Koefisien respon seismik,
Cs, dihitung dengan persamaan (vi). Nilai dari persaman (vi) tidak
perlu melebihi nilai dari persamaan (vii) dan tidak boleh kurang dari
persamaan (viii) (SNI Pasal 7.8.1.1).

11. Menghitung berat seismik efektif. Berat seismik efektif harus


menyertakan semua beban mati dan beban lainnya sesuai SNI pasal
7.7.2. untuk penentuan nilai beban bisa mengacu pada SNI 1987.
12. Menghitung gaya geser dasar. Gaya geser dasar diperoleh dari
perkalian koefisien respons seismik dengan berat seismik efektif
seperti ditunjukkkan dalam persamaan (ix)

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 9
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

1.2.5 Kombinasi Pembebanan

Agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan


dan layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka
harus dipenuhi ketentuan dari faktor berikut:
1. Jika struktur atau komponen struktur hanya menahan beban mati D saja, maka
dirumuskan:
U = 1,4D (1.14)
2. Jika berupa kombinasi beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A
atau beban hujan R, maka dirumuskan:
U = 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R) (1.15)
3. Jika berupa kombinasi beban mati D, beban hidup L, dan beban angin W,
maka diambil pengaruh yang besar dari dua macam rumus berikut:
U = 1,2D + 1,0L ± 1,6W + 0,5(A atau R) (1.16)
U = 0,9D ± 1,6W (1.17)
Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan dalam perencanaan,
4. maka
diambil pengaruh yang besar dari dua macam rumus berikut:
U = 1,2D + 1,0L ± 1,0E (1.18)
U = 0,9D ± 1,0E (1.19)

1.3 Preliminary Design

1.3.1 Balok
Balok merupakan struktur bangunan atas yang berfungsi menopang
beban di atasnya seperti beban pelat lantai. Berdasarkan SNI 03-2847-2002
pasal 11.5.2 tabel 8, tebal minimum untuk balok non prategang dengan berat
jenis beton normal (Wc = 2400 kg/m3) dan mutu tulangan BJ 40 (fy = 400
MPa) adalah :
h ≥ L/16 → untuk perletakan dua tumpuan.
h ≥ L/18,5 → untuk perletakan satu ujung menerus.
h ≥ L/2 → untuk perletakan kedua ujung menerus.
h ≥ L/8 → untuk struktur kantilever.
1
Diambil: Balok Lantai = h = 12 . L

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 10
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

1
Balok Atap = h = 18 . L
1 2
dan lebar balok diambil − 3 H, dimana H adalah tinggi balok.
2
1 1
Sedangkan tebal untuk balok prategang adalah: h = . L s.d. 20 . L
18

1.3.2 Kolom
Kolom merupakan komponen struktur bangunan atas yang berfungsi
menopang beban tekan vertikal dan meneruskan beban seluruh bangunan ke
fondasi.
P Nu Nu
σ=F Fu = F=
F Fu

dimana:
σ = daya dukung tanah (t/m2)
P = beban (ton)
F = luas penampang kolom (m2)
Nu = beban per kolom (ton)
Fu = tegangan batas rata-rata (t/m2)

Nu = n . UG . A
dimana:
n = banyak lantai
UG = satuan beban gravitasi (1,2DL + 1,6LL)
A = luas penampang beban (m2)
Fu = 0,65 [0,85 fc’(1-p) + p.fy)]
fc’ = tekanan hancur beton

Jika jumlah lantai ≥ 30 lantai dipakai mutu beton sebesar 27 MPa


Jika jumlah lantai ≥ 20 lantai dipakai mutu beton sebesar 18,7 MPa
Jika jumlah lantai < 20 lantai dipakai mutu beton sebesar 14,5 MPa
P = persentase tulangan kolom, untuk lantai dasar maksimal 8%, untuk
lantai tingkat minimal 1%
0,65 = faktor reduksi untuk tekuk
Rahmat Ilahi (H1A115065)
Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 11
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

fy = tegangan leleh baja tulangan dipakai 3200 kg/cm2


1.3.3 Pelat
Penentuan tebal pelat satu arah berdasarkan SNI 03-2847 2002 pasal
11.5.2 tabel 8, yaitu:
Tebal minimum (h) untuk satu ujung menerus dan termasuk pelat
masif satu arah: h = Ln/24
Penentuan tebal pelat dua arah berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal
11.5.3, yaitu:
a. Untuk αm ≤ 0,2 …………... tp min = 12 cm (pelat tanpa penebalan)
tp min = 10 cm (pelat dengan penebalan)
b. Untuk 0,2 ≤ αm ≤ 2 ………. tp min = 12 cm
fy⁄
ln( 0,8+
h ≥ 36+5 ß [ αm1500
−0,2)
Panjang bentang menerus
ß= keliling panel
Eb .Ib
α = Rata-rata Es .Is

c. Untuk αm > 2,0 …………… tp min = 9 cm


fy⁄
ln( 0,8+ 1500)
h≥ 36+9 ß

Lebar balok efektif:


Balok L: be ≤ bw + (h – tp)
be ≤ bw + 4. tp
Balok T: be ≤ bw + 2.(h – tp)
be ≤ bw + 8. tp
Nilai be diambil yang terkecil.

1.4 Perhitungan Pembebanan Portal


Kemungkinan beban yang bekerja pada portal, antara lain:
a. Beban dari pelat lantai berupa beban trapesium dan segitiga
b. Beban dari dinding berupa beban merata segiempat
c. Beban dari balok berupa beban merata segiempat

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 12
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

1.5 Analisis Struktur


Gaya-gaya dalam struktur portal dapat ditentukan dengan
menggunakan software. Software yang akan digunakan dalam tugas akhir
ini adalah SAP 2000. Program SAP 2000 merupakan suatu program yang
digunakan untuk menganalisis desain dengan menggunakan metode elemen
hingga. Prinsip dasar perhitungan analisa struktur dengan menggunakan
software adalah:
1. Menyesuaikan satuan software dengan satuan perhitungan
perancangan.
2. Membuat permodelan struktur bangunan
3. Menentukan material yang akan dipakai pada perancangan
4. Menentukan besar profil yang akan dipakai
5. Mengaplikasikan besar profil pada struktur
6. Memasukkan besar pembebanan pada struktur
7. Mengaplikasikan beban
8. Melakukan pengecekan pada permodelan struktur
9. Menjalankan software untuk mendapatkan analisa struktur
10. Melakukan pengecekan pada hasil analisa struktur langkah
sebelumnya

Dasar dari perhitungan dengan software adalah metode matriks


perpindahan. Berikut langkah-langkah dari metode matriks perpindahan
untuk menganalisis struktur balok menerus dan portal tak bergoyang dengan
Metode Matriks Perpindahan :

1 Derajat Ketidaktentuan Kinematis (DKK)


Penentuan derajat ketidaktentuan kinematis berguna untuk mengetahui
banyaknya deformasi dan pengekangan pada titik-titik diskrit yang
mengalami deformasi.
1. Membuat Diagram P-X
2. Membuat diagram F-e
o
3. Matriks Momen Primer {Foi }

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 13
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

4. Matriks Gaya Simpul {P}


5. Matriks Statika [A]
6. Matriks Deformasi [B]
7. Kontrol [B] = [A]T
8. Matriks Kekakuan Unsur [S]
9. Matriks Perpindahan Gaya [SB]
10. Matriks Kekakuan Struktur [ASB]
11. Matriks Perpindahan Titik Hubung {X}
12. Matriks Momen Ujung {F}
13. Perhitungan Reaksi Perletakan
14. Kontrol kesetimbangan struktur
ΣM =0
ΣH = 0
ΣV = 0
15. Gambar Bidang Momen, Lintang, Normal
1.6 DESAIN PENULANGAN BALOK
1.6.1 Desain Tulangan Lentur Balok
1 Kontrol syarat komponen beton bertulang yang berdasarkan
Wilayah Gempa
2 Penulangan balok akibat momen lentur
3 Kontrol syarat penulangan balok yang berdasarkan Wilayah
Gempa

1.6.2 Desain Tulangan Geser Balok


1 Perhitungan Gaya geser rencana (Ve) antara dua muka tumpuan
yang merupakan kombinasi terbesar momen maksimum yang
mungkin terjadi (Mpr) akibat beban gravitasi dan beban gempa
arah ke kanan dan gempa arah ke kiri.
2 Perhitungan Mpr yang merupakan momen kapasitas balok
dengan tegangan tulangan sebesar fs=1,25.fy dan =1 dan
dihitung berdasarkan tulangan lentur terpasang.

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 14
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

𝐴𝑠 ∙ (1,25 ∙ 𝑓𝑦)
𝑎=
0,85 ∙ 𝑓𝑐′ ∙ 𝑏
𝑎
𝑀𝑝𝑟 = 𝐴𝑠 ∙ (1,25 ∙ 𝑓𝑦) ∙ (𝑑 − )
2
3 Dapat diamati bahwa Ve maksimum hasil kombinasi gaya geser
desain selalu lebih besar dari Vu hasil analisa struktur.
4 Perhitungan tulangan geser balok berdasarkan persyaratan pada
Wilayah Gempa.

1.6.3 Pemutusan Tulangan Balok


1 Pemutusan tulangan digunakan Mpr maksimum agar diperoleh
lokasi pemutusan terbesar.
2 Pemutusan tulangan dapat dilakukan cara lain sesuai
pertimbangan praktis.
1.7 DESAIN PENULANGAN KOLOM
1.7.1 Pengaruh Beban Gempa Orthogonal
1 Efek orthogonal tidak diperhitungkan bila beban aksial oleh
salah satu arah beban gempa < 20% beban aksial maksimal
kolom yang bersangkutan

1.7.2 Penulangan Memanjang Kolom


1 Kontrol syarat dimensi kolom
2 Persentase tulangan kolom 1% sd. 6%

1.7.3 Persyaratan Strong Columns Weak Beam


1 Kontrol syarat filosofi Capacity Design.
6
∑ 𝑀𝑒 > ∙ ∑ 𝑀𝑔
5

1.7.4 Pengekangan Kolom


1 Perhitungan spasi pada daerah pengekangan di ujung-ujung
kolom sepanjang lo.

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 15
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

1.7.5 Penulangan Geser Kolom


1 Perhitungan Gaya geser rencana (Ve) ditentukan dari kuat
momen maksimum dari setiap ujung komponen struktur yang
bertemu di HBK ybs.
2 Perhitungan Gaya geser (Vu) dengan meanggap momen lentur
di atas dan di bawah kolom penyangga lantai sama, maka gaya
geser desain berdasarkan Mpr positif dan negatif dari balok-
balok yang bertemu di HBK.

1.7.6 Sambungan Lewatan Tulangan Vertikal Kolom


1 Sambungan lewatan harus diletakan ditengah panjang kolom
dan harus diperhitungkan sebagai sambungan tarik

1.8 DESAIN HUBUNGAN BALOK-KOLOM


1.8.1 Hubungan Balok Kolom Tengah

1.8.2 Hubungan Balok Kolom Tepi

1.9 ANALISIS PONDASI


1 Perhitungan pembebanan pondasi
2 Perhitungan dimensi pondasi
3 Perhitungan daya dukung pondasi
4 Perhitungan penulangan pelat pondasi
5 Penggambaran penulangan pelat pondasi

1.10 ANALISIS PENULANGAN TANGGA


1 Perhitungan dimensi tangga
2 Perhitungan pembebanan tangga
3 Perhitungan gaya-gaya dalam tangga
4 Perhitungan penulangan tangga
5 Penggambaran penulangan tangga

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 16
Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil I Kelompok IX

1.11 ANALISIS MATERIAL


1 Perhitungan volume beton balok, kolom, pelat, tangga, dan pondasi
2 Perhitungan volume tulangan baja balok, kolom, pelat, tangga, dan
pondasi
3 Perhitungan material pondasi

1.12 GAMBAR BANGUNAN


1 Gambar Bangunan 3D
2 Gambar Bangunan Tampak Depan
3 Gambar Bangunan Tampak Samping
4 Gambar Bangunan Tampak Belakang
5 Gambar Denah Bangunan

1.13 GAMBAR PENULANGAN BALOK, KOLOM, PELAT, PONDASI,


DAN TANGGA
1 Gambar Penulangan Portal Potongan Memanjang
2 Detail penulangan balok dan kolom pada Portal Potongan Memanjang
3 Gambar Penulangan Portal Potongan Melintang
4 Detail penulangan balok dan kolom pada Portal Potongan Melintang
5 Gambar Denah dan Potongan Penulangan Pelat Lantai dan Dak
6 Gambar Denah dan Potongan Penulangan Pelat Pondasi
7 Gambar Denah dan Potongan Penulangan Tangga

Rahmat Ilahi (H1A115065)


Yunita Anggreni Prasetyo (H1A115073)
Lutfi Zakaria (H1A115210) 17

Anda mungkin juga menyukai