Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit pernapasan yang dapat

menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan

dimana saja. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberculosis. Keluhan yang dirasakan pada pasien

Tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien ditemukan

Tuberkulosis paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukan kuman BTA

(Rodiyah, 2013).

Berdasarkan WHO Global Report 2015 di Indonesia angka Insidens TB saat

ini adalah 183/100.000 penduduk, menurun sekitar 10% dari 206/100.000

penduduk (1990), sedangkan angka prevalensi TB adalah 272/100.000

penduduk turun sebesar 33% dari baseline sebesar 442/100.000 dan angka

mortalitas TB adalah 25/100.000 penduduk atau turun sebesar 49% dari

53/100.000. Pada tahun 2015, angka penemuan kasus TB paru (CDR) tercatat

sebesar 69,7 %, sedangkan angka keberhasilan pengobatan (success rate - SR)

sebesar 90% (Dinkes Bali, 2015).

Provinsi Lampung angka penemuan kasus sudah mencapai strategi nasional

yaitu CNR 99/100.000 penduduk, sedangkan angka keberhasilan pengobatan

1
2

TB (TSR) yang telah mencapai target di atas 90 % adalah kabupaten

Pesawaran, Tanggamus, dan Waykanan. Akses layanan TB semakin

meningkat, sejumlah 9.075 Puskesmas (95%) dan 999 Rumah Sakit (62%)

telah menyediakan layanan TB sesuai standar program (Dinkes Lampung,

2017). Data angka penemuan TB di RSUD Jend. A. Yani metro ditahun 2017

ada 156 kasus (sumber Tim TB DOTS RSUD Jend. A. Yani Metro)

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman diwilayah perkotaan

kemungkinan besar mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium

tuberculosis biasanya secara inhalan, sehingga TB paru merupakan

menifestasi klinis yang paling sering di banding organ lainya. Penularan

penyakit ini sebagian besar melalui inhalan basil yang mengandung droplet

nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdahak

atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA) (Rodiyah, 2013).

Diagnosa yang tepat adalah dengan melakukan pemeriksaan sputum (dahak).

Sehingga dapat ditemukan basil tahan asam (BTA), untuk mendapatkan

sputum yang tepat yaitu dengan mengajarkan batuk efektif. Batuk efektif

adalah merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak

secara maksimal (Rodiyah, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul penerapan

batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk pemeriksaan BTA pada pasien

TB paru karena penyakit TB paru bisa menjadi penyakit jangka panjang dan
3

mematikan apabila tidak dilakukan pengobatan dengan baik. Penyakit TB paru

dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan pernapasan yang

parah karena ada infeksi pada paru-paru dan sulit untuk bernapas dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian

adalah “Bagaimanakah pengaruh penerapan batuk efektif dalam pengeluaran

sputum untuk menemukan BTA pada pasien suspect TB paru”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penerapan batuk efektif pada pasien TB paru dalam

pengeluaran sputum untuk menemukan BTA.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengeluaran sputum untuk menemukan BTA

sebelum dilakukan penerapan batuk efektif pada pasien suspect TB

paru

b. Mengidentifikasi pengeluaran sputum untuk menemukan BTA setelah

dilakukan penerapan batuk efektif pada pasien suspect TB paru

1.4 Manfaat

1.4.1 Pelayanan Keperawatan

Sebagai bahan pertimbangan SOP batuk efektif sebelum pemeriksaan

BTA.

1.4.2 Klien

Klien mampu melakukan batuk efektif untuk pemeriksaan BTA.

Anda mungkin juga menyukai