Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

1.1. PENDAHULUAN

Anatomi adalah ilmu mengenai struktur tubuh dan hubungan bagian-bagiannya satu sama lainnya. Kata
anatomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ana dan tome, yang berarti memotong atau memisahkan.
Pernapasan adalah proses ganda, yaitu terjadi pertukaran gas di dalam jaringan atau pernapasan
dalam, dan pertukaran gas yang terjadi di dalam paru disebut pernapasan luar. Secara fungsional saluran
pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi (pengantar gas) dan bagian yang
berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Adapun yang termasuk ke dalam konduksi adalah rongga
hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus non respiratorius. Pada bagian
respirasi terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakus alveolaris.
Anatomi sistem pernapasan sangat penting dipelajari oleh seorang dokter yang ingin menjadi dokter
ahli paru. Dalam penulisan anatomi sistem pernapasan ini akan dibahas mengenai organ-organ sistem
pernapasan, toraks, peredaran darah dan persarafan. Di sini juga disajikan gambar-gambar yang
diharapkan dapat membantu pemahaman tentang anatomi sistem pernapasan.

1.2. ORGAN-ORGAN SISTEM PERNAPASAN

1.2.1. HIDUNG

Bentuk dan struktur hidung menyerupai piramida atau kerucut dengan alasnya prossesus palatinus os
maksilaris dan pars horizontal os palatum. Dalam keadaan normal, udara yang masuk dalam sistem
pernapasan berhubungan dengan rongga hidung. Vestibulum rongga hidung yang berisi serabut-serabut
halus epitel vestibulum berisi serabut-serabut halus yang mencegah masuknya benda-benda asing yang
mengganggu proses pernapasan. Tulang rawan, epitelium dan lamina propria saling berkaitan dan diangap
sebagai fungsional mukosa terbanyak yang berasal dari rongga hidung. Lamina propria mengandung
banyak arteri, vena dan kapiler yang membawa nutrisi dan air yang dikeluarkan oleh sel.
Rangka hidung bagian atas dibentuk oleh:
a. Lamina cribosa ossis ethmoidalis dan pars nasalis ossis frontalis.
b. Dinding lateral oleh tulang keras dan tulang rawan.
c. Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang keras dan tulang rawan.
Pada dinding lateral terdapat 4 tonjolan, yaitu concha suprima, concha superior, concha nasalis media,
dan concha nasalis inferior. Di samping itu, terdapat juga celah (cavum nasi) yaitu:
a. Prosessus sphenoethmoidalis yang terletak antara concha suprima dan concha superior.
b. Meatus nasi superior yang terletak antara concha superior dan concha media.
c. Meatus nasi media yang terletak antara concha media dan concha inferior.
Apartura firiformis adalah pintu depan cavum nasi yang dibentuk oleh tepi bawah os maksilaris dan
insisura nasalis os maksilaris. Sekeliling dinding sebelah dalamnya terdapat ruang-ruang udara di dalam
tulang-tulang kepala yang disebut sinus paranasalis yang terdiri dari bagian-bagian berikut.
a. Sinus spenoidalis, terletak dibagian belakang kranial hidung di dalam corpus sphenoidalis
berongga ke rongga hidung bagian belakang.
b. Sinus etmoidalis, terdapat dalam pars labirintus ossis ethmoidalis.
c. Sinus frontalis, terletak pada infundibulum meatus nasi media.
d. Sinus maksilaris (antrum hiqmori), terdapat pada dinding lateral hidung, corpus maksilaris
bermuara di hiatus maksilaris ke rongga hidung dan hiatus semilunaris media.

1.2.2. RONGGA MULUT

Pada bagian atas berbatasan dengan labium, palatum durum, palatum mole, sedangkan pada bagian
belakangnya berbatasan dengan orofaring. Peranannya dalam jalan pernapasan adalah hanya pada waktu
bersuara atau tersumbatnya rongga hidung.

1.2.3. FARING

Faring merupakan bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut serta faring merupakan bagian
terakhir dari saluran pernapasan bagian atas. Faring terbagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring (bagian
yang berbatasan dengan rongga hidung), orofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga mulut), dan
laringofaring (bagian yang berbatasan dengan laring), yakni bagian dimana terjadi pemisahan antara udara
dan makanan terjadi.

1.2.4. LARING

Laring merupakan bagian pertama dari saluran pernapasan bagian bawah. Walaupun fungsi utama laring
adalah sebagai alat suara, akan tetapi di dalam saluran pernapasan fungsinya adalah sebagai jalan udara,
oleh karena celah suara di antara pita suara berfungsi sebagai pelindung dari jalan udara. Rangka laring
terdiri dari bagian-bagian berikut:
a. Kartilago epiglotis, berbentuk sebagai kaudal meruncing disebut peptiolus.
b. Os hyoid dan kartilagenes, laring (tulang lidah), bentuknya seperti tapak kuda terdiri dari: corpus ossis
hyoid (bagian tengah), cornuminus (3 tonjolan tulang kecil yang mengecil ke kranialis di pertengahan
tulang, dan kornu mayus (bagian belakang tulang yang mulai dari bagian lateral korpus hyoid).
c. Kartilago tiroidea, terdiri dari dua lamina yang membuat sudut tepi dorsal tiap lamina sebagai kornu ke
kranial sebagai kornu superior dan sebagai kornu inferior ke kaudal.
d. Kartilago aritenoidea, sepasang berbentuk segitiga dengan apeks di kranial yang terdapat kartilago
kornikulata dan kartilago epiglotika .
e. Kartilago krikoidea, berbentuk cincin, bagian ventral yang sempit disebut arkus dan bagian yang lebar
disebut lamina. Tulang rawan krikoid merupakan batas terbawah dari tulang rawan laring, yang terletak
2-3 cm di bawah laring. Di bawah dari tulang krikoid biasanya dilakukan tindakan trakeostomi yang
bertujuan untuk memperkecil dead space dan mempermudah melakukan penghisapan sekresi.

1.2.5. TRAKEA

Trakea adalah suatu tabung fleksibel yang dibentuk oleh jaringan otot polos dan cincin tulang rawan
seperti hurup C, trakea ditemukan pada pertengahan leher, terletak diantara vertebra servikalis ke 6
sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea setinggi vertebra 5. Panjang trakea 10 sampai 12 cm, tebalnya 4-
5 mm, diameternya 2.5 cm, dan luas permukaannya 5 cm2.
Pada ujung bawah, trakea setinggi angulus sterni, pada pinggir bawah trakea setinggi vertebra
torakalis ke 4, trakea bercabang 2 menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan. Trakea dibentuk oleh cincin-
cincin tulang rawan seperti hurup C yang terdiri dari 16-20 cincin. Diameter dari trakea tidak sama pada
seluruh bagian, pada daerah servikal agak sempit, bagian pertengahan sedikit melebar dan mengecil lagi
dekat percabangan bronkus. Bagian dalam dari trakea terdapat septum yang disebut karina yang terletak
agak ke kiri dari bidang median. Bagian dalam dari trakea terdapat sel-sel bersilia yang berguna untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk bersama udara ke saluran pernapasan.
Hubungan dengan alat sekitarnya adalah :
a. Sebelah kanan terdapat nervus vagus dekstra, arteri anonima, dan vena azigos.
b. Sebelah kiri terdapat aorta dan nervus recurrent sinistra.
c. Bagian depan menyilang vena anonima sinistra dan arteri anonima, flexus cardiacus profundus, dan
d. Bagian belakang terdapat esofagus pada sisi trakea berjalan cabang-cabang nervus vagus dan trunkus
simpatikus berjalan ke arah pleksus kardiakus.

1.2.6. BRONKUS

Bronkus merupakan suatu struktur yang terdapat di dalam mediastinum. Bronkus juga merupakan
percabangan dari trakea yang membentuk bronkus utama kiri dan bronkus utama kanan. Percabangan dari
trakea sebelum masuk ke mediastinum disebut dengan bifurkasi dan sudut tajam yang dibentuk oleh
percabangan ini disebut karina. Dari bifurcatio trachea, bronkus utama kanan dan bronkus utama kiri
melintas samping bawah ke paru-paru. Bronkus diperkuat oleh cincin tulang rawan yang berbentuk C.
Bronkus utama yang kanan adalah lebih pendek (panjangnya sekitar 2,5 cm) dan lebih luas
dibandingkan bronkus utama kiri dan lebih vertikal. Dihirup atau terhirup benda besar lebih mungkin untuk
masuk ke bronkus utama yang kanan. Melewati arah ke bawah dan samping, di belakang aorta ascending
dan vena kava superior, untuk masuk ke hilus dari paru-paru, vena azigos yang melengkung di atas itu.
Bronkus utama kiri panjangnya sekitar 5 cm, dan lewat bawah samping di bawah lengkung dari aorta ke
hilus dari paru-paru kiri.
Di dalam paru-paru, masing-masing bronkus utama membagi berulang-kali. Generasi divisi yang
pertama (primer) membagi menjadi bronkus lobaris, tiga pada sisi kanan, dua pada sisi kiri. Bronkus utama
kiri memasuki hilus dan terbagi menjadi bronkus lobus superior dan inferior. Bronkus utama kanan
bercabang menjadi bronkus ke lobus superior sebelum memasuki hilus dan begitu masuk hilus terbagi
menjadi bronki lobus medial dan inferior. Setiap bronkus sekunder membagi diri menjadi bronkus tersier
(bronkus segmental) yang mengurus segmentum bronchopulmonale.

1.2.7. SEGMEN BRONKOPULMONAL

Masing-masing bronkus lobaris selanjutnya dibagi sebagai segmen bronkopulmonal dari paru. Ada
beberapa pelengkap variasi dalam bentuk dari segmen, mencerminkan dalam memberikan tata nama di
dalam berbagai buku teks. Yang sangat utama, masing-masing paru-paru mempunyai 10 segmen.
Catatlah posisi dari bronkus ke segmen atas dari lobus bawah paru, yang mana muncul pada pembukaan
dari lobus bawah bronkus, dan diteruskan ke posterior. Di kiri lobus atas dari paru, apikal dan segmen
posterior pada umumnya berbagi singkat, umumnya batang; beberapa pengarang mengkombinasikan ini
ke dalam satu segmen apicoposterior. Di lobus bawah kiri, segmen medial basal sering mengecil, dan
mungkin diuraikan sebagai bagian dari segmen anterior basal.
Gambar 1.1 Trakea, Bronkus Utama, dan Segmen Bronkopulmonal

