KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS MATA MEDAN BARU
Nomor : 002/ SK/ DIR/ RSKMMB/ PKPO/VI/2018
Tentang
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru sebagai institusi
yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan harus mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, yang sesuai dengan visi dan
misi yang telah ditetapkan
MEMUTUSKAN
Kedua : Dengan ditetapkannya Keputusan ini maka Surat Keputusan Direksi Rumah
Sakit Khusus Mata Medan Baru Nomor 002/ SK/ DIR/ RSKMBMC/
MPO/II/2017 tentang Buku pedoman pelayanan Farmasi dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan akan dilakukan perbaikan dan
penyesuaian sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Medan
Pada
tanggal : Juni 2018
Direktur Utama,
dr.Delfi M.Ked(Oph),SpM(K)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga buku Pedoman Pelayanan Farmasi RS
Khusus Mata Medan Baru tahun 2017-2020 ini berhasil disusun sebagai revisi
atas Surat Keputusan Direktur Utama RSK Mata Medan Baru No.
002/SK/DIR/RSKMBMC/MPO/II/2017 tertanggal Februari 2017.
Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi Instalasi Farmasi dan
pihak-pihak yang terkait di lingkungan RSK Khusus Mata Medan Baru dalam
menjalankan kegiatan pelayanan farmasi baik dari aspek pengelolaan perbekalan
farmasi maupun pelayanan farmasi klinik yang bertujuan pada optimalisasi
kemanfaatan terapi obat pasien. Adanya buku pedoman ini diharapkan visi untuk
menjadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang terdepan dan terpercaya dalam
kualitas pelayanan dan pendidikan kefarmasian yang Islami, aman, profesional,
cepat, nyaman, memenuhi standar mutu internasional, serta berorientasi pada
keselamatan pasien, dapat segera terwujud.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada Badan
Pengurus Harian (BPH) dan para Direksi RSK Mata Medan Baru yang telah
memberikan dukungan moril dan meteril dalam pembuatan pedoman ini. Tak lupa
kami sampaikan terima kasih kepada pejabat struktural dan tenaga fungsional di
lingkungan RSK Mata Medan Baru yang telah memberikan masukan dalam
proses penyususnan pedoman ini, serta seluruh staf di Instalasi Farmasi RSK Mata
Medan Baru yang telah dan akan selalu berpartisipasi aktif mulai dari proses
penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman
ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
A. Latar Belakang
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care).
Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi
produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu
ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat
diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian,
para Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara
sendiri.
Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan
bagi Apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga dapat
memberikan Pelayanan Kefarmasian secara komprehensif dan simultan baik
yang bersifat manajerial maupun farmasi klinik.
Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan Sistem
Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada fungsi manajemen kefarmasian,
sehingga diharapkan dengan model ini akan terjadi efisiensi
tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk
melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik secara intensif.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,bangunan,
prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan
kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan
terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di
Rumah Sakit harus mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian yang
selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
B. Tujuan Pedoman
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian di RSK Mata Medan Baru
b. menjamin kepastian hukum dan kesesuaian standar pelayanan bagi tenaga
kefarmasian
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang diatur dalam pedoman ini
meliputi kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan.
D. Batasan Operasional
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
9. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
11. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
13. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal pada Kementerian Kesehatan
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3781);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5044);6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/III/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. Persyaratan SDM
a. Pelayanan Kefarmasian dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.
b. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan Kefarmasian
harus di bawah supervisi Apoteker.
c. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian memenuhi persyaratan
administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d. Unit Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh seorang Apoteker yang
merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
e. Kepala Unit Farmasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Apoteker lulusan Universitas dengan akreditasi minimal B
2) Memiliki Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Apoteker/Surat
Izin Praktek Apoteker Rumah Sakit sebagai apoteker penanggung
jawab
3) Memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker
4) Berkepribadian dan berakhlak baik
5) Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan
berkomunikasi dengan orang lain.
