Anda di halaman 1dari 10

Gejala Alam Biotik dan Abiotik

Gejala alam adalah gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi di alam sebagai akibat interaksi
antar komponen penyusun ekosistem. Berdasarkan penyebabnya, gejala alam dibedakan
menjadi 2 yakni gejala alam biotik dan abiotik.

Gejala Alam Biotik


Gejala alam biotik adalah gejala alam berupa peristiwa yang timbul akibat interaksi antar
komponen biotik (mahluk hidup) dalam ekosistem. Kita dapat menemukan contoh gejala alam
biotik di lingkungan sekitar kita. Beberapa di antaranya antara lain timbulnya hama tanaman
yang meraja lela, penyebaran virus HIV dan Flu Burung, membeludaknya populasi eceng
gondok di ekosistem perairan, serta kepunahan berbagai spesies hewan dan tumbuhan langka.

1. Hama Tanaman yang Merajalela


Hama tanaman yang merajalela di sekitar lingkungan budidaya seperti pada ekosistem sawah
dan kebun merupakan salah satu contoh gejala alam biotik. Keadaan ini timbul akibat beberapa
faktor. Adapun faktor utama yang menyebabkan masalah ini adalah karena terbunuhnya musuh
alami hama tersebut, baik karena penggunaan pestisida yang berlebihan atau karena hadirnya
predator musuh alami.

2. Penyebaran Virus Flu Burung


Virus flu burung atau H5N1 muncul akibat terjadinya mutasi genetik pada berbagai jenis unggas.
Dengan perpindahan yang tidak bisa dikendalikan, unggas-unggas yang terinveksi akan
menularkan virus ini pada unggas lain di tempat barunya. Penyebaran virus ini selanjutnya
bahkan bisa menjangkiti manusia.

3. Penyebaran Virus HIV


Virus HIV Aids yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya juga merupakan salah satu masalah
timbulnya gejala alam biotik. Virus ini awalnya hanya ditemukan pada hewan sebangsa simpane
di Benua Afrika. Akan tetapi karena kesamaan jumlah kromosom, virus ini akhirnya dapat
menjangkiti manusia. Penyebarannya sangat sulit dikendalikan karena metode penularannya
yang sangat bervariasi.

4. Populasi Eceng Gondok yang Membeludak


Di ekosistem rawa, populasi eceng gondok sering kali membeludak dengan begitu cepat.
Keadaan ini juga merupakan contoh gejala alami biotik yang patut diperhatikan. Eceng gondok
yang dapat berkembang biak dengan mudah terutama pada ekosistem air tawar yang kaya
kandungan nitrogen berpengaruh besar terhadap laju pendangkalan rawa.

5. Kepunahan Spesies Langka


Berbagai spesies tanaman dan hewan langka yang terancam mengalami kepunahan merupakan
contoh gejala alam biotik. Kejadian ini timbul akibat dari lambatnya laju perkembangbiakan
spesies-spesies tersebut. Selain itu, faktor perburuan liar semakin meningkatkan dampak dari
keadaan ini. Beberapa spesies langka dunia yang terancam mengalami kepunahan antara lain
badak bercula satu, trenggiling, macan sumatera, panda, gajah, burung cendrawasih, dan lain
sebagainya.

Cara mengenali objek biotik


Objek bitok dapat kamu kenali melului ciri yang dimilikinya seperti, bergerak, bernapas,
makan, tumbuh, berkembang biak dan peka terhadap rangsangan (iritabilitas)