Segmen bronkus ini terus mengadakan percabangan sampai pada cabang terkecil yang dinamakan
bronkiolus terminalis kurang lebih bergaris tengah 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Semua saluran udara di atas
hingga bronkiolus terminalis disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
pengantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang
merupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiolus respiratorius,
duktus alveolaris dan sakus alveolaris. Dari trakea sampai saccus alveolaris terdapat 23 kali percabangan.
Gambar 1.2 Bronkus Segmental (dilihat dari sisi lateral) dan Segmen Bronkopulmonal

Keterangan:
1. Nomor 1 : Apikal.
2. Nomor 2 : Posterior.
3. Nomor 3 : Anterior.
4. Nomor 4 dan 5 : Lobus tengah lateral dan tengah medial (lingular superior dan inferior disisinya).
5. Nomor 6 : Superior (apikal).
6. Nomor 7 : Basalis medial (jantung di sebelah kiri).
7. Nomor 8 : Basalis anterior (7 dan 8 sering dari cabang komunis di kiri).
8. Nomor 9 : Basalis lateral.
9. Nomor 10 : Basalis posterior.

1.2.8. ALVEOLI

Masing-masing alveoli paru-paru adalah suatu sakus polihedral, yang dihubungkan dengan suatu duktus
alveoli atau bronkiolus respirasi oleh suatu pembukaan yang sedikit dibatasi. Alveoli dipisahkan dari alveoli
didekatnya oleh dinding tipis atau septum yang memiliki pori-pori Khon yang memungkinkan terjadinya
hubungan antara sakus alveoli. Alveoli paru-paru dilapisi oleh suatu epitel skuamosa (sel tipe 1) yang
mana sekali-kali terletak sel kuboidal ireguler yang mana mengeluarkan surfaktan (sel tipe II). Material
yang seperti deterjen ini menurunkan ketegangan permukaan di dalam lapisan cairan film yang tipis bagian
dalam dari alveoli paru-paru. Tanpa itu, ketegangan permukaan akan menghasilkan lebih sedikit, alveoli
lebih besar, dengan suatu pengurangan sebagai akibat di dalam area permukaan yang tersedia untuk
pertukaran gas.

Gambar 1.3 Sistem Espirasi


1.3. TORAKS

Toraks adalah bagian atas batang tubuh yang terletak antara leher dan abdomen. Cavitas thoracis yang
dibatasi oleh dinding toraks, berisi thymus, jantung, paru-paru, bagian distal trakea dan bagian besar
esofagus. Untuk melakukan pemeriksaan toraks secara fisik, diperlukan pengetahuan praktis mengenai
strukturnya dan alat vital di dalamnya.

1.3.1. DINDING TORAKS

Dinding toraks terdiri dari kulit, fascia, saraf, otot, dan tulang.

KERANGKA DINDING TORAKS

Kerangka dinding toraks membentuk sangkar dada osteokartilaginous yang melindungi jantung, paru-paru,
dan beberapa organ abdomen (misalnya hepar). Kerangka torak terdiri dari:
 Vertebra thoracica (12) dan discus intervertebralis.
 Kosta (12 pasang) dan cartilago costalis.
 Sternum.

Vertebra thoracica
Sifat khusus vertebra thoracica mencakup:
 Fovea kostalis pada korpus vertebra untuk bersendi dengan kaput kosta.
 Fovea kostalis pada prosesus transversal untuk bersendi dengan tuberkulum kosta, kecuali pada dua
atau tiga kosta terkaudal.
 Prosesus spinosus yang panjang.

Kosta

Kosta adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung, dan membatasi bagian terbesar sangkar dada.
Terdapat 12 pasang kosta, semuanya melekat pada vertebra sampai vertebra thoracica ketujuh (kadang-
kadang delapan). Kosta I sampai VII disebut kosta sejati (vertebrosternal) karena menghubungkan vertebra
dengan sternum melalui kartilago kostalis-nya. Kosta VIII sampai kosta X adalah kosta tak sejati
(vertebrokondral) karena kartilago kostalis masing-masing kosta melekat kepada kartilago kostalis tepat
diatasnya. Kosta XI dan kosta XII adalah kosta bebas atau kosta melayang karena ujung kartilago kostalis
masing-masing kosta berakhir dalam susunan otot abdomen dorsal.
Kartilago kostalis memperpanjang kosta ke arah ventral dan turut menambah kelenturan dinding
toraks. Kartilago kostalis VII sampai kartilago kostalis X terarah ke kranial dan bersatu untuk membentuk
angulus infrasternalis dan arcus costarum pada kedua sisi. Kosta berikut kartilago kostalis-nya terpisah
satu dari yang lain oleh spatium intercostale yang berisi muskulus interkostalis, arteria interkostalis, vena
interkostalis, dan nervus intercostalis.

Gambar 1.4 Sangkar Dada dan Sendi-Sendi Dinding Toraks

Sternum

Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi bagian ventral sangkar dada. Sternum
membentuk permukaan anterior rangka kosta pada garis tengah dada. Sternum mempunyai persendian
dengan 7 kosta teratas dan klavikula pada masing-masing sisi. Sternum terdiri dari tiga bagian:
manubrium sterni, korpus sterni dan processus xyphoideus.
Manubrium sterni berbentuk lebih kurang seperti segitiga, dan terletak setinggi vertebra T3 dan
vertebra T4. Tepi kranial sternum yang tebal, bertakik; ini disebabkan oleh incisura jugularis. Lateral
incisura jugularis, di sebelah kanan dan kiri, terdapat incisura clavicula. Tepat kaudal insisura klavikularis,
kartilago kostalis I bersatu dengan tepi lateral manubrium sterni. Pada symphysis manubriosternalis,
manubrium sterni dan korpus sterni terletak dalam bidang yang sedikit berbeda, sehingga sambungan
tersebut membentuk angulus sterni (angulus Ludovici) yang menyembul. Penunjuk klinis ini yang mudah
diraba, terletak berhadapan dengan pasangan kartilago kostalis II, setinggi diskus intervertebralis antara
vertebra T4 dan T5.
Korpus sterni berbentuk panjang, sempit, dan lebih tipis daripada manubrium sterni. Bagian ini
terletak setinggi vertebra T5-T9. Permukaan korpus sterni yang hampir rata, pada orang dewasa ditandai
dengan tiga krista melintang yang setimpal dengan garis peleburan keempat segmen (sternebra) yang
semula terpisah.
Processus xyphoideus, bagian sternum terkecil dan paling variabel, berupa tulang rawan pada orang
muda, tetapi pada usia lebih daripada 40 tahun sedikit banyak menulang.

1.3.2. APERTURA THORACIS

Cavitas thoracis berhubungan dengan leher melalui apertura thoracis superior yang berbentuk seperti
ginjal. Apertura thoracis superior ini yang terletak miring, dilalui oleh struktur yang memasuki atau
meninggalkan cavitas thoracis, yakni tenggorok (trachea), kerongkongan (oesophagus), pembuluh, dan
saraf.
Apertura thoracis superior dibatasi oleh:
 Vertebra T1.
 Pasangan kosta I berikut kartilago kostalis.
 Tepi atas manubrium.
Cavitas thoracis berhubungan dengan abdomen melalui apertura thoracis inferior yang ditutup oleh
diafragma. Struktur-struktur yang berlalu ke dan dari cavitas thoracis, dari dan ke kavitas abdominis
melewati diafragma (misalnya vena kava inferior), atau di belakangnya (misalnya aorta).
Apertura thoracis inferior dibatasi oleh:
 Vertebra T12.
 Pasangan kosta XII.
 Kartilago kostalis VII-XII.
 Synchondrosis xyphosternalis.
1.3.3. MAMMA

Mamma dekstra dan mamma sinistra berisi glandula mammaria, dan terdapat dalam fascia superficialis
dinding thorax ventral. Baik perempuan maupun laki-laki memiliki sepasang mamma, tetapi glandula
mammaria biasanya hanya berkembang pada wanita. Pada laki-laki glandula mammaria ini rudimenter dan
tidak berfungsi. Pada bagian mamma yang paling menonjol terdapat sebuah papilla, dikelilingi oleh daerah
kulit lebih gelap yang disebut areola. Mamma berisi sampai 20 glandula mammaria yang masing-masing
memiliki saluran dalam bentuk ductus lactiferus. Ductus lactiferus bermuara pada papilla mammae. Alas
mamma wanita berbentuk lebih kurang seperti lingkaran yang dalam arah kraniokaudal terbentang antara
kosta II sampai kosta VI, dan dalam arah melintang dari tepi lateral sternum sampai linea medioklavikularis.
Sebagian kecil glandula mammaria meluas ke arah kraniolateral sepanjang tepi kaudal muskulus
pektoralis mayor ke aksila untuk membentuk ekor aksilar. Dua pertiga bagian mamma bertumpu pada
fascia (pektoralis) profunda yang menutupi muskulus pektoralis mayor; sisanya bertumpu pada fascia yang
menutupi muskulus serratus anterior. Antara glandula mammaria dan fascia profunda terdapat jaringan ikat
jarang dengan sedikit lemak, dikenal sebagai ruang retromamer, yang memungkinkan mamma bergerak
sedikit terhadap dasarnya. Glandula mammaria ditambatkan dengan kokoh kepada dermis kulit di atasnya
melalui septa fibrosa (pita) yang disebut ligamentum suspensorium Cooper. Ligamentum ini terutama
terbentuk baik sekali pada bagian kranial glandula mammaria dan membantu menunjang jaringan glandula
mammaria.

Gambar 1.5 Mamma


1.3.4. SENDI DAN GERAK DINDING TORAKS

Pada kosta yang khas, kaput kosta bersendi dengan sisi dua korpus vertebra, tuberkulum kosta bersendi
dengan ujung suatu prosesus transversus, dan kartilago kosta bersendi dengan sisi dua stenebra.
Persendian ini digolongkan sebagai berikut:
1. Sendi kostovertebralis.
a. Sendi kapitis kosta.
b. Sendi kostotransversaria.
2. Sendi sternokostalis.
3. Sendi interkondralis, antara kartilago kosta ke 7,8 dan ke 9.

