Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GLAUKOMA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KMB II

OLEH KELOMPOK 7

1. ASBULLAH (1811165805)

2. DEWI ITA SARI (1811165805)

3. FAUZAN ARIF YASMAN (1811165838)

4. FITRIANA (1811165848)

5. WIWIK DWI HARYUNI (1811165825)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GLAUCOMA” tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai
kesempurnaan makalah berikutnya.

Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, 1 Februari 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

1. 1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1

1. 2 Tujuan…………………………………………………………………….. 1

BAB 2 LANDASAN TEORITIS…………………………………………………. 3

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………… 17

3.1 SIMPULAN……………………………………………………………….. 17

3.2 SARAN…………………………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang

memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata

glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus,

dan menciutnya lapang pandang

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat

sejumlah 0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada

0,60% penduduk prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan refraksi

24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%,

glaucoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi dan penyebab buta

kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua 0,16%, kelainan refaksi

0,11%, retina 0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total 1,47%.

(Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang

menderita glaucoma. Diantaranya mereka hamper setenganya mengalami gangguan

penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5.500 orang

buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan

penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C. smeltzer.2001).

1.2 Tujuan Makalah

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa/i dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang

glaukoma dan mampu melaksanakan asuhan Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu memahami konsep dasar dari glaukoma,

1
2. Mampu menjelaskan bagaimana etiologi, patofisiologi dan terapinya,

3. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien glaucoma,

4. Mampu menganalisis data pada pasien dengan penyakit glaucoma,

5. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan glaucoma,

6. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan glaukoma.

2
BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 DEFINISI

Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan

TIO (Tekanan Intra Okuler), penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek

lapang pandang yang khas. (Anas Tamsuri, 2010 : 72)

Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya

tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh

ketidak-seimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam jaringan

saraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. (Sidarta Ilyas, 2010)

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak

langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin

lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini

disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola

mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di

belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah

sehingga saraf mata akan mati.

2.2 KLASIFIKASI GLAUKOMA

Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut :

1. Glaukoma Primer (Primary Glaucoma)

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada

mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua

mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri

osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan

lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

3
a. Glaukoma Sudut Terbuka

Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua

mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut

terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.

Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem,

dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal

biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang

anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang

timbul.

b. Glaukoma Sudut Tertutup (Sudut Sempit)

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit

sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat

humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena

peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang

mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan

meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan

terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani

akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

4
2. Glaukoma Sekunder (Secondary Glaucoma)

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes,

trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang

mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan

pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

3. Glaukoma Kongenital (Congenital Glaucoma)

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah

kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata

tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan

menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka

terhadap cahaya.

5
4. Glaukoma Absolut

Merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi

kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada

glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan

eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.

2.3 BERDASARKAN LAMANYA GLAUCOMA

a. Glaukoma akut

penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak

sangat tinggi.

b. Glaukoma kronik

Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi

kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

2.4 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu:

1. Aqueus humor

Cairan ini berada di depan lensa.

2. Vitreus humor

6
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada

dibelakang mata, mulai dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini

ciran yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah

aqueus humor, dimana cairan ini berasal dari badan sisiari mengalir kea rah bilik

anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah pada sudut

antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schlemm. (

Evelin C. Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan

abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier

sehingga terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan

50-70 mmHg.

2.5 ETIOLOGI

Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan

intraokular), baik akibat produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat

terhalangnya saluran pembuangan cairan tersebut. Tekanan ini dapat merusak serabut

saraf retina atau jaringan saraf yang melapisi bagian belakang mata dan saraf optik

yang menghubungkan mata ke otak juga. Hingga kini, belum jelas kenapa produksi

cairan mata bisa berlebihan atau kenapa saluran pembuangannya bisa tersumbat.

2.6 TANDA DAN GEJALA

1. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah

belakang kepala.

2. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan

muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.

3. Tajam penglihatan sangat menurun.

7
4. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.

5. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.

6. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.

7. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat

timbulnya reaksi radang uvea.

8. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.

9. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media

penglihatan.

10. Tekanan bola mata sangat tinggi.

11. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.

2.7 PATHWAY

8
2.8 MANIFESTASI KLINIS

1. Glaucoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik sampai

onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk konstriksi jarak

pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik buta, penurunan

sensitivitas kontras, penurunan akuitas, peripheral, dan perubahan penglihatan warna.

2. Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom prodromal

interminttent (seperti pandangan kabur dengan halus sekitar cahaya dan biasanya,

sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala berhubungan dengan kornea berawan,

edematous; nyeri pada ocular; mual, muntah dan nyeri abdominal; dan diaphoresis.

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan lapang pandang : Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan

menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan

berkurang karena peningkatan TIO akan merusak papil saraf optikus.

2. Pengukuran tonografi/tonometri : Mengkaji Tekanan Intra Okuler (TIO) (normal 12-

25 mmHg)

3. Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup

glaukoma.

4. Tes Provokatif : Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau

hanya meningkat ringan.

5. Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi

lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.

6. Perimetri

Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang padangan yang has pada

glaucoma. Secara sederhana, lapang pandang dapat diperiksa dengan tes konfrontasi

9
7. Pemeriksaan ultrasonotrapi

Adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur

okuler.

2.10 PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Tekanan intraokuler harus diturunkan dengan secepatnya dengan memberikan

asetanolamid 500 mg dilanjutkan dengan 3 x 500 mg, solusio gliserin 50% 4x 100-

150 ml dalam air jeruk, penghambat beta adrenergik 0,25 – 0,5% 2 x 1 dan KCl x 0,5

g. Diberikan pula tetes mata kortikosteroid dan antibiotik untuk mengurangi reaksi

inflamasi. Untuk bentuk primer, diberikan tetes mata pilokarpin 2% tiap ½ - 1 jam

pada mata yang mendapat serangan dan 3x1 tetes pada mata disebelahnya. Bila perlu

berikan analgetik dan antiemetik.

