Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

adalah pengukuran perbandingan dari angka harapan hidup, melek huruf,

pendidikan dan standar hidup yang digunakan negara seluruh dunia. Indeks

pembangunan manusia digunakan untuk mengukur sebuah negara diklasifikasikan

apakah sebuah negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang.

Indeks Pembangunan Manusia mengukur apakah sebuah kebijakan ekonomi

sebuah negara berpengaruh atau tidak terhadap kualitas hidup warga negara.

Dalam konsep ini penduduk ditempatkan dalam tujuan akhir (the ultimated end)

sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means)

untuk mencapai tujuan.

Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development Report, 1995:103)15,

sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia adalah :

 Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian

 Pembangunan dimaksudkan tersebut untuk memperbesar pilihan-pilihan

bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh

karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk

secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

1
 Pembangunan manusia memfokuskan perhatiannya bukan hanya pada

upaya meningkatkan kemampuan (capability) manusia tetapi juga dalam

upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

 Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:

produktifitas,pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.

 Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Pembangunan manusia tidak hanya berhenti pada pilihan-pilihan tersebut,

karena masih banyak pilihan-pilihan yang lain yang berkembang. Pilihan-pilihan

tersebut bertambah seperti, kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai

kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang

sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia.

UNDP (United Nations Development Programme) melalui Human

Development Report tahun 1996 melakukan publikasi tentang Konsep Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai “a

process of enlarging people’s choices” atau suatu proses yang meningkatkan

aspek kehidupan masyarakat. Untuk mencapai suatu peningkatan aspek kehidupan

masyarakat, ada empat (4) yang harus diperhatikan, yaitu pemerataan (equity),

produktivitas (productivity), pemberdayaan (empowerment), dan kesinambungan

(sustainability). Pemerataan dilihat bagaimana seorang penduduk dapat

mengakses sumber daya ekonomi dan sosial, serta semua hambatan dalam

mengakses sumber daya tersebut harus diperkecil agar masyarakat bisa

2
berpartisipasi dalam kegiatan yang positif yang dapat meningkatkan kualitas

hidup yang produktif, Produktivitas yang dimaksud adalah bagaimana penduduk

berpatisipasi dalam menciptakan suatu pendapatan dan nafkah. Pemberdayaan

yang berarti setiap penduduk dapat mengambil manfaat dari proses sebuah

pembangunan. Dan kesinambungan yang berarti akses sumber daya dapat

dipastikan bisa diperoleh generasi-generasi penerus dan sumber daya tersebut

seperti sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan harus selalu diperbaharui.

Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

dikembangkan oleh Amartya Sen seorang ekonom Pakistan Mahbub Ul Hag serta

dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari

London Scholl of Economic pada tahun 1990. Penemuaan ini selanjutnya dipakai

oleh PBB untuk membuat laporan tahunan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

tidak hanya dipakai untuk membuat suatu bentuk laporan tahunan negara, tetapi

bisa juga dipakai untuk membuat laporan bentuk laporan tahunan sub

negara/wilayah.

Di Indonesia, perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pertama kali

dilakukan tahun 1990 yang merupakan hasil kerjasama antara BPS dan UNDP.

Hasil dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan perbandingan

antar provinsi yang ada di Indonesia. Jadi, perhitungan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Indonesia pada awalnya dilakukan pada tahun 1990.

Pembangunan Nasional Indonesia menurut GBHN sesungguhnya dijabarkan

ke dalam Repelita yang berisikan konsep pembangunan manusia, Indeks

3
Pembangunan Manusia (IPM) menjadi faktor yang menjelaskan bagaimana

seorang penduduk memperoleh suatu kesempatan untuk menerima haknya seperti

memperoleh pendidikan, kesehatan, pendapatan, kesempatan kerja, dan lain-lain

yang merupakan hasil dari suatu pembangunan.

Pembangunan Nasional Indonesia menurut GBHN sesungguhnya dijabarkan

ke dalam Repelita yang berisikan konsep pembangunan manusia, Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) menjadi faktor yang menjelaskan bagaimana

seorang penduduk memperoleh suatu kesempatan dalam penerimaan haknya

sebagai warga negara seperti memperoleh pendidikan, kesehatan, pendapatan,

kesempatan kerja, dan lain-lain yang merupakan hasil dari suatu pembangunan.

2.2 Tujuan Indeks Pembangunan Manusia

Tujuan IPM adalah untuk mencapai perencanaan dan pembangunan yang

terarah agar segala permasalah seperti kemiskinan, pengangguran, ketimpangan

pendapatan, dan lain-lain bisa berkurang signifikan.

Perhitungan IPM sebagai indicator pembangunan manusia memiliki tujuan

penting, diantaranya adalah :

1. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan

manusia dan perluasan kebebasan memilih.

2. Memanfaatkan sejumah indikator untuk menjaga ukuran tersebut agar

sederhana.

4
3. Memanfaatkan sejumah indikator untuk menjaga ukuran tersebut agar

sederhana.

4. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

2.3 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia

IPM dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal sebagai berikut :

1. Untuk mengalihkan fokus perhatian para pengambil keputusan, media, dan

organisasi non pemerintah dari penggunaan statistik ekonomi biasa, agar

lebih menekankan pada pencapaian manusia. IPM diciptakan untuk

menegaskan bahwa manusia dan segenap kemampuannya seharusnya

menjadi kriteria utama untuk menilai pembangunan sebuah negara,

bukannya pertumbuhan ekonomi.