1. Bergerak; Semua mahluk hidup dapat bergerak, hanya saja cara bergeraknya berbeda-
beda. Gerak dapat dibedakan menjadi gerak aktif dan gerak pasif. Gerak aktif artinya
menghasilkan perpindahan, misalnya manusia berjalan atau berlari. Sementara gerak pasif
adalah gerak yang tidak menghasilkan perpindahan tempat dan sulit diamati. Contoh
gerak pasif pada tumbuh-tumbuhan yaitu, bunga mekar, bertambah tingginya batang,
perkecambahan dari biji dan lain-lain.
2. Bernapas; Mahluk hidup seperti manusia dan hewan perlu bernapas yang artinya menghirup
oksigen dari udara bebas dan mengelurakan krbon dioksida kelingkungan. Tumbuhan juga
bernapas, yaitu melakukan pertukaran gas melalui stomata dan lentisel.
3. Makan; Semua mahluk hidup memerlukan makan untuk kelangsungan hidupnya.
4. Tumbuh; Mahluk hidup mengalami pertumbuhan yang artinya terjadi perubahan ukuran,
baik tinggi maupun bertambah besar (volume). Pada tumbuhan, pertumbuhan dapat diukur
denga alat yang bernama auksanometer.
5. Berkembang biak; Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan yang artinya mulai
berfungsi organ reproduksi, dengan demikian mahluk hidup dapat berkembang biak atau
menghasilkan keturunan.
6. Peka terhadap rangsangan; Mahluk hidup peka terhadap rangsangan tuntuk
mempertahankan diri. Gejala manakah yang dapat membuktikan bahwa mahluk hidup peka
terhadap rangsangan? Daun putri malu akan mengatup jika disentuh, begitu juga dengan
seekor anjing akan mengonggong ketika melihat orang yang mencurigakan. Nah fenomena
tersebut merupakan contoh ciri mahluk hidup yang peka terhadap rangsangan.

Gejala Alam Abiotik


Gejala alam abiotik adalah gejala alam berupa peristiwa yang timbul akibat interaksi antar
komponen abiotik dalam ekosistem. Peranan lingkungan biotik dalam mempengaruhi timbulnya
gejala alam abiotik bisa dikatakan hampir tidak ada. Kita dapat menemukan banyak contoh
gejala alam abiotik di sekitar lingkungan kita. Beberapa di antaranya antara lain terjadinya
gunung meletus, tsunami, hujan, kemarau, dan terjadinya angin.

1. Terjadinya Gunung Meletus


Contoh gejala alam abiotik yang pertama adalah terjadinya gunung meletus. Gunung meletus
merupakan fenomena yang timbul akibat terdorongnya endapan magma perut bumi oleh gas
bertekanan tinggi di dalam gunung berapi. Terjadinya gunung meletus dapat menimbulkan
kerugian secara material dan korban jiwa. Akan tetapi, selain memberikan kerugian, ia juga
dapat memberikan keuntungan bagi para petani di sekitarnya. Tanah-tanah di sekitar letusan
gunung berapi umumnya akan menjadi lebih subur dan cocok bagi kegiatan budidaya tanaman
mereka.

2. Terjadinya Tsunami
Tsunami terjadi akibat pergeseran lempeng batuan bumi di dasar laut. Pergeseran lempengan
bumi yang kemudian membuka cekungan besar di dasar lautan membuat air laut surut. Volume
air laut mengisi cekungan tersebut secara cepat hingga penuh dan menghasilkan sebuah
gelombang berkecepatan tinggi. Gelombang ini akan menuju daratan dan pada akhirnya
menyebabkan tsunami. Karena penyebabnya ini, tsunami kemudian digolongkan menjadi contoh
gejala alam abiotik.

3. Terjadinya Hujan
Hujan juga merupakan contoh gejala alam abiotik. Hujan terjadi akibat serangkaian siklus
hidrologiyang berulang-ulang. Hujan merupakan presipitasi awan yang dihasilkan dari
kondensasi uap air. Hujan membuat kehidupan organisme bumi dapat berlangsung secara
seimbang.

4. Terjadinya Gempa
Sama seperti tsunami,gempa juga merupakan contoh gejala alam abiotik. Gejala alam ini
ditimbulkan karena beberapa penyebab, di antaranya karena pergeseran lempeng bumi
(tektonik), letusan gunung berapi (vulkanik), dan beberapa penyebab lainnya.

5. Terjadinya Angin
Angin terjadi karena interaksi komponen abiotik di alam. Komponen utama yang menyebabkan
terjadinya angin adalah perbedaan suhu udara dan tekanan udara. Angin merupakan contoh
gejala alam abiotik yang menunjang proses penyerbukan tanaman (anemogami). Selain itu,
angin juga berguna bagi kehidupan organisme lainnya.

Cara mengenali objek abiotik


Gejala abiotik dapat kita kenali melalui warna, ukuran, bentuk, bau, rasa, dan tekstur.

1. Warna; Objek abiotik dapat kita melalui warnanya, misalnya batu berwarna hitam atau
putih, sedangkan tanah berwarna coklat, merah dan hitam.
2. Ukuran; Objek dapat juga kita kenali melalui ukuran besar dan kecil.
3. Bau; Bau merupakan gejala abiotik yang dapat menunjukan keberadaan atau kondisi objek
tersebut, misalnya air yang berbau menandakan air tersebut telah tercemar, begitu juga
dengan udara.
4. Rasa; Melalui rasa kita juga dapat mengenali objek abiotik, misalnya rasa manis adalah ciri
khas dari gula, asin adalah ciri khas dari garam.
5. Bentuk dan Tekstur; Berbagai macam benda abiotik memiliki bentuk yang khas, misalnya
pasir indentik dengan butiran, sedangkan tekstur cadas identik dengan batu gunung.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana sosial adalah suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia. Seperti penyakit
masyarakat, konflik dan teror.

Bencana alam geologi


Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti
tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor.

Bencana alam meteorologi


Bencana alam meteorologi/hidrometeorologi merupakan bencana alam yang
berhubungan dengan iklim. Bencana alam ini umumnya tidak terjadi pada suatu
tempat yang khusus.

Bencana alam bersifat meteorologis paling banyak terjadi diseluruh dunia seperti
banjir dan kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada masa modernisasi sekarang ini
adalah terjadinya pemanasan global.

3. Bencana alam ekstra-terestial


Bencana alam ekstra-terestial merupakan bencana alam yang terjadi di luar
angkasa. Bencana dari luar angkasa adalah datangnya berbagai benda langit
seperti asteroid atau gangguan badai matahari.

Meskipun dampaknya berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid kecil


tersebut berjumlah sangat banyak sehingga bisa menimbulkan untuk menabrak
bumi.

Dampak Positif Bencana Alam


1. Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung berapi juga sebenarnya membawa berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di
sekitar. Berikut uraiannya:
a. Tanah yang dilalui oleh hasil abulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab tanah tersebut
secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas.
Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
b. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah meletus, apa itu?
Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki nilai ekonomis.
c. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meletus. Bebatuan
tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung.
d. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi pepohonan yang
membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
e. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang keluar dri dalam
bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini kabarnya baik bagi kesehatan kulit.
f. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral yang sangat
melimpah.
g. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi sebab gunung
adalah penangkan hujan terbaik.
h. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan pembangkit listrik.
2. Tanah Longsor
Dampak positif dari tanah longsor adalah:
- Tanah kembali menjadi gembur
- Perubahan tekstur dan bentuk gunung
- Mempercepat dan memperbanyak proses peleburan batu dalam tanah
3. Gempa Bumi
Dampak positif dari gempa bumi adalah:
- Menciptakan alat-alat tekhnologi pendeteksi gempa
- Menjadikan kita peduli pada sesama
- Meningkatkan kewaspadaan manusia
- Menjadi tempat pariwisata
- Menjadi sumber berita
- Mengurangi kepadatan penduduk
4. Banjir
Dampak positif dari banjir adalah:
- Masyarakat jadi sadar kalau selama ini kurang kesadaran terhadap lingkungan sehingga terkena
banjir
- Masyarakat menjadi semakin sadar pentingnya menjaga agar tidak terjadi terjadi banjir
5. Tsunami
Dampak positif dari tsunami adalah:
- Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas bagi
yang masih hidup
- Menjalin kerjasama dan bahu membahu untuk menolong korban bencana,menimbulkan efek
kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain
- Kita bisa mengetahui sampai dimanakah kekuatan konstruksi bangunan kita serta kelemahannya dan
kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali tetapi
dengan konstruksi yang lebih baik
6. Badai Tropis
Dampak positif dari badai tropis adalah:
- Secara global siklon tropis sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan panas atmosfer bumi
dengan cara memindahkan panas, dan kelembaban yang tinggi di daerah tropis ke wilayah sub tropis
dan kutub yang lebih dingin.
- Pada beberapa situasi khusus, siklon tropis membawa dampak positif bagi wilayah- wilayah yang
terkenda dampaknya. Di wilayah Jepang, sebagian besar curah hujan yang turun merupakan dampak
dari typhoon. Hurricane Camille mengakhiri kondisi kekeringan dan kesulitan air pada daerah-daerah
yang dilewatinya.
7. Tornado
Ternyata dibalik dasyatnya tornado tornado menyimpan manfaat :
- Menjaga suhu daerah yang dilalui tornado agar daerah tersebut tidak terlalu dingin/panas karena
tornado membawa angin dari derah lain yang biasanya dari daerah lebih dingin,lebih panas dari daerah
yang diterjang angin
Dampak Negatif Bencana Alam
1. Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi organisme yang
dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat
gunung meletus:
a. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam gas mulai dari
Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa
partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
b. Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di sekitar wilayah
tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan ekonomi.
c. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas akan merusak
pemukiman warga.
d. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal ini berarti
ekosistem alamiah hutan terancam.
e. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan sejumlah penyakit misalnya
saja ISPA.
f. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan adanya letusan gunung
berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan juga Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal
merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan pecinta alam.
2. Tanah Longsor
Dampak negatif dari tanah longsor adalah:
- Korban jiwa
- Rusaknya infrastruktur
- Rusaknya sumber mata pencaharian warga
- Buruknya sanitasi lingkungan
3. Gempa Bumi
Dampak negatif dari gempa bumi adalah:
- Membuat banyak orang meninggal
- Merusak fasilitas umum
- Wilayah menjadi rusak
- Banyaknya pengangguran karena kantornya hancur
- Berkurangnya sumber daya alam dan sumber daya manusia
- Jaringan transportasi dah komunikasi terganggu
4. Banjir
Dampak negatif dari banjir adalah:
- Merusak sarana dan prasarana rumah, gedung, jembatan, jalan, dll
- Memutuskan jalur transportasi, akibat genangan air maka jalur transportasi jadi tidak bisa dilalui
- Bisa merusak dan bahkan menghilangkan peralatan, perlengkapan, harta benda lainnya atau bahkan
jiwa manusia
- Bisa mengakibatkan pemadaman listrik, karena ada genangan air maka listrik diwilayah tersebut
harus dipadamkan karena bisa berbahaya
- Mengganggu aktivitas sehari-hari, tidak bisa keluar rumah, tidak bisa ke kantor, sekolah, dll
- Dapat mencemari lingkungan sekitar kita, saat banjir datang tidak hanya air, tetapi juga membawa
serta sampah, kotoran, limbah, dll selain dapat mencemari sumber air bersih, banjir juga akan
mengotori, halaman atau bahkan rumah kita sehingga menjadi tidak hiegienis.
- Mendatangkan masalah / gangguan kesehatan (penyakit)
5. Tsunami
Dampak negatif dari tsunami adalah:
- Merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
- Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban sehingga sulit untuk mencari lagi tenaga ahli yang
sesuai dalam bidang pekerjaanya
- Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksaan pembangunan pasca bencana karena faktor dana yang
besar
- Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang kehilangan segalanya
6. Badai Tropis
- Angin kecepatan tinggi
- Gelombang laut (storm surge)
- Hujan deras
- Angin tornado

Jenis Mitigasi Bencana


a) Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural adalah serangkaian upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik serta dengan menggunakan
pendekatan teknologi.
Contoh dari mitigasi struktural adalah pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir,
alat pendeteksi akitivitas gunung yang masih aktif, bangunan yang tahan gempa, dan juga
alat pendeteksi dan peringatan jika terjadinya gelombang Tsunami.
b) Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non –struktural adalah serangkaian upaya mengurangi dampak bencana selain
dari mitigasi struktural. Seperti upaya pembuatan kebijakan dan pembuatan suatu
peraturan.
Contoh dari mitigasi non struktural adalah pembuatan Undang-Undang Penanggulangan
Bencana, pembuatan tata ruang kota yang baik, capacity building masyarakat, ataupun
menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna untuk menambah pengetahuan
masyarakat.

