KEJANG (G40.9 Epilepsy, unspecified) Pengertian Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh aktivitas listrik yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak. Status epileptikus adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanaya dua bangkitan atau lebih dan diantara dua bangkitan-bangkitan tersebut tidak terdapat pemulihan kesadaran. Anamnesis A. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca bangkitan : a) Sebelum bangkitan/gejala prodromal: - Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan akan terjadinya bangkitan, misalnya perubahan perilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi sensitif, dan lain-lain. b) Selama bangkitan/iktal: - Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal bangkitan? - Bagaimana pola/bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan kepala, gerakan tubuh, vokalisasi, otomatisasi, gerakan pada salah satu atau kedua lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit, pucat, berkeringat, dan lain-lain. (Akan lebih baik bila keluarga dapat diminta untuk menirukan gerakan bangkitan atau merekam video saat bangkitan) - Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan? - Apakah terdapat perubahan pola dari bangkitan sebelumnya? - Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan, misalnya saat tidur, saat terjaga, bermain video game, berkemih, dan lain-lain. c) Pasca bangkitan/ post iktal: - Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, Todd’s paresis B. Faktor pencetus : kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol. C. Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antar bangkitan, kesadaran antar bangkitan. D. Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya: • Jenis obat anti epilepsi (OAE) • Dosis OAE • Jadwal minum OAE • Kepatuhan minum OAE • Kadar OAE dalam plasma • Kombinasi terapi OAE. E. Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologik, psikiatrik maupun sistemik yang mungkin menjadi penyebab maupun komorbiditas. F. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga G. Riwayat saat berada dalam kaandungan, kelahiran, dan tumbuh kembang H. Riwayat kejang demam I. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi sistem saraf pusat (SSP), dll. Klasifikasi 1. Kejang parsial (ILAE, 1981) a) Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini : - Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi . Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil. - Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jtuh dari udara, parestesia. - Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik. - Kejang tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama. b) Parsial kompleks - Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks - Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya. - Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku 2. Kejang umum a) Kejang absens - Gangguan kewaspadaan dan responsivitas - Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik - Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh b) Kejang mioklonik - Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak. - Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki. - Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok - Kehilangan kesadaran hanya sesaat. c) Kejang tonik klonik - Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit - Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih - Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah. - Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal d) Kejang atonik - Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah. - Singkat dan terjadi tanpa peringatan. 3. Bangkitan yang tidak terklasifikasikan Pemeriksaan Fisik Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan epilepsi, misalnya: - Trauma kepala, - Tanda-tanda infeksi, - Kelainan kongenital, - Kecanduan alkohol atau napza, - Kelainan pada kulit (neurofakomatosis) - Tanda-tanda keganasan. Pemeriksaan Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus Neurologis yang dapat berhubungan dengan epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan maka akan tampak tanda pasca bangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti: • Paresis Todd • Gangguan kesadaran pascaiktal • Afasia pascaiktal Pemeriksaan EEG, pemeriksaan radiologi (CT scan atau MRI kepala), dan Penunjang pemeriksaan laboratorium lengkap, seperti: • Darah Hematologi Lengkap • Ureum, kreatinin • SGOT/SGOT • Profil lipid • GDP/GD2PP • Faal hemostasis • Asam urat • Albumin • Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium) • Lumbal Pungsi • EKG • Kadar Obat Anti Epilepsi dalam darah, dan pemeriksaan kadar OAE. Kriteria Diagnosis a) Epilepsi - Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks yang berselang lebih dari 24 jam - Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan reflek dengan adanya kemungkinan bangkitan berulang dengan risiko rekurensi sama dengan dua bangkitan tanpa provokasi (setidaknya 60%), yang dapat timbul hingga 10 tahun