Sejarah
Belanda datang ke Indonesia pada tahun 1596, dimana hukum yang digunakan di
Indonesia ketika itu hukum adat (tidak tertulis). Namun dengan masuknya Belanda ke
Indonesia dan mendirikan VOC, Indonesia memiliki hukum yang tertulis. Hukum yang
dibuat pada masa Belanda disebut dengan hukum disiplin (tucht recht) yang ditujukan untuk
mengatur perdagangan di Indonesia namun sesuai perkembangan tahun Belanda berhasil
menguasai pemerintahan di Indonesia sehingga hukum belanda ini dibuat lagi agar dapat
mengatur pemerintahan di Indonesia yang disebut dengan Gronwet. Pada masa Jepang
peraturan perundangan di Indonesia menggunakan dua pedoman yaitu Osamu Seirei
(Pemerintaha sipil) Osamu kanrei (Kepala staf). Pada masa Kemerdekaan Indonesia
memiliki pedoman peraturan yaitu UUD 1945. Ketika Indonesia memiliki sistem
parlementer karena Belanda menginginkan bangsa Indonesia mengubah bentuk negara untuk
mendapat kebebasan maka bangsa Indonesia mengganti pedoman peratutan perundangan
menjadi UUDS 1950. Karena badan konstituante tidak mampu membuat UUDS 1950
menjadi undang-undang yang sesuai dan diharapkan bangsa Indonesia maka lewat Dekrit
Presiden bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945 sampai sekarang.
UUD 1945
Peraturan perundangan yang paling tertinggi di Indonesia
UUD meliputi, cita-cita bernegara, jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan
warga negara, struktur organisasi negara, serta pembagian dan pembatasan tugas
ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
Pada awal reformasi, ketika muncul tuntutan dari masyarakat untuk merubah UUD
1945 membuat pada waktu terjadi Amandemen dalam UUD 1945 sebanyak 4 kali
Lembaga yang berwenang merubah UUD 1945 adalah MPR ditegaskan dalam
pasal 37 UUD 1945.
Perubahan Konstitusi /Undang-Undang dapat dilakukan apabila :
Melalui Parlemen
referendum
Persetujuan negara bagian
Konvensi atau lembaga khusus
Misal :
Di China perubahan konstitusi diatur oleh parlemen dan dukungan suara.
Perancis perubahan konstitusi melalui referendum
Amerika serikat harus ada persetujuan negara bagian
Di Argentina melalui lembaga khusus.
KETETAPAN MPR
Lembaga negara yang tertinggi
MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang
TUGAS WEWENANG MPR:
Mengubah dan menetapkan (Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945)
Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum
Ketetapan MPR Mempunyai Arti Bahwa Suatu Bentuk Keputusan Yang
Dikeluarkan Oleh MPR Serta Mempunyai Kekuatan Hukum Mengikat Ke Luar
Dan Ke Dalam MPR tetapi setelah amandemen hanya ke dalam MPR saja.
CONTOH TAP MPR YANG BERLAKU
Tap MPR no.XXV/MPRS/1966 membubarkan partai Komunis
Tap no. XVI/MPR/1998 tentang politik Ekonomi dalam Demokrasi Ekonomi
Tap. No XVI/MPR/1998 tentang penentuan pendapat di Timor Timur.
Tap MPR tidak bisa membuat kembali aturan baru tapi hanya menguatkan
aturan yang telah dibuat, ini dikarenakan dihapusnya GBHN setelah
amandemen.
Tujuan pembentukan Ketetapan MPR tersebut adalah untuk meninjau materi dan
status hukum setiap TAP MPRS dan TAP MPR.
Ketetapan MPR Bersifat dinamis
MPR berwenang untuk mengeluarkan ketetapan sebagai berikut :
Ketetapan yang berisfat mengatur sekaligus perintah kepada presiden, dan
Ketetapan yang bersifat mengatur ke dalam MPR.
Paska pemilu 2004 MPR tidak diperkenankan membuat peraturan yang bersifat
luas hanya bersifat keputusan administrasi.
UNDANG –UNDANG DAN PERPU (PERATURAN PEMERINTAH PEGGANTI
UNDANG-UNDANG)
UNDANG-UNDANG
Peraturan perundangan yang dibentuk oleh DPR dengan Presiden
MEKANISME PEMBUATAN UNDANG-UNDANG
DPR mengajukan ruu kepada presiden
Presiden memberi tugas kepada menteri untuk membahas ruu
Apabila disetujui presiden dan dpr maka ruu disahkan menjadi undang-undang
PERPU
Peraturan ini dikeluarkan oleh pemerintah dan ditandatangani oleh presiden pada
saat terjadi kondisi mendesak atau genting di Indonesia dan Undang-Undang
yang ada tidak memadai untuk mengambil tindakan.
MEKANISME PERPU
Karena mekanisme Perppu atau Perpu bersifat darurat, maka Perppu/Perpu pada
akhirnya harus diajukan kepada badan legislatif (DPR) untuk disetujui Sebagai
agenda pembahasan pada sidang DPR
DPR hanya memiliki suara untuk menolak atau menerima Perppu/Perpu
Kalau DPR menerima maka Perrpu akan dijadikan Undang-Undang.
Contoh Perppu Ormas atau Perpu Ormas (Perppu No 2/2017) yang diterbitkan
pada tahun 2017 untuk memecahkan masalah organisasi masyarakat yang tidak
sesuai dengan falsafah negara Pancasila. UU yang ada dianggap tidak memadai
dan terlalu berbelit untuk mengatasi keberadaan organisasi-organisasi masyarakat
yang tidak sepaham dengan Pancasila seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Berdasarkan Putusan MK tersebut, ada tiga syarat sebagai parameter adanya
“kegentingan yang memaksa” bagi Presiden untuk menetapkan PERPU, yaitu:
Adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum
secara cepat berdasarkan Undang-Undang;
Undang-Undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi
kekosongan hukum, atau ada Undang-Undang tetapi tidak memadai;
Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat Undang-
Undang secara prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan;