A. TUGAS UTAMA :
1. Perencanaan:
a. Menyusun standar kebutuhan sarana, tenaga, alat dan bahan kegiatan
untuk insatalasi.
b. Melakukan upaya peningkatan jumlah, jenis dan keuntungan pemeriksaan.
c. Mengupayakan penyederhanaan prosedur pembelian alat/bahan habis
pakai.
d. Merencanakan peremajaan dan pemeliharaan alat.
e. Melaksanakan upaya agar instalasi terakreditasi
2. Pelaksanaan:
a. Merumuskan masalah yang dihadapi instalasi dan melaporkan ke atasan
langsung.
b. Mengupayakan efisiensi penggunaan bahan habis pakai.
3. Penilaian:
a. Melaksanakan orientasi bagi pegawai baru.
b. Mengupayakan peningkatan disiplin kerja.
c. Menyusun hasil kegiatan dalam bentuk laporan:
Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan Instalasi Penyediaan Air
Bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah dan Gedung.
Menyusun rencana anggaran biaya pemeliharaan Instalasi Penyediaan
Air Bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Instalasi Pengolahan
Sampah Medis dan Gedung.
Melaksanakan perbaikan kerusakan Instalasi Penyediaan Air Bersih,
Instalasi Pengolahan Air Limbah, Instalasi Pengolahan Sampah Medis
dan Gedung.
Membuat laporan hasil kegiatan pemeliharaan Instalasi Penyediaan Air
Bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Pengolahan Sampah Medis
dan Gedung.
Kerjasama dengan pihak ke III berkaitan dengan pemeliharaan Instalasi
Penyediaan Air Bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Incenerator
dan Gedung.
B. TANGGUNG JAWAB
1. Mengatur pembagian tugas rutin dan isidentil untuk seluruh petugas
instalasi.
2. Mengiventarisasi sarana, tenaga, alat dan bahan untuk instalasi.
3. Melakukan pemeriksaan jumlah dan kesiapan alat dan bahan yang akan
dipakai.
4. Melakukan pemeriksaan waktu daluwarsa bahan.
C. WEWENANG
1. Memberikan pemahaman visi, misi dan uraian tugas seluruh petugas.
2. Membuat bahan organisasi dengan uraian tugasnya.
3. Melaksanakan rapat koordinasi instalasi.
4. Mengkoordinasikan peningkatan pasar diluar pasien BRSU, dokter/RS
Swasta.
5. Mengkoordinasikan perbaikan tempat kerja.
6. Mengkoordinasikan perbaikan fasilitas pendukung.
7. Mengkoordinasikan pelatihan dan penyegaran teknis.
8. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan rekam medis.
9. Melakukan koordinasi dengan instalasi terkait untuk melaksanakan
penelitian.
10. Memastikan Instalasi Penyediaan Air Bersih beroperasi dengan baik.
11. Memastikan kualitas Air bersih memenuhi persyaratan kesehatan.
12. Memastikan Instalasi Pengolahan Air Limbah beroperasi dengan baik.
13. Memastikan kualitas air buangan memenuhi persyaratan standar baku mutu
lingkungan.
14. Memastikan Instalasi Pengolahan sampah medis beroperasi dengan baik.
15. Memastikan bangunan/ gedung dalam keadaan baik (layak pakai).
16. Merencanakan & mengelola SDM yang ada.
17. Mengusulkan anggaran biaya untuk pemeliharaan Instalasi Penyediaan Air
Bersih, Instalasi Pengolahan Air limbah, Instalasi Pengolahan Sampah Medis
dan Gedung.
18. Mengusulkan sarana dan prasarana untuk kelancaran tugas pemeliharaan
Instalasi Penyediaan Air Bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Instalasi
Pengolahan Sampah Medis dan Gedung.
19. Pendataan dan Analisis kebutuhan pemeliharaan Instalasi Penyediaan Air
Bersih, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Instalasi Pengolahan Sampah
Medis dan Gedung.
20. Melakukan koordinasi dengan unit terkait.
21. Memonitoring operasional Instalasi Penyediaan Air bersih, Instalasi
Pengolahan Air Limbah, Instalasi Pengelolaan Sampah Medis dan Gedung.
IPSRS adalah singkatan dari Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit. Disinilah kantornya para teknisi Rumah Sakit bekerja. IPSRS merupakan
organisasi dalam Rumah Sakit yang bersifat teknis dan koordinatif yang
pelaksanaannya meliputi perbaikan sarana dan peralatan yang ada di Rumah Sakit.
Tujuannya adalah meningkatkan mutu pelayanan dan efisiensi RS.
Sebagai salah satu unit yang berperan penting dalam kinerja Rumah Sakit,
IPSRS sangat penting fungsi dan perannya dalam menunjang sarana dan prasarana
yang ada di Rumah Sakit. Dengan kata lain, IPSRS adalah salah satu faktor syarat
suatu RS bisa diakreditasi levelnya menjadi lebih tinggi.Perkembangan teknologi
alat-alat kedokteran yang semakin hari semakin pesat menyebabkan pengelolaan
IPSRS harus mendapatkan perhatian, karena betapapun canggihnya teknologi
tersebut akan menjadi sia-sia tanpa maintenance dan operator utility yang benar.
1. Tugas dan Kegiatan Umum IPSRS
Operator Utility, menjadi operator suatu alat medis atau mengadakan
training kepada tenaga kesehatan yang lain untuk petunjuk pemakaian (SOP) alat
medis yang benar.
a. Maintenance, perawatan rutin.
b. Perencanaan kegiatan pemeliharaan.
c. Pengukuran dan kalibrasi.
d. Rekayasa dan rancang bangun.
e. Manajemen informasi dan pemeliharaan.
f. Rujukan pemeliharaan.
g. Pengawasan pelaksanaan pengadaan barang dan tenaga kerja.
h. Pengawasan fasilitas dan keselamatan kerja.
Sebagai tekhnisi kita harus punya peralatan yang memadai sebelum
melakukan suatu maintenance ataupun perbaikan, yaitu senjata harus ada sebelum
berperang ! ! ! Tapi suatu yang menjadi khas sebagai tekhnisi yaitu membawa
testpen.
Peralatan yang lain, minimal :
a. Obeng plus minus
b. Multimeter
c. Tang
2. IPSRS dibagi dalam beberapa unit bagian, yaitu :
a. Unit Administrasi
b. Unit Sarana dan Prasarana
c. Unit Bangunan
d. Unit Biomedical (teknisi elektromedik)
e. Unit IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan sampah medis
f. Unit Listrik dan AC
g. Unit Telekomunikasi
3. Sistematika Tugas IPSRS
a. Direktur mempunyai tugas memimpin, melakukan koordinasi,
pengawasan, dan pengendalian teknis dalam menyelenggarakan kegiatan
IPSRS.
b. Kepala IPSRS, mempunyai tugas sebagai penanggungjawab semua
kegiatan IPSRS.
c. Administrasi, mempunyai tugas mencatat semua pemasukan dan
pengeluaran.
d. Sie Medis, mempunyai tugas menangani jenis pemeliharaan dan perbaikan
alat-alat medis.
e. Sie Non Medis, mempunyai tugas menangani jenis pemeliharaan dan
perbaikan alat-alat non medis.
f. Sie Bangunan, mempunyai tugas menangani segala bentuk tentang
bangunan.
g. Sie Sanitasi, mempunyai tugas menangani tentang kebersihan, pengairan
dan limbah Rumah Sakit.
4. Infection Control
Infection control yaitu pengendalian infeksi di lingkungan Rumah Sakit.
Karena RS itu adalah tempatnya orang sakit, maka banyak virus dan bakteri yang
dibawa. Kami sebagai teknik elektromedik, sebagai salah satu staff atau pegawai
pasti akan menjaga untuk infection control agar kita sebagai tenaga kesehatan tidak
terkena infeksi ataupun sebagai carrier (pembawa infeksi) atau malah menjadi
sumber infeksi bagi orang lain.
Memang secara tidak langsung dan secara frekuensi, kita tidak berhadapan
langsung dengan pasien. Tapi peralatan kesehatan ataupun hal-hal lain bisa menjadi
sumber infeksi yang infeksius, maka dari itu parameter untuk infection control
sangat diperlukan.
Biaya yang diperlukan untuk infection control memang sangat tinggi dan
pengawasannya haruslah ketat, karena hal tersebut demi kepentingan bersama (bagi
pasien ataupun pengunjung juga bagi tenaga kesehatan).
Visi instalasi masih mengikut pada visi rumah sakit secara umum, yaitu:
Menjadi pelopor terpercaya dalam memadukan pendidikan,
penelitian, dan pemeliharaan kesehatan yang bertaraf
internasional.
b. Misi IPSRS
Misi dari instalasi juga masih mengikut pada misi rumah sakit secara
umum, yaitu:
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi IPSRS RS. Unhas Tahun 2011
Analisis :
Struktur organisasi instalasi ini menganut sistem organisasi garis. Di mana
dalam bagan organisasinya terlihat adanya kesatuan komando karena kepemimpinan
berada ditangan satu orang dan setiap bawahan hanya bertanggung jawab terhadap
satu orang pemimpin saja.
Struktur organsisasi ini sudah cocok untuk perusahaan ini, karena telah
menggambarkan lima aspek struktur organisasi yang utama yaitu :
1. Menggambarkan pembagian kerja, dimana setiap kotak mewakili tanggung jawab
seseorang atau sub bagian untuk bagian tertentu dari beban kerja unit.
2. Menunjukkan siapa atasan dan siapa bawahan sehingga jelas terlihat siapa
melapor kepada siapa.
3. Keterangan kotak-kotak telah menunjukkan tugas-tugas kerja dan tanggung
jawab yang berbeda untuk setiap peranan yang berbeda.
4. Keseluruhan bagan telah menunjukkan dasar pembagian aktivitas unit yang
menurut penulis dibagi atas dasar fungsinya.
5. Semua bagian unit pada tingkatan yang sama melapor pada orang yang sama.
Dari struktur di atas, dapat dilihat bahwa sistem kerja di IPSRS tersebar di
empat bagian area kerja, yaitu bagian peralatan medik, bagian peralatan nonmedik,
bagian bangunan, serta bagian administrasi dan logistik, yang bertanggungjawab
kepada koordinator IPSRS. Kemudian koordinator tersebut bertanggungjawab
kepada kepala bidang pelayanan penunjang dan sarana medik secara langsung.
secara langsung.
Pembagian wilayah kerja dan tanggung jawab yang jelas ini, dapat
mengoptimalkan hasil dari pekerjaan itu sendiri. Namun, jumlah SDM yang
menempati bagian-bagian tersebut masih kurang. Hal ini dikarenakan RS UNHAS
masih baru dalam beroperasi, sehingga masih dalam tahap awal proses pembenahan-
pembenahan.
Analisis:
Letak ruangan-ruangan IPSRS ini cukup strategis. Sehingga, memudahkan
dan memperlancar proses pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan dan sarana
prasarana rumah sakit.
Analisis:
Dari hasil observasi, didapatkan bahwa kondisi kualitas udara pencahayaan,
suhu, tekanan udara, kelembaban, dan kebisingan telah sesuai dengan apa yang
menjadi standar, sehingga berpengaruh positif pada kebetahan dan kenyamanan staf
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Tabel 3.2
Inventaris Sarana Prasarana Instalasi IPSRS RS UNHAS
Tahun 2011
KETERANGAN
NO NAMA BARANG
JUMLAH BAIK RUSAK
Sesuai
5 Kabel NYY 3x 1.5 mm
keb.
Outlet Stop kontak data Sesuai
6
Clipsal keb.
Sesuai
7 Sambungan T stop kontak
keb.
Sesuai
8 Lasdop Kabel
keb.
Sesuai
9 Klem Kabel
keb.
Sesuai
10 Kabel UTP
keb.
Sesuai
11 RJ 45
keb.
Sesuai
12 Kabel NYW 3X1.5 mm
keb.
Sesuai
13 Stop Orde OB Clipsal
keb.
Sesuai
14 Dos OB clipsal
keb.
Sesuai
15 Stoker urde utc
keb.
Sesuai
16 Terminal Stop Kontak 6
keb.
Sesuai
17 Terminal Stop Kontak 4
keb.
21 Splitter 2 buah
22 Hammer stoning 1 buah
27 Kanebo 1 buah
Prosedur Perbaikan
Laporan dari user/ruangan masuk ke IPSRS melalui blangko laporan kerusakan
atau via telepon ditembuskan ke Ka.IPSRS
Ka.IPSRS nenelaah dan memberikan mandat kepada Kordinator peralatan baik itu
medik atau non-medik
Kordinator peralatan mengidentifikasi jenis kerusakan barang lalu memberi
mandat kepada teknisi pelaksana untuk mengecek dan memperbaiki peralatan yang
telah dilaporkan user
Jika peralatan yang dicek kerusakannya tidak membutuhkan spare part, maka alat
langsung diperbaiki
Apabila membutuhkan spare part maka spare part di ambil di gudang logistik
IPSRS lalu dipasang di alat.
Namun jika spare part yang dibutuhkan tidak ada maka kordinator administrasi
dan logistik IPSRS membuat daftar permintaan spare part yang dibutuhkan, lalu
Ka.IPSRS dan Kordinator peralatan menandatangani daftar kebutuhan tersebut.
Jika alat tersebut selesai diperbaiki dan baik, maka teknisi mengkonfirmasikan ke
user dan dicatat dalam buku kegiatan
Sedangkan jika alat tersebut tidak dapat diperbaiki/tidak berfungsi dengan baik
dikarenakan tingkat kesulitan yang tinggi dan membutuhkan spare part yang
spesifik stau rusak berat,maka alat tersebut di rencanakan untuk dikerjakan pihak
III atau dihapuskan.
Prosedur Penghapusan
Kordinator peralatan IPSRS menelaah tingkat kerusakan alat yang dikerjakan oleh
teknisi pelaksana
Jika alat mengalami kerusakan berat maka Kordinator peralatan IPSRS
memerintahkan Kordinator Administrasi dan Logistik untuk membuat laporan
daftar barang yang mau di hapus.
Ka. IPSRS dan Kordinator peralatan IPSRS menandatangani laporan daftar barang
yang mau dihapus tersebut Laporan daftar barang yang mau dihapus tersebut lalu
diteruskan ke Direktorat Umum dan Operasional.
Analisis:
Untuk kebijakan-kebijakan ini masih dalam tahap perbaikan. Karena, saat ini RS
UNHAS masih dalam tahap proses pembuatan kebijakan GCI secara keseluruhan.
Maintenance Program
Kamis, 14 Mei 2009 oleh. Administrator
Kesimpulan
· Maintenance yang dilakukan secara rutin dan terprogram dengan baik maka akan
memperkecil biaya prcduksi; fungsi peralatan akan maksimal, sehingga waktu
prcduksinya akan Iebih cepat karena peralatan tidak ngadat, tidak terjadi disfungsi
dalam prcses produksinya dll.
· Sebaliknya bila maintenance tidak dilakukan dengan baik maka biaya produksi
akan mahal dan keterlambatan pasti akan terjadi, bahkan gagal produksi tidak dapat
dihindari, sehingga harus mengulangi prcses produksinya, ctomatis kerugian dalam
hal biaya dan waktu akan terjadi.
Daftar pustaka:
• Prawirosentono Suyadi, Managemen Operasional. Bumi Aksara Edisi ke 4
• Experience Base in Several Government Hospital in Indonesia
• Experience Ba e in Several Government Ho pital in Nigeria
Pengelolaan kalender
Pelayanan ATK di perlengkapan dilengkapi dengan mesin cetak cepat yang disebut
dengan mesin RISO. Penggunaan mesin ini diperuntukkan bagi kepentingan
universitas yang diatur tersendiri sesuai dengan surat kepala Biro Administrasi
Umum nomor E.4.a/157/UMM/II/2010 tanggal 12 Februari 2010. Pengendalian mesin
RISO dalam surat tersebut dijelaskan bahwa untuk menggandakan 1 berkas/1 master
minimal berjumlah 500 exemplar/1 rim kertas.
INVENTARISASI ASET
Universitas Muhammadiyah Malang dibangun diatas tanah seluas ± 34,654 ha yang
terbagi dalam kampus I, II, III, rumah sakit, dan lahan luar kampus. Perkembangan
pesat berupa bangunan Universitas Muhammadiyah Malang sebagai lembaga
pendidikan tinggi membutuhkan pengelolaan yang signifikan dan tersistematis. Oleh
karena itu, bagian perlengkapan dan rumah tangga diberi wewenang untuk menjaga
dan merawat asset kampus untuk menangani inventarisasi asset yang dimiliki oleh
Universitas Muhammadiyah Malang.
Asset Universitas Muhammadiyah Malang adalah barang bergerak (tidak habis pakai
namun mengalami penyusutan) mebeler dan alat-alat penunjang kegiatan belajar
mengajar dan perkantoran lainnya dan barang tidak bergerak, yang meliputi tanah,
bangunan/gedung.
Pada bagan tersbut di atas, disebutkan bahwa salah satu tugas dari urusan
inventarisasi asset adalah membuat laporan secara periodik yang dikeluarkan pada
akhir tahun. Dalam laporan inventarisasi asset tersebut barang-barang bergerak
maupun tidak bergerak yang berada di Univesitas Muhammadiyah Malang diberi
pengkodean khusus guna memudahkan dalam mengelompokkan ketegori
barang/asset Universitas Muhammadiyah Malang.
SOP MAINTENANCE
2. Persyaratan Performance
Masing – masing bangunan memiliki persyaratan performance bangunan yang sangat
spesifik. Performance bangunan mencakup banyak aspek, mulai dari performance fisik luar
bangunan, sampai pada elemen – elemen Mekanikal dan elektrikal ( ME ).
Tindakan pemeliharaan bangunan sangat ditentukan oleh tuntutan performance yang terkait
dengan fungsi bangunan. Namun seringkali terjadi perbedaan standart performance
bangunan menurut USER dan menurut OWNER, terutama pada bangunan sewa.
A. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dengan interval waktu tertentu
untuk mempertahankan gedung pada kondisi yang diinginkan / sesuai. Contohnya
pengecatan dinding luar gedung 2 tahunan, pengecatan interior 3 tahunan, pembersihan
dinding luar, dll. Namun jenis pekerjaan pemeliharaan rutin juga bias berupa perbaikan atau
penggantian komponen yang rusak. Kerusakan – kerusakan tersebut bias diakibatkan oleh
proses secara alami ( contoh : Kerapuhan, kusam ) atau proses pemakaian ( contohnya :
goresan,pecah dll ).
Pada pemeliharaan rutin sangat penting untuk menentukan siklus pemeliharaan. Siklus
pemeliharaan bias ditentukan berdasarkan data fisik gedung dan equipment yang cukup
dalam bentuk dokumentasi, manual pemeliharaan ataupun catatan pengalaman dalam
pekerjaan pemeliharaan sebelumnya.
Dalam suati rencana program pemeliharaan, jika siklus kegiatannya sudah ditentukan, maka
jenis pekerjaan dan anggaran dapat segera dibuat.
Kendala – kendala yang sering terjadi dalam pemeliharaan rutin adalah :
Pemilik / Owner
Seringkali para pemilik gedung tidak melaksanakan program pemeliharaan yang sudah
dibuat,bahkan cenderung memperpanjang interval pemeliharan dengan tujuan mengurangi
beban biaya pemeliharaan agar keuntungan yang di dapat lebih besar. Padahal dengan
tertundanya jadwal pemeliharaan rutin akan mengakibatkan bertumpuknya kualitas
kerusakan ( Multipier effect ) yang akhirnya akan membutuhkan biaya perbaikan yang jauh
lebih besar.
Kurangnya data dan pengetahuan
Seringkali pemeliharaan rutin tidak dapat dilakukan akibat kurangnya data baik
manual,sejarah pemeliharaan ataupun dokumentasi. Disamping itu juga kekurangan
pengetahuan dari personil pengelola gedung baik tingkat manajerial maupun pelaksana
mengakibatkan program pemeliharaan dan pelaksanaanya kurang optimal.
B. Pemeliharaan Remedial
Pemeliharaan remedial adalah pemeliharaan perbaikan yang dapat diakibatkan oleh :
Kegagalan teknis / manajemen
Kegagalan teknis / manajemen bisa terjadi pada tahap kontruksi maupun pada tahap
pengoperasian bangunan. Pada tahap kontruksi contohnya adalah kecerobohan dalam
pemasangan suatu komponen bangunan. Pada tahap pengoperasian bangunan, kesalahan
dalam merencanakan jadwal pemeliharaan bias terjadi dan ini dapat berakibat pada
kerusakan alat atau bahan – bahan bangunan.
Kegagalan kontruksi dan desain
Dalam hal ini faktor desain dan kontruksi berhubungan erat. Contoh dari segi desain adalah
kesalahan dalam pemilihan bahan bangunan, sehingga usia pemakaiannya pendek dan tidak
bertahan lama. Sedangkan dari segi kontruksi kesalahan dalam pelaksanaan finishing dapat
menyebabkan usia pemakaiannyapun tidak bertahan lama.
Kegagalan dalam pemeliharaan
Faktor lain yang menyebabkan kegiatan pemeliharaan perbaikan selama periode pemakaian
bangunan adalah akibat kegagalan pemeliharaan yang disebabkan oleh :
Program pemeliharaan rutin yang dibuat tidak memadai
Program perbaikan yang tidak efektif
Inspeksi – inspeksi yang tidak dilaksanakan dengan baik
Data - data pendukung pemeliharaan yang tidak mencukupi
Secara lebih luas, ditinjau dari direncanakan atau tidak, kegiatan pemeliharaan rutin dapat
diklasifikasikan menjadi :
Difinisi :
Planned Maintenance : Pemeliharaan yang diorganisasikan dan dilaksanakan dengan
perencanaan, control dan penggunaan laporan – laporan untuk suatu rencana yang
ditentukan sebelumnya.
Unplanned Maintenance : Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk rencana yang yang
tidak ditentukan sebelumnya.
Preventive Maintenance : Pemeliharaan yang dilaksanakan pada interval yang
ditentukan sebelumnya atau yang sesuai untuk kriteria yang ditentukan dan
ditujukan untuk mengurangi kemungkinan kegagalan atau degradasi performansi
suatu bangunan.
Corrective Maintenance : Pemeliharaan yang dilakukan setelah suatu kegagalan
terjadi dan ditujukan untuk memperbaiki suatu item untuk suatu keadaan yang item
tersebut dapat melakukan fungsinyayang diperlukan.
Emergency Maintenance : Pemeliharaan yang diperlukan dengan segera untuk
menghindari akibat – akibat yang serius.
Condition Based Maintenance : Preventive maintenance yang di mulai dari suatu hasil
pengetahuan kondisi suatu hal dari pemantauan rutin.
Scheduled Maintenance : Preventive maintenance yang dilaksanakan untuk suatu
interval waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada dasarnya,tindakan pemeliharaan dilakukan berdasarkan atas laporan hasil
pemeriksaan / survey terhadap kondisi bangunan. Untuk itu pemeriksaan yang dilakukan
harus teliti dan menyeluruh,sehingga dapat ditentukan bentuk tindakan pemeliharaan yang
tepat terhadap kegagalan tertentu.
2 Trafo a. Ampere
b. Tegangan 380 V / 400 V
c. Bunyi
d. Check fisik
e. Rembesan olie
f. Temperatur trafo – 50°
g. Olie
h. Bunyi
i. Conection elastimol
3 Tubecle a. Fuse
b. Conection
4 Hydrant dan splinkler a. Bocor
b. Rembes
c. Valve macet
d. Karat
e. Valve dalam kondisi on
f. Check tekanan
g. Nozzel
h. Selang
6 Listrik a. MCB
- Panas
- Bunyi
b. Tegangan
- Voltase 220 V / 240 V
c. Ampere
d. Check kabel
- Conection
- Fisik kabel
Catatan :
a. Standarisasi ini hanya sebagai bentuk dasar dalam checklist
b. Setiap petugas harus bisa menganalisa data pengecheckan sendiri
Di dalam Pemeliharaan dan perawatan gedung memiliki SOP yang berbeda beda sesuai
dengan kapasitas ataupun kemampuan dalam membuat standart operasional prosedur.jadi
SOP ini tidak selalu mengikat karena disesuaikan dengan kebutuhan ataupun setiap masing
– masing perusahaan yang menanganinya.
Untuk menunjang kwantitas dan kwalitas mantenance harus lebih spesifik dalam
menanggani suatu pekerjaan harus mengetahui peralatan yang akan digunakan dan fungsi
suatu alat kerja,berikut standart kerja disesuaikan dengan pekerjaan yang akan dilakukan :
4 a. Obeng ( - ) dan ( + )
b. Tespen
c. Tang Ampere
d. Multitester
e. Tang kombinasi
f. Tang buaya
g. Tang potong
a. Kuas
b. Rool
c. Tangga
d. Bak cat
e. Kain lap
a. Kapek
b. Amplas
c. Pahat
d. Palu