ke depan (Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor pencetus tertentu seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan somatomotorik) - Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi b) Status Epileptikus Bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit, atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya kesadaran diantara bangkitan. Diagnosis Kerja Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, neurologis dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis Banding • Sinkop • Bangkitan Non Epileptik Psikogenik • Aritmia Jantung • Sindroma hiperventilasi atau serangan panik Penatalaksanaan A. Epilepsi a) Terapi Medikamentosa (sesuai indikasi, tipe kejang dan sindrom epilepsi) - Fenitoin 4-6 mg/kgBB bid - Carbamazepin XR 15-18 mg/kgBB bid - Asam valproate 20-60 mg/kgBB od/bid - Levetiracetam 20-40 mg/kgBB bid Topiramat 3-9 mg/kgBB bid - Lamotrigin 100-400 mg bid - Clonazepam 2-8 mg bid - Clobazam 10-30 mg tid - Fenobarbital 2-4mg/kgBB bid - Gabapentin 300-900mg tid - Pregabalin 150-600mg b/tid b) Terapi Non-Medikamentosa - Fisioterapi - Psikoterapi - Behaviour Cognitive Therapy B. Status Epileptikus a) Stadium I Diazepam 10 mg IV bolus lambat dalam 5 menit, stop jika kejang berhenti, bila masih kejang dapat diulang 1 kali lagi atau Midazolam 0.2 mg/kgBB IM - Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi - Berikan oksigen - Periksa fungsi kardiorespirasi - Pasang infus b) Stadium II - Monitor pasien - Pertimbangkan kemungkinan kondisi non epileptik - Pemeriksaan emergensi laboratorium - Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau thiamine 250 mg i.v bila ada kecurigaan penyalahgunaan alkohol atau defisiensi nutrisi - Terapi asidosis bila terdapat asidosis berat c) Stadium III - Pastikan etiologi - Siapkan untuk rujuk ke ICU - Identifikasi dan terapi komplikasi medis yang terjadi - Vasopressor bila diperlukan Phenytoin i.v dosis of 15–18 mg/kg dengan kecepatan pemberian 50 mg/menit dan/atau bolus Phenobarbital 10–15 mg/kg i.v.dengan kecepatan pemberian100 mg/menit d) Stadium IV - Pindah ke ICU - Anestesi umum dengan salah satu obat di bawah ini : • Propofol 1–2 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 2–10 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol • Midazolam 0.1–0.2 mg/kg bolus, dilanjutkan 0.05–0.5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol - • Thiopental sodium 3–5 mg/kg bolus, - dilanjut 3–5 mg/kg/jam dititrasi naik - sampai terkontrol Perawatan intensif dan monitor EEG Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang Edukasi • Edukasi mengenai minum obat secara teratur • Edukasi mengenai penghindaran faktor pencetus • Edukasi kontrol ulang secara teratur • Edukasi epilepsi pada kehamilan Prognosis • Ad vitam : dubia adbonam • Ad Sanationam : dubia adbonam • Ad Fungsionam : dubia adbonam Referensi 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016. Acuan Panduan Praktik Klinis Neurologi: Epilepsi. Jakarta: PERDOSSI 2. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2014. Neurologi: Epilepsi. Jakarta: IDI Gambar 1. Algoritma Tatalaksana Kejang Tabel 1. Obat Anti Epilepsi (OAE) pilihan sesuai dengan jenis bangkitan epilepsi
Tipe Bangkitan OAE Lini Pertama OAE Lini Kedua
Bangkitan parsial (sederhana fenitoin, karbamazepin acetazolamide, clobazam, atau kompleks) (terutama untuk bangkitan clonazepam, ethosuximide , parsial kompleks), asam valproat felbamat, gabapentin, lamotrigine, levetiracetam, oxcabazepine, tiagabin, topiramat, vigabatrin, phenobarbital, pirimidone Bangkitan lena/absens asam valproat acetazolamide, clobazam, clonazepam, lamotrigine, phenobarbital, pirimidone Bangkitan mioklonik asam valproat clobazam, clonazepam, ethosuximide, lamotrigine, phenobarbital, pirimidone, piracetam
Tabel 2. Efek Samping Obat Anti Epilepsi (OAE)
Obat Efek Samping Mengancam Efek Samping Minor
Jiwa Carbamazepine Anemia aplastik, Dizziness, ataksia, diplopia, hepato-toksitas, sindrom mual, kelelahan, Steven-Johnson, Lupus like agranulo-sitosis, leukopeni, syndrome. trombo-sitopeni, hiponatremia, ruam, gangguan perilaku, tiks, peningkatan berat badan, disfungsi seksual, disfungi hormon tiroid, neuropati perifer. Phenytoin Anemia aplastik, gangguan Hipertrofi gusi, hirsutisme, fungsi hati, sindrom Steven ataksia, nistagmus, diplopia, Johnson, lupus like syndrome, ruam, anoreksia, mual, pseudolymphoma. makroxytosis, neuropati perifer, agranu-lositosis, trombositopenia, disfungsi seksual, disfungsi serebelar, penurunan ab-sorpsi kalsium pada usus. Phenobarbital Hepatotoksik, gangguan Mengantuk ataksia, nistag-mus, jaringan ikat dan sum-sum ruam kulit, depresi, hiperaktif tulang, sindrom steven Johnson. (pada anak), gangguan belajar (pada anak), disfungsi seksual. Valproate Acid Hepatotoksik, hiperamonemia, Mual, muntah, rambut menipis, leukopeni, trombositopenia, tremor, amenore, peningkatan pancreatitis. berat badan, konstipasi, hirsutisme, alo-pesia pada perempuan, Polycystic Ovary Syndrome (POS).