1.3.5. OTOT PERNAPASAN

Otot-otot yang digunakan waktu bernapas dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu otot-otot yang
dipergunakan saat inspirasi dan ekspirasi. Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan
meningkatkan volumenya. Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga toraks. Inspirasi adalah proses
yang aktif sehingga baik proses inspirasi biasa maupun inspirasi dalam selalu memerlukan aktifitas dari
otot-otot inspirasi. Diafragma merupakan otot inspirasi utama. Otot ini mengambil peran kurang lebih 75 %
dari fungsi otot-otot inspirasi. Otot-otot inspirasi yang lain adalah muskulus interkostalis eksternus,
muskulus skalenus, muskulus sternokleidomastoideus, muskulus pektoralis mayor, muskulus pektoralis
minor. Proses ekspirasi biasa adalah proses yang pasif. Proses ini terjadi karena daya elastis dari jaringan
paru dan tidak memerlukan aktifitas otot-otot ekspirasi. Otot-otot ekspirasi diperlukan pada proses
ekspirasi dalam. Termasuk dalam otot-otot ekspirasi adalah muskulus interkostalis internus dan otot-otot
dinding perut, yaitu muskulus rektus abdominis, muskulus abdominis eksterna obliqua, muskulus internal
obliqua dan muskulus transversus abdominis.

1.4. CAVITAS THORACIS

Cavitas thoracis terbagi menjadi bagian tengah, yang dinamakan mediastinum dan bagian lateral yang
ditempatkan oleh pleura dan paru-paru.
1.4.1. MEDIASTINUM

Mediastinum adalah rongga yang terletak di antara dua kantung pleura. Untuk tujuan pendidikan
mediastinum dibagi dalam mediastinum superior dan mediastinum inferior oleh bidang imejiner yang
berjalan dari angulus sterni di anterior ke pinggir bawah korpus vertebra torasika IV di posterior.
Mediastinum inferior lebih lanjut dibagi lagi menjadi mediastinum medial, yang mengandung perikardium
dan jantung; mediastinum anterior, yang merupakan ruang antara perikardium dan sternum; dan
mediastinum posterior yang terletak antara perikardium dan kolumna vertebralis.

Gambar 1.6 Subdivisi Mediastinum dan Isinya yang Utama

1.4.2. PLEURA

Pleura adalah selaput yang membatasi kedua rongga pleura serta mengelilingi paru-paru kiri dan kanan
yang sedang berkembang. Paru-paru masing-masing diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri dari
dua selaput serosa yang disebut pleura, yakni: pleura parietalis melapisi dinding toraks, dan pleura
viseralis meliputi paru-paru, termasuk permukaannya dalam fisura.
Cavitas pleuralis adalah ruang potensial antara kedua lembar pleura dan berisi selapis kapiler
cairan pleura serosa yang melumas permukaan pleura dan memungkinkan lembar-lembar pleura
menggeser secara lancar satu terhadap yang lain pada pernapasan.
Pleura parietalis melekat pada dinding toraks, mediastinum dan diafragma. Pleura parietalis
mencakup bagian-bagian berikut:
 Pleura kostal menutupi permukaan dalam dinding toraks (sternum, kartilago kostalis, kosta,
muskulus interkostalis, membrana interkostalis, dan sisi-sisi vertebra toraks).
 Pleura mediastinal menutupi mediastinum.
 Pleura diafragmatik menutupi permukaan torakal diafragma.
 Pleura servikal (cupula pleurae) menjulang sekitar 3 cm ke dalam leher, dan puncaknya
membentuk kubah seperti mangkuk di atas apeks pulmonis.
Pleura parietalis beralih menjadi pleura viseralis dengan membentuk sudut tajam menurut garis yang
disebut garis refleksi pleural. Ini terjadi pada peralihan pleura kostal menjadi pleura mediastinal di sebelah
ventral dan dorsal, dan pada peralihan pleura kostal menjadi pleura diafragmatik di sebelah kaudal. Pada
radik pulmonis terjadi peralihan pula antara lembar pleura viseralis dan pleura parietalis; sebuah duplikatur
pleura parietalis yang dikenal sebagai ligamentum pulmonale tergantung ke arah kaudal di daerah ini.

Gambar 1.7 Lembar- Lembar Pleura dan Kavitas Pleural

Pada ekspirasi paru-paru tidak mengisi cavitas pleuralis sepenuhnya; makanya, pleura diafragmatik
bersentuhan dengan pleura kostal, dan cavitas pleuralis potensial di sini disebut recessus
costodiaphragmaticus. Relung pleura serupa yang lebih kecil terdapat dorsal dari sternum. Di sini pleura
kostal bersentuhan dengan pleura mediastinal. Cavitas pleuralis potensial di sini disebut recessus
costomediastinalis; relung di sebelah kiri adalah lebih luas karena incisura cardiaca pada paru-paru kiri.
Paru-paru memasuki relung pleura (tanpa mengisinya penuh) pada inspirasi dalam dan keluar pada
ekspirasi.
Gambar 1.8 Struktur Utama Dalam Hilus Paru

1.4.3. PARU-PARU

Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh
pleura parietalis dan viseralis. Paru-paru sepasang organ respirasi yang terdiri dari:
 Paru kanan beratnya 360 – 570 gr.
 Paru kiri beratnya 325 – 480 gr.
Paru-paru mempunyai konsistensi lembut seperti jaringan spon dengan permukaan licin, halus dan
bercorak merah jambu yang kehitaman yang dipengaruhi oleh endapan partikel karbon. Pergerakan paru-
paru sebebasnya dalam rongga dada dan melekat pada hilus, dimana pembuluh darah besar, nervus dan
pembuluh limfe memasuki paru.
Paru-paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 143 m 2 untuk pertukaran udara.
Masing-masing paru-paru memiliki puncak (apeks), tiga permukaan (facies kostalis, facies mediastinalis,
facies diafragmatika), dan tiga tepi (margo anterior, margo inferior, margo posterior). Apeks pulmonis ialah
ujung kranial yang tumpul dan tertutup oleh pleura servikal. Apeks pulmonis dan pleura servikal menonjol
ke kranial (2-3 cm) melalui apertura thoracis superior ke dalam pangkal leher .

Permukaan Paru-paru

Masing-masing paru-paru memiliki permukaan berikut:


 Facies kostalis, terhampar pada sternum, kartilago kostalis, dan kosta.
 Facies mediastinalis, ke medial berhubungan dengan mediastinum, dan ke dorsal dengan sisi vertebra.
 Facies diafragmatika (alas), bertumpu pada kubah diafragma yang cembung; cekungan terdalam
terdapat pada paru-paru kanan, karena letak kubah sebelah kanan lebih tinggi.
Tepi Paru-paru

Masing-masing paru-paru memiliki tepi berikut:


 Margo anterior adalah tepi pertemuan facies kostalis dengan facies mediastinalis di sebelah ventral
yang bertumpang pada jantung; incisura cardiaca merupakan torehan pada tepi paru-paru kiri.
 Margo inferior membentuk batas lingkar facies diafragmatika paru-paru dan memisahkan facies
diafragmatika dari facies kostalis dan facies mediastinalis.
 Margo posterior ialah tepi pertemuan facies kostalis dengan facies mediastinalis di dorsal; tepi ini lebar
dan mencembung, terletak dalam ruang pada sisi vertebra.
Paru kanan terbagi menjadi lobus atas, tengah, dan bawah oleh fisura oblikus dan horizontal. Paru kiri
hanya memiliki fisura oblikus sehingga tidak ada lobus tengah. Segmen lingular merupakan sisi kiri yang
ekuivalen dengan lobus tengah kanan. Namun, secara anatomis lingula merupakan bagian dari lobus atas
kiri. Pada hilus paru kedua lapisan pleura ini berhubungan. Hubungan ini bergantung longgar di atas hilus
disebut dengan ligamentum pulmonale. Struktur yang masuk dan keluar dari paru-paru melewati hilus paru
yang seperti telah disebut sebelumnya, diselubungi oleh kantung pleura yang longgar.

Gambar 1.9 Hubungan Paru-Paru dengan Organ Saluran Napas


1.4.4. DIAFRAGMA

Diafragma merupakan otot utama respirasi. Diafragma memisahkan rongga torak dan abdomen. Diafragma
berbentuk kubah yang terdiri dari bagian muskular perifer yang berinsersi di aponeurosis anterior-tendon
sentralis.

Bagian muskularisnya memiliki tiga asal komponen:


 Bagian vertebralis terdiri dari ligamentum krura dan arkuata. Kruris dekstra berasal dari bagian depan
korpus vertebra L 1-3 dan diskus intervertebralisnya. Sebagian serabut dari kruris dekstra melewati
bagian bawah esofagus. Kruris sinistra hanya keluar dari L1 dan L2. Ligamentum arkuata medial terdiri
dari fasia yang menebal yang menutupi muskulus psoas mayor dan melekat di medial ke korpus
vertebra L1 dan di lateral ke prosesus transversus L1. Ligamentum arkuata lateral terdiri dari fasia yang
menutupi muskuli kuadratus lumborum dari prosesus tranversus L1 di medial ke kosta ke-12 di lateral.
Ligamentum arkuata medianus adalah arkus fibrosum yang menghubungkan kruris dekstra dan sinistra.
 Bagian kostalis melekat ke aspek terdalam dari keenam kosta terbawah.
 Bagian sternalis terdiri dari dua lembaran kecil yang keluar dari permukaan dalam processus
xyphoideus.

Pintu Keluar Diafragma

Banyak struktur yang melewati diafragma dengan ketinggian berbeda dari rongga toraks ke abdomen dan
sebaliknya. Ketinggiannya sebagai berikut:
 T8, pintu masuk vena kava inferior tempat; lewat vena kava inferior dan nervus frenikus dekstra.
 T10, pintu esofagus; tempat lewat esofagus, vagi dan cabang-cabang arteri gastrika sinistra dan vena
gastrika sinistra.
 T12, pintu aorta; tempat lewat oarta, duktus torasikus dan vena azigos. Nervus frenikus sinistra
melewati diafragma sebagai struktur.
Gambar 1.10 Diafragma

Vaskularisasi

Masing-masing paru-paru memperoleh pendarahan dari satu arteri pulmonalis yang besar, dan darah
venosa disalurkan keluar melalui dua vena pulmonalis. Arteri pulmonalis dekstra dan arteria pulmonalis
sinistra berasal dari satu trunkus pulmonalis setinggi angulus sterni, dan mengantar darah yang miskin
akan oksigen ke paru-paru untuk oksigenisasi. Arteria pulmonalis melintas ke radiks pulmonis dekstra dan
radiks pulmonis sinitra sebelum memasuki hilum pulmonis. Dalam paru-paru masing-masing arteri
menurun di sebelah dorsolateral bronkus utama dan membagi diri menjadi arteri-arteri lobar, dan lalu arteri-
arteri tersier (segmental). Dengan demikian terdapat satu cabang arteri untuk tiap lobus dan segmentum
bronchopulmonale paru-paru.
Arteri bronkialis mengantar darah untuk nutrisi paru-paru dan pleura viseralis. Umumnya arteri-arteri
ini berasal dari pars thoracica aortae, tetapi arteria bronkialis dekstra dapat dilepaskan dari arteria
interkostalis posterior superior dekstra. Arteria bronkialis yang kecil melintas mengikuti permukaan dorsal
bronkus, mendarahi bronkus itu, dan ke arah distal juga cabang bronkus lebih kecil sampai bronkiolus
respiratorius. Arteri bronkialis beranatomosis dengan cabang arteri pulmonalis dalam dinding bronkus kecil
dan dalam pleura viseralis. Pleura parietalis memperoleh darah dari arteri-arteri untuk dinding toraks.
Gambar 1.11 Cabang-Cabang Arkus Aorta Torakalis Desendens

Vena pulmonalis mengantar darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru ke atrium sinistra jantung.
Berawal sebagai kapiler pulmonal, vena-vena bersatu menjadi pembuluh yang makin besar. Satu vena
utama menyalurkan darah dari setiap segmentum bronchopulmonale, biasanya pada permukaan ventral
bronkus yang sesuai. Vena bronkialis hanya menyalurkan sebagian darah yang dipasok oleh arteria
bronkialis ke paru-paru; bagian lainnya disalurkan melalui vena pulmonalis. Vena bronkialis dekstra
bermuara ke dalam vena azigos, dan vena bronkialis sinistra ke dalam vena hemiazigos atau vena
interkostalis superior. Vena-vena dari pleura parietalis bersatu dengan vena sistemik bagian dinding torak
yang berdekatan. Vena dari pleura viseralis bermuara ke dalam vena pulmonal.
Gambar 1.12 Vena Utama Di Toraks

Pembuluh Limfe

Dalam paru-paru terdapat dua plexus lymphaticus yang beranastomosis secara luas. Plexus lymphaticus
superficialis terdapat di bawah pleura viseralis, dan pembuluh limfe dari plexus lymphaticus superficialis
menyalurkan isinya ke dalam nodi lymphoidei bronchopulmonales superiores yang berada di hilum
pulmonis. Dari sini limfe mengalir ke nodi lymphoidei tracheobronchiales superiors/inferiores yang masing-
masing terdapat kranial dan kaudal terhadap bifurcatio trachea. Plexus lymphaticus superficialis
menampung limfe dari paru-paru dan pleura visceralis. Plexus lymphaticus profunda terdapat dalam
submukosa bronkus dan dalam jaringan ikat peribronkial. Pembuluh limfe dari plexus lymphaticus
profunda membawa isinya ke nodi lymphoidei pulmonales sepanjang cabang besar bronchus principalis.
Pembuluh limfe dari nodi lymphoidei pulmonales mengikuti bronkus dan pembuluh pulmonal ke hilum
pulmonis untuk ditampung oleh nodi lymphoidei bronchopulmonales. Pembuluh limfe lalu memasuki nodi
lymphoidei tracheobronchiales sekeliling trakea dan bronchus principalis.
Limfe dari plexus lymphaticus superficialis dan plexus lymphaticus profunda disalurkan ke truncus
bronchomediastinalis dexter dan truncus bronchomediastinalis sinister. Trunkus-trunkus ini di masing-
masing sisi bermuara dalam kuala antara vena subklavia dengan vena jugularis interna, tetapi truncus
bronchomediastinalis dexter dapat bermuara ke dalam ductus lymphaticus dexter dan truncus
bronchomediastinalis sinister ke dalam ductus thoracicus.
Pembuluh limfe dari pleura parietalis mengantar isinya ke dalam kelenjar limfe dinding toraks (nodi
lymphoidei intercostalis, parasternales, mediastinales, dan phrenici). Beberapa pembuluh limfe dari pleura
servikal membawa isinya ke dalam nodi lymphoidei axillares. Pembuluh limfe dari pleura visceralis
menyalurkan isinya ke dalam kelenjar di hilum pulmonis.

Gambar 1.13 Duktus Torasikus dan Daerah Drainasenya dan Tampak Juga Duktus Limfatik Dekstra

Saraf

Saraf paru-paru dan pleura viseralis berasal dari plexus pulmonalis ventral dan dorsal dari radik pulmonis
dekstra dan radik pulmonis sinistra. Anyaman saraf ini terdiri dari serabut parasimpatis dari nervus vagus
(nervus cranialis X) dan serabut simpatis dari trunkus simpatikus dekstra dan trunkus simpatikus sinistra.
Sel ganglion parasimpatis terletak dalam pleksus pulmonalis dan sepanjang percabangan bronkial. Sel
ganglion simpatis terletak dalam ganglion paravertebral trunkus simpatikus. Serabut simpatis dari nervus
vagus bersifat motoris untuk otot polos arbor bronchialis (bronkokonstriktor), merupakan inhibitor
pembuluh paru-paru (vasodilator), dan sekretoris terhadap kelenjar arbor bronchialis (sekretomotoris).
Serabut viseroaferen nervus vagus disebarkan ke:
 Mukosa bronkial dan mungkin berkaitan dengan refleks batuk.
 Otot bronkial dan terlibat dalam penerimaan rangsang karena regangan.
 Jaringan ikat interalveolar dan terlibat dalam refleks Hering-Breuer, yakni mekanisme yang cenderung
membatasi amplitudo pernapasan.
 Arteri pulmonalis sebagai presoreseptor dan vena pulmonalis sebagai kemoreseptor.
Serabut aferen dari pleura viseralis dan bronkus dapat mengiringi serabut simpatis, dan berfungsi
sebagai perantara reaksi nosiseptif terhadap rangsang yang membahayakan kesehatan. Serabut simpatis
bersifat inhibitoris terhadap otot bronkial (bronkodilator), motoris terhadap pembuluh pulmonal
(vasokonstriktor), dan inhibitoris terhadap kelenjar arbor bronchialis. Saraf pleura parietalis berasal dari
nervus interkostalis dan nervus frenikus.

1.5. KESIMPULAN

1. Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi
(pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Adapun yang
termasuk ke dalam konduksi adalah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, bronkus
dan bronkiolus non respiratorius. Pada bagian respirasi yang terdiri dari bronkiolus respiratorius,
duktus alveolaris dan sakus alveolaris.
2. Hubungan trakea dengan alat sekitarnya adalah :
a. Sebelah kanan terdapat nervus vagus dekstra, arteri anonima, dan vena azigos.
b. Sebelah kiri terdapat aorta dan nervus rekuren sinistra.
c. Bagian depan menyilang vena anonima sinistra dan arteri anonima, flexus cardiacus
profundus, dan
d. Bagian belakang terdapat esofagus pada sisi trakea berjalan cabang-cabang nervus
vagus dan trunkus simpatikus berjalan kearah pleksus kardiakus.
3. Kerangka torak terdiri dari:
1) Vertebra thoracica (12) dan discus intervertebralis.
2) Kosta (12 pasang) dan cartilago costalis.
3) Sternum.
4) Pleura parietalis melekat pada dinding toraks, mediastinum dan diafragma. Pleura parietalis
mencakup bagian-bagian berikut:
a. Pleura kostal menutupi permukaan dalam dinding toraks (sternum, kartilago kostalis,
kosta, muskulus interkostalis, membrana interkostalis, dan sisi-sisi vertebra torak).
b. Pleura mediastinal menutupi mediastinum.
c. Pleura diafragmatik menutupi permukaan torakal diafragma.
d. Pleura servikal (cupula pleurae) menjulang sekitar 3 cm ke dalam leher, dan puncaknya
membentuk kubah seperti mangkuk di atas apeks pulmonis.
4. Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang
dibentuk oleh pleura parietalis dan viseralis.
5. Paru-paru sepasang organ respirasi yang terdiri dari:
 Paru kanan beratnya 360 – 570 gr.
 Paru kiri beratnya 325 – 480 gr.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Mukty, Adji Widjaja, Benyamin Palgunadi Margono, dkk. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Dalam: Anatomi dan Faal Pernapasan; - Cet. 3. Surabaya; Airlangga University Press; 2005; 9-10.
2. Evelyn Pearce. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Dalam: Sistem Pernapasan. - Jakarta; PT.
Gramedia Pustaka Utama; 1999; 211.
3. Gardner, Gray, O,rahilly. Anatomi Tubuh Manusia. Dalam: Rangka Dada. Jilid 1; Ed.5. - Jakarta;
Universitas Indonesia Prees; 1995; 455.
4. George G. Burton, John E. Hodgkin, Jeffrey J. Ward. Respiratory Care: A Guide to Clinical Practice. In:
The Anatomical Basis for Respiratory Gas Exchange. 4th ed; Philadelphia; Lippincott; 1997. p. 116-8.
5. John V.Basmajian, Charles E. Slonecker. Grant Metode Anatomi Berorientasi Pada Klinik. Dalam:
Dinding Dada. Jilid 1; Edisi ke-11; - Jakarta; Binarupa Aksara; 1995; 77-9; 85-87; 97.
6. Keith L. Moore, Anne MR. Agur. Anatomi Klinik Dasar. Dalam: Thorax; Edisi Bahasa Indonesia. -
Jakarta; Hipokrates; 2002; 32-55.
7. Leonhardt, Helmut, Werner Platzer. Atlas Berwarna dan Teks Anatomi Manusia. Dalam: Alat-Alat
Dalam. jilid 2; - Ed. 6. Rev; - Jakarta; Hipokrates; 1998; 116-121.
8. Omar Faiz, David Moffat. At a Glance Series Anatomi; - Jakarta; Erlangga; 2004; 3-13.
9. Price AS, WM Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Dalam: WM Lorreine.
Fungsi Pernapasan Normal. Ed. 4. - Jakarta; EGC; 1995; 646-8.
10. Rogers, Andrew W. Textbook of Anatomy: The Respiratory System. In: The Lungs and Pleural
Cavities; New York; Churchill Livingstone; 1992. p. 537-8.
11. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula; Edisi Bahasa Indonesia.- Jakarta; EGC; 2003; 1;
270.
12. Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteraan; - Ed.3. - Jakarta; EGC; 1989 ; 1; 61-
79.
13. Syaifuddin, Haji. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Dalam: Organ-Organ Sistem Pernapasan. -
Jakarta; Widya Medika; 2002; 110; 117-9.
14. Tabrani Rab. Ilmu Penyakit Paru. Dalam: Anatomi Alat Pernapasan; Jakarta; Hipokrates; 1996; 3-10.
15. Warren M. Gold, John F. Murray, Jay A. Nadel. Atlas of Procedures in Respiratory Medicine. In:
Jennifer M.Wu, Walter E. Finkbeiner. Anatomy of the Respiratory System; Philadelphia; WB.Sauders
Company; 2002. p. 36, 55.

Anda mungkin juga menyukai