Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Kualitatif

4.1.1 Gambaran Penelitian

Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian tentang

permasalahan yang telah dirumuskan pada BAB I, yaitu bagaimana peran

tenaga medis dalam rujukan pada pelayanan BPJS di puskesmas di puskesmas

rawat inap way kandis Bandar Lampung. Hasil penelitian ini diperoleh dengan

teknik wawancara secara mendalam dengan informan sebagai bentuk pencarian

data dan dokumentasi langsung dilapangan yang kemudian dianalisis. Seperti

yang sudah dijelaskan pada BAB III yaitu informan pada penelitian ini adalah

kepala puskesmas sebagai informan kunci, kemudian informan lainnya tenaga

medis (TM) yaitu informan TM 1 seorang dokter umum dan informan TM 2

seorang dokter gigi. Informan lainnya petugas puskesmas sebagai informan 3.

Untuk mendukung dan mengurangi bias pada penelitian ini, peneliti

mewawancarai 3 orang peserta (PS) BPJS yaitu informan PS 1, informan PS 2,

dan informan PS 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber atau

informan maka diperoleh informasi yang meliputi fokus penelitian sebagai

berikut :
4.1.2 Fokus 1 Gambaran Tentang Peran Tenaga Medis Dalam Rujukan Pada

Pelayanan BPJS Di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

1. Informan Kunci Kepala Puskesmas (RA) :

Informan kunci pada penelitian ini adalah kepala puskesmas rawat inap

way kandis yaitu informan dengan inisial (RA).

“Untuk tenaga medis yang berperan dalam pelayanan rujukan itu ada

dokter umum dan dokter gigi untuk pelayanan BPJS dokternya ada 5 dan itu

diluar kepala puskesmas selain tenaga medis ada petugas kesehatan yang

nanti tugasnya untuk menginput data ada supir ambulan dan perawat yang

nanti akan mendamping pasien yang akan di rujuk. Peran dokter disini

adalah mendiagnosis jadi mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik,

seandainya perlu pemeriksaan penunjang kita melakukan rujukan internal ke

laboratorium di dalam puskesmas sendiri sampai menegakkan diagnosis jika

ternyata penyakit tersebut tidak bisa ditangani oleh puskesmas, dokter

tersebut akan merujuk. Jadi peran dokter disini adalah penegakan diagnosis

baik dokter umum maupun dokter gigi perannya sama. Untuk puskesmas

kita mempunyai target mutu untuk pelayanan yaitu 100% pasien ditangani

oleh dokter jadi untuk rujukan sifatnya harus rawat jalan.

Tentu kita melakukan pertolongan pertama karena puskesmas way

kandis dilengkapi fasilitas rawat inap jika kondisi pasien gawat darurat

maka diantar menggunakan mobil ambulan jika tidak gawat darurat maka

dokter hanya memberikan surat rujukan kepada pasien. Dokter tidak

meminta persetujuan kepada pasien jika penyakitnya diluar 144 diagnosis


penyakit, tetapi apabila pasien atau keluarganya menolak untuk dirujuk

maka dokter akan meminta pasien atau keluarganya untuk menandatangani

surat penolakan pada inform consent. Tentu kita berikan penjelasan terlebih

dahulu kepada pasien ataupun keluarganya, untuk pasien rawat jalan

komunikasi tidak dilakukan dengan rumah sakit tipe c tetapi untuk pasien

rawat inap kami akan menelpon rumah sakit untuk memastikan apakah

rumah sakit dapat menerima pasien rujukan atau tidak. Misalnya ada pasien

dengan kasus demam berdarah dan trombositnya terus menurun maka kami

akan menelepon rumah sakit untuk memastikan apakah ada ruangan yang

kosong atau tidak, kita selalu berikan surat pengantar rujukan dari

puskesmas.

2. Informan Tenaga Medis Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

Dalam penelitian ini ada 2 tenaga medis yang menjadi informan yaitu

informan TM 1 dokter umum (KTH) dan informan TM 2 dokter gigi (R)

yang bekerja dipuskesmas rawat inap way kandis.