1. Mitigasi Bencana Kekeringan


1. Melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti penggunaan air
tanah dengan penggunaan air permukaan, dengan cara pembuatan waduk serta pembuatan
saluran distribusi yang efisien
2. Mengkonservasi tanah dan mengurangai tingkat erosi dengan pembuatan check dam
ataupun reboisasi
3. Mengganti penggunaan bahan bakar kayu menjadi bahan bakar minyak untuk
menghindari penebangan hutan atau tanaman
4. Memberikan sosialisasi berupa Pendidikan dan pelatihan terkait dengan kekeringan
5. Memperbaiki daerah yang tandus dengan memaksimalkan pengelolaan Iahan,
pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi

2. Mitigasi Bencana Longsor


Mitigasi bencana alam Tanah Longsor dapat dilakukan dengan cara:
1. Membuat permukiman dan fasilitas utama lainnya yang mendukung di daerah rawan
bencana
2. Menyarankan untuk merelokasi tempat tinggal ke tempat yang lebih aman dan jauh dari
tebing.
3. Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang di setiap bangunan untuk
menghindari bahaya liquefation
4. Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu di setiap bangunan, untuk
menghindari penurunan yang tidak seragam (differential settlement)
5. Menyarankan pembangunan utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel
6. Mengurangi tingkat keterjalan lereng atau tebing

J. Mitigasi Bencana Konflik


1. Mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta memelihara stabilitas ketentraman
dan ketertiban
2. Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi politik,
serta mengedapankan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD
1945
3. Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten,
berkeadilan dan kejujuran
4. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran terkait perbedaan serta penegakkan HAM
5. Meningkatkan kinerja aparatur negara, dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang
berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif, transparan, bebas
dari KKN

Pengertian Mitigasi dan Adaptasi Penanggulangan Bencana Alam


1. Pengertian Mitigasi Bencana
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, mitigasi didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Beberapa tujuan utama mitigasi bencana alam yaitu:
1. Mengurangi resiko bencana bagi penduduk dalam bentuk korban jiwa, kerugian ekonomi dan
kerusakan sumber daya alam.
2. Menjadi landasan perencanaan pembangunan
3. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi serta mengurangi dampak dan resiko
bencana sehingga masyarakat dapat hidup aman
Untuk melakukan penanggulangan bencana, diperlukan informasi sebagai dasar perencanaan
penanganan bencana yang meliputi:
1. Lokasi dan kondisi geografis wilayah bencana serta perkiraan jumlah penduduk yang terkena bencana
2. Jalur transportasi dan sistem telekomunikasi
3. Ketersediaan air bersih, bahan makanan, fasilitas sanitasi, tempat penampungan dan jumlah korban
4. Tingkat kerusakan, ketersediaan obat obatan, peralatan medisserta tenaga kesehatan
5. Lokasi pengungsian dan jumlah penduduk yang mengungsi
6. Perkiraan jumlah korban yang meninggal dan hilang
7. Ketersediaan relawan dalam berbagai bidang keahlian
Siklus manajemen bencana terdiri dari empat fase. Tiap fase tersebut saling melengkapi dan tumpang
tindih. Keempat fase tersebut adalah:
a. Mitigasi
Merupakan upaya meminimalkan dampak bencana. Fase ini umumnya terjadi bersamaan dengan fase
pemulihan dari bencana sebelumnya. Seluruh kegiatan pada fase mitigasi ditujukan agar dampak dari
bencana yang serupa tidak terulang.
b. Kesiapsiagaan
Merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Dalam fase ini perencanaan yang
dibuat oleh lembaga penanggulangan bencana tidak hanya berkisar pada bencana yang pernah terjadi
pada masa lalu, tetapi juga untuk berbagai jenis bencana lain yang mungkin terjadi.
c. Respon
Merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan oleh terjadinya bencana. Fase ini
berlangsung sesaat setelah terjadi bencana dan dimulai dengan mengumumkan kejadian bencana serta
mengungsikan masyarakat.
d. Pemulihan
Merupakan upaya pengembalian kondisi masyarakat sehingga menjadi seperti semula. Pada fase ini
pekerjaan utama yang dilakukan masyarakat dan petugas adalah menyediakan tempat tinggal sementara
bagi korban bencana dan membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak. Selama masa
pemulihan ini, dilakukan pula evakuasi terhadap langkah-langkah penanganan bencana yang telah
dilakukan.

