Menurut sebagian besar, khususnya di kalangan remaja, jomblo adalah status seseorang yang
menunjukkan pribadi kuper, gak gaul, ketinggalan jaman, katrok, ndeso atau kampungan. Ada
lagi yang sering kali jadi julukan, bahwa seorang yang jomblo adalah makhluk yang tidak laku.
Seseorang dikatakan tidak jomblo ketika dia memiliki pacar. Padahal status pacar dan jomblo itu
sekedar status sosial dalam kehidupan gaul remaja. Jadi, mereka yang memiliki pacar merasa
gaul dan merasa selamat dari status jomblo. Mereka yang berstatus jomblo dianggap suatu aib
dalam pergaulannya.
Karena pacar sekedar status sosial kehidupan gaul remaja, maka berpacaran hanya dijadikan
kebanggaan dalam pergaulan mereka, sama sekali tidak ada niat untuk melanjutkan ke jenjang
bahtera rumah tangga. Alasan mereka yang sekedar berpacaran karena mereka masih di bawah
umur. Jadi, ngapain make meried segala? Begitu alasan yang sering kali kita dengar.
Kebanggaan itu terasa ketika mereka berkumpul dengan teman-temannya, jalan-jalan berdua,
dan saat galau ada yang menamani. Ketika berkumpul dengan teman-temanya, mereka sangat
bangga karena di sampingnya ada seorang pacar, apa lagi teman-temannya bersama pacarnya.
Ketika berjalan –ke mana aja– bisa boncengan, bisa gandengan, dan bisa makan berduaan di
restoran atau warung. Ketika galau tidak lagi bingung harus mengadu pada siapa, bisa langsung
minta ditemenin pacarnya.
Mungkin itu aktifitas pacaran yang standart. Ada aktifitas pacaran yang lebih dari itu. Dalam
kehidupan gaul remaja, selain pacaran sebagai status pribadi, pacaran juga sebagai hiburan
sehari-hari yang dipenuhi aktifitas pelampiasan hasrat syahwat. Sekarang marak kelakuan
mesum, seks bebas, dan hamil di luar nikah, itu semua terjadi karena status konyol itu (pacaran).
Bahkan ada yang menganggap, jika masih belum pegangan, ciuman, dan pelukan, itu dianggap
sebagai aib dalam kehidupan gaul mereka. Lebih parah lagi, jika masih perawan atau perjaka pun
dianggap ketinggalan jaman. Na’udzubillah…
Jika seorang remaja tidak memiliki pacar, siapa saja pasti yakin, dia tidak akan pernah berduaan,
saling memandang penuh hasrat, pegangan, merapat, pelukan, ciuman, meraba-raba, apa lagi
melakukan ‘hal itu’. Begitulah gambaran mulia seorang jomblo; dia tidak pernah berduan dengan
lawan jenis, yang pada ujungnya akan sampai pada aktiftas… (gituan itu). Nau’udzubillah.
Jomblo itu bukan berarti dia kuper, ndeso, gak gaul, ketinggalan jaman, apalagi tidak laku atau
tidak pernah jatuh cinta. Seseorang jomblo itu memiliki beberapa alasan, diantaranya: Pertama,
karena sibuk dengan aktifitasnya, baik profesi atau pun pendidikan. Kedua, karena menutup hati
sebab dia sudah mencintai seseorang meskipun tidak mungkin dimilikinya. Ketiga,karena
pacaran dianggap sesuatu yang tidak bermanfaat. Keempat, karena mempertahankan reputasi
yang seandainya dia berpancaran makan nama baik dia akan tercemar. Kelima, karena bingung
menentukan pilihan, sehingga dia memilih jomblo. Keenam, karena tidak memiliki nyali untuk
mengungkapkan perasaannya. Ketujuh, karena trauma sebab tembakan pertama ditolak.
Kedelapan, karena dia menganggap bahwa dengan tidak pacaran dia akan mendapatkan jodoh
yang tidak pernah pacaran juga (baik). Kesembilan, karena semata-mata ingin menjaga kesucian
dirinya (keimanannya).
Selain alasan-alasan di atas, jomblo juga memiliki nilai mulia bagi seorang remaja. Karena
dengan status jomblo dia akan terhindar dari perbuatan yang tidak bermoral, sebagaimana yang
marak saat ini. Artinya, pacaran itu lebih rawan mengantarkan seseorang kepada maksiat dan
Jomblo (pasti) membuat seseorang lebih terjaga dari perbuatan yang dilarang agama. Tepatnya,
sebenaryna jomblo merupakan salah satu upaya menjaga diri untuk tidak menuruti hawa nafsu.
Uapaya tersebut adalah cirri-ciri orang yang beriman. Allah berfiman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. (QS. An-Nur: 30-31)
Ayat di atas menjelaskan tentang keimanan seseorang. Jika dia beriman, seharusnya dia menahan
pandangannya agar tidak menjurus pada perbuatan hasrat syahwat. Salah satu upaya yang jitu
untuk menahan pandangan adalah jomblo. Karena jomblo lebih aman dari perbuatan hasrat
syahwat. Namanya juga jomblo, makhluk yang selalu sendirian. Orang yang sendirian memang
mau melakukan ‘hal itu atau gituan’ dengan siapa? hehehe… Jadi, seorang yang jomblo
termasuk seseorang yang beriman yang secara otomatis dia menahan pandangannya, dan tentu
tidak ada kesempatan untuk melakukan perbuatan menuruti hasrat syahwat
Temen-temen tentu udah nggak asing lagi dengan istilah ‘gaul’. Yach, tren yang udah membumi
di lingkungan temen-temen. Dari mulai model baju, celana ketat, rok mini, tanktop, sampe buku-
buku dan majalah nggak ketinggalan ngebahas tren itu. Tapi apa temen-temen tau, apa sih
sebenernya arti gaul tersebut?