1) Informan TM 1 (KTH) :

“Untuk tenaga medis ada dokter umum, dokter gigi, perawat, dan supir

ambulan. ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh dokter yaitu:

1. Melakukan anamnesa.

2. Melakukan pemeriksaan penunjang.

3. Menetapkan diagnosis.

4. Memberikan terapi.

5. Melakukan rujukan bila perlu.


Dan semua sudah berjalan sesuai SOP, kita melakukan stabilisasi

terlebih dahulu sebelum pasien kita rujuk. Jadi sebelum melakukan rujukan

kita menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien mengenai diagnosa

penyakitnya apa, akan malakukan terapinya seperti apa, termasuk untuk

edukasi misalnya pasien typoid kita berikan edukasi seperti cuci tangan. Ada

komunikasi dengan rumah sakit sebelum merujuk pasien jadi ada form

rujukan pasien yang akan kita rujuk kita isi form terlebih dahulu seperti

identitas, keluhan pasien saat ini, kondisi penunjangnya, terapi yang sudah

kita berikan kita tulis semua jadi prinsip kita menulis apa yang kita kerjakan

kita tulis jadi pada saat kita merujuk pasien ada serah terima untuk rumah

sakit. Misalkan trombositnya saat ini 40.000 sementara kondisi pasien ada

perdarahan dan kita tidak bisa menangani sehingga pasien harus dirujuk ke

rumah sakit, dokter akan memberikan surat rujukan untuk diberikan kepada

penerima rujukan.”

2) Informan TM 2 (R) :

“Tenaga medis yang berperan tentunya dokter umum, dokter gigi, selain

itu ada petugas kesehatan ada perawat, perawat gigi, dan bidan. Peran dari

dokter gigi tentunya melakukan anamnesis, diagnosis penyakit dan

memberikan terapi kepada pasiennya. Untuk dokter gigi sistem rujukan

sudah berjalan sesuai SOP. Saya memberikan pelayanan terlebih dahulu,

sebelum pasien saya rujuk sama seperti pasien yang lainnya. Sebelum kita

merujuk pasien kita beri penjelasan terlebih dahulu kita beri tahu bahwa ini

harus ditangani ke tingkat yang lebih tinggi jika pasien setuju maka kita
rujuk. Harus ada penjelasan terlebih dahulu sama pasien sebelum dirujuk,

untuk pasien BPJS kita langsung rujuk ke rumah sakit tipe C dengan

memberikan surat pengantar rujukan dari dokter puskesmas.”

3. Informan petugas puskesmas :

Infroman 3 dalam penelitian ini adalah petugas puskesmas rawat inap

way kandis (T) yang bertugas sebagai penginput data BPJS dan membuat

surat rujukan bagi pasien BPJS.

“Tenaga medis yang berperan adalah dokter tetapi saya ikut membantu

karena saya yang bertugas untuk mencetak surat rujukan BPJS. Peran utama

dokter yaitu memberi informasi kepada pasiennya tentang rujukan

berjenjang karena masih ada pasien yang memaksa untuk meminta dirujuk

ke rumah sakit tipe B. Pencapaian sistem rujukan dipuskesmas sudah sesuai

SOP. Sebelum dirujuk kita berikan pertolongan pertama dahulu di UGD

apabila pasien membutuhkan infus maka akan kita berikan infus atau kasih

oksigen dan lain-lain setelah itu baru kita rujuk yang seperti itu biasanya

pasien rawat inap. Dokter meminta persetujuan kepada pasien sekaligus

memberikan informasi tentang rujukan berjenjang, dokter jarang melakukan

komunikasi kepenerima rujukan. dokter memberikan surat rujukan tetapi

saya yang mencetaknya lalu saya berikan lagi kepada dokter untuk

ditandatangani.”
4. Informan Pendukung Peserta BPJS:

Dalam penelitian ini informan peserta BPJS ada 3 peserta yaitu:

Informan PS 1 (BT), informan PS 2 (T) dan informan PS 3 (S)

1) Informan PS 1 (BT) :

“Yang saya tahu ada dokter, menurut saya untuk pelayanan yang

diberikan dokter dipuskesmas rawat inap way kandis sudah baik. Dokter

melakukan penangan pertama sebelum pasien dirujuk. dokter meminta

persetujuan untuk merujuk pasien, saya kurang tahu, dokter memberikan

surat pengantar rujukan.”

2) Informan PS 2 (T) :

“Sepengetahuan saya ada dokter, bidan, dan perawat dokter disini sudah

baik dan ramah. Iya, pasti diberi penangan dahulu, dokter meminta

persetujuan dahulu sebelum pasien dirujuk. Dokter memberikan penjelasan

sambil meminta persetujuan, tidak ada dokter melakukan komunikasi

kepenerima rujukan. Ada surat rujukan dari puskesmas.”

3) Informan PS 3 (S) :

“Dokter dipuskesmas yang berperan, pelayanan yang dokter berikan

dipuskesmas rawat inap way kandis sudah sangat baik. Iya sebelum dirujuk

saya diperiksa dulu baik itu dari dokter puskesmas maupun dokter rumah

sakit tipe c mereka tidak bisa langsung merujuk. Dokter puskesmas meminta

persetujuan dahulu kepada saya sebelum dirujuk, dokter memberikan

penjelasan karena dokter tidak mau merujuk pasien sembarangan. Tidak ada
karena sudah diberikan surat rujukan dari puskesmas, memang harus ada

surat rujukan terlebih dahulu dari puskesmas karna itu sudah peraturan dari

BPJS.”

4.2.3 Fokus 2 Gambaran Mengenai Sistem Rujukan Pada Pelayanan BPJS Di

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis.

1. Informan Kunci Kepala Puskesmas (RA) :

“Untuk pelayanan BPJS kita ada 5 dokter jadi untuk BPJS polinya kita

pisahkan maksutnya adalah bukan untuk membedakan sama pelayanan yang

kita berikan baik pasien umum atau pasien BPJS dan P2KM pelayanan yang

kita berikan sama tetapi ini masalah alur saja karena masalah administrasi

dan masalah kelengkapan berkas itu berbeda supaya untuk memudahkan

dan untuk mempercepat alur pelayanan jadi kita pisahkan ada poli khusus

BPJS. Seandainya ada pasien BPJS yang perlu dirujuk maka pasien tersebut

akan masuk kebagian khusus dan datanya akan diinput kedalam p-care

BPJS. Untuk syarat dilakukannya rujukan jika dipuskesmas tidak mampu

lagi dalam menangani pasien, bukan karena kita tidak berkompetensi untuk

mendiagnosis.

Tulisan merah adalah rujukan non spesialistik dikarenakan kondisi

pasien yang tidak bisa kita tangani lagi dipuskesmas atau atas permintaan

pasien sendiri dimana nanti di p-care BPJS akhirnya terdapat tulisan

berwarna merah. Penyakit viral wart kenapa paling banyak dirujuk biasanya

dikarenakan demam observasi febris ke tifoid tidak ke ISK tidak, dimana


dari hasil laboratorium tidak bisa di tentukan dan pada akhirnya kita rujuk,

terlebih jika jika pasiennya anak-anak yang sudah gelisah. Punishment dari

BPJS terhadap hal itu namanya rujukan non spesialistik seandainya lebih

dari 5% kita dapat pengurangan kaptasi 5% jika kita mau aman kita harus

di zona 1% dibawah 1% itu zona prestasin jadi ada finaltinya, Seandainya

kita banyak medapatkan merah itu dikarenakan rujukan non spesialistik

targetnya dibawah 5% seandainya banyak yang merah diatas 5% nilai dana

kapitasi untuk puskesmas itu akan berkurang 5%. Untuk puskesmas

waykandis kita masuk zona aman, jika zona aman kita tidak ada

pengurangan kapitasi dari BPJS.”

2. Informan Tenaga Medis Puskesmas

1) Informan TM 1 (KTH) :

1. “Dimulai dari pasien datang dari depan ada custemer service memilih

pasien BPJS dan non BPJS itu tujuannya untuk mengarahkan pasien

keloket, karena loket ada 2 untuk BPJS dan Non BPJS nanti dikasih

nomor antrian langsung kebagian pendaftaran untu pasien BPJS yang

terdaftar di puskesmas rawat inap way kandis itu dilayani, jika pasien

tersebut tidak terdaftar di puskesmas way kandis tidak dilayanani tetapi

jika pasien tersebut dalam emergency tetap kita layani di puskesmas

rawat inap way kandis.

2. Jika sudah terdaftar petugas akan menginput data online, pasien disuruh

naik ke atas petugas pendaftaran memberikan ke bagian rekam medis,

bagian rekam medis mencari data pasien.


3. Petugas RM memberikan data RM langsung ke poli dari poli di terima

oleh perawat untuk diregisterasi setelah diregistrasi perawat melakukan

anamnesis, mulai dari keluhan, perawat melakukan asuhan keperawatan,

melakukan tanda vital, mulai dari tensi, nadi, suhu, pernafasan.

4. Setelah selesai dari perawat pasien melakukan pemeriksaan ke dokter,

dokter tinggal melengkapi SOP nya mulai dari keluhan pasien,

objektifnya dokter melakukan anamnesis, mulai dari pemeriksaan fisik

dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

5. Jika di perlukan pemeriksaan penunjang, kita lakukan pemeriksaan

penunjang, bisa laboratorium dll jika demamnya sudah 3 hari kita kasih

ke laboratorium dimana baru kita analisa selesai dari pemeriksaan

penunjang, misal kan ternyata dia sakitnya tifoid atau DBD kita berikan

terapi bila perlu pasien dirawat inap. Tetapi jika sudah ada hasil

pemeriksaan penunjang ternyata diagnosisnya DM maka pasien

konsultasi kebagian gizi. Untuk pasien yang harus dirawat inap kita kasih

kasih rujukan internal untuk ke IGD disana dilakukan pemeriksaan lagi

oleh dokter untuk melengkapi RM.

6. Misalkan jika kita tidak bisa menangani maka akan kita rujuk kerumah

sakit tipe c.

Syarat untuk dilakukan rujukan jika kita tidak bisa menangani, baik dari

segi sumber daya disini atau dari segi sarana dan prasarana atau dari segi

obat sehingga bisa kita rujuk. Tulisan merah tersebut terjadi dikarenakan

diagnosis penyakit tersebut non spesialistik walaupun penyakit tersebut ada


komplikasi dan sudah diberi penanganan tetapi tidak sembuh-sembuh

kemudian dirujuk dengan melampirkan lembar TACC. Untuk menyangkut

semua kasus rujukan non spesialistik biasanaya semuanya sudah kita

tangani terlebih dahulu dipuskesmas 3 kali ditangani tapi tidak ada

perbaikan kita rujuk dengan lembar TACC sedangkan untuk penyakit

diagnosa viral wart (veruka vulgaris) kenapa yang paling banyak kita rujuk

karena kita tidak punya alatnya intinya karena alatnya kita tidak ada

dipuskesmas. Biasanya kita ngerujuk penyakit yang kronis seperti PPOK,

asthma, jantung, gagal ginjal, atau stroke dan harus hemodialisa seperti itu

yang banyak kita rujuk. punishment dari BPJS jika angka rujukan kita

paling tinggi namanya angka rujukan non spesialistik dana kapitasi kita

akan dikurangi, terdapat 3 penilaian kapitasi yaitu :

1. pertama itu p-care, p-care disini artinya kunjungan pasien 3.000 perbulan

dikarenakan sekarang BPJS ada aturannya artinya pasien itu ada 1 kali

kunjungan dalam 1 bulan termasuk untuk pasien sehat maupun pasien

sakit karna dipuskesmas memang utamanya preventif pencegahan kita

banyak melakukan kunjungan sehat misalnya posyandu, edukasi atau

penyuluhan bisa penyuluhan di dalam puskesmas, diluar puskesmas, di

posyandu pasti kita adakan penyuluhan. Setiap hari jumat dipuskesmas

kita adakan senam PROLANIS yaitu Program Penanganan Penyakit

Kronis isinya pasien-pasien yang kronis seperti pasien DM, Hipertensi

tetapi disini banyak masyarakat umum yang mengikuti disitu kita

lakukan edukasi dimana peserta kebanyakan ibu-ibu. Dimana selain


kunjungan sehat sebulan itu memang ada kunjungan sakit harus 3.000

pasien perbulan. Dipuskesmas ini ada kapitasinya 19.000 orang untuk

FKTP jadi 3.000 kunjungan perbulan itu yang pertama di nilai BPJS.

2. kedua non spesialistik kunjungan non spesialistik artinya kunjungan

diluar 144 penyakit jika kita melakukan rujukan tersebut itu artinya

rujukan non spesialis yang tidak boleh lebih dari 3% jika lebih dari 3%

posisi kita tidak aman, dalam peraturan BPJS ada posisi aman, tidak

aman, dan posisi prestasi jika kunjungan kita lebih dari 100% kita dapat

prestasi kita dapat bonus 5% jika posisi kita aman kita tidak dapat bonus

tetapi tidak dikurangi, jika posisi kita tidak aman dikurangi 5% dari dana

kapitasi . posisi puskesmas way kandis untuk rujukan non spesialitik

masuk dalam kategori aman.

3. ketiga kunjungan PROLANIS untuk PROLANIS pada bulan januari

posisi kita prestasi dikarenakan kunjungan kita mencapai 100%. Dimana

kita punya trik supaya kita dalam posisi aman kalau bisa prestasi kita

semua disni tidak hanya dokter saja semua disini terlibat dimana kita

minimal dalam posisi aman jika bisa dalam posisi prestasi.”


2) Informan TM 2 (R) :

“Dalam sistem rujukan mereka harus melewati bagian administrasi

terlebih dahulu namun yang memeriksa tetap saja dokter. penyakitnya

bukan kompetensi kita disini kita rujuk atau sekarang ada alat yang khusus

yang tidak bisa kita kerjakan jadi kita rujuk. Untuk pasien gigi kita tidak ada

peraturan dari BPJS tetapi kalau dokter umum punya peraturan penyakit

mana yang tidak boleh dirujuk dari peraturan BPJS ada 144 penyakit yang

bisa ditangani di FKTP. Kemungkinan itu dari pasien yang memaksa untuk

dirujuk. Untuk gigi dipuskesmas tidak pernah ada teguran dari BPJS.

3. Informan 3 Petugas Puskesmas (T) :

“Untuk prosedur rujukan dimulai dari FKTP lalu ke rumah sakit tipe c

terlebih dahulu tidak bisa langsung kerumah sakit tipe b. Syarat

dilakukannya rujukan karena memang pasiennya tidak bisa ditangani lagi

dipuskesmas jadi harus dirujuk kecuali masih bisa kita tangani. Seperti

penyakit jantung dikarenakan puskesmas tidak ada spesialis jantung maka

pasien tersebut kita rujuk. Jika terdapat data diagnosis BPJS dengan tulisan

merah itu seharusnya tidak boleh dirujuk tetapi dikarenakan atas permintaan

pasien sendiri untuk dirujuk.atau memang karena kondisi pasien yang tidak

memungkinkan untuk kita tangani dipuskesmas contohnya kemaren

penyakit kulit kemaren itu memang diagnosanya tidak boleh dirujuk tapi itu

bukan penyakit kulit biasa sudah beberapa kali berobat disini tidak sembuh

karena dia sudah melebar keseluruh tubuh penyakit jadikan harus ke

spesialis kulit kita rujuk ke rumah sakit tipe c dan akhirnya di data p-care
rujukan tulisan berwarna merah. Viral wart paling banyak dirujuk mungkin

itu karena pasien sudah beberapa kali berobat disini tidak sembuh-sembuh

atau kemungkinan atas permintaan pasien sendiri. Itu tidak sesuai dengan

peraturan BPJS biasanya ada pertemuan bersama pihak BPJS jika angkanya

paling tinggi jika diagnosanya tidak boleh dirujuk tetapi dirujuk ada

pertemuan dari pihak BPJS dan puskesmas dari pihak BPJS kita diberi

masukan untuk memberikan edukasi kepada peserta BPJS tentang peraturan

tersebut.”

4.1.3 Fokus 3 Gambaran Tentang Failitas Kesehatan Rujukan Pada Pelayanan

BPJS.

1. Informan Kunci Kepala Puskesmas (RA) :

“Fasilitas rujukan yang harus tersedia ada transportasi rujukan, IT p-care

BPJS, untuk fasilitas dipuskesmas sudah tersedia dikarenakan fasilitas

tersebut kami yang menyediakan. Masalah transportasi karena kita

dipuskesmas cuma ada 1 ambulan solusinya sudah kita sampaikan kedinas

untuk puskesmas rawat inap tahun ini sudah dianggarkan penambahan 1

ambulan lagi. Untuk petugas yang berperan ada supir ambulan dan

mendampingi pada saat rujukan ada perawat. untuk sistem rujukan kita

sudah sesuai SOP tetapi yang tidak sesuai SOP yaitu seperti halnya di UGD

rujukan ada 3 orang atau 2 orang dimana ambulan kita cuma ada 1 seperti

waktu kemaren 1 kasus perdarahan, yang 1 kasus post partem, yang 1

demam berdarah dengan trombosit kondisi sudah lemah dibawah 100.000


dimana kondisi kedua pasien harus duduk dikarenakan ambulannya cuma

ada 1 sehingga tidak sesuai SOP 1 ambulan 3 orang pasien.”

2. Informan Tenaga Medis

1) Informan TM 1 (KTH) :

“Yang pasti ambulan dimana untuk supirnya ada terus 24 jam untuk

puskesmas way kandis ada 2 supir ambulan 1 PNS jam kerja dari jam 7.30-

14.00 sampai jam kerja nanti ada lagi yang menggantikan. Kita puskesmas

24 jam jadi harus ada petugas dan tenaga medis yang selalu di puskesmas

untuk perawat ada 3 dinas sore, dinas malam jika ada rujukan bisa berangkat

1 perawat. Untuk fasilitas rujukan dipuskesmas sudah tersedia, dikarenakan

fasiltas yang ada dipuskesmas untuk sistem rujukan sudah lengkap jadi kita

tidak ada solusi untuk masalah fasilitas karena sudah tersedia. Ada supir dan

perawat yang nanti mendampingi pasien didalam ambulan, untuk fasiltas

kita sudah sesuai SOP memang kita sudah ada SOP nya untuk merujuk

pasien karna kita semua sudah terakreditasi jadi semua itu kita sudah ada

SOP.”

2) Informan TM 2 (R) :

“Tentunya ambulan, Fasilitasnya sudah ada tetapi, namanya peralatan

elektrik kadang-kadang jika rusak kita tidak bisa langsung memperbaiki di

karenakan tekhnisinya tidak ada langsung disini ini jadi harus menunggu.

Untuk solusinya kita harus mengajukan terlebih dahulu ke kepala

puskesmas nanti kepala puskesmas yang mengusulkan ke dinas jadi harus

menunggu dulu. Selain tenaga medis yang berperan ada supir ambulan dan
perawat nanti yang mendampingi pasien diambulan pada saat dirujuk.

Untuk fasiltas kita sudah sesuai SOP.”

3. Informan Petugas Puskesmas (T):

“Dalam sistem rujukan fasilitas yang harus disediakan ada mobil

ambulan tetapi dari pemerintah karena tidak mungkin BPJS memberi mobil

ambulan. Untuk fasilitas dipuskesmas sudah tersedia, tidak ada solusiya,

karena fasilitas kita sudah tersedia. Petugas puskesmas yang turut berperan

ada perawat yang mendampingi pasien yang dirujuk dan supir ambulan.

Untuk fasilitas disini sudah sesuai SOP karena kita sudah ikut akreditasi

meskipun hasilnya belum keluar.”

4. Informan Pendukung Peserta BPJS

1) Informan PS 1 (BT) :

“Untuk rujukan ambulan harus ada, Fasilitas disini sudah tersedia. saya

tidak tahu. Semua petugas puskesmas.”

2) Informan PS 2 (S) :

“Mobil ambulan penting, dikarenakan untuk membawa pasiennya

kerumah sakit. Alhamduliilah untuk fasilitas disini sudah baik. Pasti

solusinya ada, Dokter dan pegawai puskesmas.”

3) Informan PS 3 (T) :

“untuk pasien yang gawat darurat mobil ambulan harus tersedia. Fasilitas

dipuskesmas way kandis sudah bagus. Puskesmas way kandis sudah tersedia

semua saya lihat untuk fasilitasnya jadi mungkin tidak ada solusi lagi.
Tentunya supir ambulan sangat berperan, nanti ada yang mendampingi

pasien didalam ambulan seperti perawat dan bidan.”

4.1.4 Fokus 4 Permasalahan Dalam Rujukan Pada Pelayanan BPJS Di

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

1. Informan Kunci Kepala Puskesmas (RA) :

1) Peraturan dari BPJS mengenai 144 diagnosis penyakit itu sebenarnya

sangat berat untuk dipuskesmas dan masalah selama ini kita hadapi

bukan kita tidak berkompetensi untuk mendiagnosis terkadang ada hal

seperti penyakit diare sebenarnya itu kompetensi dr umum tetapi disaat

pasien sudah dehidrasi sedang-berat mau tidak mau kita rujuk,

dikarenakan kita tidak berani untuk menangani pasien jika kondisinya

sudah dehidrasi berat.

2) Masalah lain seperti penyakit jiwa untuk obat-obatannya dipuskesmas

tidak ada tetapi untuk mendiagnosa kita bisa berkompetensi jadi ada

beberapa penyakit seperti DBD, dimana penyakit DBD harus tuntas di

FKTP tetapi jika trombositnya diatas 100.000 tetap kita lakukan rujukan

jadi ada hal-hal memang yang tidak bisa kita tangani tapi dia masuk

dalam 144 diagnosa penyakit BPJS itu yang menjadi permasalahan kita

itu yang sekarang masih kita kaji lagi didalam 144 ada beberapa penyakit

yang memang harus kita keluarkan misalkan diare dia sudah dehidrasi

berat kita tidak berani untuk menolong dimana pasien butuh pemeriksaan

analisa gas darah dan semacamnya dimana puskesmas tidak punya.


3) Ada juga kendala kita adalah tekanan dari pasien seharusnya pasien tidak

dirujuk tetapi pasien sudah marah-marah dia merasa dia sudah bayar dan

harus dirujuk apalagi dia sudah melibatkan akan menelepon pejabat dia

menelepon bapak walikota kita tidak bisa berkutik walaupun dia penyakit

batuk, flu akhirnya tetap kita rujuk dimana nanti di p-care BPJS akhirnya

merah itu yang menjadi masalah kami selama ini.

4) Tantangan saya itu adalah bagaimana membuat masyarakat mengerti

tentang rujukan yang seharusnya masyaratakat ini disosialisasikan oleh

BPJS bukan dari puskesmas karna puskesmas itu pelayanan tapi akhirnya

kami disini yang mengsosialisasikan kemasyarakat kami juga yang

melayani seharusnya BPJS itu kendalanya.