2. Adaptasi Penanggulangan Bencana Alam


Adaptasi bencana adalah penyesuaian sistem alam dan manusiaterhadap stimulus bencana alam nyata
atau yang diharapkan tidak ada dampak-dampaknya, yang menyebabkan kerugian atau mengeksploitasi
kesempatan-kesempatan yang memberi manfaat.
Adapatsi bencana alam perlu dilakukan mengingat adanya ancaman-ancaman bencana alam yang
membahayakan manusia seperti:
1. Ancaman alamiah
Proses atau fenomena alam berupa tanah longsor, tanah bergerak yang bisa menyebabkan hilangnya
nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan
layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
2. Ancaman biologis
Proses atau fenomena bersifat organik atau yang dinyatakan oleh vektor-vektor biologis termasuk
keterpaparan terhadap mikroorganisme yang bersifat patogen, toksin dan bahan-bahan bioaktif yang
bisa menghilangkan nyawa, cidera, sakit atau dampak-dampak kesehatan lainnya kerusakan harta
benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
3. Ancaman geologis
Proses atau fenomena geologis berupa gempa bumi dan gunung meletus bisa mengakibatkan hilangnya
nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain, kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan
layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan.
4. Ancaman hidrometeorologis
Proses atau fenomena yang bersifat atmosferik, hidrologis atau oseanografis berupa pemanasan global
dan tsunami yang bisa mengakibatkan hilangnya nyawa, cidera atau dampak-dampak kesehatan lain,
kerusakan harta benda, hilangnya penghidupan dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi atau
kerusakan lingkungan.
5. Ancaman sosial-alami
Fenomena meningkatnya kejadian peristiwa-peristiwa ancaman bahaya geofisik dan hidrometeorologis
tertentu seperti tanah longsor, banjir, dan kekeringan, yang disebabkan oleh interaksi antara ancaman
bahaya alam dengan sumber daya lahan dan lingkungan yang dimanfaatkan secara berlebihan atau rusak
Hal-hal penting dalam adaptasi dan ancaman bencana alam adalah:
- Kesadaran publik
- Kesiapsiagaan
- Ketangguhan/tangguh
- Langkah-langkah struktural/nonstruktural
- Manajemen resiko bencana
- Partisipasi
Adaptasi diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari bencana. Berikut contoh adaptasi dalam
berbagai bidang kehidupan manusia:
- Adaptasi dalam bidang ekonomi
- Adaptasi dalam bidang kesehatan
- Adaptasi dalam ketersediaan air
- Adaptasi terhadap wilayah perkotaan yang sering dilanda banjir
3. Usaha Pengurangan Resiko Bencana Alam
Usaha pengurangan resiko bencana alam di Indonesia dapat dilakukan dengan cara:
1. Pembuatan peta risiko bencana
Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana atau suatu wilayah berangkat dari pemahaman terhadap
kondisi dan karakteristik suatu wilayah, baik dari segi fisik maupun sosial. Proses kajian ini dilakukan
oleh berbagai ahli dengan berbagai bidang ilmu kemudian digabungkan dan dianalisis dengan
menggunakan pendekatan geografi. Hasil akhirnya adalah peta-peta yang menggambarkan karakteristik
suatu wilayah dari berbagai aspek.
Penggambaran resiko bencana yang terdapat di suatu wilayah dilakukan dengan membuat peta resiko
bencana. Secara umum, peta ini menggambarkan tingkat resiko terjadinya suatu bencana tertentu di
suatu wilayah. Peta ancaman bencana dibuat berdasarkan beberapa indikator, antara lain sebagai
berikut:
- Zonasi wilayah rawan gempa bumi
- Arus laut
- Perkitaan ketinggian genangan tsunami
- Zonasi wilayah rawan banjir
- Zonasi wilayah rawan longsor
- Zonasi wilayah terkena dampak letusan gunung api
- Penggunaan lahan dan vegetasi
- Bentuk medan dan kelerengan
- Jenis hutan
- Jenis tanah
- Tipe iklim dan curah hujan tahunan
Peta kerentanan dibuat berdasarkan beberapa indikator yaitu:
- Kepadatan penduduk
- Rasio jenis kelamin
- Tingkat kemiskinan
- Jumlah difabel
- Rasio kelompok umur
- Luas lahan produktif
- Kontribusi pendapatan domestik regional bruto (PDRB)
- Jumlah bangunan, fasilitas umum, dan fasilitas darurat
- Kepadatan bangunan
- Jenis vegetasi
2. Sistem peringatan dini bencana alam
UNISDR mendefinisikan sistem peringatan dini adalah sekumpulan kapasitas yang dibutuhkan untuk
mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi peringatan yang bermakna dan tepat waktu sehingga
memungkinkan individu, masyarakat dan organisasi yang terancam bencana untuk bersiap dan
bertindak dengan tepat dalam waktu yang cukup untuk mengurangi kemungkinan bahaya atau kerugian.
Konsep sistem peringatan dini terdiri dari empat unsur yaitu:
a. pengetahuan tentang resiko bencana
b. layanan pengawasan dan peringatan
c. penyebaran informasi dan komunikasi
d. kemampuan merespon
Langkah mitigasi sesudah bencana meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. menginventarisasi data-data kerusakan akibat bencana dan kekuatan bencana yang terjadi
b. mengidentifikasi wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana berdasarkan tingkat kerusakan
c. membuat rekomendasi dan saran untuk penanggulangan bencana pada masa depan
d. membuat rencana penataan ulang wilayah, termasuk rencana tata ruang dan penggunaan lahan
e. memperbaiki dan mengganti fasilitas pemantauan bencana yang rusak
f. melanjutkan aktivitas pemantauan rutin dan simulasi tanggap bencana
3. Simulasi bencana alam
Simulasi bencana adalah kegiatan pemberian informasi tentang cara-cara tentang penyelamatan
diri kepada masyarakat oleh petugas/instansi terkait pada wilayah rawan bencana dan/atau disertai
simulasi penyelamatan untuk mencegah atau meminimalkan dampak bencana alam yang mungkin
terjadi. Kegiatan ini idealnya diikuti oleh seluruh anggota masyarakat yang berada di wilayah rawan
bencana dan seluruh pihak yang terlibat dalam proses mitigasi dan penanggulangan bencana.
Salah satu tujuan utama dari pelaksanaan simulasi bencana adalah menguji kesiapan seluruh
sistem, prosedur, dan perangkat mitigasi serta penangulangan bencana.

4. Kelembagaan Penanggulangan Bencana Alam


a. Lembaga penanggulangan bencana alam
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN)
BNPB adalah lembaga pemerintah nondepartemen yang dibentuk berdasarkan peraturan presiden
nomor 8 Tahun 2008. Tugas BNPB adalah membantu presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana serta melaksanakan penanganan tersebut mulai dari
sebelum bencana, pada saat terjadi bencana, dan setelah terjadi bencana.
2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
PVMBG merupakan salah satu unit kerja Badan Geologi. Badan geologi sendiri merupakan salah satu
unit di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). PVMPG berkantor pusat
di Bandung dan mempunyai tugas melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan
di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.
b. Hubungan antara bencana alam dengan kelembagaan penanggulangan bencana alam
- Apabila di suatu daerah terjadi kenampakan/kerusakan alam yang berhubungan dengan geologi,
maka masyarakat melalui pemerintah daerah dapat segera menghubungi PVMPG yang berkantor pusat
di Bandung untuk diteliti keadaannya.
- Apabila terjadi bencana alam seperti meletusnya gunung Merapi, keluarnya gas alam di Dieng,
tsunami di Aceh, gempa bumi di Tasikmalaya dan Padang atau bencana lainnya, masyarakat melalui
pemerintah daerah dapat melaporkan kejadian tersebut ke PNPB dan PVMPB.
PNPB bertugas dalam hal melaksanakan penanganan bencana, sedangkan PVMPB bertugas dalam hal
mengatasi dam menyelidiki sebab-sebab dan akibat bencana alam yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai