Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Demam

Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand,
2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan
demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary
temperature ≥37,2°C.

Demam adalah peningkatan suhu tubuh sebagai akibat dari infeksi atau peradangan.
Sebagai respon terhadap invasi mikroba, sel -sel darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat
kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen, yang memiliki banyak efek untuk melawan
infeksi dan juga bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan
termostat. Demam ringan mungkin bermanfaat, tapi tidak diragukan lagi bahwa demam yang
sangat tinggi dapat mengganggu fungsi tubuh, terutama pengaruhnya pada susunan saraf
pusat. Tidak jarang anak -anak yang mekanisme pengontrol suhu tubuhnya belum
berkembang sempurna (stabil) seperti orang dewasa, mengalami kejang akibat demam tinggi.

B . Etiologi Demam

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam
akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi
bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia,
bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial
gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-
lain. Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia,
influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N.
Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis,
criptococcosis, dan lain-lain.

Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain
faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi,
dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan
(Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan
(antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami
demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari. Hal lain
yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf
pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan
lainnya.

C. Faktor Resiko Demam

Risiko antara anak dengan terjadinya demam akut terhadap suatu penyakit serius
bervariasi tergantung usia anak. Anak dengan usia dibawah tiga bulan memiliki risiko tinggi
untuk terjadinya infeksi bakteri yang serius. Biasanya anak tersebut hanya memperlihatkan
demam dan pola makan yang buruk, tanpa adanya tanda lokasi infeksi. Pada anak usia
dibawah tiga tahun ini kebanyakan demam disebakan oleh infeksi virus, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk terjadinya infeksi bakteri yang serius yang akan menyebabkan
bakteremia, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis, diare, dan osteomyelitis.

Anak dengan usia antara dua bulan sampai tiga tahun memiliki risiko yang tinggi
untuk terjadinya infeksi yang serius, hal ini dikarena kan kurangnya IgG yang merupakan
bahan bagi tubuh untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk mengatasi
infeksi. Demam yang terjadi pada anak dibawah tiga tahun pada umumnya merupakan
demam yang disebabkan oleh infeksi seperti influenza, pneumonia, dan infeksi saluran
kemih. Pada anak - anak dibawah tiga tahun didapati bakteremia dan hanya bersifat
sementara tapi tidak menutup kemungkinan bias berkembang menjadi infeksi yang serius.

D. Tipe Demam

1. Demam Septik : Pada tipe demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi
hari. Biasanya sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.
2. Demam Hektik : Pada tipe demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat yang normal pada pagi
hari.
3. Demam Remiten : Pada tipe demam ini, setiap hari suhu badan dapat turun tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan yang normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
pada demam septik.
4. Demam Intermiten : Pada tipe demam ini, dalam satu hari suhu badan turun ke tingkat
yang normal selama beberapa jam.
5. Demam Kontinyu : Pada tipe demam ini, variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat.
6. Demam Siklik : Pada tipe demam ini, terdapat kenaikan suhu badan selama beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

E. Patofisiologi Demam

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen
adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen
adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah
produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen
eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif.
Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari
dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.
Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit
walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi.

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit,
dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun.
Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen
endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan
merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang
terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi
hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan
yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara
lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut.
Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang
pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.

Pembentukan demam sebagai respon terhadap infeksi adalah sesuatu yang disengaja
dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi. Walaupun makna fisiologis
dari demam masih belum jelas, banyak pakar medis berpendapat bahwa peningk atan suhu
tubuh bersifat menguntungkan, suhu yang lebih tinggi meningkatkan proses fagositosis dan
meningkatkan kecepatan aktivitas peradangan yang bergantung pada enzim, juga
meningkatkan kebutuhan bakteri akan besi sekaligus menurunkan konsentrasi besi dalam
plasma sehingga akan mengganggu multiplikasi bakteri. Kecuali pada peningkatan suhu
tubuh yang terlalu tinggi yang akan menyebabkan demam itu sendiri tidak bermanfaat.
Produksi panas pada demam meningkatkan pemakaian oksigen, produksi karbondioksida dan
curah jantung. Dengan demikian demam dapat memperburuk insufisiensi jantung pada
penderita penyakit jantung atau anemia kronis (misalnya penyakit sel sabit), insufisiensi paru
pada mereka yang menderita penyakit paru kronis, dan ketidakstabilan metabolik pada anak
yang menderita diabetes mellitus atau kelainan metabolisme bawaan. Lagipula anak-anak
yang umurnya antara 6 bulan dan 5 tahun menghadapi peningkatan resiko untuk mengalami
kejang demam sederhana, sedangkan mereka yang menderita epilepsi idiopatik dapat
mengalami peningkatan frekuensi kejang.

F. Tahapan Demam

Demam terdiri dari tiga tahapan klinis, yaitu:

a) Tahap dingin : Suhu inti meningkat mencapai patokan suhu yang baru di set point.
Disini akan terjadi vasokonstriksi kulit dan meningkatnya aktivitas otot seperti
menggigil yang akan meningkatkan produksi panas.
b) Tahap demam : Terjadinya keseimbangan anta ra produksi dan pembuangan panas
pada setpoint yang tinggi.
c) Tahap Flush (muka kembali merah) : Setpoint kembali normal, dan tubuh merasakan
bahwa dirinya terlalu hangat. Terjadi peningkatan mekanisme penghilangan panas
dengan cara vasodilatasi kulit dan diaphoresis sehingga kulit akan menjadi hangat,
memerah, dan kering.

