Assalamu’alaikum wr.wb.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan teknologi yang semakin
berkembang pesat, serta meningkatnya kesadaran pasien akan hak-haknya perlu
kita sadari bersama bahwa pelayanan di rumah sakit menjadikan suatu tantangan
yang harus diantisipasi untuk mencapai peningkatan yang menyeluruh.
Suatu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanandi rumah sakit, yaitu
dengan mewujudkan suatu pelaksanaan standar pelayanan yang memadai serta
perilaku yang benar, di setiap tindakan yang berhubungan dengan pelayanan
tersebut. Untuk mencapai tujuan di atas maka perlu diterbitkan Program
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit KHUSUS MATA
MEDAN BARU.
Besar harapan kami buku ini dapat dipelajari, dipahami serta petugas
mampu melaksanakan setiap kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan di
lingkungan RS Khusus Mata Medan Baru sehingga upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien Rumah Sakit Khusus Mata Medan Baru berjalan dengan
lancar dan tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan buku pedoman ini. Kami menyadari bahwa buku pedoman ini masih
banyak kekurangannya, untuk itu saran dan masukan yang berharga senantiasa
kami harapkan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
2018
Penyusun
3
33
DAFTAR ISI
SuratKeputusanDirektur................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
44
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk meraihvisitersebut, RS Khusus Mata Medan Baru mempunyaimisi
sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna bagi semua lapisan masyarakat
sesuai dengan peraturan/ketentuan perundang-undangan.
2. Menyelenggarakan upaya peningkatan mutu Sumber Daya Insani melalui
pendidikan dan pelatihan secara profesional yang sesuai ajaran Islam
3. Melaksanakan da’wah Islam, amar ma’ruf nahi munkar melalui pelayanan
kesehatan, yang peduli pada kaum dhuafa’.
2
BAB II LATAR
BELAKANG
3
Insiden keselamatan pasien di negara berkembang lebih serius daripada di
negara industri. Tahun 2006 dilakukan studi oleh the World Health Organisation
(WHO), Eastern Mediterranean Regions (EMRO) dan African Regions (AFRO),
dan WHO Patient safety di 8 negara berkembang. Hasilnya insiden keselamatan
pasien terjadi pada 2,5%-18,4% dari 15.548 rekam medis di 26 rumah sakit, 83%
diantaranya dapat dicegah, 30% berhubungan dengan kematian pasien dan 34%
berkaitan dengan kesalahan terapeutik pada situasi klinik yang relatif tidak
komplek (Wilson et al., 2012).
WHO melaporkan studi pada 58 rumah sakit di Argentina, Colombia, Costa
Rica, Mexico and Peru oleh IBEAS (The Latin American Study of Adverse Events)
dan melibatkan 11.379 pasien rawat inap. Hasilnya 10% admisi mengalami
insiden keselamatan pasien akibat pelayanan kesehatan. Risiko meningkat dua
kali lipat ketika durasi rawat inap dipertimbangkan(WHO, 2011).
Di Indonesia, meskipun publikasi tentang malpraktik cukup sering muncul
di media massa, namun data resmi insiden keselamatan pasien masih jarang
ditemui. Penelitian pertama tentang keselamatan pasien di Indonesia dilakukan di
15 rumah sakit dengan 4500 rekam medik. Hasilnya menunjukkan angka insiden
keselamatan pasien berkisar antara 8,0%-98,2% untuk kesalahan diagnosis dan
4,1%-91,6% untuk kesalahan pengobatan (Utarini et al., 2000 cit. Utarini, 2012).
Semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di
rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
Berdasarkan data pada tahun 2011, KKP-RS melaporkan insiden
keselamatan pasien sebanyak 34 insiden yang terdiri dari KNC 18,5%, KTD
14,4%, dan 22,65% diantaranya meninggal. Data tentang KTD di Indonesia belum
mewakili kejadian KTD yang sebenarnya terjadi. Dalam kenyataanya masalah
kesalahan medis dalam sistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena
4
gunung es, karena yang terdeteksi adalah kejadian adverse event yang ditemukan
secara kebetulan saja.
Survey Kesehatan Daerah (Surkesdas) oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Medan bekerjasama dengan Badan Mutu Pelayanan Kesehatan Yogyakarta
(BMPK) pada tahun 2011 di 21 rumah sakit (umum dan khusus), 30 puskesmas,
11 Balai Pengobatan/ Rumah Bersalin, 20 apotek, 10 laboratorium dan 29 praktik
mandiri. Pada aspek keselamatan pasien rumah sakit, survey menunjukkan hasil
yang variatif. Di rumah sakit kelas B tingkat penerapan kriteria keselamatan
pasien sekitar 30% sampai mendekati 50% (kecuali peresepan elektronik 2%), dan
di rumah sakit kelas C dibawah 5% sampai sekitar 30% (Dinkes Provinsi
DIY,
2012).
Melihat hal tersebut di atas maka program Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien mutlak menjadi keharusan yang harus dijalankan oleh RS
Khusus Mata Medan Baru.
5
BAB III
TUJUAN
A. UMUM
Terlaksananya peningkatan mutu pelayanan RS yang memenuhi standar
pelayanan, keselamatan pasien dan memberikan kepuasan kepada pasien
secara berkelanjutan dan berkesinambungan
B. KHUSUS
1. Implementasi siklus PDSA dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien
2. Peningkatan mutu klinis pelayanan rumah sakit berkelanjutan.
3. Peningkatan mutu manajemen rumah sakit berkelanjutan.
4. Meningkatkan pemenuhan sasaran keselamatan pasien.
6
BAB IV
KEGIATAN POKOK DANRINCIAN KEGIATAN
A . KEGIATAN POKOK
1. Standarisasi Asuhan Klinis melalui penerapan Panduan Praktik Klinis
(PPK) dan Clinical Pathway (CP)Secara Bertahap
2. Monitoring Mutu melalui indikator mutu
3. Keselamatan Pasien
4. Manajemen Risiko
5. Surveillance PPI
6. Penilaian kinerja staf
7. Evaluasi kontrak dan perjanjian lainnya
8. Pendidikan dan Pelatihan
9. Program PMKP di unit kerja
10. Pencatatan dan pelaporan
11. Monitoring dan evaluasi kegiatan PMKP
B . RINCIAN KEGIATAN
1. Standarisasi Asuhan Klinis melalui penerapan Panduan Praktik
Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Secara Bertahap
a. Penyusunan panduan standarisasi asuhan klinis (PPK dan CP)
b. PemilihandanPenetapan 5 area prioritas penyakit dan prosedur
tindakan untuk distandarisasi
c. Penyusunan Panduan Praktik Klinis (PPK) danclinical pathway(CP)
d. Edukasi ke staf klinis
e. Uji coba implementasi
f. Perbaikan PPK danCP serta sistem implementasi
g. Implementasi PPK danCP
h. Monitoring implementasi PPK dan CPmelalui audit klinis
i. Pelaporan hasil audit
j. Rencana Tindak Lanjut
7
2. Monitoring Mutu
a. Identifikasi indikator yang sudah dimonitor di RS
b. Pemilihan indikator area klinis, manajerial dan sasaran keselamatan
pasien (SKP) yang akan dimonitoring
1) Indikator Area Klinis (IAK),
a) Asesmen pasien
b) Pelayanan laboratorium
c) Pelayanan radiologi dan diagnostic imaging
d) Penggunaan antibiotik
e) Kesalahan pengobatan (medication error) dan kejadian nyaris
cidera (KNC)
f) Penggunaan Darah dan produk-produk darah
g) Prosedur bedah
h) Penggunaan Anestesi dan Sedasi
i) Pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilans dan
pelaporan
j) Ketersediaan, isi dan penggunaan rekammedis
2) Indikator Area Manajemen,
a) Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk
memenuhi kebutuhan pasien
b) Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan
c) Manajemen risiko
d) Manajemen penggunaan sumber daya
e) Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
f) Harapan dan kepuasan staf
g) Demografi pasien dan diagnosis klinis
h) Manajemen keuangan
i) Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat
menimbulkan masalah bagi keselamatan pasien, keluarga
pasien, dan staf.
8
3) Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
a) Ketetapan identifikasi pasien
b) Peningkatan komunikasi yang efektif
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f) Pengurangan risiko jatuh
c. Penetapan indikator area klinis, manajerial dan SKP yang akan
dimonitoring
d. Penyusunan standar pencatatan, pengumpulan laporan, analisis,
validasi, laporan ke Direktur RS, feed back ke unit kerja, dan publikasi
data.
e. Edukasi staf penanggungjawab pengumpul data (PMKP 1.5)
f. Pelaksanaan pengumpulan data (pencatatansensusharian)
g. Validasi data indikator mutu area klinis (PMKP 5)
h. Analisis data indikator (PMKP 4)
i. Penyusunan laporan mutu ke Direktur (PMKP 3)
j. Feed back hasil mutu ke unit kerja (PMKP 1.4)
k. Pertemuan berkala dengan Komite PPI untuk membahas hasil
surveilance/indikator area klinis yang berkaitan dengan PPI
3. Keselamatan Pasien
a. Penyusunan sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan
pasien (IKP).
b. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien
c. Risk grading
d. Investigasi dan analisis
4. Manajemen Risiko
a. Penyusunan Panduan Manajemen Risiko
b. Analisis manajemen risiko melalui Root Cause Analysis (Risk
Grading)
9
c. Penyusunan register asesmen risiko (Risk Register)
d. Penyusunan Hospital Failure Mode and Effect Analysis
5. Surveillance PPI
a. Area surveilance :
1) ISK (Infeksi saluran kencing) pada pemasangan kateter
2) Flebitis
3) IADP (infeksi aliran darah primer)
4) Pneumonia
5) VAP (ventilator acquired pneumonia)
6) HAP (hospital acquired pneumonia)
7) Sepsis
8) Dekubitus
b. Alur Pelaporan Surveilance
1) Surveilance oleh IPCLN (di lembar di berkas RM Pasien)
2) Laporan surveilance dari IPCLN ke Tim PPI
3) Analisis oleh Tim PPI (IPCN dan IPCO)
4) Laporan dari Tim PPI ke Komite PPI
5) Laporan dari Komite PPI kepada Direksi
c. Bila terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB), dilaporkan kepada Tim
Investigasi Outbreak KLB.
10
10
7. Evaluasi kontrak dan perjanjian lainnya
a. Penyusunan Panduan kontrak dan perjanjian lainnya
b. Monitoring dan evaluasi kontrak dan perjanjian lainnya.
11
11
9. Program PMKP di unit kerja
a. Penyusunan indikator mutu
b. Pencatatan dan pelaporan indikator mutu
c. Pencatatan dan pelaporan insiden dan Insiden Keselamatan Pasien
d. Penilaian kinerja unit
e. Penilaian individu staf
12
12
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
13
13
BAB VI
SASARAN
Sasaran program peningkatan mutu adalah target per tahun yang spesifik
dan terukur untuk mencapai tujuan-tujuan program.
A. Indikator Area Klinis (IAK),
1. Asesmen pasien
2. Pelayanan laboratorium
3. Pelayanan radiologi dan diagnostic imaging
4. Penggunaan antibiotik
5. Kesalahan pengobatan (medication error) dan kejadian nyaris cidera
(KNC)
6. Penggunaan Darah dan produk-produk darah
7. Prosedur bedah
8. Penggunaan Anestesi dan Sedasi
9. Pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilans dan pelaporan
10. Ketersediaan, isi dan penggunaan rekammedis
14
14
C. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
1. Ketetapan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko jatuh
15
15
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Standarisasi Asuhan Klinis
(PPK dan CP) Secara Bertahap
Penyusunan panduan standarisasi
asuhan klinis (PPK dan CP)
PemilihandanPenetapan 5 area
prioritas penyakit dan prosedur
tindakan untuk distandarisasi
Penyusunan Panduan Praktik
Klinis (PPK) danclinical
pathway(CP)
Edukasi ke staf klinis
Uji coba implementasi
Perbaikan PPK danCP serta
sistem implementasi
Implementasi PPK danCP
Monitoring implementasi PPK
dan CPmelalui audit klinis
Pelaporan hasil audit
Rencana Tindak Lanjut
2 Monitoring Mutu
Identifikasi indikator yang sudah
dimonitor di RS
Pemilihan indikator area klinis,
manajerial dan
sasarankeselamatanpasien (SKP)
yang akan dimonitoring
Penetapan indikator area klinis,
manajerial dan SKP yang akan
dimonitoring
Penyusunan standarpencatatan,
pengumpulanlaporan, analisis,
validasi, laporan ke Direktur RS,
feed back ke unit kerja,
danpublikasi data.
Edukasi staf penanggungjawab
pengumpul data (PMKP 1.5)
Pelaksanaan pengumpulan data
(pencatatansensusharian)
Validasi data indikator mutu area
klinis (PMKP 5)
16
16
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Analisis data indikator (PMKP 4)
Penyusunan laporan mutu ke
Direktur (PMKP 3)
Feed back hasil mutu ke unit kerja
(PMKP 1.4)
Pertemuan berkala dengan Komite
PPI untuk membahas hasil
surveilance/indikator area klinis
yang berkaitan dengan PPI
3 Keselamatan Pasien
Penyusunan sistem pencatatan dan
pelaporan insiden keselamatan
pasien (IKP).
Pencatatan dan pelaporan
insidenkeselamatanpasien
Risk grading
Investigasi dan analisis
4 Manajemen Risiko
Analisis
manajemenrisikomelaluiRisk
Grading
Pembuatan FMEA.
5 Surveillance PPI
Area surveilance :
ISK (Infeksi saluran kencing)
pada pemasangan kateter
Flebitis
IADP (infeksi aliran darah
primer)
Pneumonia
VAP (ventilator acquired
pneumonia)
HAP (hospital acquired
pneumonia)
Sepsis
17
Dekubitus
Bila terdapat Kejadian Luar Biasa
(KLB), dilaporkan kepada Tim
Investigasi Outbreak KLB
6 Evaluasikontrakdanperjanjianl
ainnya
PenyusunanPanduankontrakdanpe
rjanjianlainnya
Monitoring
danevaluasikontrakdanperjanjianl
ainnya.
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
7 Pendidikan dan Pelatihan
• Badan Pelaksana Harian
• Direksi
• Manajer dan Supervisor
• KomitePMKP
• Penanggung jawabpengumpul
data
18
• Penilaianindividustaf
9 Pencatatandanpelaporan
• Pencatatanharian data
indicatormutu
• Rekapitulasibulanan
• Analisis
• RencanaTindakLanjut.
19
BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA
20
20
12. Tim mutumelaporkankegiatannya (termasukrekomendasi) keKomite
PMKPsetiapperiodekegiatannya (maksimalsatubulansekali).
13. Tim Peningkatan Mutumelaporkan program (termasukrekomendasi)
keDirektursetiapperiode (maksimalduabulansekali).
14. Tim KPRS melaporkankegiatannya (termasukrekomendasi) ke Tim PMKP
setiapperiode (maksimalsatubulansekali).
15. Evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi dari jadwal kegiatan. Jadwal
tersebut akan dievaluasi setiap 3 (tiga) bulan sekali, sehingga bila dari evaluasi
diketahui ada pergeseran jadwal atau penyimpangan jadwal maka dapat segera
diperbaiki sehingga tidak mengganggu program secara keseluruhan.
EvaluasidilaksanakanbersamaolehKomite PMKP danDirekturUtama
16. Laporan evaluasi tersebut harus dibuat secaratertulis dan ditujukan kepada
DirekturUtama untuk diketahui. Selanjutnya Direktur
Utamamelaporkankepada BPH.
17. Laporan hasil audit klinis dibuat setiap selesai melakukan audit klinis oleh
Komite Medis ke Direktur RS dengan tembusan ke Komite PMKP.
18. Indikator mutu dilaporkan oleh Supervisor ruangan kepada Komite PMKP
melaluiManajer PMKP setiap bulannya.
19. Direktur menindaklanjutilaporankegiatan PMKP dariKomite PMKP
sertamasukandariBPH.
20. Evaluasikegiatan PMKP
dilakukansetiapsatubulansekalimelaluirapatPlenoseluruhbagiankegiatan
PMKP.
21. Informasi/sosialisasi program PMKP dilakukanmelaluirapat-rapatdanatau
media intranet RumahSakit.
22. Hasilkegiatan program PMKP diinformasikan/disosialisasikanmelaluirapat-
rapatdanatau media intranet RumahSakit.
21
21
BAB IX
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
22
22
2) Grade hijau : investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
pelaporan investigasi ke tim KPRS maksimal 2
minggu
3) Grade kuning : investigasi komprehensif/analisis akar masalah/
RCA oleh tim KPRS, waktu pelaksanaan maksimal
45 hari
4) Grade merah : investigasi komprehensif/analisis akar masalah/
RCA oleh tim KPRS, waktu pelaksanaan maksimal
45 hari
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi
dan laporan insiden ke Tim KPRS
g. Tim KPRS akan menganalisis kembali hasil investigasi dan laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan
(RCA) dengan melakukan re-grading.
h. Setelah melakukan RCA, tim KPRS akan membuat laporan dan
rekomendasi untuk perbaikan serta pembelajaran berupa petunjuk/aturan
baru/safety alert untuk mencegah kejadian terulang kembali.
i. Hasil RCA, rekomendasi, dan rencana tindak lanjut dilaporkan ke Direktur
j. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik
kepada unit kerja terkait.
k. Unit kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerja masing-
masing.
l. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh tim KPRS.
23
23