Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Ulkus dekubitus atau luka baring adalah tipe luka tekan. Istilah ulkus dekubitus
berasal dari bahasa latin decumbere yang berarti berbaring. Penggunaan ulkus
dekubitus dinilai kurang tepat untuk menggambarkan luka tekan ini karena ulkus
dekubitus tidak hanya terjadi pada pasien yang berbaring tetapi bisa pada pasien
yang menggunakan kursi roda atau protesa. Nama lain dari ulkus dekubitus adalah
bed ridden, bedridden, bed rest injury, bedrest unjury, air-filled beds, air-filled
sitting device, low-airloss bde, low air-loss bed, air-fluidized bed, chronic
ulceration, pressure ulceration, dan decubitus ulceration.
Hal yang menjadi permasalahan adalah infeksi pada ulkus dekubitus termasuk
sebagai infeksi nosokomial dan di Amerika Serikat menghabiskan dana sekitar
satu miliar setiap tahun untuk pengobatannya. Penyakit ini sering terjadi pada
pasien dengan tirah baring lama di rumah sakit.
Prevalensi ulkus dekubitus pada rumah sakit sekitar 17-25 % dan dua dari tiga
pasien yang berusia 70 tahun atau lebih akan mengalami ulkus dekubitus. Di antara
pasien dengan kelainan neurologi, angka kejadian ulkus dekubitus setiap tahun
sekitar 5-8 % dan ulkus dekubitus dinyatakan sebagai 7-8 % penyebab kematian
pada paraplegia.
Pada perawatan akut, insiden ulkus dekubitus 0,4 % sampai 38 %, pada
perwatan yang lama 2,2 % sampai 23,9 % dan pada perawatan di rumah 0 %
sampai 29 %. Insiden yang sangat tinggi terdapat pada pasien yang dirawat di
ruang ICU. Hal ini terjadi karena immunocompromised penderita, dengan angka
kejadian 8 % sampai 40 %.
Pasien yng dirawat di rumah sakit dengan penyakit akut mempunyai angka
insiden ulkus dekubitus sebesar 2-11 %. Namun, hal yang perlu menjadi perhatian
adalah angka kekambuhan pada penderita ulkus dekubitus yang telah mengalami
penyembuhan sangat tinggi yakni 90 % walaupun mendapatkan terapi medik dan
bedah yang baik.
Ulkus dekubitus dapat terbentuk pada orang sulit atau tidak bisa merubah
posisi tubuhnya terhadap tekanan, seperti pada pasien dengan paralisis atau

1
kelainan neurologi, pasien yang selalu berbaring, pasien tua, pasien dengan
penyakit akut, dan pasien yang menggunakan kursi roda. Walaupun demikian tidak
semua pasien-pasien tersebut akan mendapatkan ulkus dekubitus. Ulkus dekubitus
tidak akan terbentuk pada orang dengan sensitivitas, mobilitas dan mental yang
normal, karena baik disadari atau tak disadari penekanan yang terlalu lama pada
bagian tubuh akan mencegah daerah yang tertekan tersebut mengalami kerusakan
yang irreversible. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan yang terjadi pada bagian
tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler, yakni sekitar 32 mmHg.
Ulkus dekubitus dapat menjadi sangat problem yang cukup serius baik di
negara maju maupun di negara berkembang, karena mengakibatkan meningkatnya
biaya perawatan, memperlambat program rehabilitas bagi penderita, memperberat
penyakit primer dan mengancam kehidupan pasien. Oleh karena itu, perlu
pemahaman cukup tentang ulkus dekubitus agar diagnosis dapat ditegakkan secara
dini sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera dan tepat serta dapat
dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya ulkus dekutbitus tersebut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Ulkus dekubitus merupakan daerah nekrosis selular yang terbatas.
Secara umum, ulkus dekubitus ditandai dengan luka terbuka dengan jaringan
nekrosis yang terjadi sebagai respons terhadap tekanan dari luar. Walaupun istilah
ulkus dekubitus, ulkus tekan, pressure sore, dan bedsore dipakai berganti-gantian,
“ulkus tekan” merupakan istilah yang saat ini disepakati oleh Departemen
Kesehatan dan Pelayanan Manusia Amerika Serikat, Pelayanan Kesehatan
Masyarakat, Agen Kebijakan dan Penelitian Kesehatan, serta National Pressure
Ulcer Advisory Panel.

2. ANATOMI
Ulkus dekubitus biasanya terjadi di atas tonjolan tulang. Ulkus
dekubitus dikelompokkan menurut derajat luasnya kerusakan jaringan :
 Stadium I : eritema tanpa pemucatan pada kulit yang intak, lesi membesar
dari ulserasi kulit. Jangan dikacaukan dengan hiperemis reaktif.
 Stadium II : kehilangan kulit dengan ketebalan sebagian yang melibatkan
epidermis dan/atau dermis.
 Stadium III : kehilangan kulit dengan ketebalan penuh yang melibatkan
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas ke bawah, namun
tidak melalui fascia di bawahnya.
 Stadium IV : kehilangan kulit dengan ketebalan penuh dengan destruksi
hebat, nekrosis jaringan, atau kerusakan pada otot, tulang atau struktur
penyokong.
Ulkus dekubitus stadium I mungkin sulit diidentifikasi pada orang
berkulit gelap. Lebih lanjut lagi, apabila muncul keropeng, penentuan stadium ulkus
dekubitus yang akurat tidak memungkinkan sampai keropeng tersebut telah terlepas
atau luka tersebut telah dilakukan debridement.

3
A. Supinasi

Occiput Bahu Siku Sacrum


Tumit

B. Sisi Miring

Telinga Bahu Trochanter Lutut PergelanganKaki

C. Duduk

Scapula

Sacrum

Ischium

Tumit Bola dari Kaki

Lokasi Tipikal pada Ulkus Dekubitus

4
(Susan J. Garrison (Ed): Handbook of Physical of Medicine and Rehabilitation
Basics. First edition. Copyright©1995. J.B. Lippincott Company)

Tingkatan Ulkus Dekubitus menurut Kedalaman Jaringan yang Terlibat

(Donovan WH. Pressure Ulcers. In DeLisa JA, Rehabilitation Medicine: Principles


and Practice, 2nd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott, 1993, p. 722)

3. EPIDEMIOLOGI
Sulit untuk menentukan secara akurat insidens dan prevalensi ulkus
dekubitus, akibat rehabilitasi, fasilitas jangka panjang, dan tempat perawatan
rumahan. Namun, telah diperkirakan bahwa insidens ulkus dekubitus di rumah sakit
berkisar dari 3 % sampai 29 %; pada fasilitas-fasilitas perawatan kronik atau jangka
panjang, insidens tersebut dapat mencapai 45 %.
Faktor risiko berkembangnya ulkus dekubitus :
 Imobilitas dan perubahan aktivitas
 Inkontinensia
 Defisiensi nutrisi
 Perubahan tingkat kesadaran
 Perubahan status mental
 Perubahan atau tidak adanya sensasi
 Stress psikologis dan depresi
Individu yang berisiko meliputi mereka yang mengalami cedera
medulla spinalis, orang tua yang cacat, orang yang terpaksa harus berdiam kursi
atau tempat tidur dalam perawatan rumahan atau di rumah, dan orang yang dirawat
di rumah sakit karena stroke, fraktur panggul, atau pembedahan.

5
4. ETIOLOGI / PATOLOGI
Struktur kulit normal dan proses fisiologis terlibat dalam memelihara
jaringan yang sehat merupakan hal yang cukup dimengerti. Namun, penyebab pasti
dan mekanisme kerusakan jaringan lunak yang menyebabkan ulkus dekubitus
belum jelas.
Tiga faktor utama yang turut membentuk ulkus dekubitus :
 Faktor Biomekanik
Ini meliputi tekanan, robekan, gesekan, kelembaban, dan temperatur.
Aktivitas normal seperti duduk, berbaring, dan bersandar pada permukaan lain,
menyebabkan sejumlah kecil otot terkompresi antara rangka tubuh internal
dengan suatu permukaan eksternal. Hal ini menyebabkan tekanan jaringan yang
sangat tinggi dimana penekanan artiole >32mm Hg dan venula >15mmHg.
Secara klasik, ulkus tekan dianggap disebabkan oleh iskemi vaskular yang
diinduksi oleh tekanan akibat jaringan tersebut kekurangan oksigen dan nutrisi
karena dinding pembuluh darah dan limfe yang tidak kaku kolaps akibat tekanan
yang lebih tinggi daripada cairan di dalamnya. Juga, deformasi mekanis pada
otot akibat tingginya tingkat beban yang terus-menerus, atau tenaga yang
berulang dan lebih moderat, menyebabkan kerusakan jaringan. Tenaga robekan
berperan jelas pada oklusi pembuluh darah, namun tenaga kompresi yang besar
juga harus diberikan untuk keadaan pengguntingan yang sesuai untuk
berkembang.
Inkontinensia dan pengeluaran keringat yang berlebihan turut berperan
dalam kerusakan kulit. Kulit yang lembab rentan terhadap maserasi melalui
trauma langsung atau pajanan terhadap tekanan. Kulit yang basah dapat melekat
pada pakaian dan selimut tempat tidur, yang menyebabkan robekan.
Inkontinensia alvi menyebabkan iritasi kimia pada epidermis, yang dapat
menyebabkan infeksi.

6
 Faktor Biokimia
Faktor-faktor yang berhubungan meliputi distribusi lemak, sirkulasi,
metabolisme kolagen, osifikasi heterotopik, dan anemia (dengan kadar besi
dalam serum dan kadar pengikat besi dalam serum yang rendah).
Gizi yang buruk menyebabkan penurunan berat badan dan
berkurangnya bantalan pada tonjolan tulang. Integritas jaringan normal
tergantung dari keseimbangan nitrogen dan asupan vitamin yang benar.
Hipoproteinemia yang menjadikan edema menyebabkan kulit menjadi kurang
elastis dan lebih rentan terhadap peradangan.
Perubahan sedikit pada suhu kulit, terutama peningkatan dengan
keringat yang dihasilkan, dapat meningkatkan kebutuhan metabolik sel pada
daerah setempat. Hal ini juga merupakan suatu faktor potensial pada terjadinya
kerusakan kulit.
 Faktor Medis
Sejumlah besar faktor klinis dan medis yang spesifik diagnosis
dihubungkan dengan ulkus dekubitus. Faktor risiko potensial untuk seorang
individu dengan cedera medulla spinalis meliputi tingkat dan kelengkapan
(motorik dan sensorik) cedera, spastisitas, faktor etnik, pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan sosial ekonomi. Siapapun yang tidak bergerak akibat dari
trauma, sakit, atau penyakit mempunyai risiko tinggi, terutama jika disertai
dengan malnutrisi, anemia, infeksi, spastisitas, kontraktur, edema, dan/atau
masalah psikologis seperti depresi. Kulit orang tua yang kehilangan
elastisitasnya, dapat menjadi lebih kering dan lebih rapuh.

