Kolik pada bayi seringkali menyebabkan bayi menangis hingga berjam-jam pada
waktu tertentu setiap harinya. Kondisi ini sebenarnya merupakan hal yang wajar
terjadi pada bayi baru lahir. Meski demikian, ada beberapa gejala kolik yang perlu
diwaspadai.
Kolik pada bayi adalah situasi saat bayi yang dalam kondisi sehat sering menangis
secara berlebihan. Situasi yang terjadi pada sebagian bayi ini jarang dianggap sebagai
sebuah gangguan kesehatan dan sering tidak terdiagnosis. Umumnya kolik terjadi pada
beberapa minggu awal setelah bayi lahir dan akan berhenti setelah usia bayi 4 bulan.
Biasanya bayi menangis di waktu petang dan sulit diredakan hingga beberapa jam.
Ada kemungkinan bayi Anda mengalami intoleransi protein dari susu sapi atau produk
susu lain. Anda dapat beralih memberikan susu berlabel hipoalergenik dengan kadar
protein rendah. Konsumsi susu formula mengandung kedelai tidak direkomendasikan
pada bayi kurang dari 6 bulan karena mengandung hormon yang dapat mempengaruhi
perkembangan seksual dan fisiknya di masa yang akan datang. Jika gejala tidak
membaik setelah seminggu, Anda bisa kembali memberikan susu sapi.
Pada ibu menyusui, cobalah untuk berhenti mengonsumsi susu sementara waktu, untuk
melihat apakah kondisi bayi Anda akan membaik. Jika ternyata masalahnya terletak
pada produk susu yang Anda konsumsi, maka sebagai penggantinya Anda perlu
mengonsumsi sumber kalsium lain seperti suplemen.
Kedua hal tersebut, dapat dipertimbangkan karena adanya kemungkinan bayi Anda
mengalami intoleransi terhadap protein yang ada dalam produk susu sapi. Namun,
Anda tetap disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter anak.
Terdapat obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani kolik pada bayi seperti
obat tetes simethicone. Cairan ini dapat ditambahkan pada susu atau ASI yang
diberikan di dalam botol. Simethicone berperan membantu melepaskan gelembung
udara dalam pencernaan bayi yang dapat mengganggu pencernaannya. Meski sejauh
ini cairan tersebut dinyatakan aman untuk bayi, namun penggunaannya tetap harus
berdasarkan rekomendasi dokter.
Berbagai metode lain seperti air gula, terapi pijat, akupunktur, pemberian obat herbal,
maupun chiropractic terkadang diterapkan untuk menangani kolik pada bayi. Namun
sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang menjamin efektivitas prosedur-prosedur tersebut
terhadap kolik pada bayi. Bahkan pada kasus tertentu, tindakan ini dapat
membahayakan bayi. Orangtua sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter terlebih
dahulu sebelum melakukan metode-metode tindakan tersebut.
Ganti botol susu bayi dengan jenis lain. Lubang yang terlalu kecil pada botol bayi dapat
menyebabkannya menelan lebih banyak udara daripada cairan.
Jika bayi menyusu, ibu menyusui sebaiknya menghindari mengonsumsi terlalu banyak
kopi, teh, dan makanan pedas.
Tepuk-tepuk punggung bayi dengan lembut agar dia sendawa sehabis makan. Lakukan
dengan meletakkan bayi pada salah satu pundak. Pastikan kepala dan lehernya
disangga dengan baik. Usap dan tepuk-tepuk dengan lembut punggungnya hingga bayi
sendawa. Tak apa jika ada sedikit makanan atau cairan yang keluar bersama sendawa.
Di atas semua penanganan yang disebutkan, penting untuk menjaga kondisi orangtua
agar jangan sampai stres, yang dapat menyebabkan emosi tidak terkendali saat
menangani bayi. Jika Anda sendiri kelelahan, lebih baik mengalihkan pengasuhan bayi
untuk sementara pada orang lain terdekat seperti suami atau kerabat.
Hal yang perlu diingat adalah kolik pada bayi bukan merupakan kesalahan orangtua
atau pengasuh dalam cara merawat bayi. Umumnya kondisi bayi yang mengalami kolik
akan membaik dan orangtua perlu tetap tenang. Konsultasi ke dokter jika kolik terjadi
berulang terus menerus atau berlarut-larut.(alodokter.com)