Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal
rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur
seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis
seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis sub satuan atau "blok bangunan"
biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid
dapat dibagi ke dalam delapan kategori: asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid,
sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil);
serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).
Lipida merupakan senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam
air, yang diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform, benzol,
atau eter. Jenis lipida yang paling banyak adalah lemak atau triasilgliserol yang
merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme. Beberapa lipida berfungsi
sebagai komponen struktural membran, yang lain sebagai bentuk penyimpan bahan
bakar. Struktur molekul lipid kaya akan rantai unsur karbon (-CH2-CH2-CH2-) sehingga
lemak mempunyai sifat hidrofob.
Lipid secara umum dapat dibagi kedalam dua kelas besar, yaitu :
a. Penyimpan energi
b. Transportasi metabolik sumber energi
c. Sumber zat untuk sintese bagi hormon, kelenjar empedu serta menunjang proses
pemberian signal signal transducing
d. Struktur dasar atau komponen utama membran semua jenis sel.
e. Pelindung organ tubuh dan Alat angkut vitamin larut lemak
f. Pembentukan sel dan Sumber asam lemak esensial
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid
juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya (termasuk tri-
, di-,dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti
kolesterol. Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan
membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus
diperoleh melalui makanan.
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak
inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping adalah bungkil inti kelapa
sawit (palm kernel meal atau pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit
yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk
yang telah dicetak kecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter lebih kurang 8
mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. Faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit adalah air dan kotoran, asam lemak
bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair,
kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan,
kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor ini perlu dianalisis untuk
mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit.
Salah satu asam lemak yang paling mudah diperoleh adalah asam palmitat atau
asam heksadekanoat. Tumbuh-tumbuhan dari famili Palmaceae, seperti kelapa (Cocos
nucifera) dan kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan sumber utama asam lemak ini.
Minyak kelapa bahkan mengandung hampir semuanya palmitat (92%). Minyak sawit
mengandung sekitar 50% palmitat. Produk hewani juga banyak mengandung asam lemak
ini (dari mentega, keju, susu, dan juga daging). Asam palmitat adalah asam lemak jenuh
yang tersusun dari 16 atom karbon (CH3(CH2)14COOH). Pada suhu ruang, asam
palmitat berwujud padat berwarna putih. Titik leburnya 63,1 °C. Asam palmitat adalah
produk awal dalam proses biosintesis asam lemak. Dari asam palmitat, pemanjangan atau
penggandaan ikatan berlangsung lebih lanjut. Dalam industri, asam palmitat banyak
dimanfaatkan dalam bidang kosmetika dan pewarnaan. Dari segi gizi, asam palmitat
merupakan sumber kalori penting namun memiliki daya antioksidasi yang rendah.
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas.
Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan
kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta
kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam
lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas standar
minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa
sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1% - 22,2% (tertinggi) dan kadar
asam lemak bebas 1,7% - 2,1% (terendah). FFA atau asam lemak bebas ditentukan
sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu.
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap
pada rantai hidrokarbonnya .asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak
lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida
tak jenuh ganda (poli-unsaturat) cenderung berbentuk minyak. Contohnya ialah : asam
oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.
BILANGAN PEROKSIDA
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi dan
hidrolitik, baik ensimatik maupun non-ensimatik. Di antara kerusakan minyak yang
mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar pengaruhnya
terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain peroksida, asam
lemak, aldehid dan keton. Bau tengik atau ransid terutama disebabkan oleh aldehid dan
keton.
Bilangan peroksida didefiniskan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000 g
(1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukan tingkat kerusakan lemak
atau minyak. Penentuan bilangan peroksida didasarkan pada pengukuran sejumlah iod
yang disebaskan dari kalium iodide melalui reaksi oksidasi oleh peroksida pada suhu
ruang di dalam medium asam asetat atau kloroform.
Reaksi pada bilangan peroksida :
Asam Palmitat + KI → kalium hexadecane – 1 – olate + I2
I2 dititrasi dengan Na2S2O3
2e + I2 → 2I-
S2O32- → S4O62- + 2e
I2 + 2S2O32-→ 2I- + S4O62-
Bilangan peroksida didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000
gram (1kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan
lemak atau minyak. Penentuan bilangan peroksida didasarkan pada pengukuran sejumlah
iod yang dibebaskan dari kalium iodide melalui reaksi oksidasi oleh peroksida pada suhu
ruang didalam medium asam asetat/ chloroform. Proses oksida dapat berlangsung bila
terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak dan lemak. Minyak kelapa sawit
yang berkualitas baik menurut SNI 3741: 2013 mempunyai angka peroksida tidak lebih
dari 10 meq/kg.
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah
gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air,
keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin
banyak kadar ALB yang terbentuk
Asam lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling
banyak dalam minyak tertentu. Untuk sumber minyak adalah kelapa sawit (asam lemak
terbanyak adalah palmitat), minyak kelapa (asam laurat), minyak jagung/kedelai ( asam
linoleat), dan susu (asam oleat).
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%.
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada
permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan
bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam
jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang
mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14
(Ketaren, 1986).
Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat
merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun.
Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam
minyak sawit. Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai
tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada
minyak.
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi dan
hidrolitik, baik enzimatik maupun non-enzimatik. Di antara kerusakan minyak yang
mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar pengaruhnya
terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain peroksida, asam
lemak, aldehid dan keton. Bau tengik atau ransid terutama disebabkan oleh aldehid dan
keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka
peroksida atau angka asam thiobarbiturat (TBA).
Penentuan peroksida kurang baik dengan cara iodometri biasa meskipun peroksida
bereaksi sempurna dengan alkali iod. Hal ini disebabkan karena peroksida jenis lainnya
hanya bereaksi sebagian. Di samping itu dapat terjadi kesalahan yang disebabkan oleh
reaksi antara alkali iodida dengan oksigen dari udara
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan
mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap). Keadaan ini
jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun. Bila suatu lemak
dipanaskan, pada suhu tertentu timbul asap tipis kebiruan. Titik ini disebut titik asap
(smoke point). Bila pemanasan diteruskan akan tercapai flash point, yaitu minyak mulai
terbakar (terlihat nyala). Jika minyak sudah terbakar secara tetap disebut fire point. Suhu
terjadinya smoke point ini bervariasi dan dipengaruhi oleh jumlah asam lemak bebas. Jika
asam lemak bebas banyak, ketiga suhu tersebut akan turun. Demikian juga bila berat
molekul rendah, ketiga suhu itu lebih rendah. Ketiga sifat ini penting dalam penentuan
mutu lemak yang digunakan sebagai minyak goreng.
Rumus:
Titrasi iodometri langsung digunakan suatu larutan iod dalam kalium iodida, dan
spesi reaktifnya adalah ion I-, dengan reaksi :
5 gram Aquades
- Dimasukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 30 mL larutan Asam Asetat-Kloroform (3:2)
- Digoyangkan sampai terlarut sempurna
- Ditambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh
- Didiamkan selama 20 menit dengan sesekali digoyang
- Ditambahkan 30 mL aquades
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning
hampir hilang
Volume Na2S2O3 0,1 N
- Ditambahkan 0,5 ml larutan pati 1%
- Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N sampai jernih
6 gram Aquades
- Dimasukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 10 mL larutan Alkohol 96%
- Ditambahkan 3 tetes indikator PP
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang telah distandarisasi
sampai warna merah jambu dan perubahan tidak hilang selama 30
detik
Volume NaOH
- Dihitung kadar FFA
Kadar FFA
VIII. HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Penentuan angka peroksida - Sampel - Minyak + Larutan pati berfungsi Angka peroksida
minyak asam sebagai indicator I2 telah dalam sampel
5 gram sampel (minyak/lemak)
berwarna asetat tereduksi minyak adalah
kecoklataa kloroform 164,13 meq/gram
- Dimasukkan dalam Erlenmeyer
n : CH3CH2CCl3(aq) +
- Ditambahkan 30 mL larutan asam asetat- - Asam terbentuk CHCl3(aq) → Hal ini
kloroform asetat 2 lapisan CH3CH2CCl3(aq) + Cl2 menunjukkan
- Digoyangkan sampai bahan larut kloroform Atas : bahwa semakin
- Ditambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh : larutan berwarna Dugaan : besar angka
- Didiamkan selama 20 menit dengan tidak kuning Standart angka peroksida peroksida minyak
sesekali digoyang berwarna Bawah : yang berbahaya menurut semakin buruk
- KI jenuh : tidak SNI 2013 adalah 10 kualitas minyak
- Ditambahkan 30 mL aquades
larutan berwarna meq/kg tersebut, dan sampel
- Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai tidak - Penamba yang digunakan
warna kuning hampir hilang berwarna han CH3(CH2)14COOH(l) + tergolong minyak
- Aquades larutan KI 2KI(aq) + O2(g)→ yang buruk karena
Volume Na2S2O3 0,1 N tidak jenuh 2CH3(CH2)14COOK + telah mengalami
berwarna terbentuk I2(aq) + H2O(aq) oksidasi sempurna
- Ditambahkan 0,5 mL larutan pati 1% - Na2S2O3 : 2 lapisan dibuktikkan dengan
- Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N larutan Atas : tingginya angka
tidak berwarna I2 + 2e- → 2I- peroksida.