5. EVALUASI / PENILAIAN
 Penilaian Risiko
1.) Gunakan perangkat penilaian risiko yang berlaku (seperti Skala Braden atau
Skala Norton) untuk mengidentifikasi faktor yang mendukung seseorang
untuk mengalami ulkus dekubitus. Penggunaan perangkat-perangkat ini
menjamin evaluasi sistemik terhadap tiap-tiap faktor risiko, terutama
tingkat mobilitas dan aktivitas

7
2.) Nilailah kulit pada saat masuk rumah sakit, perawatan di rumah, fasilitas
rehabilitasi, atau di rumah, dan pada interval yang teratur
3.) Catat seluruh penilaian risiko
 Inspeksi Kulit
1.) Inspeksi kulit sedikitnya sekali sehari. Berikan perhatikan khusus pada
jaringan di atas tonjolan tulang
2.) Catat hasil inspeksi kulit
3.) Catat tanda kerusakan jaringan yang potensial
Tanda potensial kerusakan jaringan :
 Variasi warna
 Lepuh
 Ruam
 Pembengkakan
 Variasi suhu
 Jerawat dan rambut yang tidak tumbuh
 Sisik
 Pecahnya permukaan
 Kulit yang kering dan berlapis-lapis
 Perawatan Kulit
1.) Bersihkan apabila basah dan pada interval yang rutin
2.) Kurangi gesekan dan tenaga yang mengenai kulit
3.) Individualisasikan frekuensi pembersihan kulit secara rutin
4.) Bersihkan perawatan dalam pengaturan posisi, pemutaran, dan perpindahan
pasien
5.) Hindari pijatan pada tonjolan tulang

8
Skala Norton untuk Mengukur Risiko Dekubitus
(Risiko dekubitus jika skor total < 14)
Nama Pasien Skor Tanggal

Kondisi fisik umum :


- Baik
- Lumayan
- Buruk
- Sangat buruk
Kesadaran :
- Composmentis
- Apatis
- Confuse / Soporis
- Stupor / Koma
Aktivitas :
- Ambulance
- Ambulance dg bantuan
- Hanya bisa duduk
- Tiduran
Mobilitas :
- Bergerak bebas
- Sedikit terbatas
- Sangat terbatas
- Tak bisa bergerak
Inkontinensia :
- Tidak
- Kadang-kadang
- Sering inkontinensia urin
- Sering inkontinensia urin &
alvi
Skor total

9
6. PENANGANAN
 Pencegahan
Pencegahan merupakan pendekatan yang paling hemat biaya dalam
menangani ulkus dekubitus. Unsur penting dalam program pencegahan yang
efektif meliputi pendekatan pengelolaan tim yang terpadu yang menekankan
perawatan medis yang baik, pelatihan yang benar dan pendidikan pasien,
keluarga, dan pengasuh, dukungan terhadap kepatuhan pasien, dan peresepan
yang sesuai untuk permukaan penyokong.
 Inspeksi Kulit
Inspeksi kulit merupakan dasar pencegahan. Jadwal yang ketat harus
menjadi bagian dari rutinitas harian pasien tersebut. Periksa kulit secara teratur
setiap pagi dan malam dan setiap kali pasien berpaling atau menerima
penanganan khusus. Adanya tanda kemerahan, perubahan permukaan warna
kulit, iritasi, atau abrasi merupakan indikasi pembentukan ulkus yang
mengancam. Ajarkan pasien dan keluarga tersebut tentang pentingnya
pengecekan kulit seperti ini dan paksakan kebiasaan ini.
 Pemeliharaan Kulit
Jagalah kulit agar tetap bersih dan kering setiap saat. Bersihkan daerah
tempat menumpuknya keringat atau cairan tubuh beberapa kali dalam sehari
dengan sabun yang ringan, bilas dengan air hangat, dan tepuk-tepuk hingga
kering. Oleskan lotion atau krim setelah mencuci. Pijat dengan baik hingga
menyerap ke dalam kulit. Hindari meninggalkan daerah dalam keadaan lembab
yang dapat menimbulkan iritasi dan maserasi.
Secara tradisional, pencegahan dan pengelolaan ulkus dekubitus
difokuskan pada pengaturan kembali posisi pasien dengan sering guna
membebaskan tekanan dan memelihara aliran darah kapiler. Saat ini,
penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi tiga tahap : reduksi tekanan,
penanganan adanya faktor predisposisi, perawatan luka.
 Reduksi Tekanan : Pemutaran, Perpindahan, dan Pengaturan Posisi
Putarlah pasien berisiko tinggi setiap 2 jam : 2 jam pada sisi miring, 2
jam terlentang, dan 2 jam miring ke sisi lain tanpa mengindahkan jenis
permukaan penyokong. Hati-hatilah dalam memindahkan pasien. Jangan

10
menyeret pasien melintasi tempat tidur. Gunakan kain pemindah di bawah
pasien dan suruhlah dua orang mengangkat pasien tersebut untuk
pemindahan. Gunakan permukaan kasur terapeutik untuk meminimalkan
tekanan pada daerah tubuh yang rapuh: gunakan bantal untuk menyokong
ekstremitas sehingga tekanan berkurang karena lutut dan pergelangan
kakinya akan saling berlawanan. Ajarkan seorang pasien di sebuah kursi roda
untuk memindahkan beratnya atau menaikkan dirinya sendiri selama lebih
kurang 15 detik setiap 30 menit. Pemulihan tekanan ini memungkinkan orang
tersebut melanjutkan duduk selama beberapa jam pada suatu waktu tanpa
risiko berkembangnya ulkus dekubitus.
 Reduksi Tekanan : Permukaan Penyokong
Terdapat lebih dari 140 macam produk permukaan penyokong di
pasaran saat ini. Beberapa dianjurkan hanya untuk kenyamanan; beberapa
membantu tugas mengubah posisi pasien atau mengurangi kebutuhan untuk
itu; beberapa dengan teknologi canggih dan dimaksudkan untuk mengurangi
tekanan secara bermakna antara tubuh dan permukaan penyokong. Dalam
memilih permukaan penyokong untuk seorang pasien, baik untuk kursi roda
maupun tempat tidur, pertimbangkan ciri-ciri berikut ini :
1.) Meminimalkan tekanan di bawah tonjolan tulang
2.) Mengendalikan gradien tekanan pada jaringan
3.) Memberikan kestabilan
4.) Tidak mengganggu pemindahan berat
5.) Tidak mengganggu pemindahan
6.) Mengendalikan suhu pada jaringan yang saling berhimpitan
7.) Mengendalikan kelembaban pada permukaan kulit
8.) Ringan
9.) Murah
10.) Tahan lama
Kelihatannya tidak ada satupun produk yang memenuhi seluruh
permintaan ini. Permukaan penyokong secara cepat tertinggal akibat
kemajuan teknologi. Contoh yang disajikan hanya mewakili sekelompok,
yang tidak terbatas pada merek yang disebutkan secara khusus. Pilihlah

11
produk yang cocok untuk memenuhi kebutuhan tiap pasien, mengetahui
keuntungan, kerugian, dan keterbatasan macam-macam permukaan. Gunakan
teknologi yang paling canggih untuk kasus-kasus yang paling sulit, seperti
ulkus multipel, kontraktur berat, dan ketidakmampuan untuk menoleransi
posisi telungkup.
 Tempat Tidur dan Kasur
Alat pemulih tekanan untuk tempat tidur dikelompokkan sebagai
permukaan kasur terapeutik, pelapis kasur, atau tempat tidur pemulih
tekanan.
 Permukaan kasur atau pelapis kasur terapeutik : ditempatkan tepat di atas
kasur biasa; desain dan bahannya menentukan keefektifan dalam
menghilangkan tekanan.
 Kasur pengganti : memiliki suatu pelapis yang berhubungan dengannya,
yang harus dinilai setiap waktu kegunaannya dalam menghilangkan
tekanan. Periksa garansi terhadap bahan tersebut dan pekerjaannya.
 Tempat tidur pengapung berisi udara : dipergunakan pada kasus yang berat
atau berisiko tinggi, apabila kontraktur menghalangi pengaturan posisi,
dan apabila terdapat keterbatasan akses untuk perawatan yang terampil.
Barang ini dapat dipergunakan di rumah, namun hanya setelah
berkonsultasi dengan dokter, jurupulih, atau perawat.
Tempat duduk kursi roda dikelompokkan menurut fungsinya: kendali
postural atau penghilang tekanan. Pengaturan posisi dan kejajaran postural
merupakan pertimbangan yang penting selama duduk di kursi roda. Bantal
punggung yang khusus dan sistem duduk menyeluruh tersedia untuk
memampukan seseorang yang berada di kursi roda memelihara posisi yang
paling fungsional dalam mengurangi risiko ulkus dekubitus.
Permukaan duduk untuk menghilang tekanan dikelompokkan menjadi
alat dinamis atau alat statis. Bantalan kursi roda dinamis dirancang untuk
menghasilkan tekanan yang tinggi dan rendah secara bergantian di setiap titik
pada permukaan duduk tubuh. Bantalan dinamis tergantung pada sumber
daya eksternal, seperti baterai atau stop kontak di dinding, yang bisa
membatasi dan mengganggu kemandirian fungsi. Pada bantalan kursi roda

12
yang statis, reduksi tekanan ditentukan oleh bahan dan/atau desain dari
bantalan tersebut. Terdapat tiga kategori besar dari bantalan kursi roda statis:
berisi udara, pengapung, atau busa. Tiap kelompok mempunyai keuntungan
dan kerugiannya sendiri, seperti yang tersaji pada tabel.