2. Operasi

Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler

(TIO) dan keadaan matanya. Bila TIO tetap tidak turun segera dilakukan operasi.

Sebelumnya diberikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Bila jelas

menurun operasi ditunda sampai mata lebih tenang dengan tetap mematau TIO. Jenis

operasi iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan genioskopi

setelah pengobatan medikamentosa. Selain pencegahan juga dilakukan iridektomi

pada sebelahnya.

Harus dicari penyebabnya pada bentuk sekunder dan diobati yang sesuai.

Dilakukan operasi hanya bila perlu dan jenisnya tergantung penyebab. Misalnya pada

hifema dilakukan parasentesis pada kelainan lensa dan pada uveitis dilakukan

iridektomi atau operasi iridektomi.

10
2.11 KOMPLIKASI

Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola

mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea

terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)

glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan

mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa

neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan

kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar

untukmenekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan

bola mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

2.12 DISCHARGE PLANNING

1. Banyak makan makanan yang begizi dan vitamin A

2. Istirahat yang cukup dengan memjamkan mata

3. Ketahui penyebab dan gejala akan glaucoma dan diskusikan dengan tenaga

medis untuk pencegahannya

4. Pola hidup tenang menurunkan respons emosi terhadap stress, mencegah

perubahan okuler yang mendorong iris kedepan

5. Gunakan kacamata untuk pemanjanan yang lama pada sinar matahari. Jangan

pernah secara langsung melihat pada matahari untuk periode yang lama.

2.13 ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan glaukoma adalah:

11
a. Identitas / Data Biografi : Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan

lain mengenai identitas pasien.

b. Riwayat penyakit sekarang : Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya

yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman

penglihatan.

c. Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh

pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic

lainnya memicu resiko katarak.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pada pengkajian klien dengan gangguan mata

(galukoma) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem

vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan

vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,

steroid/toksisitas fenotiazin.

2. Diagnosa dan Intervensi

1) Nyeri b.d peningkatan Tekanan Intra Okuler (TIO)

Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil:

1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri

2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang

3) Ekspresi wajah rileks

Intervensi:

1) Kaji tingkat nyeri

Rasional : Memudahkan tingkat nyeri untuk intervensi selanjutnya

2) Pantau derajat nyeri mata setiap 30 mentit selama masa akut.

12
Rasional : Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang

diharapkan.

3) Atur intensitas cahaya dan ketenangan dalam ruangan

Rasional : Sinar dan stress menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri.

4) Atur posisi fowler atau dalam posisi nyaman.

Rasional : Pada tekanan mata sudut ditingkatkan bila sudut datar.

5) Berikan analgesik sesuai anjuran

Rasional : Untuk mengontrol nyeri yang disebabkan TIO

2) Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan; gangguan status

organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal

Kriteria Hasil:

1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.

2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih

lanjut.

Intervensi:

1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.

Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi

kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total.

2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan

penglihatan.

Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi.

3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh : menghitung tetesan, mengikuti jadwal,

tidak salah dosis.

Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.

13
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami keterbatasan

penglihatan, contoh : kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala

ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram, dan masalah penglihatan malam.

Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang pandang atau

kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.

5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.

Rasional: Memisahkan badan siliar dari sclera untuk memudahkan aliran keluar

aquos humor.

3) Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,

kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-

ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.

Tujuan: Cemas hilang atau berkurang

Kriteria Hasil:

1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat

diatasi.

2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.

3) Pasien menggunakan sumber secara efektif.

Intervensi:

1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan

pengetahuan kondisi saat ini.

Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri,

potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol

TIO.

2) Berikan informasi yang akurat dan jujur.

14
Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan/harapan yang akan datang dan

memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info tentang pengobatan.

3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.

Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi

salah konsepsi dan pemecahan masalah.

4) Identifikasi sumber/orang yang menolong.

Rasional: Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi

masalah.

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi

ditandai dengan : pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti

instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.

Kriteria Hasil:

1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.

3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi:

1) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.

Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan pasien

menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan.

2) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh : tetes mata. Diskusikan

obat yang harus dihindari, contoh : midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.

15
Rasional: Penyakit ini dapat di kontrol dan mempertahankan konsistensi program

obat adalah kontrol vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan

TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan.

3) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu

makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll).

Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai ancaman

kesehatan berat.

4) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.

Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres, mencegah

perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt mencetuskan serangan

akut.

5) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan

baju ketat dan sempit.

Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut.

6) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.

Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari konstipasi.

7) Tekankan pemeriksaan rutin.

Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan intervensi dini

dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang

memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata

glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus,

dan menciutnya lapang pandang.

3.2 SARAN

Penulis mengharapkan semoga dengan adanya tulisan ini, bisa menambah

pengetahuan pembaca terhadap penyakit yang banyak terjadi di Indonesia, khususnya

penyakit glaukoma. Semoga pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya terhadap

tulisan yang telah dibuat ini. Karna kritikan adalah suatu alat yang bisa mengukur

sampai dimana keberhasilan kita di buat, semakin banyak masukan dan kritikan,

semoga kedepannya penulis dapat lebih baik dalam tulisannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://www.alodokter.com/glaukoma
https://id.m.wikipedia.org/wiki/glaukoma
http://www.academia.edu/10981656/askep_glaukoma
Nurarif, Amin dkk. (2015). Aplikasi NANDA NIC-NOC JILID 2. Yogyakarta : Media
Action

18

Anda mungkin juga menyukai