Meski namanya kanguru, metode ini bukan berasal dari Australia, melainkan
dikembangkan di Kolombia. Nama kanguru digunakan karena metode penanganan
bayi prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR)-yaitu kurang dari 2.500 gram-ini
meniru perilaku binatang asal Australia yang menyimpan anaknya di kantung
perutnya, sehingga diperoleh suhu optimal bagi kehidupan bayi.
Menurut dr Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan
Ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) dalam seminar "Orientasi
Metode Kanguru" yang diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan Indonesia, Rabu
(23/5), bayi prematur maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan
rendah, terutama di bawah 2.000 gram, terancam kematian akibat hipotermia-yaitu
penurunan suhu badan di bawah 36,5 derajat Celcius-di samping asfiksia (kesulitan
bernapas) dan infeksi.
Hipotermia terjadi karena evaporasi atau menguapnya cairan (air ketuban/air) dari
kulit bayi yang basah, radiasi, atau kehilangan panas karena udara ruangan lebih
dingin dibanding tubuh bayi, konduksi atau kehilangan panas karena bayi
bersentuhan dengan benda yang lebih dingin (alas tidur dingin atau popok basah),
serta konveksi jika bayi telanjang terkena aliran udara dingin.
"Suhu tubuh ideal bayi adalah 36,5-37 derajat Celcius. Bayi akan kedinginan dan
stres kalau suhu tubuhnya di bawah 36,5 derajat Celcius. Jika suhunya di bawah 32
derajat Celcius, bayi akan mengalami cold injury yang ditandai dengan muka, ujung
tangan, dan ujung kaki berwarna merah terang, bagian tubuh lain pucat, kadang-
kadang terjadi pengerasan kulit yang kemerahan, serta pembengkakan terutama di
punggung," papar Imral.
Faktor risiko hipotermia, antara lain bayi lahir tidak segera dikeringkan, terlalu cepat
dimandikan, setelah dikeringkan tidak segera diberi pakaian, tutup kepala dan
dibungkus, tidak segera didekapkan pada tubuh ibu, bayi baru lahir dipisah dari
ibunya, tidak segera disusui ibunya, bayi berat lahir rendah, dan bayi sakit.
Suhu optimal didapat lewat kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin
contact). Suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah. Kontak erat
dan interaksi ibu-bayi akan membuat bayi merasa nyaman dan aman, serta
meningkatkan perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris
dari ibu ke bayi.
***
METODE kanguru (kangaroo mother care), menurut Prof dr Hadi Pratomo MPH DrPH
dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), pertama kali
dikembangkan Dr Edgar Rey di Bogota, Kolombia, tahun 1978. Kemudian dilanjutkan
Dr Hector Martinez dan Dr Luis Navarette. Hal ini dilakukan untuk mengatasi
kelangkaan fasilitas dan sumber daya rumah sakit untuk merawat bayi BBLR.
***
Perawatan BBLR yang berkualitas baik bisa menurunkan kematian neonatal, seperti
inkubator dan perlengkapannya pada Neonatal Intensive Care Unit. Namun, teknologi
ini relatif mahal. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dihadapkan pada
masalah kekurangan tenaga terampil, biaya pemeliharaan alat, serta logistik. Selain
itu, penggunaan inkubator dinilai menghambat kontak dini ibu-bayi dan pemberian
air susu ibu (ASI), serta berakibat ibu kurang percaya diri dan tidak terampil
merawat bayi BBLR.
Sebuah studi penerapan metode kanguru di rumah sakit yang tidak memiliki
inkubator dan peralatan lain untuk perawatan BBLR di lakukan di Manama Mission
Hospital, Zimbabwe. Hasilnya menunjukkan, terjadi peningkatan survival bayi berat
lahir kurang dari 1.500 gram dari 10 persen menjadi 50 persen dan bayi berat lahir
1.500-1.999 gram meningkat dari 70 persen menjadi 90 persen.
Studi multisenter oleh WHO Collaborating Center for Perinatal Care dilakukan selama
setahun pada rumah sakit di Addis Ababa (Ethiopia), Yogyakarta (Indonesia), dan
Merida (Meksiko). Tujuannya, menilai kelayakan, penerimaan, efektivitas, dan biaya
metode kanguru dibandingkan cara konvensional (ruang hangat dan inkubator).
Hasilnya, kejadian hipotermia pada metode kanguru secara signifikan lebih rendah
dibandingkan cara konvensional. Kelompok bayi yang dirawat dengan metode
kanguru juga mendapat ASI lebih baik, pertambahan berat badan lebih baik, dan
lama perawatan di rumah sakit lebih pendek. Metode kanguru terbukti lebih hemat
dari segi perawatan alat dibanding cara konvensional. Baik ibu maupun petugas
kesehatan lebih menyukai metode kanguru, karena lebih menyenangkan dan aman.
Penelitian di Yogyakarta itu dilakukan oleh Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada-Rumah Sakit Dr Sardjito, dipimpin Prof dr
Achmad Surjono, tahun 1995. Sampai kini RS Dr Sardjito konsisten menerapkan
metode kanguru pada sistem rawat inap maupun rawat jalan. Menurut Imral, metode
kanguru juga diteliti di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad)-RS
Hasan Sadikin Bandung oleh Prof dr Anna Alisyahbana dan Prof dr Ali Usman.
***
APAKAH metode kanguru bisa diterima masyarakat? Imral menuturkan, tahun 1996-
1997 Perinasia bekerja sama dengan Unit Penelitian FK Unpad serta Depkes dan
Kesos meneliti penerimaan wanita pedesaan terhadap metode kanguru di tiga
daerah, yaitu Kabupaten Deli Serdang (Sumatera Utara), Kabupaten Ogan Komering
Ulu (Sumatera Selatan), dan Kabupaten Maros (Sulawesi Selatan). Untuk
memperkenalkan, mula-mula dilakukan pelatihan terhadap bidan dan dukun bayi.
Hasilnya, secara umum wanita pedesaan menerima metode kanguru. Hampir semua
ibu yang melaksanakan, mendapat dukungan dari keluarga. Mereka berpendapat,
metode kanguru membuat bayi lebih tenang, banyak tidur, dan banyak menyusu.
Secara tradisional, sebagian tindakan dalam metode kanguru telah dikenal
masyarakat dengan istilah lokal bedako (Kabupaten OKU), makaleppe (Makassar),
dan kadukui (Bugis). Metode kanguru, tambah Hadi, juga diterima dan sebagian cara
sudah dikenal oleh masyarakat pedesaan di Gugus Pulau Seram Barat, Maluku.
"Sewaktu bayi perlu panas, suhu tubuh ibu meningkat. Suhu tubuh ibu menurun
sejalan penurunan kebutuhan panas bayi," kata Piprim.
Selain itu, pengenalan flora normal tubuh ibu yang diimbangi pemberian ASI yang
mengandung antibodi, akan meningkatkan ketahanan tubuh bayi terhadap infeksi
dibanding jika berada di inkubator, mengingat ancaman infeksi nosokomial sangat
tinggi di rumah sakit.
"Sepulang dari rumah sakit, setiap pagi Rafif saya jemur. Setelah itu, sepanjang hari
saya gendong dengan kain di dalam baju atau kaus yang saya kenakan. Di malam
hari, saya bergantian dengan suami meletakkan Rafif di atas tubuh kami, sama-sama
tanpa baju, hanya memakai selimut tebal," tutur Ita yang mengenal metode kanguru
dari buku petunjuk yang diberi temannya.
Hasilnya, berat badan Rafif naik 200 gram per minggu, karena sangat kuat menyusu.
Pada usia dua bulan berat Rafif mencapai tiga kilogram, sehingga tidak perlu lagi
digendong dalam baju. Kini Rafif sudah berusia 2,5 tahun, lincah, dan jarang sakit.
Menurut Imral, dulu memang ada pendapat bahwa bayi prematur atau bayi dengan
berat badan rendah tidak boleh banyak disentuh agar tidak terganggu dan
menghindari infeksi. Namun, ilmu kedokteran terus berkembang. Bagi bayi yang
stabil (tidak sakit), perawatan dengan metode kanguru dianggap lebih
menguntungkan. Kini di pelbagai pusat penelitian masih terus dilakukan studi dan
para peneliti bertemu secara periodik untuk membahas hasilnya. (Atika Walujani M)
Sumber: http://www.medixe.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=3%3Ametode-kanguru-untuk-bayi-
prematur&catid=2%3Anews&Itemid=6&showall=1
Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat
bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah baik selama
perawatan di rumah sakit ataupun di rumah.
Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan
menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehinggga memberi
peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar.
-Beri bayi pakaian, topi , popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu
-Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala
bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk ,
kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.
-Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu , dan bayi
diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang
yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
-Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk atau kain lebar yang
elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi.
-Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri , duduk , jalan,
makan dan mengobrol. Pada waktu tidur , posisi ibu setengah duduk atau dengan jalan
meletakkan beberapa bantal di belakang punggung ibu.
-Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
-Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi , pemantauan
bayi , cara pamberian asi , dan kebersihan ibu dan bayi.
Sumber: http://prematureclinic.wordpress.com/2009/04/18/metode-kanguru-untuk-
merawat-bayi-prematur-di-rumah/