7. MENANGANI FAKTOR PREDISPOSISI


Pasien dengan ulkus dekubitus sering bermasalah dengan
penyembuhan luka karena gizi yang tidak adekuat. Lakukan evaluasi dan tangani
defisiensi gizi sehingga jaringan di bawahnya mendapatkan suplai asam amino,
kalori, dan zat gizi lainnya dengan memadai.
 Protein
Protein harus tersedia untuk terjadinya granulasi luka. Mulailah beri
makan protein dengan agresif apabila albumin serum pasien di bawah 3,1 gr/dl
dan hitung limfosit total (TLC) turun di bawah 1200 mm.
Idealnya, protein diberikan melalui mulut dalam bentuk makanan
lengkap, namun suplemen oral atau bahkan makanan melalui selang dapat
dipakai. Jika ulkus dekubitus mulai muncul, kebutuhan protein individu bisa
meningkat hingga 1,2 sampai 2,0 gr/kg berat badan ideal untuk menjaga
keseimbangan nitrogen positif dan meningkatkan sintesis protein untuk
penyembuhan. Demam, infeksi, dan drainase luka, kesemuanya ini
meningkatkan kebutuhan protein. Protein harus selalu tersedia agar granulasi
luka terjadi.
 Defisiensi yang Menyebabkan Anemia
Adanya anemia juga mempengaruhi pencegahan dan penyembuhan
ulkus dekubitus. Walaupun tidak selalu berhubungan dengan diet, anemia dapat
disebabkan oleh berbagai defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, vitamin B12,
B6, dan beberapa mineral renik seperti tembaga.
Pasien dengan ulkus dekubitus sering memiliki kadar hemoglobin 10
gr/100ml atau kurang akibat penurunan selera makan, penurunan serum dan
elektrolit akibat ulkus, infeksi, dan kelemahan umum. Kadar hemoglobin yang
rendah menyebabkan kandungan oksigen darah lebih rendah dan karena itu
terjadi penurunan oksigen yang menyebabkan yang dihantarkan ke jaringan

13
tersebut. Defisiensi nutrisi yang beragam menyebabkan gangguan pembentukan
sel darah merah, yang selanjutnya menambah masalah.
 Defisiensi Nutrisi lainnya
Vitamin C dan zink juga memiliki peran penting dalam penyembuhan
luka. Vitamin C meningkatkan “semen” intraselular, menyokong
kolagen dalam pembuluh kapiler dan berbagai jaringan penyambung. Keadaan
stress dan penyembuhan luka menyebabkan peningkatan kehilangan
penyimpanan vitamin C dalam tubuh. Zink dikenal sebagai mineral primer yang
secara langsung terlibat dalam penyembuhan luka. Dua puluh persen dari zink
tubuh disimpan dalam kulit.

8. PERAWATAN LUKA
 Pembersihan
Persiapan luka merupakan langkah pertama dalam perawatan luka.
Luka tidak boleh ditutup tanpa terlebih dahulu dibersihkan dan diangkat jaringan
nekrotiknya; bila tidak, dapat terjadi hasil yang tidak efektif dan bahkan
berbahaya, seperti infeksi. Banyak agen pembersih luka, seperti di bawah ini :
Agen Pembersih Luka
Agen Pembersih Efek Kerugian yang Mungkin
Normal Salin 0,9 %
Saviodil (klorheksidin Beracun terhadap fibroblast, sel-sel kunci
glukonat 0,015 %, bertanggung jawab untuk meletakkan parut yang
sentrimid 0,15 %) berdasar kolagen pada perbaikan jaringan lunak
Eusol (chlorinated lime Tindakan pengangkatan tidak khusus tertuju
1,2 %, asam borat 1,25 % pada jaringan nekrotik, dapat menyebabkan
dalam air) peningkatan urea dan gagal ginjal oligurik akut
Hidrogen peroksida Mungkin bersifat kaustik terhadap kulit di
sekitarnya

14
 Pengangkatan Jaringan Nekrotik
Jaringan nekrotik dapat diangkat dari suatu ulkus dekubitus secara
bedah, secara mekanis, atau secara kimiawi. Biasanya metode ini dipakai
sebagai kombinasi.
 Debridement Pembedahan
Debridement pembedahan sangat penting jika ulkus tersebut tertutup
oleh keropeng hitam yang keras, yang dapat melindungi luka dari jenis
penanganan lainnya.
 Debridement Mekanis / hidrotheraphy / whirepool air
Debridement mekanis terdiri atas pembalutan ulkus dengan perban
terendam saline yang dibiarkan mengering selama 6 hingga 8 jam dan
kemudian diangkat. Jaringan nekrotik akan melekat pada perban tersebut dan
akan terangkat bersamanya. Kolam pusaran air merupakan suatu modalitas
yang berguna untuk debridement mekanis. Jaringan nekrotik diperlunak,
renggang terkoyak, dan dicuci dari daerah tersebut.
 Debridement Kimiawi
Debridement kimiawi (medikasi topikal) memiliki nilai dalam keadaan-
keadaan tertentu. Jika dipergunakan dengan tepat, debridement ini dapat
mengangkat lapisan superfisial suatu ulserasi. Namun, kemampuannya untuk
menembus keropeng atau mengangkat jaringan yang mengalami devitalisasi
tidak terbukti. Agen enzimatik yang dipergunakan untuk debridement ulkus
dekubitus meliputi kolagenase, papain, urea, klorofilin, dan sutilain.
Campuran yang efektif dalam memisahkan fibrin dan pus cair namun
tidak memiliki efek dalam pemutusan jaringan nekrotik meliputi
streptokinase, fibrinolisin, dan deoksiribonuklease.
Tidak satupun dari agen-agen kimiawi ini akan mengangkat sejumlah
besar jaringan berkolagen yang terdevitalisasi, menembus eskar tebal,
mempengaruhi bursa yng terbentuk dengan baik atau traktus sinus, atau
menembus luka yang dalam. Beberapa agen ini sebenarnya dapat merusak
drainase.

15
 USD (Ultrasound Diatermi/ terapipanasprofundal)
Terapi panaspro fundall yang memberikan efek analgesik, anti
inflamasi, relaksasi, sedatif, meningkatkan suhu jaringan dan sebagai
vasodilatasi lokal.
 Laser
adalah alat laser untuk terapi, dimana "energy output"-nya cukup
rendah, sehingga temperatur dari jaringan yang diterapi tidak naik melebihi
36,6°C (temperatur tubuh normal). Indikasi : terutama menyangkut penyakit
rematik. Pada "trigger point" dan "tender-point" syndromes, terapi laser
menunjukan efikasi yang tinggi. Dapat sebagai pengganti akupunktur
(acupuncture without needle).
 Ultraviolet
 Pembalutan Luka
Untuk kebanyakan kasus, gunakan pembalutan yang oklusif pada luka
yang bersih seperti pembalutan primer. Pembalutan ini memberikan lingkungan
luka yang optimal dan melindungi dari kontaminasi luar. Lingkungan lembab
yang diciptakannya memungkinkan sel-sel epitel untuk berpindah. Pembalutan
oklusif bersifat permeabel terhadap gas, sehingga memberikan jaringan yang
sedang menyembuh suatu suplai oksigen yang adekuat. Tersedia banyak
pembalut oklusif sintetik dan terbagi menjadi empat kelompok, tiap kelompok
dengan keuntungan dan kerugiannya masing-masing.

Pembalutan Oklusif Sintetik


Balutan Keuntungan Kerugian
Hidrokoloid Mudah dipakai; tetensi yang Kebocoran dan
(misal baik terhadap eksudat yang perpindahan pada luka
Duoderm) moderat; impermeable terhadap yang eksudatnya banyak
air; melekat sendiri
Polyurethane Baik untuk luka superfisialis Mungkin sulit untuk
(misal dipergunakan; perlekatan
Tegaderm) buruk; penyerapan minimal

16
Biodressings Dapat digunakan hanya pada Hanya cocok untuk lesi
(Spenco jaringan yang mudah hancur superfisialis saja; sulit
Second Skin) dipertahankan di atas luka
Gel Sama seperti Biodressings Sama seperti Biodressings

Hindari pembalutan oklusif apabila :


 Ulkus dekubitus menunjukkan tanda-tanda infeksi
 Hasil biakan lebih dari 105 organisme per gram jaringan
 Terdapat tendon atau tulang yang terpajan
 Terdapat traktus sinus drainase
Antibiotik Topikal
Tidak terdapat data yang meyakinkan mengenai keunggulan antibiotik topikal
terhadap balutan salin basah-kering. Antibiotik topikal tidak menembus
kedalaman luka maupun mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada jaringan
granulasi. Antibiotik demikian dapat menyebabkan efek yang merusak bagi
penyembuhan.
 Penatalaksanaan Bedah
Penilaian ahli kedokteran fisik harus dikombinasi dengan keterampilan
ahli bedah plastik untuk pengelolaan ulkus dekubitus yang optimal. Pasien
dengan ulkus dekubitus memiliki masalah medis yang kompleks, dan
memerlukan masukan kedokteran fisik dari sudut pandang fungsional, hingga
seluruh perjalanan perawatan dan penanganan di rumah sakit.
 Spasme
Spasme adalah kontraksi otot yang tak dikehendaki dan tak terkendali
yang singkat dan tiba-tiba yang sering terjadi pada pasien yang mengalami
cedera kepala atau medulla spinalis. Karena pergerakan spastik dapat
menggesek tubuh terhadap seprai, pakaian, jeruji tempat tidur, atau
perlengkapan adaptif, pasien spasme cenderung mengalami ulkus dekubitus.
Obat yang paling efektif untuk mengendalikan spastisitas adalah natrium
dantrolen (Dantrium) dan baklofen (Lioresal). Sebelum pembedahan, lakukan
segala usaha untuk mengurangi atau menghilangkan spasme; kalau tidak,
kegagalan pembedahan tidak dapat dielakkan lagi.

17
 Penutupan Secara Bedah
Ulkus Stadium III dan IV menyembuh lebih cepat dan membentuk lebih
sedikit jaringan parut apabila ditangani secara bedah. Pembedahan untuk
ulkus dekubitus meliputi eksisi ulkus, jaringan parut, dan biasanya tonjolan
tulang, diikuti dengan penutupan defek melalui salah satu dari prosedur-
prosedur yang dibahas di bawah ini.
Prosedur primernya adalah teknik-teknik yang standar, aman, teruji
waktu, yang dipergunakan saat ulkus dekubitus timbul pertama kali dan
sementara masih terdapat cukup kulit, jaringan subkutan, dan otot pada
daerah yang berdekatan. Prosedur tersebut meliputi penutupan primer, tandur
kulit, flap kulit, dan flap kulit ditambah interposisi otot.
Penutupan Primer
Penutupan primer terdiri atas eksisi tepi ulkus dan konversi luka
menjadi suatu bentuk elips. Luka tersebut kemudian ditutup lapis demi
lapis untuk mengobliterasi ruang mati. Tepi kulit dipertemukan dan dijahit.
Kadang-kadang, diperlukan drain. Penutupan primer biasanya dapat
dilakukan sebagai suatu prosedur rawat jalan pada unit bedah satu hari.
Lindungi daerah tersebut dari tekanan selama 2 minggu setelah penutupan;
mulai duduk setelah minggu kedua, tergantung pada kasus. Angkat jahitan
pada minggu ketiga. Dengan bentuk penanganan seperti ini, pasien
tersebut hanya kehilangan sedikit waktu dan tetap lebih dapat aktif.
Tandur Kulit
Tandur kulit merupakan segmen dermis dan epidermis yang dipisahkan
seluruhnya dari pasokan darahnya pada daerah donor dan dipisahkan ke
permukaan luka. Terdapat dua jenis tandur kulit: tandur kulit ketebalan
penuh (full-thickness skin graft / FTSG) yang berisi epidermis dan seluruh
dermis, serta tandur kulit ketebalan sebagian (split-thickness skin graft /
STSG) yang terdiri atas epidermis dan hanya sebagian dari dermis di
bawahnya. Di antara dua jenis tandur kulit ini, STSG lebih memungkinkan
untuk bertahan pada daerah resipien karena menerima fase penyerapan
plasmatik yang lebih lamam dan karenanya dapat bertahan lebih lama
sebelum terjadi vaskularisasi. STSG tidak mengandung apendises dermis

18
(kelenjar keringat dan folikel rambut), dan oleh karena itu perlu lubrikasi
yang terus-menerus.
Flap Kulit
Flap kulit, arus utama pada pembedahan ulkus dekubitus, dipergunkan
apabila luka terlalu luas untuk dilakukan penutupan primer dan kehilangan
massa jaringan mengahalangi penanduran. Suatu flap kulit merupakan
“lidah” jaringan yang dilepaskan dari jaringan sekitarnya kecuali suatu
pedikel atau basis, yang mempertahankan paokan darah. Flap kulit terdiri
dari kulit dengan ketebalan penuh dan jaringan subkutan di bawahnya, dan
dapat diangkat dan dipindahkan ke daerah tubuh yang lain dalam batas-
batas pedikel vaskularnya. Jikas suatu defek memerlukan flap, pasien
tersebut harus dipersiapkan untuk prosedur operasi besar dan diantisipasi
dengan 4 hingga 6 minggu perawatan di rumah sakit. Biasanya, hanya
ulkus ischial, trochanteric, atau sacral yang memerlukan flap. Flap
musculocutaneus adalag flap yang paling sering dipakai. Dengan
komposisi dari kulit, jaringan subkutan, dan otot di bawahnya, pasokan
darahnya berasal dari rantai vaskular mayor (arteri dan vena), yang masuk
ke bawah permukaan proksimal dari otot dan terangkat bersama-sama
dengan otot tersebut. Untuk memobilisasi flap tersebut, jaringan fascia dan
subkutan dijahit menjadi satu untuk menghindari kerusakan pembuluh
darah yang mengalami perforasi pada jaringan aerolar yang saling
berhadapan dari kedua lapisan tersebut. Pemindahan flap musculocutaneus
meninggalkan suatu daerah donor yang dalam yang pada kebanyakan
kasus harus ditutup dengan tandur kulit. Kadang-kadang, daerah ini dapat
ditutup secara primer.
Prosedur Lainnya
Prosedur sekunder dipergunakan jika terjadi kerusakan multipel. Jika
begitu, jaringan yang adekuat tidak segera tersedia di dekat ulkus
dekubitus yang baru, baik karena pembentukan parut dari ulkus dekubitus
sebelumnya atau akibat prosedur pembedahan, atau karena jaringan
subkutan sekitarnya telah mengalami atrofi dan mengecil.

19
Prosedur tersier dicadangkan sampai prosedur primer dan sekunder telah
dicoba. Metode tersier yang paling umum adalah amputasi unilateral atau
bilaeral dan fillet (pengangkatan tulang) ekstremitas bagian bawah.

9. KOMPLIKASI
Terdapat bermacam-macam tipe komplikasi medis yang dapat timbul
akibat berkembangnya ulkus dekubitus serta penanganan selanjutnya. Penggunaan
tempat tidur dengan udara kencang dapat menimbulkan banyak masalah, yang
biasanya dapat dihindari. Dehidrasi berat terjadi pada 3 % hingga 4 % pasien karena
meningkatnya kehilangan cairan insensibel yang disebabkan oleh aliran udara
hangat dan kering yang terus-menerus melalui lapisan penyaring. Asupan cairan
tambahan diperlukan. Kulit yang kering dan bersisik bisa terjadi, terutama pada
orang tua. Kelembaban yang relatif rendah pada lingkungan tempat tidur
menyebabkan keringnya mukosa hidung, yang secara potensial menyebabkan
epistaksis. Penggunaan yang lama dapat menimbulkan hipernatremia, serta
hipofosfatemia dan hipokalemia, karena periode yang memanjang pada lingkungan
yang tanpa bobot. Sensasi mengapung dapat menyebabkan kebingungan dan
disorientasi. Bisa timbul ulkus dekubitus yang baru, terutama pada tumit. Palingkan
pasien dan sering lakukan pemeriksaan kulit. Mekanisme batuk pada pasien bisa
berubah menjadi tidak efektif karena kurangnya sokongan punggung yang keras;
karena itu, hygiene paru merupakan tindakan yang penting pada pasien yang
mobilitasnya terbatas. Kebocoran partikel dapat menyebabkan cedera mata pada
pasien tersebut dan pengasuhnya. Sering-sering lakukan inspeksi lapisan penyaring
tersebut untuk air mata; ganti bila perlu.
Osteomielitis
Terdapat 10 % insidens osteomielitis yang berhubungan dengan ulkus
dekubitus. Selain itu, sepsis yang terjadi akibat ulkus dapat menjadi komplikasi
yang serius dan fatal. Mungkin terdapat kesulitan membedakan osteomielitis
yang mendasari ulkus dekubitus dengan infeksi jaringan lunak. Debridement
ulkus secara bedah yang digabung dengan antibiotik-spektrum luas diperlukan
pada infeksi jaringan lunak. Adanya osteomielitis akan menunjukkan luasnya
ostektomi dan dapat memodifikasi lamanya pengobatan antibiotik.

20
Skening tulang radionuklir telah diajukan sebagai sarana diagnosis
yang sensitif terhadap osteomielitis. Namun, ditemukan masalah yang bermakna
dengan hasil positif palsu. Biopsi jarum dari tulang yang di bawahnya
merupakan metode yang paling akurat untuk diagnosis osteomielitis. Namun,
jika salah satu uji positif, penelitian baru-baru ini menganjurkan penggunaan
sinar-X polos, hitung sel darah putih (> 15.000 mm3), dan laju endap darah (>
120) sebagai pemeriksaan yang paling sensitif, spesifik, dan hemat biaya untuk
osteomielitis.
Amputasi
Amputasi dan prosedur pemotongan dipersiapkan untuk pasien yang
memiliki ulserasi luas, dengan/atau tanpa osteomielitis yang mendasarinya, dan
tidak dapat diobati dengan baik melalui prosedur primer atau sekunder apapun
seperti yang telah digambarkan sebelumnya. Prosedur tersebut dapat terdiri dari
suatu amputasi di atas lutut, pemotongan (pengangkatan femur) dari penggunaan
keseluruhan paha untuk penutupan flap. Prosedur teknis yang lebih hebat dan
ekstensif terdiri dari amputasi pada tingkat pergelangan kaki dan potongan pada
keseluruhan tungkai. Hal ini memungkinkan lebih banyak otot dan jaringan
subkutan menutupi defek tersebut. Teknik ini harus digolongkan sebagai
prosedur tersier dan hanya dilakukan apabila seluruh prosedur lain terbukti tidak
berhasil.
Aspek psikologis dari bedah amputasi menghasilkan beberapa area
masalah yang besar. Kehidupan bagi orang yang diamputasi telah dirusak dalam
kebiasaan yang menonjol. Konsekuensi psikologis akibat kecacatan yang jelas
juga dapat bermakna.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation. 1989.Physical


Medicine and Rehabilitation Handbook. Chiccago. Appendix 7-10
2. Donovan WH, Dinh TA, Graber SL, et al.1993.: Pressure Ulcer. In DeLisa JA, ed.
Rehabilitation Medicine 2nd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott. pp. 716-732
3. Hamid T, Dhewi WS, Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi (Physiatry). 1992.
Surabaya: Unit Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo. pp. 27-43
4. H i d a y a t , Djunaedi, Sjaiful Fahmi Daili, dan Mochtar
H a m z a h . Ulkus Dekubitus. Dalam Cermin Dunia Kedokteran No. 64, Tahun
1990.Available from www.kalbe.co.id diakses tanggal 5 November 2013
5. J r , D o n R R e v i s . 2 0 0 8 . D e c u b i t u s U l c e r . Avai lai bl e
from UR L : www.em edi cine.com diakses tanggal 5 november 2013
6. Pendland, Susan L., dkk.Skin and Soft Tissue Infections. Dalam Joseph T.
DiPiro, dkk, editor. 2005. Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach. Edisi 6. Chicago: McGrawHill Company. pp.1998-90
7. S t a f M a y o k l i n i k . 2 0 0 7 . B e d s o r e ( p r e s s u r e s o r e s ) . Availaible from
URL: www.mayoclinic.comdiakses tanggal 5 november 2013
8. Susan J. Garrison. Dasar-Dasar Terapi & Rehabilitas Fisik. Jakarta: Hipokrates.
2001,pp. 259-279
9. W i l h e l m i , Bradon J. 2008.Pressure Ulcers, Surgical
Treatment a n d Principles. Available from URL : www.emedicine.com
diakses tanggal 5 November 2013
10. Webster JG. 1991. Prevention of Pressure Sores: Engineering and Clinical
Aspects. Philadelphia & New York: Adam Hilger. pp. 208-212
11. Woosely RM, McGarry JD. 1991. The Cause, Prevention, and Treatment of
Pressure Sores. Neuro Clin. pp. 797-808

22

Anda mungkin juga menyukai