Apendisitis Akut, Semoga Lancar Amin. Smngat
Apendisitis Akut, Semoga Lancar Amin. Smngat
Apendisitis akut adalah suatu keadaan yang terjadi yang membutuhkan operasi
kegawatan perut dan anak. Diagnosisnya sulit pada anak-anak, merupakan faktor yang
memberikan angka perforasi 30-60%. Lima puluh persen anak dengan apendisitis perforasi
diketahui oleh dokter sebelum diagnosis. Risiko untuk perforasi terbanyak pada usia 1-4
tahun (70-75%) dan terendah pada remaja (30-40%), yang insiden tertingginya menurut umur
adalah pada masa anak. Kesulitan dalam membedakan apendisitis dari penyebab nyeri perut
lazim lain dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas yang menyertai perforasi pada
apendisitis merupakan perhatian klinis penting dokter ahli anak.
apendisitis jarang terjadi pada tahun pertama kehidupan, akan tetapi menjadi lebih
sering dijumpai pada tahun ke dua dan seterusnya. Apendiks melekat pada sekum. Struktur,
ukuran, serta posisinya berbeda-beda. Saat masa kanak-kanak, bentuk apendiks mayoritas
tidak lurus, tetapi memperlihatkan lipatan serta belitan anguler. Apabila apendiks mengalami
inflamasi, maka akan terdapat akumulasi eksudat purulen dalam lumen dan terjadi obstruksi.
Suplai darah akan mengalami kerusakan yang akan berakibat terjadinya gangreng pada awal
penyakit. Darah akan memasuki kafum peritonium, aktivitas bakteri meningkat pada
apendiks yang mengalami inflamasi-pada apendiks utuh atau yang mengalami perforasi.
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender 1-
2ml perhari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir kesekum.
Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam patogenesis apendiks
(wim de Jong)
Menurut klasifikasi:
1. Ependisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan factor pencetusnya
disebabakan oleh sumbatan lumen apendiks selain itu hyperplasia jaringan limf, fikalit
(tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan
juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E. histolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut
pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya
karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Appendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis
menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan keluhan menghilang
setelah apendiktomi.
Massa apendiks cairan i.v., antibiotik, observasi tertutup. Jika gejala membaik:
apendisektomi interval setelah beberapa bulan. Jika gejala berlanjut: apendisektomi segera
kurang lebih drainase.
Anak dengan apendisitis non- perforata membutuhkan persiapan prabedah minimal dengan
cairan intravena dan antibiotik. Walaupun pemakaian antibiotik tidak menimbulan
komplikasi tetapi masih kontroversial antibiotik ini menurunkan kejadian infeksi luka pasca
bedah apendektomi harus dilakukan dalam beberapa jam setelah diagnosis ditegakkan dan
biasanya dikerjakan melalui insisi kuadran kanan bawah. Laparaskomi apendektomi telah
dilakukan pada anak dengan angka komplikasi sama dengan angka komplikasi apendektomi
terbuka. Laparaskopi apendektomi lebih mahal akan tetapi memperpendek rawat tinggal
dirumah sakit, karena total biayanya sama. Apendektomi untuk apendisitis non- perforata
dihubungkan dengan angka komplikasi yang rendah cepat sembuh dan rawat tinggal dirumah
sakit lebih pendek (2-3 hari).
Jika apendiks telah perforasi, trauma dengan peritonitis menyeluruh, resusitasi cairan yang
cukup dan antibiotik spektrum luas mungkin diperlukan beberapa jam sebelum apendektomi.
Pengisapan nasogastrik harus digunakan jika ada muntah yang berat/ perut kembung.
Antibiotik harus mencangkup organisme yang sering ditemukan (bacteroides, escherichia
coli, klebsiella, dan pseudomonas spesies). Regimen yang sering digunakan secara intravena
adalah ampisilin (100mg/kg/24 jam), gentamisin (5mg/kg/24 jam), dan klin damisin
(40mg/kg/24 jam) atau metronidasole (flagyl)(30mg/kg/24 jam). Apendektomi dikerjakan
dengan atau tanpa drainase cairan peritonium, dan antibiotik diteruskan sampai 7-10 hari.
Kadang- kadang obses yang terlokalisasi akan dialirkan dengan cara terbuka atau perkuatan
dan jadwal apendektomi sebagai tindakan elektif, kedua dalam 4-6 minggu. Sebaliknya
apendisitis non- perforata, perjalanan pasca bedahnya ditandai oleh kebutuhan cairan terus
menerus, demam, pembentukan abses intraabdomen, sepsis, dan ileusparalitikus yang lam (4-
5 hari).
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk radang usus buntu yaitu operasi pada
kasus apendisitis simpel dilakukan dengan membuat irisan panjang 5-8 cm pada kanan
bawah, untuk mengikat dan memotong apendiks yang meradang. Pada apendisitis komplikata
dengan ditemukannya peradangan jaringan yang hebat, adanya pernanahan (abses) disekitar
apendiks dan adanya kebocoran apendiks akan dilakukan dengan operasi irisan pada
pertengahan perut (laparotomi) dengan panjang 15-20 cm yang dilakukan selain mengikat
dan memotong apendiks, juga akan dilakukan pembersihan penahanan (abses) dengan
mencuci bersih rongga perut dengan cairan steril. Operasi minimal invasif atau laparoskopi,
irisan kecil 3 titik dengan kamera, monitor, dan alat khusus dengan keuntungan irisan lebih
kecil, nyeri lebih ringan, dan waktu rawat inap dan penyembuhan lebih cepat, dilakukan pada
kasus apendisitis baik pada kasus apendiks simpel ataupun komplikata tergantung pada
pengalaman dan kemampuan dari dokter bedah yang bersangkutan