5) Sistem BPJS kan sekarang ada 3 penilaian sistemnya juga belum ada

dikami, jadi sistemnya itu yang ada hanya di BPJS jadi kita tidak bisa

menilai kunjungan kami ini ada di zona aman atau belum, terus regulasi-

regulasi yang terkait masalah banyak aturan dari BPJS yang kami rasa

belum berpihak maksutnya misalnya kaya gini untuk kepesertaanya

misalnya kepesertaannya kita input masih aktiv kemudian diverifikasi

BPJS tidak aktiv itu kita tidak dibayar klaimnya tapi ternyata kemudian

pasien itu mau aktiv lagi ke BPJS kan dia harus bayar denda dia udah

bayar berikut dendanya tapi uang yang hak punya puskesmas tidak

dibayar lagi.
2. Informan Tenaga Medis

1) Informan TM 1 (KTH) :

“Selama ini kita tidak ada masalah dari sistem rujukan karna semua

sudah terbayar dikapitasi jadi pintar-pintar puskesmas saja untuk memenage

masalah rujukannya.”

2) Informan TM 2 (R) :

“Masalah yang selama ini saya hadapi saya sering ngerujuk pasien ada

yang kompetensi kita tetapi karena keterbatasan alat seperi sekarang

kompresor kita tidak hidup sehingga kita tidak bisa melakukan penambalan

gigi harus ada alat mau tidak mau pasien kita rujuk. Kadang-kadang kendala

yang kita alami pasien tidak mau dirujuk jika pasiennya tidak ingin dirujuk

kita beri penjelasan nanti dampaknya akan seperti apa. Dan masalah pasien

BPJS mereka kurang dapat informasi mereka pikir dimana-mana bisa

berobat di FASKES nya terdaftar dimana tapi mereka mau berobatnya disini

selama ini jika cuma berobat kita beri pelayanan tetapi itu cuma sekali

misalkan jika tindakan mereka harus kembali dimana mereka terdaftar dan

masalah kita hadapi selama ini dari pasien BPJS kurangnya informasi

kepesertanya penyakit yang bisa dilayani apa saja yang di cover BPJS tidak

adanya penjelasan dari BPJS untuk pesertanya kemudian untuk penjelasan

FASKES dimana mereka terdaftar mereka harus ke situ karena ada pasien

yang ngotot FASKES nya terdaftar dimana berobatnya mau dimana

meskipun sudah kita jelaskan terkadang mereka kurang menerima karna

kurangnya informasi mungkin itu masalah kita selama ini.”


3. Informan Petugas Puskesmas:

”Masalah yang selama ini saya hadapi dari pasien yang ngotot minta

dirujuk pernah sampai mukul-mukul mejah karna pasiennya minta diperiksa

sama dokter yang ada dirumah sakit biasanya alasannya seperti itu padahal

kita sudah memberitahu sudah kita edukasi sama pasiennya tetapi pasiennya

susah mengerti tetap ngotot mau dirujuk jadi kita layani saja dari pada kita

ribut soalnya pasiennya sering ngajak ribut ngotot sering kejadian seperti itu

untuk menghindari masalah seperti itu kita kasih rujukan. Karena ketika

pasien itu penyakitnya ringan dan kita puskesmas bisa menangani dan tidak

seharusnya dirujuk tetapi pasien meminta untuk dirujuk pasien bisa meelapor

kemana saja bisa dia masukan surat kabar tapi dengan bahasa yang berbeda

seolah-olah puskesmas yang salah. Sedikit-sedikit mereka mau melapor ke

pejabat karena pasiennya sudah ngotot kita beri rujukan karena pasien kita

bukan cuma dia saja yang mau kita layani banyak pasien yang lain yang

perlu kita layani juga kasihan pasien-pasien yang lain menunggu.

Permasalahan seperti itu yang saya hadapi selama ini.”

Anda mungkin juga menyukai