2. untuk memperlihatkan apakah pembangunan di suatu daerah sudah

mengakomodasikan partisipasi seluruh penduduk dalam setiap tahapan

pembangunan.

3. Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara.

Bagaimana dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat

memiliki IPM yang berbeda.

4. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara

provinsi-provinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan, dan

kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau

5
kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan lahir

berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari sumber

masalah dan solusinya.

5. untuk melihat kinerja pembangunan manusia di suatu daerah, yang dalam

bahasa pemerintahan berarti menilai kinerja dan peranan birokrasi dalam

pencapaian menuju hidup layak.

2.4 Indikator - Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indikator - Indikator Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia pengukuran

indeks pembangunan manusia adalah, sebagai berikut :

2.4.1 Indeks Pendidikan

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi suatu bangsa dan

merupakan salah satu saran untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan

manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada pendidikan.

Pentingnya pendidikan tercantum dalam UUD 1945 dan GBHN yang mengatakan

bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara yang bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian pendidikan mempunyai peran

penting dalam kemajuan bangsa, ekonomi maupun sosial. Keadaan

pendidikan penduduk dapat diketahui dari bebrapa indikator seperti angka

pastrisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan angka melek huruf.

6
Perhitungan Indeks Pendidikan (IP) terdapat 2 indikator yaitu, angka melek

huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah/Means Years School (MYS). Populasi

yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun keatas, karena pada usia

tersebut ada yang sudah berhenti sekolah. Batasan usia umur 15 dibuat untuk

melihat apakah masih ada penduduk yang berada di bawah umur 15 tahun yang

tidak sekolah.

Angka Melek Huruf (AMH) adalah presentase penduduk usia 15 tahun keatas

yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam

hidupnya sehari- hari. Angka melek huruf dapat didapat dengan membagi jumlah

penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah

penduduk usia 15 tahun keatas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus.

Rumus :

𝑡
𝐿𝑡15+
𝐿𝐼𝑇 15= 𝑡 × 100
𝑃15+

LIT t15 = Angka Melek Huruf penduduk usia 15+ pada tahun t

Lt15 = Jumlah penduduk yang bisa membaca dan menulis pada tahun t

Pt15 = Jumlah penduduk usia 15+

7
a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka partisipasi sekolah merupakan indikator penting dalam pendidikan

yang menunjukan persentase penduduk usia 7-12 tahun yang masih terlibat

dalam sistem persekolahan.

b. Tingkat Pendidikan Teringgi yang Ditamatkan

Rendahnya tingkat pendidikan dapat menghambat jalannya

pembangunan, dengan demikian pendidikan yang tinggi sangat

diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keadaan seperti

ini sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu merupakan

usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam

dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Tingkat pendidikan tertingi

yang ditamatkan sering juga disebut dengan rata-rata lama bersekolah.

Rata-rata lama bersekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh

penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikian formal.

c. Angka Melek Huruf

Salah satu variabel yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial

yang merata adalah dengan melihat tingi rendahnya persentase penduduk

yang melek huruf. Tingat melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf

dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Karena kemampuan membaca

dan menulis yang dimiliki dapat mendorong penduduk untuk berperan aktif dalam

8
proses pembangunan. Angka melek huruf adalah peresentase penduduk usia

15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis.

2.4.2 Indeks Kesehatan

Kesehatan adalah variabel kesejahteraan masyarakat yang berhubungan

dengan kualitas kehidupan suatu penduduk yang dihitung dari angka harapan

hidup terendah. Kesehatan merupakan salah satu modal agar penduduk suatu

negara bisa ikut berpatisipasi dalam usaha pembangunan agar mencapai

keberhasilan. Untuk menentukan peringkat kabupaten/kota dalam pembangunan

kesehatan disusunlah Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu

indikator komposit yang menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan.

Variabel-variabel yang menggambarkan tingkat kemajuan pembangunan

kesehatan penduduk adalah :

a. Tingkat Kesehatan Penduduk

Tingkat kesehatan penduduk dilihat dari besar kecilnya keluhan penduduk

terhadap kesehatannya. Semakin banyak penduduk yang mengeluh terhadap

kesehatannya akan semakin memperburuk tingkat kesehatan penduduk di suatu

negara.

b. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan dapat dilihat banyaknya sarana dan prasana, serta

infrastruktur di bidang kesehatan seperti rumah sakit umum, rumah sakit daerah,

9
daya tampung rumah sakit, jumlah puskesmas, jumlah posyandu, puskesmas

pembantu, balai pengobatan, alat kesehatan, dan posyandu.

c. Usia Harapan Hidup

Usia harapan hidup merupakan salah satu alat ukur pemerintah untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah untuk melihat kesejahteraan penduduk untuk

meningkatkan derajat kesehatan penduduk. Umur penduduk yang tinggi pada

umumnya memiliki tingkat kesehatan yang baik sedangkan umur penduduk yang

rendah memiliki tingkat kesehatan penduduk. Jika umur penduduk yang rendah

pemerintah harus membuat program pembangunan kesehatan, dan program

sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan,kecukupan gizi dan kalori,

serta pembrantasan kemiskinan. Angka Harapan Hidup dihitung dengan

menggunakan paket program MORTPAK (metode Trussel dengan model West),

dengan Input Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup(AMH). Jika usia

harapan hidup di dalam suatu negara adalah x berarti bagaimana seorang

penduduk dapat mencapai usia umur hidup x. Usia harapan hidup penduduk dapat

dihitung dengan rumus :

𝐿𝐸 − 25
Indeks Harapan Hidup =
85 − 25

Dimana:

LE = Angka harapan hidup yang disesuaikan dengan standar global

UNDP

10
d. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan dapat dilihat dari jumlah dokter umum, dokter gigi, dokter

umum, dokter spesialis, bidan, perawat, dan apoteker.

2.4.3 Tingkat Konsumsi atau Tingkat Pendapatan

Tingkat kesejahteraan penduduk dilihat dari besarnya tingkat pendapatan

yang diterima seorang penduduk. Jika pendapatan seorang penduduk meningkat

dapat menaikkan tingkat konsumsi seorang penduduk. Namun tingkat pendapatan

seorang penduduk sulit diukur karena adanya hambatan teknis. Oleh sebab itu,

pendapatan rumah tangga dapat diukur dari pengeluaran rumah tangga, dengan

melihat pengeluaran konsumsi dan non-konsumsi.

2.5 Metode Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Selama dua puluh lima tahun terakhir sejak tahun 1990 dimana IPM pertama

kali launching, telah dilakukan beberapa kali perubahan baik indikator maupun

metode penghitungan bahkan penyempurnaan itu dimulai mulai tahun 1991

dilanjutkan tahun 1995, tahun 2010 , tahun 2011 dan terakhir tahun 2014.

Perubahan tersebut terus dilakukan dalam upaya agar menghasilkan indeks yang

representatif sesuai dengan kondisi zaman dan perekonomian terkini.

11
2.5.1 Gambar Sejarah Perhitungan IPM :

Sumber : BPS

Tahun 2015 adalah tahun dimana BPS mengadaptasi perubahan metode

penghitungan IPM 2014. UNDP sendiri sudah merubah metodologi sejak tahun

2010 dan direvisi tahun 2011 bahkan India dan Filipina telah memulai

mengaplikasikan metode baru sejak tahun 2011. Adapun alasan dilakukan

perubahan terhadap metodologi penghitungan IPM adalah:

12
1. Indikator Angka melek Huruf sudah tidak sensitif dalam menggambarkan

kualitas pendidikan mengingat AMH hampir mendekati 100 di semua

daerah yang berarti hampir semua bisa penduduk baca tulis sehingga tidak

relefan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat

membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik.

2. PDB Perkapita tidak dapat lebih menggambarkan pendapatan masyarakat

pada suatu wilayah.

3. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM

menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat

ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

2.5.2 Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru Perhitungan IPM

Sumber : BPS

13
a. Metode Lama

Sumber : BPS

b. Metode Baru

Sumber : BPS

Untuk menghitung indeks masing-masing komponen Indeks Pembangunan

Manusia digunakan batas maksimum dan minimum seperti yang terlihat pada

tabel.yaitu :

2.5.3 Tabel Batas Maksimum dan Minimum

No. Komponen IPM Maksimum Minimum

1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 85 25

2 Angka Harapan Hidup (Tahun) 100 0

14
3 Rata-rata lama Sekolah (Tahun) 15 0

4 Daya Beli (Rupiah PPP) 732.720 300.000

Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada

skala 0,0-100,0 dengan kategori sebagai berikut:

 Tinggi : IPM lebih dari 80,0

 Menegah Atas : IPM antara 66,0-79,0

 Menengah Bawah : IPM antara 50,0-59,0

 Rendah : IPM kurang dari 50,00

15
2.6 Konsep Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami

seorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal

atau yang layak bagi kehidupannya. Kebutuhan dasar minimal yang dimaksud

adalah yang berkaitan dengan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan

kebutuhan sosial yang diperlukan oleh penduduk atau rumah tangga untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Menurut Ritonga (2003:1).

Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atausekelompok

orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau

sekelompok tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak

mampu mencapai kehidupan yang layak (Mencher,2011).

Tjahya (2000) menyebutkan bahwa penduduk miskin yang berada pada

masyarakat pedesaan dan perkotaan, pada umumnya dapat digolongkan pada

buruh tani, petani gurem, pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh,

pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, gelandangan, pengemis dan

pengangguran yang marak.

Kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi dengan demikian merupakan dua

istilah yang sinonim. Suatu negara dikatakan miskin karena ia terbelakang. Ia

terbelakang karena ia miskin, dan tetap terbelakang karena tidak mempunyai

sumber yang diperlukan untuk meningkatkan pembangunan.

16
Kemiskinan merupakan penyebab sekaligus akibat dari rendahnya tingkat

pembentukan modal suatu negara. Masyartakat suatu negara terbelakang tercekam

oleh kemiskinan. Kebanyakan dari mereka buta huruf dan tidak terdidik, serta

menggunakan peralatan modal dan produksi yang telah usang. Dengan begitu

produktivitas marginalnya menjadi sangat rendah. Produktivitas rendah

menyebabkan pendapatan nyata rendah, tabungan rendah, investasi rendah. Dan

tingkat pembentukan modal rendah.

2.7 Defenisi Kemiskinan Menurut Para Ahli

1. Menurut BAPPENAS, kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena

keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang

dimilikinya.

2. Menurut Reitsma dan Kleinpenning, kemiskinan adalah

ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang

bersifat material maupun non-material.

3. Menurut Suparlan, kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah

karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila

dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat

sekitarnya.

4. Menurut Friedman, kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk

memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan,

17
organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan

keterampilan, serta informasi.

5. Menurut Faturachman dan Marcelinus Molo, kemiskinan adalah

ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah tangga) untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya.

6. Menurut Ellis, kemiskinan adalah sebuah gejala multidimensional yang

bisa dikaji dari dimensi ekonomi dan sosial politik.

7. Menurut Levitan, kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan

yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.

8. Hall dan Midgley, menyatakan kemiskinan dapat didefenisikan sebagai

kondisi deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di

bawah standar kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu

mengalami deprivasi relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya

dalam masyarakat.

9. Menurut Syaifuddin, membagi cara berpikir yang memandang kemiskinan

sebagai gejala absolut dan sebagai gejala relatif. Cara berfikir (model)

mengenai kemiskinan sebagai gejala absolut memandang kemiskinan

sebagai kondisi serba berkekurangan materi, hanya memiliki sedikit atau

bahkan tidak memiliki sarana untuk mendukung kehidupan sendiri. Cara

pandang relativistik ini terdiri atas dua cara pandang, yakni cara pandang

(model) kebudayaan, dan cara pandang (model) Struktural.

18
2.8 Ukuran Kemiskinan

Pada umumnya terdapat 2 indikator untuk mengukur tingkat kemiskinan di

suatu wilayah, yaitu kemiskinan absolute dan kemiskinan relatif.

a. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolute merupakan ketidakmampuan seseorang dengan

pendapatan yang diperolehnya mencukupi kebutuhan dasar minimum yang

diperlukan untuk hidup setiap hari.Kebutuhan minimum tersebut digunakan

sebagai batas garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang

selalu konstan secara riil, sehingga dapat ditelusuri kemajuan yang diperoleh

dalam menanggulangi kemiskinan pada level absolut sepanjang waktu.

b. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencapai

standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat sehingga proses

penentuannya sangat subjektif. Mereka yang berada dibawah standar penilaian

tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relatif.Kemiskinan relatif ini

digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan.

2.9 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

2.9.1 Menurut Paul Spicker, Penyebab kemiskinan dapat dibagi dalam empat

mazhab, yaitu :

19
1. Individual explanation, diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu

sendiri: malas, pilihan yang salah, gagal dalam bekerja, cacat bawaan,

belum siap memiliki anak dan sebagainya.

2. Familial explanation, akibat faktor keturunan, dimana antar generasi

terjadi ketidakberuntungan yang berulang, terutama akibat

pendidikan.

3. Subcultural explanation, akibat karakteristik perilaku suatu lingkungan

yang berakibat pada moral dari masyarakat.

2.9.2 Menurut Sharp et al., meliputi :

1. Rendahnya kualitas angkatan kerja salah satu penyebab terjadinya

kemiskinan adalah karena rendahnya kualitas angkatan kerja. Kualitas

angkatan kerja ini bisa dilihat dari angka buta huruf. Sebagai contoh

Amerika Serikat hanya mempunyai angka buta huruf sebesar 1%,

dibandingkan dengan Ethiopia yang mempunyai angka diatas 50%.

2. Akses yang sulit terhadap kepemilikan modal

Kepemilikan modal yang sedikit serta rasio antara modal dan tenaga kerja

(capital-to-labor ratios) menghasilkan produktivitas yang rendah yang

pada akhirnya menjadi faktor penyebab kemiskinan.

3. Rendahnya tingkat penguasaan teknologi Negara-negara dengan

penguasaan teknologi yang rendah mempunyai tingkat produktivitas yang

rendah pula. Tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan terjadinya

20
pengangguran. Hal ini disebabkan oleh kegagalan dalam mengadaptasi

teknik produksi yang lebih modern. Ukuran tingkat penguasaan teknologi

yang rendah salah satunya bisa dilihat dari penggunaaan alat-alat produksi

yang masih bersifat tradisional.

4. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Negara miskin sumber daya

yang tersedia tidak dipergunakan secara penuh dan efisien. Pada

tingkrumah tangga penggunaan sumber daya biasanya masih bersifat

tradisional yang menyebabkan terjadinya inefisiensi.

5. Pertumbuhan penduduk yang tinggi Menurut teori Malthus jumlah

penduduk berkembang sesuai deret ukur sedangkan produksi bahan

pangan berkembang sesuai deret hitung. Hal ini mengakibatkan kelebihan

penduduk dan kekurangan bahan pangan yang menyebabkan kemiskinan.

2.9.3 Menurut Kuncoro (2000:107) sebagai berikut :

1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan

timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah

yang terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia

karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas

juga rendah, upahnya pun rendah.

21
3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal

Sendalam ismawan (2003.102) mengutarakan bahwa penyebab

kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat

keterbatasan dan ketertiadaan akses manusia mempunyai keterbatasan

(bahkan tidak ada) pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali

menjalankan apa terpaksa saat ini yang dapat dilakukan (bukan apa yang

seharusnya dilakukan) Dengan demikian manusia mempunyai

keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk

mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.

2.10 Kebijakan-Kebijakan Mengurangi Kemiskinan

Kebijakan-kebijakan memiliki beda pandangan menurut filsuf pembuat

kebijakan dan pemerintah, banyak sekali kebijakan yang dibuat agar penduduk

miskin keluar dari lingkaran kemiskinan. Pemerintah harus menciptakan jarring

pengaman untuk mencegah penduduknya terlalu miskin. Berikut ini beberapa

kebijakan untuk mengurangi kemiskinan :

 Membuat Upah Minimum

Di banyak negara telah terdapat undang undang yang mengharuskan

perusahaan meveka tidak dapat seenaknya menentukan upah para pekerjanya

dengan tujuan agar para pengusaha tidak seenaknya memberikan upah, dan para

pengusaha tidak merasa rugi dalam memberikan upah karena diperaturan tersebut

sudah tercantum minimal upah.Pemberian upah minimum juga dilihat dari

pendikan dan keahlian yang dimiliki para pekerja.

22
 Kesejahteraan

Cara lain yang ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan standard

kalangan miskin adalah dengan memberikan pendapatan tambahan secara

langsung. Biasanya yang mendapatkan bantuan tambahan pendapatan pada

masyarakat miskin yaitu keluarga yang tidak memiliki kepala keluarga.

 Pajak Pendapatan Negatif

Pajak pendapatan negative adalah Kredit Pajak Pendapatan yang diperoleh.

Hasil dari kredit pajak pendapatan yang diterima Earned Income Tax Credit,

EITC). selanjutnya akan disalurkan kepada penduduk yang miskin. Biasanya

pajak pendapatan yang diperoleh pemerintah jumlahnya lebih besar daripada

pajak pendapatan yang mereka bayarkan.

2.11 Definisi Dan Cara Pengukuran Tingkat Pengangguran

Pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang dihadapi

dak saja oleh negara-negara sedang berkembang (developing countries), akan

tetapi juga oleh negara-negara yang sudah maju (developed countries). Secara

umum, pengangguran didefinisikan sebagai súatu keadaan dimana seseorang

yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki

pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Seseorang yang tidak

kerja, tetapi secara aktif mencari pekerjaan tidak dapat digolongkan sebagai

penganggur. Untuk mengukur pengangguran di dalam suatu negara biasanya

digunakan apa yang dinamakan tingkat pengangguran (unemployment rate)

23
yaitu jumlah penganggur dinyatakan sebagai persentase dari total angkatan

kerja (labor force). Sedangkan angkatan kerja itu sendiri adalah jumlah orang

yang bekerja dan tidak bekerja, yang berada dalam kelompok umur tertentu (di

Indonesia misalnya, yang termasuk dalam angkatan kerja adalah mereka yang

berumur 10 tahun ke atas; sedangkan di USA adalah mereka yang berumur

antara 15 64 tahun).

Pengangguran pada prinsipnya mengandung arti hilangnya output (loss

of output) dan kesengsaraan bagi orang yang tidak bekerja (human misery),

dan merupakan suatu bentuk pemborosan sumberdaya ekonomi. Disamping

memperkecil output, pengangguran juga memacu pengeluaran pemerintah

lebih tinggi untuk keperluan kompensasi pengangguran dan kesejahteraan. Hal

ini terutama terjadi di negara-negara maju dimana negara atau pemerintah

empunyai kewajiban untuk menyediakan tunjangan bagi para penganggur.

Untuk dapat menentukan tingkat (presentase) pengangguran yang terdapat

dalam perekonomian, perlu pula ditentukan jumlah angkatan kerja pada bulan

tersebut. Menurut Sadono Sukirno (2000), golongan penduduk yang tergolong

sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang berumur di antara 15 hingga 64

tahun, kecuali: (i) ibu rumah tangga yang lebih suka menjaga keluarganya

daripada bekerja, (ii) penduduk muda dalam lingkungan umur tersebut yang

masih meneruskan pelajarannya di sekolah dan universitas, (iii) orang yang belum

mencapai umur 65 tetapi sudah pensiun dan tidak mau bekerja lagi, dan (iv)

pengangguran sukarela yaitu golongan penduduk dalam lingkungan umur tersebut

yang tidak secara aktif mencari pekerjaan.

24
Penduduk umur 15-64 tahun, dapat dipandang sebagai tenaga kerja potensial.

Mereka dapat digolongkan sebagai tenaga kerja apabila mereka benar-benar

memilih untuk bekerja atau mencari pekerjaan, akan tetapi sebagian dari mereka,

memilih untuk tidak bekerja dan itu berdasarkan kepada pilihan mereka sendiri.

Oleh karena itu jumlah jumlah tenaga kerja yang sebenarnya terdapat dalam

perekonomian (L), yang digolongkan sebagai angkatan kerja atau labour force.

Perbandingan di antara angkatan kerja yang sebenarnya dengan penduduk dalam

lingkungan umur 15-64 tahun dinamakan tingkat penyertaan tenga kerja (labour

participation rate).

Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati melalui

dua pendekatan antara lain sebagai berikut :

a. Pendekatan Angkatan Kerja (Labor force apprpach) Besar kecilnya

tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari perbandingan

jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan kerja.

b. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (Labor utilization approach) Untuk

menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang didasarkan pada

pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain:

1. Bekerja penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau

jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

2. Setengah menganggur (underemployed) yaitu mereka yang bekerja,

tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka

dalam seminggu kurang dari 35 jam.

25
2.12 Jenis Pengangguran

Berdasarkan pengertiannya, pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga,

antara lain :

1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) Pengangguran terbuka

adalah pengangguran yang dimana yang kategori sudah usia angkatan

kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan. Pengangguran ini timbul karena

belum mendapatkan pekerjaan padahal sudah mencari pekerjaan dengan

maksimal, dan ada juga yang malas mencari pekerjaan.

2. Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment) Pengangguran

terselubung yaitu pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya

tenaga kerja untuk satu jenis pekerjaan padahal dengan mengurangi tenaga

kerja tersebut sampai jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah

produksi. Pengangguran terselubung bisa juga terjadi karena seseorang

yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya, akhirnya

bekerja tidak optimal. Contoh: Dalam suatu perusahaan terdapat 10 tenaga

marketing untuk menangani pekerjaan yang ada, padahal semua

pekerjaanan dapat diselesaikan dengan baik hanya dengan 6 orang tenaga

marketing. Akibatnya karyawan-karyawan tersebut bekerja tidak optimal

dan bagi perusahaan itu merupakan suatu pemborosan.

3. Setengah Menganggur (Under Unemployment) yaitu pengangguran yang

situasi dimana orang bekerja tapi tenaganya kurang termanfaatkan diukur

dari curahan jam kerja, produktifitas kerja dan penghasilan kerja yang

26
diperoleh. Misalnya orang yang bekerja sebagai freelancer, dimana ia

tidak ada kepastian mengerjakan pekerjaan pada waktu tertentu.

Dilihat dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan ke dalam

beberapa jenis sebagai berikut :

1. Pengangguran Friksional atau transisi (frictional or transitional un-

employment). Pengagguran Friksional adalah jenis pengangguran yang

timbul sebagai akibat dari adanya perubahan di dalam syarat-syarat kerja,

yang terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang

terjadi. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya

orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, atau dari satu pekerjaan ke

pekerjaan lain, atau melalui berbagai tingkat siklus kehidupan yang

berbeda. Dengan perkataan lain, Pengangguran friksional adalah

pengangguran yang terjadi sebagai hasil dari pergerakan individual antara

bekerja dan mencari pekerjaan baru (Dornbusch, et.al, 2001).

2. Pengangguran struktural (structual unemployment) atau Adapun yang

maksud dengan pengangguran struktural adalah jenis pengangguran

terjadi sebagai akibat adanya perubahan di dalam struktur pasar

tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara

penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidakseimbangan di dalam

pasar tenaga kerja yang terjadi antara lain karena adanya peningkatan

permintaan atas satu jenis pekerjaan sementara jenis pekerjaan lainnya

permintaannya mengalami penurunan, dan penawaran itu sendiri tidak

27
dapat melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap situasi tersebut

(Samuelson dan Nordhaus 1992). Singkatnya, pengangguran

struktural adalah pengangguran yang terjadi ketika perekonomian

beroperasi pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) atau

tingkat alamiah (natural rate). Salah satu faktor penyebab timbulnya

pengangguran struktural adalah karena adanya kemajuan teknologi

(technological progress). Dengan kemajuan teknologi, di satu pihak

memang memungkinkan perusahaan untuk menaikkan produksi, namun

pada waktu yang sama perusahaan juga akan mengurangi tenaga kerja

yang digunakan. Pengangguran yang disebabkan oleh kemajuan teknologi

inilah yang dinamakan pengangguran teknologi (technological

unemployment).

3. Pengangguran alamiah (Natural unemployment) atau lebih dikenal istilah

tingkat pengangguran alamiah (Natural rate of unemployment) adalah

tingkat pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja penuh (Sach

and Larrain, 1993 : 456), atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang

diharapkan (expected inflation) atau tingkat pengangguran dimana inflasi

yang diharapkan (expected inflation) sama dengan tingkat inflasi actual

(actual inflation) sama dengan tingkat inflasi actual (actual inflation).

Milton Friedman (1968) mendefenisikan tingkat pengangguran

alamiah sebagai tingkat pengangguran dimana tekanan ke atas (Upward

pressure) dan tekanan ke bawah (downward pressure) terhadap inflasi

harga dan upah berada dalam keseimbangan. Pada tingkat alamiah (natural

28
rate), inflasinya adalah stabil, artinya tanpa kecenderungan untuk

menampilkan percepatan (acceleration) ataupun penurunan inflasi.Oleh

karena itu, tingkat pengangguran alamiah juga sering didefinisikansebagai

tingkat pengangguran yang tidak memacu inflasi (non accelerating

inflation rate of unemployment) disingkat NAIRU); dan oleh

Blanchard2000) didefinisikan sebagai tingkat pengangguran yang

berkaitan dengan keseimbangan makroekonomi dimana tingkat inflasi

yang diharapkan (expected level) adlah sama dengan tingkat inflasi actual

(actual level). Pengangguran alamiah terdiri atas pengangguran

friksional dan pengangguran structural, dan para ahli ekonomi

memperkirakannya berkisar antara 4,0-6,5 persen.

4. Pengangguran siklis atau konjungtural (cyclical unemployment) adalah

jenis pengangguran yang terjadi sebagai akibat dari merosotnya kegiatan

ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan agregat (aggregate

effective demand) di dalam perekonomian dibandingkian dengan

penawaran agregat (AS). Oleh karena itulah, para ahli ekonomi sering

menyebut jenis pengagguran ini sebagai ”demand-deficient

unemployment”. Sebaliknya, Pengangguran siklis adalah pengangguran

yang terjadi ketika output berada di bawah tingkat kesempatan kerja penuh

(below full employment level) (Dornbusch dan Fischer, 1996 : 506-507).

5. Pengangguran teknologi Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh

adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia.

Penggunaan teknologi tersebut dapat mempercepat proses produksi dan

29
mengurangi biaya produksi yang ditimbulkan dari pembayaran upah bagi

karyawan dibanding dengan menggunakan tenaga manusia.

2.13 Dampak Pengangguran

Pengangguran yang terjadi di dalam suatu perekonomian dapat membawa

dampak atau akibat buruk, baik terhadap perekonomian maupun individu.

2.13.1 Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian

Setiap negara selalu berusaha agar tingkat kemakmuran masyarakatnya dapat

dimaksimumkan dan perekonomian selalu mencapai pertumbuhan ekonomi yang

mantap dan berkelanjuan (sustained economic growth). Tingkat pengangguran

yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai tujuan tersebut. Hal

ini dapat dilihat dengan jelas dari berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi

yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk pengangguran

terhadap perekonomian, adalah :

a. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan

tingkat kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran

menyebabkan output aktual (actual output) yang dicapai lebih rendah dari

atau berada di bawah output potensial (potential output). Keadaan ini

berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang dicapai adalah lebih rendah

dari tingkat yang mungkin akan dicapainya.

b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak (tax revenue) pemerintah

berkurang. Pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat

30
kegiatan ekonomi, pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan pajak

yang mungkin diperoleh pemerintah akan menjadi semakin sedikit.

Dengan demikian, tingkat pengangguran yang tinggi akan mengurangi

kemampuan pemerintah dalam menjalankan berbagai kegiatan

pembangunan.

c. Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak akan

menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran menimbulkan dua

akibat buruk kepada kegiatan sektor swasta. Pertama, pengangguran

tenaga kerja biasanya akan diikuti pula dengan oleh kelebihan kapasitas

mesin-mesin perusahaan. Keadaan ini jelas tidak akan mendorong

perusahaan untuk melatukan investasi di masa yang akan datang. Kedua,

pengangguran yang timbul sebagai akibat dari kelesuan kegiatan

perusahaan menyebabkan keuntungan berkurang. Keuntungan yang rendah

mengurangi keinginan perusahaan untuk melakukan investasi. Kedua hal

tersebut jelas tidak akan menggalakkan pertumbuhan ekonomi di masa

yang akan datang.

2.13.2 Dampak Pengguran Terhadap Individu dan Masyarakat

Selain membawa akibat buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan,

pengangguran yang terjadi juga akan membawa beberapa akibat buruk terhadap

individu dan masyarakat, sebagai berikut :

a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan

pendapatan. Di negara-negara maju, para penganggur memperoleh

31
tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran, dan oleh

sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk membiayai

kehidupannya dan keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung kepada

tabungan mereka atau bantuan orang lain. Sebaliknya, di negara-negara

berkembang tidak terdapat program asuransi pengangguran, dan

karenanya, kehidupan penganggur harus dibiayai oleh tabungan masa lalu

atau pinjaman/bantuan keluarga dan teman-teman. Keadaan ini potensial

bisa mengakibatkan pertengkaran dan kehidupan keluarga yang tidak

harmonis.

b. pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangnya

keterampilan. Keterampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya

dapat dipertahankan apabila keterampilan tersebut digunakan dalam

praktek. Pengangguran dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan

tingkat keterampilan (skills) pekerja menjadi semakin merosot.

c. Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidak-stabilan sosial dan politik.

Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat

menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah yang

berkuasa. Golongan yang berkuasa akan semakin tidak populer di mata

masyarakat, dan berbagai tuntutan dan kritik akan dilontarkan kepada

pemerintah dan adakalanya hal itu disertai pula dengan tindakan

demonstrasi dan huru hara. Kegiatan-kegiatan kriminal seperti pencurian

dan perampokan, dan lain sebagainya akan semakin meningkat.

32
2.14 Pengertian Ketimpangan Pendapatan

Kesenjangan pendapatan dapat diartikan sebagai perbedaan kemakmuran

ekonomi antara yang kaya dengan yang miskin. Hal ini tercermin dari perbedaan

pendapatan (Robert E Baldwin, 1986 : 16).

Masalah kesenjangan pendapatan sering juga diikhtisarkan, bahwa

pendapatan riil dari yang kaya terus bertambah sedangkan yang miskin terus

berkurang. Ini berarti bahwa pendapatan riil dari yang kaya tumbuh lebih cepat

dari pada yang miskin (Bruce Herrick/Charles P Kindleberger, 1988 : 171).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesenjangan pendapatan adalah

perbedaan jumlah pendapatan yang diterima masyarakat sehingga mengakibatkan

perbedaan pendapatan yang lebih besar antar golongan dalam masyarakat

tersebut. Akibat dari perbedaan itu maka akan terlihat kesenjangan yaitu yang

kaya akan semakin kaya dan sebaliknya yang miskin akan semakin

terpuruk.Ketimpangan Pendapatan sendiri bisa terjadi pada antar sektor maupun

antar daerah.

Menurut Myrdall, ketimpangan pendapatan terjadi karena kuatnya dampak

balik dan lemahnya dampak sebar di negara-negara berkembang (M.L. Jhingan,

1999 : 212).

Apabila kita menganalisa faktor-faktor yang menentukan tentang pemerataan

penghasilan yang timpang adalah pemerataan kekayaan atau harta yang produktif

dan menghasilkan seperti tanah dan modal dalam segmen-segmen yang berbeda

33
dalam masyarakat dunia ketiga yang pada umumnya menyebabkan perbedaan

penghasilan yang besar sekali antara yang kaya dan miskin atau antara golongan

dan lapisan masyarakat.

2.15 Indikator Ketimpangan Pendapatan

Indikator untuk mengetahui ketimpangan dan kesenjangan pendapatan dapat

dilakukan dengan :

2.15.1 Kurva Lorenz

Cara umum yang lain melihat penghasilan pribadi adalah dengan membuat

apa yang dinamakan dengan Kurva Lorenz. Jumlah penerimaan penghasilan

ditempatkan diatas sumbu horizontal sedangkan sumbu vertikal menggambarkan

bagian jumlah penghasilan yang diterima oleh masing-masing persentase

populasi. Kedua sumbu tersebut dikombinasikan sampai dengan 100 persen.

Dengan demikian kedua sumbu tersebut sama panjang dan semua angka

ditempatkan dalam bujur sangkar. Pada garis diagonal, yang merupakan garis

persamaan digambarkan dari sudut bawah sebelah kiri bujur sangkar menuju

kearah sebelah kanan pada sudut atas Kurva Lorenz tersebut.

34
.

Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif yang aktual antara

persentase-persentase penerimaan penghasilan yang mereka terima sebenarnya.

Semakin jauh Kurva Lorenz dari garis diagonal berarti semakin besar pula

ketimpangan pendapatan yang terjadi, dan sebaliknya semakin dekat Kurva

Lorenz dengan garis diagonal maka akan semakin kecil tingkat ketimpangan

pendapatan yang terjadi.

Menurut BPS indikator yang sering digunakan untuk mengetahui

ketimpangan distribusi pendapatan adalah Indeks Gini dan kriteria Bank Dunia.

Kriteria Bank Dunia berdasarkan penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan

yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah. Ketimpangan

distribusi pendapatan dikategorikan: (a) tinggi, bila 40% penduduk

berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12% bagian pendapatan; (b)

sedang, bila 405 penduduk berpenghasilan terendah menerima 12 hingga 17%

bagian pendapatan; (c) rendah, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah

menerima lebih dari 17% bagiam pendapatan. Indeks Gini adalah ukuran

ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna)

35
hingga satu (ketimpangan sempurna). Pada prakteknya, keofisien gini untuk

negara-negara yang derajat ktimpangannya tinggi bekisar antara 0,50 hingga 0,70,

sedangkan untuk negara-negara yang distribusi pendapatannya relative merata,

angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35 (Todaro, 2006).

2.15.2 Koefisien Gini

Pada Gambar berikut ini adalah rasio area A yang diberi arsiran

dibandingkan dengan jumlah area segitiga ABC. Rasio ini dikenal dengan nama

Rasio Koefisien Gini atau Koefisien Gini. Nama Koefisien Gini diambil dari

nama seorang ahli statistik Italia yaitu C. Gini, orang pertama yang

memformulasikan hal tersebut pada tahun 1912.

Pengukuran tingkat ketimpangan dengan menggunakan Koefisien Gini

diformulasikan sebagai berikut :

𝑃𝑖(𝑄𝑖+𝑄𝑖−1
G𝐺 = 1 − 𝑖 ∑ 10.000

Keterangan :

G = Koefisien Gini

Pi = Persentase penduduk

Qi = Persentase pendapatan

Qi-1 = Persentase pendapatan sebelumnya

36
Koefisien Gini adalah persamaan ukuran ketimpangan dan bisa berbeda-beda

dari nol yang mengindikasikan suatu kemerataan sempurna (perfect equality)

sampai satu yang berarti suatu ketimpangan total (perfect inequality) dalam

distribusi pendapatan dan pengeluaran.

Adapun kriteria ketimpangan pendapatan berdasarkan Koefisien Gini adalah :

1. Lebih dari 0,5 adalah berat.

2. Antara 0,35 dan 0,5 adalah sedang.

3. Kurang dari 0,35 adalah ringan.

Penelitian Terdahulu

37

Anda mungkin juga menyukai