Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah pesat.
Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah para ahli
untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam dalam hal ini
bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan dan melaporkan hasil
pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasar vertikal.
Oleh karena , perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknik sipil
seperti pengukuran kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik yang
nantinya dapat dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunan akan
didirikan dan segala perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran kerangka
vertikal, profil memanjang dan melintang serta pengolahan datanya telah tersedia di dalam
laporan ini.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran kerangka vertikal,
profil memanjang dan melintang
2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran kerangka vertikal,
profil memanjang dan melintang.
3. Dapat mengolah data hasil pengamatan kerangka vertikal, profil memanjang dan
melintang dengan benar.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengukur kerangka vertikal?
2. Bagaimana cara mengukur profil memanjang dan melintang?

1.4 Prinsip Dasar Pengukuran


Untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas
mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu:
1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah
2. Pengambilan data yang akurat

1
1.5 Volume Perkejaan
Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan. Berikut
adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :
a. Persiapan perlengkapan alat ukur.
b. Persiapan pengukuran
c. Pengukuran pada objek
d. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.

1.6 Metode Penulisan


Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan praktikum
survey dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan studi lapangan
dan studi literatur.

1.7 Studi Lapangan


Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil
pengamatan praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau
pengamatan langsung di lapangan.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Kerangka Dasar Vertikal


Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik
yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang
rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata-
rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal. Maksud pengukuran tinggi adalah
menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang
tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B letak lebih tinggi daripada titik A, maka
tinggi titik B, Hb = Ha + h.
Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua
bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung,
tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik-titik
A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar.
Beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati tekanan
udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal ini
misalnya elevasi ± 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.
b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur yang
cukup teliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur
Theodolit.
c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis bidik
atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat datar
(waterpass).
Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode pengukuran yang
paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil
pengukuran sipat datar.

2.2 TUJUAN PENGUKURAN SIPAT DATAR


Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif
akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup layak
untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.

3
2.3 METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR
Pengukuran Sipat Datar Kerangka vertikal adalah pembuatan serangkaian titik-titik
dilapangan yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan
ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat diatas
harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus diatur
terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi.
Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda tinggi
dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang
nivo dianggap mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian,
beda tiggi h dapat ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang sembaranng dan dua
mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B.

2.4 PENGENALAN ALAT UKUR


Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat
datar (waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta
alat tulis dan kalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-
bagiannya.
a. Waterpass

4
Bagian – bagian penting dari alat waterpass

 Teropong jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan
lensa-lensa yang terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel
pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang dibalur dengan bingkai
dari logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat goresan benang silang.
 Niveau
Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat
arah-arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi menjadi
dua macam yaitu niveau kotak dan niveau tabung. Pada waterpass yang
digunakan adalah niveau kotak. Niveau kotak, terdiri atas kotak dari gelas yang
dimasukkan dalam montur dari logam sedemikian hingga bagian atas tidak
tertutup. Kotak tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau alkohol), bidang
atas dari gelas diberi bentuk bidang lengkung dengan jari-jari besar. Bagian
kecil kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga bagian ini dari atas terlihat sebagai
gelembung.
Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas.
Garis singgung pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah niveau.
Niveau kotak dikatakan seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara
mengaturnya dengan memutar tiga sekrup penyetel.

5
Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya :
 Sekrup koreksi niveau, mengatur agar garis arah niveau berubah dari keadaan
semula terhadap garis bidik teropong dan sumbu tegak.
 Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar berubah
terhadap garis arah niveau dan sumbu tegak.
 Sekrup penyetel, mengatur kedudukan bagian atas seluruhnya berubah terhadap
bagian bawah.
 Sekrup helling, mengatur kedudukan garis bidik dan garis arah niveau bersama-sama
berubah terhadap sumbu tegak.

b. Mistar / Rambu ukur


Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4 meter, bahkan
ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar ini
dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap
cm ada blok merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan,
merah-putih dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.
c. Statip
Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai kaki
untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk
menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata
karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.
d. Pita Ukur
Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam
minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter.
Pita ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
e. Payung
Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu
sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak menguap.
f. Tabel Pengukuran
Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel pengukuran untuk
memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator

6
Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan menghitung koreksi
kesalahan pembacaan benang.
h. Patok kayu dan paku
Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil pengukuran, dimana
pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan menggunakan
patok/paku.

2.5 Pengukuran Sipat Datar Memanjang


Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara
dua titik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-
kira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan mengukur beda tinggi
titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu itu.
Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah
cara menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar
ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak
antara alat penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini
memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran
dapat saling memperkecil.
Dengan cara ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar belakang dan
mistar muka akan menjadi beda tinggi.

2.6 Pengukuran Sipat Datar Profil Memanjang


Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda
dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya
merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai
ketentuan sebagai berikut :
• Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan
dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.
• Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

7
Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak Atas
Cara Pengukuran :
 Alat di Atas Titik.

Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik


1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).
2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi
AB, untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+∆HA1

8
H2 = HA+∆HA2
Hn = HA+∆HAn (Nurjati, 2004 )

2.7 Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang


Profil melintang adalah irisan tegak lurus pada sumbu proyek dan pada tempat-
tempat penting yang didapatkan dari jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan
bumi. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung dibuat lebih kecil
dari garis proyek yang lurus. Profil melintang harus pula dibuat di titik-titik permulaan
dan titik akhir garis proyek melengkung. Profil melintang dibuat dengan lebar 50 m-
100 m kiri kanan garis proyek.
Pengukuran profil melintang adalah untuk menghitung banyaknya tanah, baik
yang digali maupun untuk menimbuni. Cara pengukuran profil melintang sama dengan
cara pengukuran profil memanjang, hanya jarak-jarak adalah pendek bila dibandingkan
dengan jarak-jarak pada profil memanjang. Untuk menghitung penggalian tanah atau
penimbunan tanah, cukup diambil jumlah rata-rata penggalian tanah atau penimbunan
tanah yang didapat dari dua profil melintang yang berdekatan diperbanyak jarak antara
dua profil melintang itu.

2.8 Metode Penghitungan Beda Tinggi

Gambar 2.1 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi


Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat dihitung
dengan rumus
ΔH = BTB – BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang

9
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
- 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
- 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag
yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.

2.9 Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar


Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat datar
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kesalahan Petugas :
 Disebabkan oleh observer
1. Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan gelembung
nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
2. Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu.
3. Kesalahan pembacaan.
4. Kesalahan pencatatan.
 Disebabkan oleh rambu
1. Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
2. Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu Sopwith yang
perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
 Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan pada tumpuan yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-
tanda indeks rambu karena titik-titik balik bernomor genap yang tidak tersedia
antara dua titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat datar teliti,
seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap untuk
menentukan titik-titik balik.
2. Kesalahan Instrumen :
 Disebabkan oleh petugas
1. Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis kolimasi tidak
sejajar dengan sumbu niveu tabung)
2. Parallax yang timbul pada saat pengukuran
 Disebabkan oleh rambu
1. Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan kalibrasi.

10
2. adanya kesalahan indeks rambu.
3. Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe perpanjangan).
3.Kesalahan Alami :
 Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah kondisi
intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat datar teliti
selama observasi, instrumen sipat datar harus terlindung dari sinar matahari.
Demikian pula, pemuaian atau penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan
dengan temperatur rambu tersebut.
 Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya sendiri,
baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika ditempatkan di
atas tanah yang lunak. Pada tempat-tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu
haruslah dibuat khusus seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat.
Angin yang berhembus kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk
menghindarinya dapat digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang
pendek.
 Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang
melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan. Sedangkan
dekat di atas permukaan tanah temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya
perubahan kerapatannyapun besar pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit
dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan
haruslah sependek mungkin. Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar
terletak di tengah-tengah antara kedua rambu.
 Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi
berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi
hal ini merupakan problema yang kecil pada sipat datar. Lebih-lebih apabila
instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-tengah antara kedua rambu, maka
pengaruhnya dapat diabaikan. (Sosrodarsono, 1983)