6) Sehat jasmani, rohani dan sosial
f. Apoteker Fungsional harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Apoteker lulusan Universitas dengan akreditasi minimal B
2. Memiliki pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
minimal 1 tahun
3. Memiliki Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Apoteker/Surat
Izin Praktek Apoteker Rumah Sakit
4. Memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker
5. Berkepribadian dan berakhlak baik
6. Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan
berkomunikasi dengan orang lain
7. Sehat jasmani, rohani dan sosial
g. Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Pendidikan minimal D3 Farmasi atau Sekolah Menengah Farmasi
(SMF)
2) Pengalaman kerja di Apotek minimal 3 bulan
3) Memiliki Surat Tanda Resgistrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
(STRTTK)
4) Berkepribadian dan berakhlak baik
5) Berkemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan
berkomunikasi dengan orang lain
6) Sehat jasmani, rohani dan sosial
h. Pekarya/pembantu pelaksana harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Pendidikan minimal SMA/SLTA/SMEA/SMK
2) Berkepribadian dan berakhlak baik
3) Memiliki kemampuan berkomunikasi dan kerja sama yang baik
4) Sehat jasmani, rohani dan sosial
1) jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) per hari;
dan
2) volume Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
b. Penghitungan Beban Kerja
Penghitungan kebutuhan Apoteker rawat jalan dilakukan
berdasarkan beban kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat jalan
yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi
klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penyerahan obat, dan
konseling.
c. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Kepala Unit Farmasi berperan dalam pengembangan staf dan program
pendidikan yang meliputi:
1) Menyusun program orientasi staf baru, pendidikan dan pelatihan
berdasarkan kebutuhan pengembangan kompetensi SDM.
2) Menentukan dan mengirim staf sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
(tugas dan tanggung jawabnya) untuk meningkatkan kompetensi
yang diperlukan.
3) Menentukan staf sebagai narasumber/pelatih/fasilitator sesuai
dengan kompetensinya.
d. Penelitian dan Pengembangan
1) Apoteker didorong untuk melakukan penelitian mandiri atau
berkontribusi dalam tim penelitian mengembangkan praktik
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
2) Apoteker yang terlibat dalam penelitian harus mentaati prinsip dan
prosedur yang ditetapkan dan sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian
yang berlaku.
3) unit Farmasi harus melakukan pengembangan Pelayanan
Kefarmasian sesuai dengan situasi perkembangan kefarmasian
terkini.
B. Distribusi Ketenagaan
1. Tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang akan melakukan
kegiatan pelayanan farmasi merupakan tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian dengan status kepegawaian dari RS Khusus Mata Medan
Baru.
2. Tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian didistribusikan untuk
melakukan kegiatan pelayanan farmasi di unit pelayanan rawat jalan yaitu
pada pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan pagi ( 08.00- 15.00 )
dengan kegiatan sebagaimana disebutkan dalam jenis layanan farmasi
pasien rawat jalan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Terlampir
B. Standar Fasilitas
1. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit didukung oleh sarana dan
peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian
yang berlaku.
2. Lokasi menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit, terpisah antara
fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung kepada
pasien, peracikan.
3. Sarana
a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi,
terdiri dari:
1) Ruang Kantor/Administrasi
2) Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
a) Kondisi umum untuk ruang penyimpanan yaitu:
a) Obat jadi
b) Alat Kesehatan
5) komputer
6. Peralatan
Peralatan yang tersedia adalah:
1) Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat
2) Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
3) Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan
Informasi Obat
4) Lemari penyimpanan khusus untuk psikotropika
5) Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah
yang baik
6) Termometer.
Macam-macam Peralatan
a. Peralatan Kantor:
1) Mebeulair (meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan lain-
lain)
2) Komputer
3) Alat tulis kantor
4) Telepon
b. Peralatan sistem komputerisasi
Sistem komputerisasi difungsikan secara optimal untuk kegiatan
sekretariat, pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi
farmasi terintegrasi dengan sistem informasi Rumah Sakit untuk
meningkatkan efisiensi fungsi manajerial dan agar data klinik pasien
mudah diperoleh untuk monitoring terapi pengobatan dan fungsi klinik
lainnya. Sistem komputerisasi meliputi:
1) Jaringan
2) Perangkat keras
3) Perangkat lunak (program aplikasi)
c. Peralatan Produksi
1) Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan
Obat.
2) Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan cara
pembuatan Obat yang baik.
d. Peralatan Penyimpanan
1) Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan
cahaya yang berlebihan
2) Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus:
Lemari penyimpanan khusus untuk Obat psikotropika
f. Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
1) Pelayanan rawat jalan (Apotik)
a) Meja penerimaan resep
b) Komputer
c) meja racik
d) kursi
2. Perencanaan Kebutuhan
a. Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu
dan efisien.
b. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
c. Pedoman perencanaan mempertimbangkan:
1) Formularium Rumah Sakit
2) Pola penyakit
3) Anggaran yang tersedia
4) Skala prioritas
5) Sisa persediaan
6) Data pemakaian periode sebelumnya
7) Waktu tunggu pemesanan
8) Rencana pengembangan
3. Pengadaan
a. Pengadaan merupakan proses kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
b. Dalam hal obat tidak tersedia saat dibutuhkan maka Unit farmasi akan
mengupayakan dari sumber luar (distributor) yang resmi melalui
pengadaan obat reguler maupun non reguler dengan apotek rekanan.
4. Penerimaan
a. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima.
C. Penyimpanan
1. Setelah barang diterima di Unit Farmasi maka dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan perbekalan farmasi
harus mampu menjamin kualitas dan keamanan
perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
2. Ruang penyimpanan obat harus terkunci untuk menjamin kemaanan dan
mengurangi risiko kehilangan obat.
3. Ruang penyimpanan harus bersih dan bebas dari binatang pengganggu.
4. Seluruh tempat penyimpanan obat harus dilakukan pengecekkan secara
berkala setiap satu bulan sekali.
5. Penyimpanan perbekalan farmasi disusun dengan sistem FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang datang
terlebih dahulu dan atau kadaluwarsa terdekat dikeluarkan dahulu.
6. Semua perbekalan farmasi disimpan berdasarkan:
a. Stabilitas terhadap suhu
b. Bentuk dan jenis sediaan
i. Aturan pakai :
1. Unit Farmasi rawat jalan dan rawat inap memiliki Daftar Nama
Dokter yang Berhak Menulis Resep di RSK Mata Medan Baru
beserta spesimen tandatangannya.
2. Setiap obat yang diresepkan oleh dokter dan yang diberikan
kepada pasien harus ditulis di dalam rekam medis, termasuk
dosis dan cara pemberiannya.
3. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta konsultasi obat
yang diberikan kepada pasien dicatat di dalam rekam medis
2. Pancatatan resep
Semua resep dan permintaan obat yang masuk ke Unit Farmasi harus
dicatat dan didokumentasikan dalam sistem informasi Rumah Sakit.
Pencatatan secara manual diperlukan untuk kepentingan pelaporan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Penyalinan resep
a. Apabila sebuah resep perlu ditulis ulang dalam catatan medis yang
baru, maka harus dilakukan oleh dokter.
b. Salinan resep hanya boleh dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian.
c. Salinan resep rawat jalan dibuat dengan ketentuan:
1) Obat dalam resep belum diambil
2) Ada pengulangan (iter)
3) Jumlah obat baru diambil sebagian
4) Atas permintaan pasien (keterangan “det” bila sudah diambil)
E. Penyiapan dan Pengeluaran Obat
1. Penyiapan
a. Dispensing/penyiapan meliputi kegiatan seperti memeriksa
keabsahan resep, kesesuaian obat untuk setiap pasien, pengambilan
obat, pemberian etiket sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
pemberian informasi kepada pasien.
b. Obat-obatan dan alat kesehatan dapat disiapkan oleh apoteker
dibantu tenaga teknis kefarmasian (TTK) yang memiliki Surat Izin
Kerja (SIK) dan terdaftar, kemudian diperiksa oleh apoteker atau
TTK lainnya.
c. Praktek dispensing yang baik adalah suatu praktek yang memastikan
suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar, ditujukan kepada
pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas sesuai instrusi yang
jelas, dan dalam kemasan yang memelihara potensi obat.
d. Obat-obat disiapkan dan dibagikan dalam area yang bersih, aman,
dan jauh dari pasien.
e. Sebelum melakukan penyiapan obat, apoteker atau TTK harus
memastikan bahwa semua informasi yang harus ada di resep sudah
tercantum (unsur-unsur penulisan resep).
f. Apoteker atau TTK terlatih harus melakukan pengkajian atau telaah
(pemeriksaan kelayakan) terhadap resep meliputi:
1) Kejelasan tulisan
2) Ketepatan pasien
3) Ketepatan indikasi
4) Ketepatan dosis
5) Ketepatan rute pemberian atau sediaan obat
6) Ketepatan waktu/frekuensi pemberian obat
7) Tidak adanya duplikasi obat
8) Tidak adanya riwayat alergi ataupun potensi terhadap obat yang
diresepkan
9) Tidak adanya interaksi obat
10) Tidak adanya kontraindikasi pada pasien tersebut
11) Kesesuaian dengan formularium rumah sakit, formularium
nasional.
g. Telaah resep dilakukan dengan data yang berasal dari wawancara
pasien, rekam medis, maupun history/riwayat pengobatan di
komputer.
h. Dalam proses telaah resep, apoteker atau TTK terlatih dapat
menggunakan sumber informasi obat berupa Formularium Rumah
Sakit, Formularium Nasional, MIMS dan ISO edisi terakhir.
i. Bila terdapat masalah dalam resep, apoteker atau TTK melakukan
konfirmasi kepada dokter penulis resep.
j. Penyiapan High Alert Medications
1. Setiap high alert medications diberikan label “high alert
medications” pada setiap kemasan terkecil (untuk obat
injeksi) dan pada plastik etiket obat (untuk obat tablet) agar
mengingatkan petugas yang memberikan obat dan merawat
pasien.
2. Obat high alert berbentuk infus diberi label yang jelas
dengan tulisan yang bisa terbaca.
b) Topical
2) Obat diberikan dengan rute/cara pemberian sesuai instruksi
dokter yang meresepkan. Apabila instruksi cara pemberian obat
tidak biasa, maka konsultasikan kepada apoteker. Apoteker akan
mengkaji sesuai referensi dan mengkonfirmasikan kepada
penulis resep.
3) Untuk status pasien yang berpuasa, perawat akan menghubungi
dokter untuk menanyakan jika ada obat-obatan yang harus
diberikan secara oral.
f.Benar waktu pemberian
Obat rutin harus diberikan pada waktu yang rutin.
g.Benar dokumentasi
1) Semua obat yang diberikan harus dicatat dalam rekam medis
9. Obat yang dibawa oleh pasien baik obat dari fasilitas kesehatan lain
sebelum masuk rumah sakit maupun obat rutin diidentifikasi ketika pasien
masuk rawat inap.
10. Identifikasi obat yang dibawa pasien dilakukan dengan prosedur
rekonsiliasi obat.
11. Rekonsiliasi obat awal dilakukan oleh perawat pada saat masuk rawat jalan
dan menjadi bagian dari pengkajian awal rawat inap.
13. Dalam hal ada obat yang dibawa pasien maka apoteker akan dihubungi
perawat untuk menilai kelayakan obat dari aspek kualitas sediaan serta
aspek duplikasi dan interaksi dengan obat yang sedang diminum di rumah
sakit.
14. Keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan obat yang dibawa pasien
ada pada DPJP sebagai clinical leader memperhatikan masukan dari tim
asuhan pasien lainnya.
15. Pasien yang mengkonsumsi obat-obat atas inisiatif sendiri di luar
peresepan dokter, maka harus atas sepengetahuan perawat, apoteker, dan
DPJP dan tercatat di dalam rekam medis.
16. Perbekalan farmasi sampel yang tersedia di RSK Mata Medan Baru adalah
alat kesehatan dan pengelolaannya terpusat di Instalasi Farmasi.
G. Pemantauan
1. Pasien di RSK Mata Medan Baru dipantau efek terapi nya, baik efektivitas
maupun efek yang tidak diharapkan (adverse drug reaction) oleh seluruh
tim kesehatan yang merawat pasien tersebut dan tercatat di rekam medis.
2. Proses monitoring penggunaan obat pada pasien termasuk identifikasi efek
samping dilakukan secara kolaboratif baik antar tenaga kesehatan (dokter,
perawat, apoteker), maupun antara petugas dengan pasien dan
keluarganya.
3. Pemantauan Efek Samping Obat
a. Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, doagnosis,
dan terapi.
b. Pemantauan efek samping obat yang terjadi pada pasien dilakukan
oleh seluruh tim kesehatan yang merawat pasien tersebut
c. Kegiatan yang dilakukan apoteker meliputi:
1) Menganalisa laporan efek samping obat dari dokter, perawat
atau petugas kesehatan lain
2) Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko
tinggi mengalami efek samping obat
3) Mengisi formulir efek samping obat di rekam medis
d. Efek samping obat yang terjadi direkap oleh PFT dan dilaporkan
sesuai peraturan perundangan.
e. Pelaporan kejadian efek samping direkap dan dilaporkan ke PFT
setiap 3 bulan.
f. PFT membahas kejadian efek samping, melakukan analisa dan
melaporkan kepada Direktur.
4. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) terkait penggunaan obat
a. Merupakan kegiatan pelaporan untuk setiap kejadian yang tidak
disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau
berportensi terjadi cidera pada pasien akibat medication error.
b. Insiden keselamatan pasien terdiri dari:
1) Kejadian Potensi Cidera (KPC), bila ditemukan kondisi di mana
berpotensi menimbulkan medication error.