Volume Na2S2O3 0,1 N berwarna kuning 2S2O3-2 → S4O6-2 + 2e-
Bawah : I2 + 2S2O3-2 → 2I- +
tidak S4O6-2
berwarna
- Dititrasi Larutan blanko
Larutan Blanko dengan digunakan sebagai
Na2S2O3 pembanding
5 gram aquades : terdapat
2 lapisan
- Dimasukkan dalam Erlenmeyer Atas :
- Ditambahkan 30 mL larutan asam asetat- kuning
kloroform (3 : 2) Bawah :
- Digoyangkan sampai bahan larut kuning
keruh
- Ditambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh
- Didiamkan selama 20 menit dengan V Na2S2O3
sesekali digoyang Erlenmeyer
- Ditambahkan 30 mL aquades A
- Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai V1 : 0,8 mL
warna kuning hampir hilang V2 : 8,3 mL
Erlenmeyer
Volume Na2S2O3 0,1 N B
V1 : 0,9 mL
- Ditambahkan 0,5 mL larutan pati 1% V2 : 8,3 mL
- Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N Erlenmeyer
C
Volume Na2S2O3 0,1 N V1 : 0,8 mL
V2 : 8,3 mL
Erlenmeyer
blanko
V1 : 0,3 mL
V2 : 0,6 mL
2. Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA) - Sampel Sampel CH3(CH2)14COOH + Kandungan %FFA
minyak : minyak + CH3CH2OH → pada sampel
6 gram sampel minyak berwarna alcohol 96% CH3(CH2)14COOCH2CH3 0,0852%
Aquades +
alcohol 96%
+ indicator
Larutan Blanko PP : larutan
tidak
6 gram aquades berwarna
Percobaan uji kuantitatif lipida ini bertujuan untuk menentukan angka peroksida
dan asam lemak bebas yang terkandung di dalam sampel. Sampel yang digunakan yaitu
minyak sawit yang telah digunakan untuk pengoorengan makanan sebanyak tiga kali.
Semakin sering minyak digunakan untuk menggoreng, asam lemak yang terkandung
dalam minyak akan semakin jenuh. Penggunaan minyak berkali-kali akan membuat
ikatan rangkap minyak teroksidasi membentuk gugus peroksida dan monomer siklik,
minyak yang seperti ini dikatakan telah rusak. Suhu yang semakin tinggi serta semakin
lama dilakukan pemanasan, kadar asam lemak jenuh akan semakin naik atau bertambah.
Saat penggorengan dilakukan, ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak jenuh
akan terputus membentuk asam lemak jenuh. Berikut ini adalah reaksi oksidasi minyak
yang menghasilkan H2O2 (peroksida)
O
R – CH – CH – R’ + O = O R- CH – R’ O = O
R – CH – CH – R’ O = O (peroksida)
Dari hasil yang diperoleh, dapat ditentukan angka peroksida dari sampel diatas yaitu
dengan rumus :
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan
hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida
yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi. Paparan
oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi
minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang
pada suhu rendah. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan
berbau tengik.
H C O C (CH2 )14CH 3
O
H C O C (CH2 )14CH 3
H O
propane-1,2,3-triyl tripalmitate
Larutan berwarna merah muda ini dikarenakan struktur dari fenolftalein
mengalami penataan ulang pada kisaran pH 8,4-10,4 sehingga proton akan dipindahkan
dari struktur fenol sehingga pH-nya akan meningkat dan terjadi perubahan warna pada
larutan yang dianalisa (Gandjar dan Rohman, 2007). Reaksi yang etrjadi pada percobaan
ini adalah sebagai berikut:
+ NaOH (aq) → + + H2O
(l)
Dari hasil yang didapat dapat ditentukan kadar FFA berdasarkan volume NaOH
yang dibutuhkan dengan rumus penghitungan kadar FFA sebagai berikut:
H2O + H3O+ +
H3O+ + NaOH Na+ + 2H2O
Dari hasil volume NaOH yang didapat dapat digunakan mencar kadar FFA dalam
sampel blanko berfungsi sebagai pembanding.
XII. KESIMPULAN
1. Berdasarkan perhitungan angka peroksida dalam sampel minyak rata-rata
adalah sebesar 164,13 meq/kg. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel
minyak telah mengalami oksidasi sempurna dibuktikkan dengan tingginya
angka peroksida yang menurut SNI : 2013 angka peroksida maksimal adalah
10 meq/kg, semakin tinggi angka peroksida semakin jelek kualitas minyak.
2. Berdasarkan perhitungan asam lemak bebas (FFA) dalam sampel minyak rata-
rata sebesar 0,0852%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel masih
memiliki kualitas baik karena SNI untuk ambang batas minyak adalah sebesar
0.3 %, sama halnya dengan angka peroksida semakin besar %FFA sampel
minyak semakin jelek kualitas minyak tersebut.
Daftar Pustaka
Aisyah, G. 1993. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.
Anna, Pudjianti. 1999. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Budimarwanti. 2013. Lipida. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara
Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fesseneden. 1982. Kimia Organik Jilid 2 Edisi
Ketiga. Jakarta : Erlangga
Hart, Harold. 2003. KimiaOrganik : Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-
Press
Larasati, Anindia. 2013. Laporan Praktikum Uji Kuantitatif Lipida. (online)
https://www.academia.edu/8548714/Laporan_Pratikum_Uji_Kuantitatif_Lipi
da_ (diakses pada hari Sabtu, 04November 2017 pukul 21.17)
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Diterjemahkan oleh Maggy
Thenawijaya. Jakarta : Erlangga
Ruddin, Choi.2010. Laporan Praktikum Biokimia Ii Percobaan Ii Enzim. Jayapura
:Universitas Cendrawasih.
Sama, Nuril. 2015. Uji Kuantitatif Lipida. (online)
https://www.academia.edu/9614418/UJI_KUANTITATIF_LIPIDA(diakses
pada hari Sabtu, 04November 2017 pukul 20.21)
Jawab:
Larutan Blanko:
H2O(l) + CH3CH2OH(l) → CH3CH2OH(aq)
CH3CH2OH(aq) + NaOH(aq) → CH3CH2ONa(aq) + H2O(l)
2. Sebutkan yang termasuk asam lemak essensial bagi tubuh. Mengapa asam arakidonat
bukan merupakan asam lemak essensial?
Jawab:
Bagi manusia, asam lemak esensial mencakup golongan asam lemak tak jenuh jamak
(polyunsaturated fatty acids, PUFA) tipe cis, khususnya dari kelompok asam lemak
Omega-3, seperti misalnya asam α-linolenat (ALA), Asam eikosapentaenoat (EPA),
dan asam dokosaheksaenoat (DHA), dan asam lemak Omega-6, seperti misalnya
asam linoleat. Tubuh manusia tidak mampu menghasilkan enzim desaturase tetapi
mampu memanjangkan dan merombak PUFA. Asam arakidonat (arachidonic acid)
adalah asam lemak omega-6 cair yang dalam jumlah kecil penting bagi tubuh
manusia. Karena tubuh manusia dapat mengubah asam linoleat menjadi asam
arakidonat.
3. Apa perbedaan asam lemak jenuh dan tak jenuh pada proses oksidasi?
Jawab:
a) Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen terikat pada satu
atom karbon. Dikatakan jenuh karena atom karbon telah mengikat hidrogen secara
maksimal.
b) Asam lemak tak jenuh Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal
karena adanya ikatan rangkap.
4. Apa perbedaan antara minyak dan lemak ditinjau dari struktur molekulnya?
Jawab:
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi
hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan
titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud
cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat
dengan bertambahnya jumlah karbon. Banyaknya ikatan ganda dua karbon juga
berpengaruh. Perbedaan fisik ini disebabkan oleh komposisi asam lemak penyusunnya.
Lemak mengandung asam lemak jenuh lebih banyak, sedangkan minyak mengandung
asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Karena titik leleh lemak jenuh lebih tinggi
dari lemak tidak jenuh maka lemak cenderung berbentuk padat, sedangkan minyak
berbentuk cair pada suhu ruang.
Pada minyak dan lemak pada struktur molekulnya yaitu pada umumnya minyak
memiliki lebih banyak ikatan rangkap (tak jenuh) sedangkan lemak umumnya lebih
banyak dalam keadaan jenuh meskipun ada juga dari minyak yang tak jenuh.
LAMPIRAN PERHITUNGAN