11
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN

3.1 Lokasi Pengukuran


a. Lapangan Mini Soccer

1
2

6
3
4

12
Pos Satpam
Masjid Food Court
b. Gedung AK dan AN

2 B₁B₂
3
1

Gd. C₁C₂
Gd.
Lab. Akuntansi Administrasi
Elektronika F₁F₂ Taman Niaga

6 4
E₁E₂
5 D₁D₂

13
c. Lapangan Upacara

Jl. Soekarno Hatta

Lapangan Upacara

14
3.2 Waktu Pengukuran

1. Hari : Senin
Tanggal : 6 Oktober 2014
Kegiatan : Pemberian Materi
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Ruang Multimedia gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang

2. Hari : Selasa
Tanggal : 7 Oktober 2014
Kegiatan : Pengukuran Pada Jalur Tertutup
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Lapangan mini soccer Politeknik Negeri Malang

3. Hari : Rabu
Tanggal : 8 Oktober 2014
Kegiatan : Pengukuran Pada Jalur Tertutup
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Gedung AK dan AN Politeknik Negeri Malang

4. Hari : Kamis
Tanggal : 9 Oktober 2012
Kegiatan : Mencari Profil Memanjang dan Melintang
Pukul : 10.00 s.d. selesai
Lokasi : Lapangan Upacara Politeknik Negeri Malang

3.3 Pelaksanaan Praktikum


Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka
saya bersama rekan dari kelompok 2 melaksanakan praktikum pengukuran sipat
datar di tempat yang telah di tentukan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan :
1. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.
2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan
praktikum pengukuran sipat datar.

15
3. Menuju ke tempat yang sudah di tentukan dan survey lapangan
4. Setelah survey lapangan, membuat sketsa tempat titik-titik yang akan di gunakan
untuk membidik dan meletakkkan alat
5. Memberi tanda dengan paku pada 6 titik tersebut
6. Melakukan pembidikan pada tempat-tempat yang sudah di beri tanda
7. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah
disediakan.
8. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan
program excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD

3.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini di anataranya :
1.Waterpass
2. Sumbu Ukur
3. Paku Payung
4. Tripot
5. Alat Tulis
6. Roll Meter
7. Kapur

16
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengukuran Waterpas pada Jalur Tertutup

Selasa, 07 Oktober 2014


Rambu belakang (cm) Rambu depan (cm)
Titik Titik
BA BT BB BA BB BT
27,8 14,8 2 160 147,7 135,6
1 2
32 19 6 164 152 140
99,7 91,4 83,1 146 137,6 129,5
2 3
97,8 88,5 79,4 142,2 134,7 127,2
128 116 104,1 156,5 143,5 130,5
3 4
128 112 100 152,5 139,9 126,4
186 171 156 141,2 127,5 113,5
4 5
186,3 171,3 156,4 141,1 127,3 113,5
182,6 172,2 161,6 71,5 55,3 39
5 6
182,9 170,6 158,6 68,5 54 39,2
160,2 153,3 146,5 113,5 106,5 99,5
6 1
158,2 154,5 143,1 110,3 104 97,6
Jumlah 1569,5 1434,6 1296,8 1567,3 1430 1291,5

Bacaan rambu (cm) Beda Elevasi


Titik Jarak (cm) ᵟh (cm)
Belakang Muka tinggi (cm) (cm)
1 14,8 0
5020 -132,9 -0,11069
2 91,4 147,7 -133,011
3310 -46,2 -0,07299
3 116 137,6 -179,284
4990 -27,5 -0,11003
4 171 143,5 -206,894
5770 43,5 -0,12723

17
5 172,2 127,5 -163,521
5350 116,9 -0,11797
6 153,3 55,3 -46,7389
2770 46,8 -0,06108
1 106,5 0
Jumlah 718,7 718,1 27210 0,6 -0,6

Bacaan rambu (cm) Beda Elevasi


Titik Jarak (cm) ᵟh (cm)
Belakang Muka tinggi (cm) (cm)
1 19 0
5000 -133 -0,72359
2 88,5 152 -133,724
3340 -46,2 -0,48336
3 112 134,7 -180,407
5410 -27,9 -0,78292
4 171,3 139,9 -209,09
5750 44 -0,83213
5 170,6 127,3 -165,922
5360 116,6 -0,77569
6 154,5 54 -50,0977
2780 50,5 -0,40232
1 104 0