2) Kejadian Nyaris Cidera (KNC), bila terjadi medication error
namun obat belum sampai diberikan kepada pasien.
3) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), bila terjadi medication error
dan obat sudah diberikan kepada pasien atau telah digunakan
oleh pasien.
4) kejadian sentinel (kejadian berat), yaitu bila terjadi medication
error dan menimbulkan dampak yang berat bagi pasien.
c. Apabila terjadi IKP berkaitan penggunaan obat, petugas yang
bersangkutan atau orang lain yang mengetahui adanya IKP segera
melaporkan kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamat Pasien
dalam waktu maksimal 2x24 jam sejak insiden terjadi.
d. Apoteker jaga menindaklanjuti adanya IKP secara kolaborasi dengan
DPJP dan unit terkait.
5. PFT menggunakan laporan kejadian kesalahan obat untuk memperbaiki
proses penggunaan obat termasuk mengevaluasi kebijakan dan prosedur
pengelolaan dan penggunaan obat di rumah sakit
H. Pengendalian
1. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan oleh unit Farmasi, yang dilakukan terhadap
jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai
2. Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai adalah untuk:
a. penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit, yang
dievaluasi setiap bulan
b. penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa dan kehilangan
serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai.
3. Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan dengan cara:
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut (death stock)
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala yaitu setiap
3 bulan sekali.
BAB V
LOGISTIK
2. Alat Kesehatan
3. Bahan Medis Habis Pakai
B. Logistik pendukung
1. Nota resep
2. Formulir-formulir untuk kegiatan pelayanan farmasi
3. Etiket obat
4. Plastik obat
5. Wadah obat (botol obat, pot salep)
6. Pita printer
7. Alat tulis
8. Nomor antrian
9. Stiker informasi aturan penggunaan obat
10. Buku catatan pelayanan
11. Buku catatan prescription review
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
2. Kondisi lingkungan
Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan,
area dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai dengan alur kerja,
untuk menurunkan kelelahan dengan pencahayaan yang cukup dan
temperatur yang nyaman. Selain itu area kerja harus bersih dan teratur
untuk mencegah terjadinya kesalahan. Obat untuk setiap pasien perlu
disiapkan dalam wadah terpisah.
4. Beban kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi
stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.
5. Edukasi Staf
Edukasi staf sebaiknya diberikan sebagai upaya untuk meningkatan
pengetahuan staf terkait keselamatan pasien sehingga dapat
mengoptimalkan perannya dalam menurunkan insiden/kesalahan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
KEGIATAN Sasaran
Perhitungan penyimpangan terhadap anggaran <10 %
pembelian perbekalan farmasi
Perhitungan kejadian keterlambatan pembayaran 0
Pengukuran kinerja pemasok skor >=90 > 92 %
Pengukuran kesesuaian DO dengan PO >95 %
Pengukuran kesesuaian stok >93 %
Perhitungan TOR gudang >30 x per tahun
Perhitungan TOR IFRS >24 x per tahun
Perhitungan Death Stock <0,35 %
Perhitungan % obat kadaluwarsa IFRS < 0,12% per tahun
Keluhan unit lain karena keterlambatan distribusi 0
Perhitungan Margin of Distribution > 10 %
KEGIATAN Sasaran
PPengukuran kesesuaian stok >80 %
Perhitungan TOR > 24 kali per tahun
Perhitungan Death Stock <10 %
Perhitungan Persentase Obat Kadaluarsa < 0,5 % per tahun
Pengukuran Kesesuaian dengan Formularium >95 %
Perhitungan Cakupan Pelayanan Resep Poliklinik > 95 %
Perhitungan cakupan pelayanan resep rawat jalan >80 %
PengukuranWaktuTunggu ≤ 10menit (non racikan), ≤ 25 >90%
menit (Racikan)
Pengukuran Kepuasan Pelanggan >70 %
Identifikasi Dispensing error KNC/KTC/KTD 30/0/0 per bulan
Pelatihan/pendidikan SDM Seluruh staf dalam 1
tahun
Perhitungan Profit Margin on Sales >20 % per tahun
Peningkatan pendapatan dari tahun sebelumnya 9 % per tahun
Capaian pendapatan terhadap RAPB >50%
Peningkatan jumlah resep >5 %
BAB IX
PENUTUP