Ada yang bilang, gaul itu punya banyak temen dan punya banyak wawasan. Di mana-mana ia
dikenal. Banyak yang nelponin, banyak yang ngajakin hang-out bareng, banyak yang naksir,
banyak juga yang iseng gangguin. Pokoknya, layaknya superstar lah, ia dikenal di manapun
berada.
Ada juga yang bilang, gaul itu ngikutin perkembangan zaman. Pokoknya, orang bisa dikatakan
gaul jika ia bisa ngikutin terus perkembangan zaman paling modern. Dari bacaan modern yang
ngebahas perselingkuhan artis, sampai film modern yang mengumbar nafsu dan kekerasan. Dari
mulai celana gombrong di bawah mata kaki sampai celana ketat yang kesannya kayak telanjang.
Dari baju kebesaran yang berumbai di mana-mana sampai kaos kekecilan model adik bayi.
Semuanya diikutin. Namanya aja ngikutin tren modern!
Ada lagi yang memaknai gaul sebagai kebiasaan belanja di mall, nongkrong di kafe, jago sms-
an, jago pencet HP, dan sebagainya.
Tapi apa emang cuma sebatas itu aja definisi gaul?
Dalam Islam sendiri, gaul berarti punya prinsip. Kan nggak lucu banget, kalo kita ngaku gaul
tapi ke mana-mana cuma ikut-ikutan tanpa dasar. Nah, untuk itu kita kudu nyari tau prinsip
tersebut. Caranya? Dekati dan akrabi Al Qur'an. Pramuka aja punya prinsip “Satyaku
kudharmakan, dharmaku kubaktikan”, masa' sih kita seorang muslim yang merupakan ummat
terbaik malah nggak punya prinsip. Malu dong!!!
Lantas apa prinsip kita sebagai Muslim? “Hidup mulia atau mati syahid!”
Bener! Seratus deh buat kamu yang menjawab bener tadi!
Selain itu, pribadi muslim yang gaul tercermin dalam sepuluh sifat. Simak baik-baik yaaa....!
Setelah itu diamalkan. Baru deh kalian tepat disebut sebagai insan yang gaul.
Nah, temen-temen semuanya, kalo kalian emang ngebet banget pingin disebut manusia gaul,
bersihkan tuh aqidahmu. Jangan melulu membersihkan wajah berjerawat! Oke?
Sahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu
haditsnya, beliau bersabda: "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat". Dari ungkapan ini
kita bisa nyimpulin bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada
sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
Muslim yang gaul emang muslim yang punya prinsip. Tapi prinsip kita harus berdasarkan Al
Qur'an dan Sunnah, bukan asal prinsip. Apalagi prinsip berdasar hukum setan dan nafsu. Nggak
banget deh!!!
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik
dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang
mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat. Pingin kan
ngerasain bahagia dunia-akhirat? Nah, karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi
umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah
mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam
Al Qur'an. "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung" (QS. Al Qalam:
4).
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan
dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap
sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang
muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah
SAW bersabda yang artinya: "Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang
lemah (HR. Muslim)
Demikian pula Imam Hasan Al Banna berkata bahwa salah satu kewajiban mujahid adalah:
”Hendaklah engkau bersegera melakukan general chek-up secara berkala atau berobat, begitu
penyakit terasa mengenaimu.”
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting.Muslim itu nggak
boleh lelet, apalagi telmi. Jangan deh!! Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fathonah (cerdas).
Al Qur'an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir,
misalnya firman Allah yang artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: " pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu supaya kamu berfikir" (QS Al Baqarah: 219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai
dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan
keilmuan yang luas. Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan
pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Pasti akan terjadi yang namanya taqlid
buta alias berbuat dan berkata tanpa dasar yang jelas. Dan itu jelas nggak dibolehkan dalam
Islam.
Oleh karena itu, Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang,
sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: "samakah orang yang mengetahui dengan
orang yang tidak mengetahui?"', sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran". (QS Az Zumar: 9)
Imam Hasan Al Banna berkata: ”Kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia.”
Coba deh direnungkan. Bila seorang Muslim mampu memahami betapa banyak kewajiban yang
harus dipikulnya, tentu ia nggak akan pernah menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang
nggak berguna.
Sebuah kata bijak barangkali bisa menjadi pedoman. ”Jangan pernah menyia-nyiakan waktumu,
karena sesungguhnya tidak ada yang sia-sia di sisi Allah.”
Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi juga termasuk kepribadian seorang muslim yang penting yang
ditekankan oleh Al Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang
terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan
baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan
baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan,
profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban,
berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian
serius dalam penunaian tugas-tugas.