Jumlah 715,9 711,9 27640 4 -4

4.2 Data Pengukuran Waterpas pada Jalur Tertutup


Rabu, 8 Oktober 2014
Rambu belakang (cm) Rambu depan (cm)
Titik Titik
BA BT BB BA BT BB
137,2 133,3 129,5 189,1 173,3 158,4
1 2
137,8 132,9 127 187 173,2 159,5
2 85,6 69,6 53,6 3 210,7 193,7 176,7

18
87,7 72,2 56,6 213,5 196,3 178,7
183,3 172,3 161 142,5 130 117,4
3 4
192,2 180,3 168,4 150 138 126
158,5 147,9 136 84 66 48
4 5
165,2 150,3 135,4 84 69,5 55,4
181,5 171,2 161,3 127,1 119 110,8
5 6
195,1 185,3 175,5 141,2 133 124,6
147,9 141,9 134,9 164,1 151,3 138,5
6 1
149,8 141 133,1 162,5 151 139,3
1821,8 1698,2 1572,3 1855,7 1694,3 1533,3

Bacaan rambu (cm) Beda tinggi


Titik Jarak (cm) ᵟh (cm) Elevasi (cm)
Belakang Muka (cm)
1 133,3 0
3840 -40 -0,39019
2 69,6 173,3 -40,39019
6600 -124,1 -0,67064
3 172,3 193,7 -165,1608
4740 42,3 -0,48164
4 147,9 130 -123,3425
5850 81,9 -0,59443
5 171,2 66 -42,0369
3650 52,2 -0,37088
6 141,9 119 9,7922214
3860 -9,4 -0,39222
1 151,3 0

Jumlah 836,2 833,3 28540 2,9 -2,9

19
Bacaan rambu (cm) Beda Elevasi
Titik Jarak (cm) ᵟh (cm)
Belakang Muka tinggi (cm) (cm)
1 132,9 0
3830 -40,3 -0,13368
2 72,2 173,2 -40,4337
6590 -124,1 -0,23002
3 180,3 196,3 -164,7637
4780 42,3 -0,16684
4 150,3 138 -122,6305
5840 80,8 -0,20384
5 185,3 69,5 -42,0344
3620 52,3 -0,12635
6 141 133 10,1393
3990 -10 -0,13927
1 151 0,0000

Jumlah 862 861 28650 1 -1

20
Rambu Belakang Detil Rambu Depan
Titik Pesawat Jarak TB Elevasi
BA BT BB BA BT BB BA BT BB
A 126,1 106,9 87,4 335 1000
1 129,3 111,5 95,6 500 995,4
2 131 115,6 100,3 500 991,3
3 131,2 118,9 105,5 500 988
4 131,5 121,2 111 500 985,7
5 132 124 116,1 500 982,9
6 135,2 129,5 124 500 977,4
7 143 139,5 136,2 500 967,4
8 1 153,1 150,7 148,5 500 1106,9 956,2
9 166 162,7 159,4 500 944,2
10 180,5 175,2 169,8 500 931,7
11 197,2 189,5 181,9 500 917,4
12 213,9 203,7 193,5 500 903,2
13 235 222,5 210 500 884,4
14 255,5 240,5 225,4 300 866,4
15 270,1 253,5 237,2 350 853,4
B 180 170 160 303,5 285,5 267 500 821,4
1 166,5 159 151,5 500 832,4
2 155 150 145 500 841,4
3 149,8 146,8 144,3 500 844,6
4 141,4 140,7 140 500 850,7
5 2 132,2 130 127,9 500 991,4 861,4
6 124,5 119,5 114,5 500 871,9
7 117,6 110 102,6 500 881,4
8 96,8 86,8 76,8 100 904,6
C 248,1 225,9 203,5 96,3 85,6 73,1 500 905,8
1 206,9 187 167 500 944,7
2 176,6 159,2 141,7 500 972,5
3 161 146 131 500 985,7
4 150,5 138 125,5 500 993,7
5 142,5 132,5 122,5 500 999,2
6 140,1 132,5 125 500 999,2
7 140 134,9 129,6 500 996,8
8 3 140,4 137,4 134,3 500 1131,7 994,3
9 138,3 136,4 134,5 500 995,3
10 138,2 134,9 131,6 500 996,8
11 139,2 133,8 128,2 500 997,9
12 143,4 135,5 127,5 500 996,2
13 142 131,5 121,3 500 1000,2
14 137,5 124,9 112 500 1006,8
15 130,1 115 99,5 500 1016,7

21
D 120 102 84 - 1029,7

22
4.3 Data Pengukuran Waterpas pada Profil Permukaan Tanah

Kamis, 9 oktober 2014


a. Profil Memanjang

23
b. Profil Melintang
Profil Melintang di A
Bacaan Rambu Bacaan Rambu
Detil
Posisi Titik Pesawat Belakang Depan Jarak TGB Elevasi
BA BT BB BA BT BB BA BT BB
6 138 118,1 98,5 0 988,8
5 199,5 180 160,5 43 926,9
Kanan 4 199,5 180 160,4 0 926,9
A 3 112,5 92,9 73 116 1014
2 113,5 94 74,5 1 1012,9
1 132,4 113 93,5 315 993,9
A 126,1 106,9 87,4 315 1000
1 123,6 104,4 85,1 1 1002,5
Kiri A 2 1 106,3 87 67,9 8 1106,9 1019,9
3 95,9 76,5 57,3 1030,4

Profil Melintang di B
Kanan 2 343,5 325,5 306,2 330 781,4
B 1 316 297,5 279 180 809,4
B 303,5 285,5 267 210 821,4
1 287,6 270 252,3 242 836,9
Kiri B
2 272 255 237,5 851,9
Kanan 2 149,1 140,9 132,6 242 850,5
B 1 164 154,9 145,6 210 836,5
B 180 170 160 180 821,4
1 193,2 182,4 171,5 330 809
Kiri B
2 223 210,8 198,5 780,6

2 991,4
Profil Melintang di C
2 99,2 86,5 74 242 904,9
Kanan
1 99,5 88 76,4 240 903,4
C 96,3 85,6 73,1 210 905,8
1 83,7 75,1 67,5 242 916,3
Kiri
2 62,8 54 45,2 937,4
2 214,6 194 173 242 937,7
Kanan
1 235,5 204,2 192,3 210 927,5
C 3 248,1 225,9 203,5 240 1131,7 905,8
1 250,7 227,9 205 215 903,8
Kiri
2 250 226,5 203 905,2

24
Profil Melintang di D
Kanan 1 120 102,1 84,5 405 1029,6
D 120 102 84 405 1029,7
1 124 105,9 87,5 0 1025,8
2 106,1 88,1 70,1 150 1043,6
3 103,9 85,5 67,1 15 1046,2
Kiri
4 198,5 180,2 162 45 951,5
5 198,5 180,3 162 0 951,4
6 120 101,5 83,5 1030,2

25
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dengan kebutuhan para pengguna jasa semakin meningkat maka data-data yang belum
lengkap dikerjakan dengan lebih serius lagi maka, kerangka dasar vertikal merupakan
kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa
ketinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa
ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik
kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal
Maka Para mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan, dan mengaplikasikan
penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan metoda pengukuran beda tinggi dengan
pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah.
Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan laporan ini penyusun
menyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut penyusun berlapang
dada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca demi kesempurnaan
penyusunan laporan ini di kemudian hari.
Akhirnya tiada kata yang dapat penyusun sampaikan kepada segenap pembaca,
melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT ,
dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-Nya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
segenap pembaca pada umumnya dan bagi penyusun khususnya.
5.2 SARAN
a. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.
b. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah.
c. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.

26
DAFTAR PUSTAKA

 Frick, heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Jakarta.


 http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah.
 Sosrodarsono. Suyono. 1983. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT
Pradnya Paramita. Jakarta.
 Wongsotjitro, Soetomo. 1964. Ilmu ukur tanah. Kanisius. Jakarta

27
LAMPIRAN

28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai