6793 14431 1 SM PDF
6793 14431 1 SM PDF
3
ISSN : 2087-2879
!
Nurkhalis
Bagian / SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala / Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.
E-mail: dr.khalis@gmail.com
ABSTRAK
Krisis hipertensi terbagi dua, yakni hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi yang dibedakan berdasarkan
ada tidaknya kerusakan organ target yang menyertai peningkatan tekanan darah yang akut tersebut. Meskipun
penanganan hipertensi saat ini telah lebih baik namun krisis hipertensi dan komplikasinya masih sering
dijumpai. Tulisan ini memberikan pemaparan tentang penanganan terkini krisis hipertensi. Pada bagian
penanganan hipertensi emergensi ikut dibahas penanganan berdasarkan tipe kerusakan organ target yang
terjadi. Usaha untuk meningkatkan kewaspadaan dan penanganan hipertensi yang tepat diharapkan dapat
menurunkan insiden krisis hipertensi dan komplikasinya.
ABSTRACT
Hypertensive crises are divided into hypertensive urgencies and emergencies. Together they form a
heterogeneous group of acute hypertensive disorders depending on the presence or type of target organs
involved. Despite better treatment options for hypertension, hypertensive crisis and its associated
complications remain relatively common. In this paper we give an overview of the current management of
hypertensive crisis. In addition, a section on the management of hypertensive emergencies according to the
type of target organ involved has been added. Efforts to increase the awareness and treatment of
hypertension in the populationat large may lower the incidence of hypertensive crisis andits complications.
61!
!
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 3
Gambar 1. Patofisiologi krisis hipertensi dan kerusakan organ target (Kitiyakara, JASN 1998)
!
62!
!
Idea Nursing Journal Nurkhalis
! !
dijumpai pada pasien dengan hipertensi manfaat yang dicapai dan efek hipoperfusi
emergensi terutama berkaitan dengan otak, yang mungkin terjadi.Target penurunan
jantung dan ginjal. Berbagai kerusakan tekanan darah sistolik dalam satu jam
organ target yang bisa dijumpai : hipertensi pertama sebesar 10 – 15% dari takanan
malignant dengan papiledema, berkaitan darah sistolik awal dan tidak melebihi 25 %.
dengan cerebrovaskular (seperti Infark Jika kondisi pasien cukup stabil maka target
cerebral, intracerebral hemorrhage, tekanan darah dalam 2 sampai 6 jam
subarachnoid hemorrhage ), trauma kepala, selanjutnya sekitar 160 /100 – 110 mmHg.
berkaitan dengan kardiak (seperti diseksi Selanjutnya hingga 24 jam kedepan tekanan
aorta akut, gagal jantung akut, infark darah dapat diturunkan hingga tekanan
miokard akut / mengancam), setelah operasi sistoliknya 140 mmHg (Chobanian, et all,
bedah pintas koroner (by pass coronary), 2003). Perlu diingat bahwa pada pasien
berkaitan dengan ginjal (seperti dengan hipertensi emergensi dapat
glomerulonephritis akut, hipertensi mengalami natriuresis spontan sehingga
renovaskular, krisis renal akibat penyakit dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kolagen – vascular dan hipertensi berat volume intravascular, sehingga pemberian
setelah transpalntasi ginjal), berkaitan cairan kristaloid akan memperbaiki perfusi
dengan kadar katekolamin yang berlebihan( organ dan mencegah menurunan tekanan
seperti krisis feokromositoma, interaksi darah yang drastic akibat efek obat
antara makanan atau obat – obatan dengan antihipertensi yang diberikan. Namun
monoamine oxidase inhibitor, pemakaian pemberian cairan tersebut harus berhati –
obat simpatomimetik (kokain), rebound hati karena pada sebagian pasien hipertensi
hipertensi akibat penghentian mendadak emergensi disertai / mengancam terjadinya
obat – obat antihipertensi dan hiperrefleksia edema paru. Peningkatan tekanan darah
automatic setelah cedera tulang belakang), yang mendadak tentunya juga akan
preeklampsi / eklampsi, berkaitan dengan meningkatkan tekanan akhir diastolik
pembedahan (seperti hipertensi berat pada ventrikel kiri yang selanjutnya juga akan
pasien yang memerlukan operasi segera, meningkatkan pula tekanan di atrium kiri
hipertensi pasca operasi, perdarahan pasca dan vena pulmonal sehingga terjadi
operasi), luka bakar yang luas / berat, bendungan dan kongesti di paru. Pemberian
epistaksis yang berat, purpura trombotik cairan sebaiknya diberikan setelah target
trombositopenia (Varon & Marik, 2003). penurunan tekanan darah dalam 1 jam telah
tercapai dan perlu pemantauan yang ketat.