G. Penatalaksanaan Demam

Demam sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi. Akan


tetapi demam yang terlalu tinggi akan menimbulkan kerusakan pada otak. Penatalaksanaan
demam bertujuan untuk merendahkan suhu yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan
demam. secara garis besar penatalaksanaan demam dapat dibagi dua yaitu: terapi yang bisa
dilakukan dirumah dan terapi yang bisa dilakukan oleh paramedis. Untuk mengetahui
seseorang tersebut menderita demam dapat dilakukan pengukuran suhu menggunakan
termometer.
1. Perawatan dirumah
Ada tiga tujuan perawatan dirumah pada anak yang mengalami demam, yaitu:
a. Mengontrol suhu
Bertujuan untuk membuat anak nyaman dengan memantau dan mengurangi demam.
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan thermometer, obat-obatan, dan
menggunakan pakaian yang tepat. mandi air hangat juga dapat membantu tetapi tidak
lebih dari 10 menit.

b. Mencegah dehidrasi
Tubuh manusia akan kehilangan banyak air melalui kulit dan paru-paru saat demam.
Dorong anak untuk minum cairan yang bening tanpa kafein dan tidak mengandung
glukosa ataupun elektrolit. Cairan bening lainnya yang boleh diberikan adalah sup
ayam dan minuman rehidrasi lain yang tersedia di toko maupun apotek. Teh sebaiknya
tidak diberikan karena, teh merupakan produk yang mengandung kafein yang akan
meningkatkan kehilangan cairan pada anak melalui buang air kecil dan memperberat
dehidrasi. Jika terhidrasi dengan baik maka, anak akan buang air kecil empat jam
sekali dengan urin bewarna terang.
c. Memantau penyakit serius atau penyakit yang mengancam jiwa
Memantau anak akan adanya tanda -tanda penyakit serius ataupun yang mengancam
jiwa. Strategi yang baik adalah dengan mengurangi suhu anak dibawah 39,0oC. Selain
itu, pastikan cairan anak tercukupi dengan meminum banyak air. Jika kedua kondisi
ini terpenuhi dan anak masih tampak sakit, mungkin ada masalah yang serius.
2. Perawatan Medis
Diperlukan perawatan demam secara langsung oleh dokter apabila penderita dengan:
 usia < 3 bulan dengan suhu rectal ≥ 38,0oC.
 usia 3 sampai 12 bulan dengan suhu ≥ 39,0oC.
 usia < 2 bulan dengan demam yang berlangsung > 24 sampai 48 jam.
 demam dengan suhu > 40,5oC, kecuali mudah turun dengan pengobatan dan orang
tersebut merasa nyaman.
 mengalami demam yang naik turun selama seminggu atau lebih, bahkan dengan
suhu yang tidak terlalu tinggi.
 memiliki penyakit serius, seperti masalah jantung, sickle cell anemia, diabetes,
atau cystic fibrosis.
 demam dengan suhu yang tidak turun selama 48 sampai 72 jam

Seorang dokter mungkin saja tidak memberitahu penyebab pasti terjadinya demam. Ada
beberapa tindakan yang dilakukan oleh dokter ketika anak dengan demam dibawa oleh
keluarganya untuk berobat.
 Pada infeksi virus dokter tidak akan memberikan antibiotic karena, pemberian
antibiotik tidak akan bermanfaat dan justru akan menyebabkan terjadinya reaksi
obat yang akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
 Antibiotik diberikan pada infeksi bakteri.
 Anak yang memiliki penyakit serius seperti meningitis bakteri biasanya akan
dirawat di rumah sakit.
 Acetaminophen dan ibuprofen adalah obat yang biasanya digunakan dokter untuk
menurunkan demam.
 Pemberian cairan oral ataupun intravena dapat dilakukan untuk mengatasi
dehidrasi.
 Jika kondisi anak sudah mulai membaik setelah mengurangi demam, mengatasi
dehidrasi, dan memastikan tidak ada infeksi bakteri yang serius, umumnya dokter
akan menganjurkan perawatan dirumah dan pemantauan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Dalal, S., Zhukovsky, D. S. 2006. Pathophysiology and Management of Fever . Houston:


University of Texas M. D. Anderson Cancer Center. Volume 4, No. 1, 9-16. Available
from: http://d.yimg.com/kq/groups/15854266/652670728/name/feb%2520neu%
25202.pdf. [Accessed: 31 Oktober 2016].
Davis, C.P., 2011. Fever in Adults. University of Texas Health Science Center at San Antonio.
Available from: http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=58831.
[Updated 31 Oktober 2016].
Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A., 2005. Fever and Hyperthermia. In: Kasper, D.L., et. al.,
ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore: The McGraw-Hill
Company, 104-108.
Ferry, R., 2010. Fever in Childeren. University of Texas Health Science Center at San
Antonio. Available from: http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?
articlekey=81512 . [Accessed: 31 Oktober 2016].
Graneto, J.W., 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine of
Midwestern University. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/801598-
overview. [Updated 31 Oktober 2016].
Ismoedijanto., 2000. Demam Pada Anak. Surabaya: Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri
Tropik, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RS Dr. Soetomo. Sari Pediatri, Vol.
2, No. 2. Available from: http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2 -2-6.pdf. [Accessed:
31 Oktober 2016].
Jenson, H.B., and Baltimore, R.S., 2007. Infectious Disease: Fever without a focus. In:
Kliegman, R.M., Marcdante, K.J., Jenson, H.B., and Behrman, R.E., ed. Nelson
Essentials of Pediatrics. 5th ed. New York: Elsevier, 459-461.
Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. [Updated 31 oKTOBER
2016].
Nelwan, R.H., 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing, 2767-2768.
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai