PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat
meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup
berat yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua pertiga berusia dibawah
Ada beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala ringan,
cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Asuhan keperawatan cedera
kepala atau askep cidera kepala baik cedera kepala ringan, cedera kepala
sedang dan cedera kepala berat harus ditangani secara serius. Cedera pada
otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga dapat
mendeteksi adanya trauma dari fungsi otak yang diakibatkan dari cedera
kepala.
ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
1
secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan
ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit (Sjahrir, 2004).
Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil kasus kelolaan kelompok
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. M dengan Cedera Kepala Berat
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
2
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan
C. Metode Penulisan
kepustakaan dari literatur yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Pengertian
mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi
Cidera kepala adalah suatu trauma yang mengenai kulit kepala, tulang
jaringan sel otak akibat benda tajam/ tembakan. Cidera kepala terbuka
dari :
4
c. Hematoma epidural
dari 30 menit
5
Tabel 2. Skala Koma Glasgow (Blak, 1997)
1. Membuka Mata
Spontan 4
Terhadap rangsang suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
2. Respon Verbal
Orientasi baik 5
Orientasi terganggu 4
Kata-kata tidak jelas 3
Suara Tidak jelas 2
Tidak ada respon 1
3. Respon Motorik
Mampu bergerak 6
Melokalisasi nyeri 5
Fleksi menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak ada respon 1
Total 2– 15
2. Etiologi
a. Trauma tajam
Kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana itu merobek otak.
b. Trauma tumpul
sifatnya.
6
c. Cidera akselerasi
b. Kebingungan
c. Pucat
e. Pusing kepala
f. Terdapat hematoma
g. Kecemasan
i. Gangguan penglihatan
j. Epilepsi
l. Bila fraktur mungkin ada keluar cairan serebraspinal dari hidung dan
telinga
7
4. Patofisiologi
intrakranial.
5. Diagnosa Medik
- Trauma Kepala
6. Penatalaksanaan
jalan nafas perlu segera dibebaskan, dengan suction dan beri O 2 yang
cukup.
1) Blood
8
darah, tanda peningkatan TIK dan bila penurunan, adanya shock
3) Brain
menggunakan GCS.
5) Bladder
intrakranial meningkat.
7) Bowel
c. Mempertahankan oksigenasi
e. Pencegahan kejang
h. Keseimbangan nutrisi
i. Pemeriksaan Diagnostik
2) Angiografi cerberal
9
Bermanfaat untuk memperkirakan diagnosis adanya suatu
3) CT-Scan
5) MRI
1. Pengkajian
b. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan
2) Sistem neurologis
10
Tingkat kesadaran/GCS (< 15). Reflek babinski positif,kaku kuduk
dan hemiparese.
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem musculoskeletal
mengalami paralisis.
5) Sistem pencernaan
6) Sistem perkemihan
2. Diagnosa Keperawatan
napas di otak.
penumpukan sekret
11
e. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran
(soporos - coma)
kesadaran
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
Hitung pernapasan pasien dalam pernapasan yang cepat dari pasien
satu menit. dapat menimbulkan alkalosis
respiratori dan pernapasan lambat
meningkatkan tekanan Pa Co2 dan
menyebabkan asidosis respiratorik.
Cek pemasangan tube untuk memberikan ventilasi yang
adekuat dalam pemberian tidal
volume.
Observasi ratio inspirasi dan pada fase ekspirasi biasanya 2 x
ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, tapi
dapat lebih panjang sebagai
kompensasi terperangkapnya udara
terhadap gangguan pertukaran gas.
Perhatikan kelembaban dan keadaan dehidrasi dapat
suhu pasien mengeringkan sekresi / cairan paru
sehingga menjadi kental dan
meningkatkan resiko infeksi.
12
Cek selang ventilator setiap adanya obstruksi dapat
waktu (15 menit) menimbulkan tidak adekuatnya
pengaliran volume dan
menimbulkan penyebaran udara
yang tidak adekuat.
Siapkan ambu bag tetap berada membantu membarikan ventilasi
di dekat pasien yang adekuat bila ada gangguan
pada ventilator.
Kolaborasi
Berikan oksigen Memaksimalkan darah dalam arteri
dan mencegah hipoksia
Intervensi Rasional
13
pasien dari cedera akibat kejang. diastolik serta penurunan tingkat
kesadaran dan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
Berikan oksigen sesuai dengan Adanya pernapasan yang irreguler
kondisi pasien indikasi terhadap adanya
peningkatan metabolisme sebagai
reaksi terhadap infeksi. Untuk
mengetahui tanda-tanda keadaan
syok akibat perdarahan.
Berikan obat-obatan yang Perubahan kepala pada satu sisi
diindikasikan dengan tepat dan dapat menimbulkan penekanan pada
benar (kolaborasi). vena jugularis dan menghambat
aliran darah otak, untuk itu dapat
meningkatkan tekanan intrakranial.
Dapat mencetuskan respon otomatik
penngkatan intrakranial.
Kejang terjadi akibat iritasi otak,
hipoksia, dan kejang dapat
meningkatkan tekanan intrakrania.
Dapat menurunkan hipoksia otak.
Membantu menurunkan tekanan
intrakranial secara biologi / kimia
seperti osmotik diuritik untuk
menarik air dari sel-sel otak
sehingga dapat menurunkan udem
otak, steroid (dexametason) untuk
menurunkan inflamasi,
menurunkan edema jaringan. Obat
anti kejang untuk menurunkan
kejang, analgetik untuk menurunkan
14
rasa nyeri efek negatif dari
peningkatan tekanan intrakranial.
Antipiretik untuk menurunkan
panas yang dapat meningkatkan
pemakaian oksigen otak.
Intervensi Rasional
15
kebersihan diri. berpakaian, mandi, membersihkan
mata dan kuku, mulut, telinga,
merupakan kebutuhan dasar akan
kenyamanan yang harus dijaga oleh
perawat untuk meningkatkan rasa
nyaman,
Berikan bantuan untuk memenuhi Makanan dan minuman merupakan
kebutuhan nutrisi dan cairan. kebutuhan sehari-hari yang harus
dipenuhi untuk menjaga
kelangsungan perolehan energi.
Jelaskan pada keluarga tindakan Keikutsertaan keluarga diperlukan
yang dapat dilakukan untuk untuk menjaga hubungan klien-
menjaga lingkungan yang aman dan keluarga. Penjelasan perlu agar
bersih. keluarga dapat memahami peraturan
yang ada di ruangan.
Berikan bantuan untuk memenuhi Lingkungan yang bersih dapat
kebersihan dan keamanan mencegah infeksi dan kecelakaan
lingkungan
Bantu melakukan latihan rentang Mempertahankan mobilitas dan
gerak fungsi sendi
16
Pantau suhu tubuh secara teratur Dapat mengidentifikasi perkembangan
sepsis
Batasi pengunjung yang dapat Menurunkan pemajanan terhadap
menularkan infeksi pembawa kuman penyebab penyakit
Kolaborasi
Berikan antibiotic sesuai indikasi Menurunkan perkembangan bakteri
dan mencegah infeksi nasokomial
Ambil bahan pemeriksaan sesuai Memastikan adanya infeksi
indikasi
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kemampuan pasien untuk Menentukan pemilihan terhadap jenis
mengunyah,menelan dan mengatasi makanan sehingga pasien harus
sekresi terlindung dari aspirasi
Auskultasi bising usus,cata adanya Membantu menentukan respon untuk
penurunan atau suara hiperaktif makan atau berkembangnya
komplikasi seperti ileus paralitik
Timbang BB sesuai indikasi Mengevaluasi keefektipan pemberian
nutrisi
Berikan makanan dalam jumlah Meningkatkan proses pencernaan dan
kecil dan sering serta teratur toleransi pasien terhadap nutrisi yang
Kolaborasi diberikan
Konsultasikan dengan ahli gizi Merupakan sumber yang efektip untuk
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Berikan makanan dengan cara yang Jika pasien tidak mampu untuk
sesuai mis : NGT menelan makanan
17
4. Evaluasi Secara Teoritis
FOKUS INTERVENSI
otak.
Rencana tindakan :
flower.
karakteristik sekresi.
dalam
pernafasan menyeluruh.
pneumonia.
Kolaborasi :
18
2) Rujuk/ konsultasikan pada ahli terapi.
adanya distatmin,
regulasi suhu.
19
meningkatkan resiko terbentuknya trombus.
2) Kaji TTV
tingkat hidrasi.
darah.
20
3) Pantau pernafasan, bunyi nafas
pergantian balutan.
Kolaborasi
21
f. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan fungsi otak
seperti "kedipan".
meningkatkan kecemasan.
22
g. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan fungsi otak
hambatan tujuan.
individual
23
BAB III
RESUME
1. Identitas Klien
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
No. RM : 292221
2. Penangung Jawab
Nama : Tn. L
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
24
Suku Bangsa : Aceh
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
a. Keluhan utama
lintas (kll) dengan luka robek di kepala 5x1x1 cm dan luka di kelopak
b. Faktor pencetus
motor bonceng 3, menabrak tiang listrik, jatuh, pingsan (+), klien tidak
25
5. Data Penunjang
Analysis Hema
2. Kimia Klinik
3. Elektrolit
a. Temperature 38,1 oC
b. Hb 10,60 g/dl
26
c. F1O2 52,60 %
k. TCO2 18,20
m. BE effective -6,70
o. O2 saturasi 100,0%
p. A – ADO2 38,00
q. RI 0,10
5. Therapy
b. Infus RL 20 tts/menit
27
B. ANALISA DATA
28
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Perfusi jaringan
D. RENCANA KEPERAWATAN
29
3. 3 Setelah dilakukan tindakan a. Kaji keluhan nyeri, lokasi dan
keperawatan diharapkan nyeri faktor yang memperburuk nyeri
terkontrol dengan kriteria hasil : b. Tinggikan kepala 20º sesuai
a. Wajah tampak rileks indikasi
b. Klien tidak mengeluh pusing c. Ajarkan teknik relaksasi
c. TD : 120/70 mmHg d. Kolaborasi tentang pemberian
d. N : 80 – 100 x/mnt terapi
30
E. CATATAN KEPERAWATAN
No. Dx Hari /Tgl/ Jam Implementasi Respon
31
F. CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari / Tgl/Jam No. Dx Evaluasi ttd
1 Rabu 5-10-2016 1 S: -
16.00 O : - Klien tampak gelisah
TD : 100/80 mmHg
N : 80 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi lanjutkan
Pantau frekuensi, irama pernafasan
Berikan O2 jika perlu
Monitor TTV
Berikan terapi sesuai indikasi
Rabu 5-10-2016 2 S: -
16.00 O : Klien tampak gelisah
Ada luka robek di kepala
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi lanjutkan
Pantau keadaan umum pasien
Pantau tingkat kesadaran
Monitor TTV
Rabu 5-10-2016 3 S: -
16.00 O : Klien tampak meringis
Ada luka robek di kepala
A : Masalah teratasi sebagian
P : Terus kaji keluhan nyeri dan lokasinya
Pantau suhu tubuh
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi tentang terapi selanjutnya
32
DAFTAR PUSTAKA
33
BAB III
PEMBAHASAN
adekuat yang ditandai dengan tidak ada pusing hebat, kesadaran tidak
menurunkan tekanan vena jugularis, menjaga agar leher tidak fleksi atau
34
untuk mencegah aspirasi dan pemenuhan nutrisi. Kekuatannya kesadaran
tidak menurun ditandai dengan GCS yang meningkat dan tidak terjadi
peningkatan TIK.
meningkatkan TIK.
menyenangkan.
Terjadi karena adanya trauma pada ekstra dan tulang cranial sehingga
yang ditandai dengan tidak mengeluh nyeri dan tanda-tanda vital dalam
batas normal.
mengetahui keluhan nyeri, mengatur posisi klien dan tempat tidur untuk
35
menciptakan lingkungan yang nyaman dan memberikan obat analgetik
untuk mengurangi rasa nyeri. Kekuatannya klien merasa lebih nyaman dan
skala PQRST dan tidak dapat dilakukan distraksi dan relaksasi. Solusinya
eksogen.
suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada pus dari luka, leukosit dalam
batas normal.
36
tanda infeksi, melakukan perawatan luka tiap hari dengan prinsip steril
dibuktikan dengan suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada pus dari luka,
perawat / praktikum harus tetap memegang prinsip steril dan hati-hati, serta
pencegahan infeksi.
B. Pembenaran Pendokumentasian
1. Pengkajian
tidak dapat dikaji fungsi saraf cranial secara lengkap karena kesadaran
klien menurun.
- Nervus I (olfactorius)
- Nervus II (optikus)
37
- Nervus III (okulomotoris)
- Nervus IV (trochlearis)
- Nervus V (Trigeminus)
- Nervus VI (abducens)
- Nervus IX (glosofaringeus)
- Nervus X (vagus)
- Nervus XI (accesorius)
2. Diagnosa keperawatan
menegakkan masalah :
b. Nyeri
c. Resiko infeksi
3. Rencana keperawatan
38
dengan peningkatan tekanan intrakranial) mengkaji skala nyeri, tidak
masih menurun.
4. Implementasi
terapeutik dengan keluarga atau klien dan tanpa prosedur yang benar.
5. Evaluasi
39
subyektif karena pada implementasi tidak ditemukan data respon klien
namun untuk data obyektif semuanya ada pada semua diagnosa, semua
data subyektif, namun akan lebih baik dan akurat bila muncul data
pernafasan di otak
Tidak munculnya diagnosa ini karena klien tidak mual dan muntah,
40
Dampaknya selain tidak ditemukan data fungsi aktifitas istirahat
aktifitas (ROM).
dengan XII.
41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
kepala, menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit
(Sjahrir, 2004).
B. Saran
semaksimal mungkin.
3. Dengan tujuan agar pasien – pasien dengan Cidera Kepala Berat ini dapat
sebelum sakit
42