Disusun oleh
SEMARANG
2016
KEADAAN PASIEN
Keluhan Utama :
“ Terasa terbakar saat buang air kecil dan frekuensi buang air kecil sering”
Sarah Ramsey, wanita 26 tahun datang ke klinik Dokter Keluarga di Seattle, dengan keluhan
nyeri saat berkemih, frekuensi buang air kecil sering, dan urgensi berkemih. 3 hari yang lalu
pasien datang ke klinik dengan keluhan yang sama dan diberikan terapi Trimethoprim-
sulfamethoxazole DS, 1 tablet dua kali sehari.
Selama 8 bulan terakhir terdiagnosa infeksi saluran kemih sebanyak tiga kali dan diobati dengan
TMP-SMX.
Riwayat Seksual:
Pasien tidak merokok tapi terkadang mengkonsumsi marijuana dan ETOH. Pasien telah
berhubungan seksual aktif sejak 9 bulan yang lalu dengan satu pasangan dan biasa menggunakan
kondom sebagai kontrasepsi.
Obat-obatan:
Disangkal
Alergi:
Disangkal
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh nyeri pada saluran kemih dan rasa seperti terbakar saat berkemih, seperti nyeri
ringan pada suprapubic. Riwayat penyakit demam, menggigil, mual, nyeri punggung disangkal.
Tidak ditemukan keluarnya cairan dari uretra dan vagina.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tanda Vital
Pupil isokor, pemeriksaan funduskopi retinopati (-/-), nystagmus (-/-), membran timpani intak
Kulit
Leher/Nodul limfa
Respirasi
Cardiovaskular
Abdomen
Pelvis
Lesi dan cairan dari vagina (-); Riwayat haid terakhir 2 minggu lalu; nyeri ringan pada suprapubik
Extremitas
Neuro
Syaraf kranialis II-XII normal; Refleks normal (+2); Fungsi sensorik dan motorik normal
LABORATORIUM
Warna kuning, berbuih, pH 5.0, sel darah putih 10-15 sel/LPB, sel darah merah 1-5 sel/LPB,
protein 10mg/dl, pemeriksaan darah; glukosa (-); leukosit esterase (+); nitrit (+); bakteria (+++)
Kultur urin
Tidak dilakukan
ASSESMEN
GENERASI I
Ofloxacin
5-7 jam Tablet
Tablet 200 mg,
Tidak ada Tidak ada 200 mg x 3 x
300 mg, 400 mg
perbedaan perbedaan 10 (Rp.
191.400)
Suntikan 200
mg/200 mL
400 mg x 5 x 6
(Rp. 373.500)
Fluorokuinolon Generasi I
Nalidix acid (6x20%) (4x30%) (6x30%) (8x20%)
Pipemidic acid (6x20%) (4x30%) (6x30%) (6x20%)
Fluorokuinolon Generasi II
Ciprofloxacin (9x20%) (9x30%) (9x30%) (7x20%)
Ofloxacin (8x20%) (8x30%) (8x30%) (5x20%)
Fluorokuinolon Generasi IV
Moksifloksasin (8x20%) (8x30%) (7x30%) (8x20%)
Dari hasil analisis di atas dengan mempertimbangankan Suitability, Efficacy, Safety, dan Cost,
maka terpilih:
First choice P-drug : Ciprofloxacin
Second choice P-drug : Ofloxacin
Third choice P-drug : Levofloxacin
Untuk pertimbangan lebih lanjut serta lebih meyakinkan first choice P-drug yaitu Ciprofloxacin,
maka perlu dibandingkan termasuk harga dari masing-masing obat Ciprofloxacin tersebut.
Perbandingan yang dilakukan menunjukkan hasil sebagai berikut:
Suitability Efficacy Safety
p-drug Cost (20%)
(20%) (30%) (30%)
(3x20%)
Ciprec 500 caplet 500 mg (9x20%) (9x30%) (9x30%)
(Rp 240.000)
(4x20%)
Cetafloxo caplet 500 mg (9x20%) (9x30%) (9x30%)
(Rp 211.595)
(9x20%)
Ciproflocaxin tablet 500 mg (9x20%) (9x30%) (9x30%)
(Rp 4.800)
Dari hasil perbandingan ketiga macam bentuk sediaan obat Ciprofloxacin tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa bentuk sediaan obat terpilih (drug of choice) adalah Ciprofloxacin tablet 500
mg.
Identifikasi Masalah
1a. Apa temuan klinis dan laboratorium yang sesuai dengan diagnosis acute uncomplicated lower
UTI (sistitis) pada pasien ini?
Temuan Klinis dan Laboratorium:
Dari anamnesis didapatkan keluhan disuria, frekuensi dan urgensi, nyeri uretral dan panas
saat berkemih, nyeri suprapubik. Dari riwayatnya pasien juga tidak memiliki sakit Diabetes
Mellitus.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri suprapubik
Dari pemeriksaan laboratorium urinalisis didapatkan warna kuning, keruh, pH 5,0; WBC
10-15 sel/LPB; RBC 1-5 sel/LPB, tanda perdarahan, dan ditemukan banyak bakteri
Dari temuan-temuan tersebut maka dapat didiagnosis sebagai acute uncomplicated lower UTI
(sistitis).
1b. Bagaimana diagnosis cystitis dengan ddnya uretritis(akibat chlyndamisin trachomatis, nesseria
gonorrhea, atau herpes simples virus) atau vaginitis (akibat chandida ato trichomonas spesies)?
Diagnosis cystitis
Anamnesis : frekuensi mengeluarkan urine lebih sering disertai dengan rasa nyeri di suprapubik
dan hamaturi, jarang disetai dengan demam, mual, muntah, badan lemas.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan urine warna keruh, berbau pada urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan
bekteriuria.
Kultur urine mengetahui jenis kuman penyebab infeksi
Uretritis
Anamnesis : dysuria dan tanda – tanda descar uretral, sering kencingdan keluarnya discar tubuh
seropurulen, demam, muntah, mual, rasa gatal dan sakit pada organ intim, rasa sakit pada sendi,
muncul ruam ditelapak tangan, sakit pada tenggorokan.
Pemeriksaan fisik : pada uretritis akibat gonorea didapatkan discar tubuh seropurulen.
Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan kultur duh tubuh kuman spesifik seperti gonokocal,
trichomonas vaginalis dan candida albicans
Vaginitis
Anamnesis keluar cairan berwarna putih dari vagina, gatal di bibir vagina, nyeri , riwayat
berhubungan seksual (+)
Pemeriksaan fisik nyeri tekan suprapubik, discharge (kuning kehijauan, mucupurulen) dan
erythema pada vulva dan uretra, dinding vagian erosi (+), eritem (+)
1c. Apa terapi non-farmakologis yang bermanfaat dalam pencegahan uncomplicated UTI?
Terdapat beberapa cara mencegah terjadinya uncomplicated UTI, antara lain:
Asupan cairan yang banyak
Menghindari atau mengendalikan faktor-faktor predisposisi seperti diabetes mellitus,
senggama, penggunaan diafragma, kondom, spermisida, dan terapi esterogen
Mencuci alat kelamin setelah melakukan senggama
1d. Patogen apa yang menyebabkan acute uncomplicated cystitis pada pasien dan seberapa sering
patogen ini menjadi penyebab?
Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli – buli yang sering disebabkan olrh
infeksi oleh bakteria. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adalah E. Colli,
Enterococcus, Proteus, dan Stapylococcus aureus yang masuk ke buli – buli terutama melalui
uretra. Sistitis akut mudah terjadi jika pertahanan lokal tubuh menurun, yaitu pada diabetes
melitus atau trauma lokal minor seperti pada saat senggama.
Wanita sering mengalami sistitis daripada pria karena uretra wanita lebih pendek daripada pria.
Disamping itu getah cairan prostat pada pria mempunyai sifat bakterisidal sehingga relatif tahan
terhadap infeksi saluran kemih. Diperkirakan bahwa paling sedikit 10 – 20 % wanita pernah
mengalami serangan sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5 % dalam satu tahun pernah
mengalami serangan ini. Inflamasi pada buli – buli juga disebabkan oleh bahan kimia, seperti
detergen yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam duduk, deodoran yang disemprotkan
pada vulva, atau obat – obatan yang dimasukkan intravesika untuk terapi kanker buli – buli.
Gambaran klinis
Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa buli – buli menjadi kemerahan ( eritema ), edema, dan
hipersensitivitas sehingga jika buli – buli terisi urine, akan mudah terangsang untuk segera
mengeluarkan isinya, hal ini menimbulkan gejala frekuensi . Kontraksi buli – buli akan
menyebabkan rasa sakit / nyeri di daerah suprapubik dan eritema mukosa buli – buli mudah
berdarah dan menimbulkan hematuria. Tidak seperti gejala pada infeksi saluran kemih sebelah
atas, sistitis jarang disertai dengan demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi umum yang
menurun
Kateterisasi: cara pemasangan kateter; lama pemasangan; kualitas perawatan kateter; dantindakan
sebelumpemasangan kateter seperti desinfeksi, kompres antiseptik, dan sterilisasi kateter18
h. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional dapat menimbulkan
resistensi. Hal ini terjadi terutama pada pasien yang mendapat terapi antibiotik dalam 90 hari
sebelumnya. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional mengurangi jumlah bakteri lactobacillus
yang melindungi. Hal ini menimbulkan jumlah pertumbuhan E. coli yang tinggi di vagina. Pada
percobaan kepada kera, pemberian antimikroba β-lactam meningkatkan kolonisasi E. coli,
pemberian trimethoprim dan nitrofurantoin tidak meningkatkan kolonisasi E. coli.. E. coli
merupakan penyebab terbanyak ISK. Resistensi E. coli terhadap antibiotik meningkat dengan
cepat, terutama resistensi terhadap fluorokuinolon dan cephalosporin generasi 3 dan 4.
j. Jenis kelamin
Wanita lebih rentan terkena ISK dibanding pria, karena saluran kencing uretra wanita lebih
pendek.
k. Aktivitasseksual
Tekanan pada saluran kencing selama berhubungan intim dapat memindahkan bakteri dari
saluran cerna (sekitar anus) ke kandung kemih. Biasanya tubuh dapat menyingkirkan patogen
ini dalam waktu 24 jam. Namun, jika jumlah bakteri sangat banyak atau bakteri memiliki sifat
tahan maka terjadilah ISK. Inilah mekanisme penyebab ISK yang sering terjadi pada pengantin
baru, yang disebut honeymoon cystitis.
l. Kebiasaan cebok yang salah
Kebiasaan cebok dengan menyeka dari belakang ke depan setelah buang air besar atau buang
air kecil dapat menyebabkan ISK. Karena gerakan ini dapat memindahkan bakteri dari daerah
anus menuju uretra (saluran kencing).
m. Spermisida
Spermisida dapat meningkatkan risiko ISK, karena dapat menyebabkan iritasi kulit pada
beberapa wanita. Hal ini meningkatkan risiko bakteri masuk ke dalam kandung kemih.
2. Apakah tujuan terapi antibiotik yang diharapkan dari pemberian terapi pada acute
uncomplicated cystitis ?
Tujuan terapi antibiotik infeksi saluran kemih adalah menghilangkan gejala dengan cepat,
mengeradikasi bakteri pathogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas dan
mortalitas. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan pemberian antibiotik sambil mencari bakteri
penyebab.
Terapi Alternatif
3a. Karakteristik apa yang diinginkan dari suatu antibiotik dalam pengobataan sistitis akut tanpa
komplikasi?
- sistitis adalah peradangan kandung kemih, yang ditandai dengan frekuensi buang air kecil
yang meningkat, nyeri saat berkemih dan kadang ada darah yang keluar saat berkemih.
Penyakit ini disebakna oleh bakteri E. Coli yaitu suatu bakteri gram negative sehingga
untuk membunuh atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini diperlukan
antibiotika yang mempunyai mekanisme kerja yang menghambat sintesis mukopeptida
yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel bakteri. Contoh antibiotik: sephalosporin,
penisilin, carbapenem.
3b. Apakah alternatif farmakoterapi yang tersedia sebagai first line dan second line terapi untuk
acute uncomplicated cystitis?
First-line therapy
Second-line therapy
3.c. Apa terapi non-farmakologis yang bermanfaat dalam pencegahan uncomplicated UTI?
Terdapat beberapa cara mencegah terjadinya uncomplicated UTI, antara lain:
Asupan cairan yang banyak
Menghindari atau mengendalikan faktor-faktor predisposisi seperti diabetes mellitus,
senggama, penggunaan diafragma, kondom, spermisida, dan terapi esterogen
Mencuci alat kelamin setelah melakukan senggama
3.d Bagaimana obat, dosis, schedule dan durasi terapi yang baik untuk pasien dengan acute
uncomplicated cystitis?
Pengobatan acute uncomplicated cystitis
Antibiotik
Availability
Fluoroquinolones
Allergy history
(resistence prevalence
Tolerance
high in some aeas)
Nitrofurantoin monohydrate/macrocrystals 100 mg bid X
OR
5 days (avoid if early pyelonephritis suspected)
OR Β-lactame (avoid
Trimethoprim-sulfamethoxazole 160/800 mg (one DS ampicilin or amoxicillin
tablet) bid X 3 days (avoid if resistance prevalence is alone;lower effifacy than
known to exceed 20 % or if used for UTI in previous 3 other;requires close
months) follow-up)
OR
Fosfomycin trometamol 3 gm single dose ( lower efficacy
than some other recommended agents:avoid if early
pyelonephritis suspected)
OR
Pivmecillinam 400 mg bid X 5 days (lower efficacy than
some other recommended agents:avoid if early
pyelonephritis suspected)
Evaluasi Hasil
5. Apa parameter klinis dan laboratorium yang harus dipantau untuk mengevaluasi efektivitas
terapi dan untuk mendeteksi dari mencegah efek samping?
A. Laboratorium
1. Urinalisis
- Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai
penyakit glomeruler maupun non-gromeruler. Penyakit nongromeluler seperti batu saluran
kemih dan infeksi saluran kemih.
- Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan
paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5
leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus.
Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan : Infeksi
tuberculosis, Urin terkontaminasi dengan antiseptic, Urin terkontaminasi dengan leukosit
vagina, Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik), Nefrolitiasis, Tumor uroepitelial.
- Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain :
Silinder eritrosit sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal, Silinder
leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis, Silinder epitel, dapat
ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut, Silinder lemak
merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersaman dengan proteinuria
nefrotik.
- Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal
- Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran
kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
2. Bakteriologis
- Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau
pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang
minyak emersi.
- Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis
ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai kriteria Catteli. Kriteria
Catteli untuk diagnosis bakteriuria yang bermakna :
Wanita, simtomatik
≥ 102 organisme koliform/ mL urin plus piuria atau
≥ 105 organisme patogen apapun/ ML urin atau,
Tumbuhnya organisme patogen apapun pada urin yang diambil dengan cara
aspirasi suprapubik.
Laki-laki, simtomatik
≥ 103 organisme patogen/ mL urin
Pasien asimtomatik
≥ 105 organisme patogen/ mL urin pada 2 sampel urin berurutan
3. Tes Kimiawi
4. Tes Plat
Edukasi Pasien
6. Informasi apa yang perlu diberikan kepada pasien?
Edukasi kepada pasien
Jika selama menggunakan floroquinolon pasien mengalami rasa nyeri,
pembengkakan, serta peradangan pada tendon dan tendon rupture, maka :
Hati – hati penderita yang peka terhadap gangguan sistem saraf pusat
karena menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat
Jika selama menggunakan floroquinolon pasien mengalami reaksi
hipersensivitas yang fatal dan serius dapat terjadi pada pemberian awal,
karena itu pemberian obat segera dihentikan bila mulai terjadi ruam kulit.
Jika selama menggunakan floroquinolon pasien mengalami reaksi
fotosensitivitas dapat terjadi , karena itu penderita jangan terlalu lama
kontak dengan sinar matahari.
Hati – hati pada penderita yang melakukan aktivitas yang membutuhkan
kepatuhan dan koordinasi mental yang utuh, mengoperasikan kendaraan
1. Evaluasi keamanan dan efikasi dari antibiotik dosis tunggal, 3-hari, 7-hari pada pengobatan
sistisis bakterial akut non komplikata. Pada wanita dapat diberikan terapi antimikroba dosis
tunggal atau jangka pendek (1-3 hari sesuai hasil kultur). Obat pilihan yang sensitif terhadap E.
Coli: nitrofurantoin, trimetropim-sulfametosaksol, atau ampisilin. Laki-laki diterapi selama 7-
10 hari dengan antibiotik. Lakukan kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek
samping: mual, diare, kemerahan dan kandidiasis vagina.
2. Berdasarkan jurnal E.coli resistens terhadap seftriakson dan siproflokasin( sebuah studi di
rumah sakit Al-Islam pada tahun 2014)
3. Provide an assessment and recommendation on the role of phenazopyridine in the treatment of
UTIs.
Phenazopyridine adalah obat analgesik kemih secara oral ( obat penghilang rasa sakit) . Ini
tersedia di apotek ( tanpa resep ) dalam dosis yang rendah, dan dengan resep untuk dosis yang
lebih tinggi . Hal ini digunakan umumnya untuk mengobati gejala nyeri, terbakar, urgensi,
frekuensi, dan gejala lain yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bawah ( UTI ).
Meskipun mekanisme yang tepat tindakan tidak diketahui, phenazopyridine diduga
memberikan bantuan dari gejala ISK dengan bertindak sebagai anestesi lokal pada lapisan
saluran kemih. Phenazopyridine diekskresikan dalam urin dan dapat menyebabkan urin berubah
warna menjadi oranye atau merah. Phenazopyridine tidak memiliki aksi antibakteri dan tidak
boleh digunakan untuk mengobati ISK. Obat ini hanya digunakan untuk mengurangi yang
berhubungan dengan ISK.