Penanganan Krisis Hipertensi Pada saat target tekanan darah yang
Prinsip umum diharapkan telah tercapai maka pemberian
Tujuan utama dari penanganan obat – obat oral antihipertensi dapat segera
krisis hipertensi adalah mencegah dimulai dan obat intravena dapat diturunkan
progresifitas kerusakan organ target. Obat – perlahan – lahan hingga dihentikan.
obatan yang ideal digunakan pada kondisi Penurunan tekanan darah hingga normotensi
pasien dengan hipertensi emergensi bersifat: sebaiknya dicapai dalam beberapa hari
memberikan efek penurunan tekanan darah kemudian. Adapun untuk kasus – kasus
yang cepat, reversible dan mudah dititrasi hipertensi urgensi (tanpa disertai kerusakan
tanpa menimbulkan efek samping. organ target) maka penurunan tekanan darah
Pengendalian penurunan tekanan darah dapat dilakukan secara perlahan dalam
tersebut harus benar – benar terkontrol waktu 24 sampai 48 jam dengan
dengan baik dengan mempertimbangkan
63!
!
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 3
menggunakan
Tabel. 1. Obat –obat – obat oral
obat parenteral antihipertensi
untuk mmHg maka perlu dipertimbangkan
penanganan hipertensi emergensi
(Varon &Jenis Marik,
Obat2003). Dosis untuk Onset
menurunkan Masa tekanan darah
kerja obat
Sodium nitroprusside 0.25-10 ugr/kg/min secara
Segera lebih agresif
1-2 dengan
menit setelah
Penanganan pada kondisi tertentu menggunakan obat –infuse obat intravena
distop dan
a.Nitroglycerin
Diseksi aorta. 5-500 ug/min monitoring
1-3 menit tekanan 5-10
darah yang lebih
menit
Labetolol
Pada HCl
pasien hipertensi 20-80 mg setiap
emergensi yang10-15 min or 0.5-ketat
5-10 menit
(Hemphill, 3-62015).
et all, menit
2 mg/min
disertai kerusakan organ target berupa Pada pasien hipertensi emergensi
Fenoldopan
diseksi HCl 0.1-0.3 ug/kg/mnt
aorta maka penurunan tekanan <5 menit
dengan akut iskemik 30-60 stroke
menit maka
Nicardipine HCl 5-15 mg/jam 5-10 menit 15-90 menit
darah harus dilakukan lebih agresif tekanan darah perlu diturunkan jika
Esmolol HCl 250-500 ug/kg/min IV bolus, 1-2 menit 10-30 menit
untuk mencegah progresifitas dan tekanan darahnya lebih dari 220/120
kemudian 50-100 ug/kg/min
memperlambat / melalui
menghentikan
infuse ; bolus dapat
mmHg pada fase akut. Untuk
kecepatan diseksi yangdiulangterjadisetelah
karena5 menit atau mempertahankan perfusi area penumbra
dapat mengancam terjadi infusnya dinaikkan sampai 300 dan mencegah hipoperfusi cerebral
rupture aorta
yang biasanya menyebabkan ug/mnt kematian sebagai akibat kerusakan autoregulasi
mendadak. Tekanan darah sistolik harus cerebral maka target penurunan awal
diturunkan hingga kurang dari 120 tekanan arteri (sumber
rata – :rata
The JNC 7 report)
(MAP)tidak
! mmHg dalam waktu 20 menit (Pollack, melebihi 15 %. Namun jika pada
& Rees, 2008). pasien tersebut akan diberikan terapi
b. Kehamilan. thrombolitik maka tekanan darah perlu
Peningkatan tekanan darah secara akut diturunkan lebih rendah dari 180 / 110
pada pasien hamil hingga tekanan darah mmHg (Jauch, et all, 2013).
sistolik mencapai lebih dari 180 mmHg
atau tekanan darah diastolik lebih dari Obat – Obat Parenteral Yang
110 mmHg,yang biasanya disertai Digunakan.
dengan preeclampsia / eklampsia, sudah Berdasarkan rekomendasi yang
dianggap sebagai hipertensi emergensi dikeluarkan oleh JNC 7 ada beberapa jenis
yang perlu penganan secara obat yang biasa digunakan dalam menangani
cepat.Sebelum persalinan terjadi kasus – kasus hipertensi emergensi, seperti
sebaiknya tekanan darah diastolik tampak pada tabel 1 (Chobanian, et all,
dipertahan diatas 90 mmHg untuk 2003):
menjamin perfusi utero – placental Pemilihan jenis obat yang dipakai
yang adekuat. Jika diturunkan hingga sebaiknya disesuaikan dengan sindroma atau
dibawah 90 mmHg akan mencetus kerusakan organ target yang ditemukan,
terjadinya fetal distress akut akibat seperti tampak pada tabel 2 (Pollack & Rees,
hipoperfusi hingga bisa mengakibatkan 2008):
kematian intra uterus atau aspiksia Pada tabel tersebut tampak bahwa
perinatal (Varon & Marik, 2003). nicardipin yang termasuk golongan
c. Stroke antagonis calsium merupakan salah satu
Pada pasien intra cerebral heamorrhage jenis obat yang pemakaiannya cukup luas.
dengan tekanan darah sistolik antara Obat ini memiliki karakteristik :
150 hingga 220 mmHg maka - Vasoselektif, yakni selektifitasnya
penurunan tekanan darah sistolik secara 30.000 x lebih banyak bekerja pada sel
akut hingga 140 mmHg terbukti cukup – sel otot polos pembuluh darah
aman dan efektif terhadap perbaikan dibandingkan otot miokard
fungtional. Jika pada pasien tersebut - Tidak mendepresi kerja otot miokard
tekanan darah sistoliknya lebih dari 220 - Tidak bersifat inotropik negative
64!
!
Idea Nursing Journal Nurkhalis
! !
65!
!
Idea Nursing Journal Vol. VI No. 3
Verapamil
++++ ++++ +++++ +++++
(phenylalkylamine)
Diltiazem
+++ ++ +++++ ++++
(benzothiazepin)
Nicardipine
+++++ 0 + 0
(dihydropyridine )
(sumber :Kerins DM. Goodman Gilman’s.10th)
!
tiba, memantau produksi urin setiap jam dan KEPUSTAKAAN
mencatat jika adanya darah dalam urin, serta Kaplan N. M. (2006). Hypertensive Crises
monitoring EKG untuk memantau ada tidaknya in: Clinical hypertension 9th Ed.
aritmia atau perubahan segmen ST dan Lippincott Williams & Wilkins.
gelombang T yang menunjukkan adanya iskemik
Van der Born, B. J. H., et all. (2011). Dutch
atau injuri miokard. Penanganan yang perlu
guideline for the management of
diberikan pada pasien berupa oksigen 2 – 4
L/menit untuk mempertahankan atau hypertensive crisis – 2010 revision.
memperbaiki oksigenasi, meminimalkan The journal of medicine, 69 (5).
kebutuhan oksigen dengan memposisikan pasien Kitiyakara, C., & Guzman, N. J. (1998).
tetap istirahat ditempat tidur, membantu pasien Malignant hypertension and
untuk menurunkan kecemasannya, memberikan hypertensive emergencies. Journal of
makanan cair pada fase akut, memberikan obat – the American society of nephrology.
obatan sesuai kolaborasi dengan dokter serta Cherney, D., & Straus, S. (2002).
menyiapkan pasien dan keluarganya untuk Management of patients with
intervensi pembedahan jika ada indikasi.
hypertensive urgencies and
emergencies. J Gen Intern Med, 17,
KESIMPULAN
937 – 945.
Krisis hipertensi merupakan suatu
Varon, J., & Marik , P. E. (2003). Clinical
diagnosis klinis sehingga penilaian kondisi
review : the management of
klinis dari patien lebih utama daripada nilai
hypertensive crises. Critical care, 7,
absolute tekanan darah.Kondisi yang
374 – 384.
mendesak tersebut menuntut penanganan
Volhard , F., Fahr, T., & Die brightsche
yang cepat untuk mencegah kerusakan
Nierenkranbeit. (1914). Klinik
organ. Obat – obat antihipertensi yang
pathologie und atlas. Berlin :
diberikan sebaiknya bersifat parenteral,
springer.
reaksi yang cepat dan mudah dititrasi. Target
Keith, N. M., Wagener, H. P., & Barker N.
segera penurunan tekanan darah sistolik
W. (1939). Some different types of
sebesar 10 – 15 % dan tidak lebih dari 25%
essential hypertension: Their course
sebaiknya dicapai dalam waktu 1 jam
and prognosis. Am J Med Sci, 197,
pertama, kecuali pada kondisi tertentu
332 - 343.
seperti diseksi aorta. Nicardipin memiliki
Riset kesehatan dasar. (2008). Badan
beberapa keunggulan dan mudah digunakan
Penelitian dan Pengembangan
dalam penanganan hipertensi emergensi.
66!
!
Idea Nursing Journal Nurkhalis
! !
Kesehatan Departemen Kesehatan. from the American heart association /
Republik Indonesia. American stroke association.
Chobanian, A. V., et all. (2003). The JNC 7 Jauch, E.C, et all. (2013). Guidelines for the
report. JAMA, 389-2560-70. early management of patients with
Pollack, C. V, & Rees, C. J. (2008). acute ischemic stroke. A guideline for
Hypertensive emergencies : Acute healthcare professionals from the
care evaluation and management. American heart association /
Emergency medicine cardiac research American stroke association.
and education group, volume 3. Kerins, D. M. (2001). Voltage- gated
Hemphill, J. C., et all. (2015). Guidelines for calcium channel, 10th Ed. Goodman
the management of spontaneous Gilman’s. 843 - 70.
intracerebral hemorrhage. A
guideline for healthcare professionals
67!
!