Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia (Anief, Moh, 2008).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara daa meningkatkan kesehatan,
mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, baik perorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan
kefarmasian yang merupakan bagian dari sistem kefarmasian pelayanan kesehatan
termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan unit
pelaksanaan teknik dinas kesehatan kabupaten ataupun kota (Kemenkes, 2016).
Pelayanan kefarmasian adalah salah satu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi, untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Peraturan menteri mulai berlaku bagi rumah sakit, penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian secara terbatas dilakukan oleh tenaga kefarmasian atau tenaga
kesehatan lainnya ditugaskan oleh kepala dinas kesehiatan kabupaten atau kota.
Pelayanan kefarmasian secara terbatas meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai dan pelayanan resep berupa peracikan obat, penyerahan obat, dan
pemberian informasi obat (Kemenkes, 2016).
Pelayan informasi obat yang kurang diberikan oleh petugas farmasi disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain: sumber daya manusia (SDM) yang kurang memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk penyampaian informasi obat kepada pasien, dan
keramahan petugas, kepedulian petugas atas keluhan pasien, dan ketelitian petugas
fasilitas pelayanan kefarmasian pada saat bekerja sehingga menyebabkan tingkat
pelayanan informasi obat belum mencapai sasaran yang baik (Depkes RI, 2008).

1
2

Salah satu penelitian yang telah dilakukan (Linda Suryandari, 2005), informasi
obat untuk pasien di apotek kota Surakarta, diperoleh kesimpulan petugas apotek sudah
berkualitas dalam memberikan informasi resep dan obat yang meliputi kejelasan cara
pakai obat, penjelasan tentang efek samping obat, kotra indikasi, kegunaan obat,
harapan jika diminum teratur, informasi obat kepada ibu hamil dan menyusui, cara obat
bagi bayi dan anak, etiket yang mudah dibaca, cara menyimpan obat, informasi yang
sesuai dengan kebutuhan pemakai dan petugas apotek bersedia memberi informasi obat
terhadap konsumen disaat membutuhkannya, serta memberi penjelasan bahwa obat
yang diberikan sudah benar.
Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat
aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberika informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif
memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan
sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima (Anonim,
2006).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Tinjauan Pemberian Informasi Obat di Instalasi Farmasi RSUD dr.Fauziah
Bireuen Kabupaten Bireuen”.

B. Perumusan Masalah
Adapun tujuan yang dicapai melalui penelitian ini adalah bagaimana pemberian
informasi obat di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pemberian Informasi Obat Di Instalasi Farmasi RSUD dr. Fauziah Bireuen
Kabupaten Bireuen.
3

D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Penulis
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian serta dapat memperoleh informasi tentang pemberian
informasi obat di Instalasi Farmasi RSUD Dr.Fauziah Bireuen Kabupaten
Bireuen.
2. Untuk Akademik
Dapat menjadi referensi bagi peneliti yang tertarik dengan masalah
pelayanan informasi obat di rumah sakit.
3. Untuk Rumah Sakit
Dapat menjadi bahan masukan untuk menetapkan kebijakan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan farmasi dan meningkatkan upaya pencapaian hasil
kerja yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai