Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh
virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring
eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan
malaise. Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama-sama
dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari
sekret hidung dan ludah ( droplet infections) 1
Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak
mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-
60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering.1
Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A
Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic
Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria,
Arcanobacterium haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group A Beta
Hemolytic Streptococcus (GABHS) merupakan penyebab faringitis akut
pada 5-15% dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun) (Ferri, 2012;
Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007). 1,2
Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turuAnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita
sakit tenggorokan atau demam.3

1
1.2 Rumusan Masalah
- Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya faringitis akut pada
pasien?
- Bagaimanakah menegakkan diagnosa secara klinis dan diagnosa
psikososial?
- Bagaimanakah tingkat pengetahuan keluarga dalam menyikapi penyakit
faringitis akut?
- Bagaimanakah hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
faringitis akut?
- Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita
faringitis akut?

1.3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis


Holistik Komprehensif pada Faringitis akut
Untuk pengendalian permasalahan faringitis pada tingkat individu
dan masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program
profesi dokter Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan
kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas dilayanan primer (Puskesmas) dengan tujuan untuk
meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh profesionalitas yang luhur,
mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Selain itu
kompetensi mempunyai landasan berupa pengelolaan informasi, landasan
ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah
kesehatan.
Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.3.1 Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian faringitis akut secara
individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik
moral dan peraturan perundangan.

2
1.3.2 Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa
mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial
dan budaya sendiri dalam penangan penyakit faringitis akut, melakukan
rujukan bagi kasus faringitis akut, sesuai dengan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
1.3.3 Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu
melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu,
keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Faringitis akut.
1.3.4 Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik kedokteran.
1.3.5 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa
mampu menyelesaikan masalah pengendalian Faringitis akut secara holistik
dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu
melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Faringitis akut
dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri,
dan keselamatan orang lain.
1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa
mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun
masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif, dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.

1.4 Tujuan Dan Manfaat Studi Kasus


Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah
menatalaksanakan masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai
individu yang utuh terdiri dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip
pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses

3
pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil
penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine).

1.4.1 Tujuan Umum:


Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita Faringitis akut dengan pendekatan
kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik, sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis Evidence
Based Medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko
dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan penderita Faringitis akut
dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Layang tahun 2018.

1.4.2 Tujuan Khusus:


1. Untuk mengidentifikasi faktor resiko yang mengakibatkan terjadinya
Faringitis Akut di Puskesmas Layang Makassar tahun 2018.
2. Untuk mengetahui cara penegakan diagnosis klinis dan diagnosis
psikososial pada penyakit Faringitis Akut di Puskesmas Layang
Makassar tahun 2018.
3. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dalam keluarga dan
lingkungan social yang berkaitan dengan penyakit Faringitis akut di
Puskesmas Layang Makassar tahun 2018.
4. Untuk mengetahui upaya penatalaksanaan penyakit Faringitis akut di
Puskesmas Layang Makassar tahun 2018.
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
penyakit Faringitis akut di Puskesmas Layang Makassar tahun 2018.

4
1.4.3 Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi pendidikan.
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (Pasien).
Menambah wawasan akan Faringitis akut yang meliputi proses penyakit
dan penanganan menyeluruh Faringitis akut sehingga dapat memberikan
keyakinan untuk tetap berobat secara teratur.
3. Bagi tenaga kesehatan.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita Faringitis akut.
6. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based
medicine dan pendekatan diagnosis holistik Faringitis akut serta dalam hal
penulisan studi kasus.

1.5 Indikator Keberhasilan Tindakan


Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan
penderita Faringitis akut dengan pendekatan diagnostik holistik, berbasis
kedokteran keluarga dan evidence based medicine adalah:
a. Kepatuhan pasien datang berobat di layanan primer (puskesmas)
b. Perbaikan gejala dapat dievaluasi setelah pengobatan Faringitis dan
dengan dilakukannya pencegahan terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Penilaian
keberhasilan tindakan pengobatan didasarkan pada hasil faring dan gejala
yang dikeluhkan. Hal ini disebabkan pengobatan faringitis umumnya
bersifat cepat asal berobat teratur. Selain itu, kepatuhan untuk menghindari
faktor resiko juga merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan.

5
BAB II

ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS

2.1 Kerangka Teori

Infeksi
P
Invasi kuman
E patogen
Bakteri
N
Virus
Y F
Jamur Inflamasi
E A
B Non Infeksi
R
A I
Makanan/minuman
B N
Daya tahan tubuh
G

Lingkungan I

Gambar 1 . Gambaran Penyebab Faringitis

6
2.2 Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup

- Pola makan: sering mengkonsumsi


makanan di warung pinggir jalan
ataupun kantin di sekolah yang tidak
terjamin kebersihannya.

- sering mengkonsumsi minuman yang


dingin.
Lingkungan Psiko-
- kurang mengkonsumsi air putih
Sosial-Ekonomi
- sering mengkonsumsi makanan ringan,
juga mie instan mentah - Kehidupan sosial
- Kurangnya istirahat karena pasien dengan lingkungan
sangat aktif sehingga waktu luang di baik
rumah selalu digunakan untuk bermain - Kondisi ekonomi
Perilaku sering mengkonsumsi makanan ringan, pasien tergolong
kalangan menengah
Kesehatan juga mie instan mentah
- Tidak adanya
pengetahuan tentang
- Hygiene pribadi dan pencegahan faringitis
lingkungan masih akut.
kurang - Pasien khawatir jika
Pasien keadaan sakitnya
- Berobat hanya jika
memburuk
ada keluhan - Status Generalis:
Lingkungan Kerja
Gizi baik
- Nyeri menelan, - Pasien bersekolah di salah satu
sakit kepala, Sekolah Dasar di Maccini,
Pelayanan Kesehatan dimana di sekolahnya tersebut
demam banyak menjual jajanan atau
- Jarak rumah ke - Dialami sejak 2 makanan yang tidak terjamin
puskesmas dekat hari terakhir. kebersihannya dan dapat
mengiritasi (pedas, asam,
- Jaminan kesehatan
gorengan)
yaitu BPJS - Lingkungan di sekolahnya
terdapat banyak debu, dan
ruangan yang pengap

Faktor Biologi
Lingkungan Fisik

- Invasi kuman Komunitas - Sumber Air Minum bersih


patogen (galon)
- Ventilasi dan sinar matahari
(bakteri/virus) Pemukiman cukup
kurang
padat - Sumber air sehari-hari adalah
PDAM
- Di rumah pasien terdapat toko
kecil yang juga menjual
berbagai jenis jajanan seperti
makanan ringan dan minuman
dingin

Gambar 2. Pendekatan Konsep Mandala

7
2.2 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di
Layanan Primer
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai
mahluk biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk
biologis manusia adalah merupakan sistem organ yang terbentuk dari jaringan
serta sel-sel yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta
kegawatan yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat
penyakit pasien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian
risiko internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta
keluarganya. Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan
Nasional 2004, maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai
pelaku pelayanan pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnostik Holistik :
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam
kehidupaAnya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi social
7. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan
terapi, tujuaanya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan pathogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya

8
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan,
pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial.
Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran
keluarga di layanan primer antara lain :
1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai
bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara
terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)

9
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang
disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat
dari beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.

10
III. Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. DerajatFungsi Sosial :
- Derajat 1 :Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
- Derajat 2 :Pasien mengalami sedikit kesulitan.
- Derajat3 :Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
- Derajat 4 :Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja,
tergantung pada keluarga.
- Derajat 5 : Tak dapat melakukan kegiatan

2.3 FARINGITIS
2.3.1 DEFINISI
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus
atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat
dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise
(Miriam T. Vincent, 2004). Faringitis akut dan tonsillitis akut sering
ditemukan bersama-sama dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini
ditular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections) 1
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-
lain.Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi
virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahuAnya.4,5

2.3.2 ETIOLOGI
Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak
mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-
60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering.1

11
Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang
menyebabkan faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus,
Coronavirus, Coxsackie viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan
Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency
virus (HIV) juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis.6
Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta
Hemolytic Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus,
Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium
haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic
Streptococcus (GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15%
dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun) 1
Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab faringitis bakterial gram
negative ditemukan pada pasien aktif secara seksual, terutama yang
melakukan kontak orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa
yang terinfeksi gonorea, faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria
homoseksual, 10% pada wanita dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar
50% individu yang terinfeksi adalah tanpa gejala, meskipun odinofagia,
demam ringan dan eritema dapat terjadi.4,5,6
Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
dan menyumbang terjadinya faringitis fungal. Faringitis gonorea hanya
terdapat pada pasien yang menlakukan kontak orogenital.1
Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turuAnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita
sakit tenggorokan atau demam .3

2.3.3 FAKTOR PREDISPOSISI


Sejauh ini belum ada penelitian lengkap mengenai keterlibatan faktor
genetik maupun lingkungan yang berhasil dieksplorasi sebagai faktor
risiko penyakit faringitis akut. Pada penelitian yang bertujuan

12
mengestimasi konstribusi efek faktor genetik dan lingkungan secara relatif
penelitiaAnya mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat bukti adanya
keterlibatan faktor genetik sebagai faktor predisposisi penyakit faringitis
akut. 7
Beberapa faktor resiko timbulnya Faringitis akut yaitu:4,5
1. Menurunnya daya tahan tubuh.
2. Konsumsi makanan yang dapat mengiritasi faring
3. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam
lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.
4. Paparan udara yang dingin.

2.3.4 EPIDEMIOLOGI
2.3.4.1 Epidemiologi Faringitis Berdasarkan Trias Epidemiologi
a. Agent
Kuman penyebab Faringitis umumnya menyebar melalui udara
maupun makanan atau minuman. Penyakit Faringitis dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan non infeksi seperti karena
menuruAnya daya tahan tubuh, makanan/minuman yang dapat
memgiritasi, dan lingkungan (paparan asap dari polusi udara atau asap
rokok ), . Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi
saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, dijumpa 200
kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat.
Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis akut
masuk dalam 10 penyakit terbesar kasus yang dirawat jalan dengan
presentasi jumlah 1,5 % atau sebanyak 214.781 orang.9

b. Host (pejamu)
Di Indonesia infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih
merupakan penyebab tersering morbiditas dan mortalitas pada anak.
Pada tahun 1996/1997 cakupan temuan penderita ISPA pada anak
berkisar antara 30% - 40%, sedangkan sasaran temuan pada penderita

13
ISPA pada tahun tersebut adalah 78% - 82% ; sebagai salah satu
penyebab adalah rendahnya pengetahuan masyarakat. Di Amerika
Serikat absensi sekolah sekitar 66% diduga disebabkan ISPA.8
Faringitis merupakan penyakit umum pada dewasa dan anak-anak.
National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital
Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara
6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan
departemen gawat darurat setiap tahun, dan lebih dari 5 juta
kunjungan orang dewasa per tahun Menurut National Ambulatory
Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk
faringitis akut, dijumpa 200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk
per tahun di Amerika Serikat9
Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis
akut masuk dalam 10 penyakit terbesar kasus yang dirawat jalan
dengan presentasi jumlah 1,5 % atau sebanyak 214.781 0rang
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-
anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah
dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk
adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus. Faringitis jarang
terjadi pada anak-anak kurang dari 3 tahun.6

c. Environtment
Penyakit Faringitis merupakan penyakit yang dapat terjadi akibat
infeksi dan non infeksi salah satu penyebab non infeksi adalah
lingkungan yang berpolusi ditambah lagi dengan perilaku manusia
yang kurang sehat yang mencemari udara dengan asap rokok.8
Selain itu, Hygienesanitasi buruk dapat berakibat masuknya
bakteri secara berlebihan ke dalam tubuh, sehingga dapat
mengalahkan pertahanan tubuh normal. Adanya keterbatasan dalam
sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap kepadatan lingkungan
tempat tinggal, penyediaan sumber air bersih, keadaan hygiene

14
sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan transmisi infeksi
enterik, khususnya di negara berkembang.8

2.3.4.2 Epidemiologi Penyakit Faringitis Dapat Juga


Digambarkan Menurut Variabel Epidemiologi

Distribusi Menurut Orang (Person)


a. Distribusi Menurut Umur
Penyakit Faringitis dapat menyerang siapa saja tak
terkecuali pria,wanita, tua , muda, anak-anak, kaya dan miskin.
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-
anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia
sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada
musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus.
Faringitis jarang terjadi pada anak-anak kurang dari 3 tahun .6
b. Distribusi Menurut Jenis Kelamin
Prevalensi kasus Faringitis Kira-kira 15-30% kasus
faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis
pada orang dewasa. Namun prevalensi sedikit lebih meningkat
kasus faringitis pada laki-laki dewasa sebesar 7 % dibandingakan
perempuan dewasa 3%.
c. Distribusi Menurut Etnik
Suku bangsa atau golongan etnik adalah sekelompok
manusia dalam suatu populasi yang memiliki kebiasaan atau sifat
biologis yang sama. Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan
suku bangsa sulit dilakukan baik secara praktis maupun secara
konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang besar dalam
frekuensi dan beratnya penyakit diantara suku bangsa maka dibuat
klasifikasi walaupun kontroversi. Pada umumnya penyakit yang
berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik

15
atau faktor lingkungan, misalnya: (Penyakit sickle cell anemia,
Hemofilia dan Kelainan biokimia seperti glukosa 6 fosfatase).8

Distribusi Menurut Tempat


a. Lingkungan
Penyakit Faringitis merupakan penyakit yang dapat terjadi
akibat infeksi dan non infeksi salah satu penyebab non infeksi
adalah lingkungan yang berpolusi ditambah lagi dengan
perilaku manusia yang kurang sehat yang mencemari udara
dengan asap rokok8.
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Penyakit Faringitis dapat menyerang siapa saja tak
terkecuali pria,wanita, tua , muda, anak-anak, kaya dan miskin.
Penyakit Faringitis merupakan penyakit yang tidak terlalu
berpengaruh terhadap sosial ekonomi.8

Distribusi Menurut Waktu


Penyakit Faringitisdapat menyerang siapa saja,dimana saja
dan kapan saja tanpa mengenal waktu. Kejadian Faringitis paling
banyak terjadi ketika musim dingin .Apabila kuman telah masuk
ke dalam tubuh maka pada saat itu kuman akan berkembang biak
dan berpotensi untuk terjadinya Faringitis. 8

2.3.5 KLASIFIKASI FARINGITIS


FARINGITIS AKUT4,5,6
a. Faringitis Viral
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus
(EBV), Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain.
Gejala dan tanda biasanya terdapat demam disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus dan Cytomegalovirus tidak

16
menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di
orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Pada adenovirus juga
menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epstein bar virus
menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang
banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV-1
menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyerimenelan, mual dan demam.
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati
akut di leher dan pasien tampak lemah.

b. Faringitis Bakterial
Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan
tanda biasanya penderita mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah,
kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai
batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaaAnya. Beberapa hari kemudian
timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher
anterior membesar, kenyal dan nyeri apabila ada penekanan. Faringitis
akibat infeksi bakteri Streptococcus ß hemolyticus group A dapat
diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu : Demam, Anterior
Cervical lymphadenopathy,Eksudat tonsil ,Tidak adanya batuk.
Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka
pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi Streptococcus ß hemolyticus
group A, bila skor 1−3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi
Streptococcus ß hemolyticus group A dan bila skor empat pasien memiliki
kemungkinan 50% terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group.

c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan
tanda biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada

17
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring laiAnya
hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar sabouroud dextrosa.

FARINGITIS KRONIK 1,4,5


a. Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular. Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluh mula-mula tenggorok
kering dan gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.
b.Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi.
Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapaAnya
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Gejala dan tanda
biasanya pasien mengeluhkan tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.
Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan
bila diangkat tampak mukosa kering.

FARINGITIS SPESIFIK
a. Faringitis tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman
tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer. Cara infeksi
eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi
kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah
pada tuberkulosis miliaris. Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil
dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior
faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan
palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak, saat ini penyebaraan
secara limfogen. Gejala dan tanda biasanya pasien dalam keadaan umum yang
buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang hebat di

18
tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa
servikal.
b. Faringitis luetika
Treponema pallidum (Syphilis) dapat menimbulkan infeksi di daerah
faring, seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung
stadium penyakitnya. Kelainan stadium primer terdapat pada lidah, palatum
mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Apabila
infeksi terus berlangsung akan timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus
pada genitalia yaitu tidak nyeri dan didapatkan pula pembesaran kelenjar
mandibula yang tidak nyeri tekan. Kelainan stadium sekunder jarang
ditemukan, namun dapat terjadi eritema pada dinding faring yang menjalar ke
arah laring. Kelainan stadium tersier terdapat pada tonsil dan palatum, jarang
ditemukan pada dinding posterior faring. Pada stadium tersier biasanya
terdapat guma, guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra
servikal dan apabila pecah akan menyebabkan kematian. Guma yang terdapat
di palatum mole, apabila sembuh akan membentuk jaringan parut yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen. Diagnosis dilakukan
dengan pemeriksaan serologik, terapi penisilin dengan dosis tinggi merupakan
pilihan utama untuk menyembuhkan nya

2.3.6 PATOGENESIS
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon inflamasi
lokal. Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan mengikis epitel
sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan akan terjadi pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat
hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Pada awalnya
eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan keadaan hiperemis,
pembuluh darah dinding faring akan melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna
kuning, putih atau abu-abu akan didapatkan di dalam folikel atau jaringan

19
limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior atau yang terletak lebih ke lateral akan menjadi meradang dan
membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus danCoronavirus dapat
menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.10
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracelullar toxins dan protease yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Streptococcus ß
hemolyticus group A memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada
miokard dan dihubungkan dengan demam reumatik dan kerusakan katub
jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan glomerulonefritis akut karena
fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.10

2.3.7 MANIFESTASI KLINIS 4,5


Manifestasi klinik sangat bervariasi. Gejala-gejala yang timbul
pada faringitis akut bergantung pada mikroorganismenya. Keluhan: nyeri
tenggorokan terutama saat menelan, demam, sekret dari hidung, dapat
disertai atau tanpa batuk, nyeri kepala, mual, muntah, rasa lemah pada
seluruh tubuh, nafsu makan berkurang.
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:
1. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala
rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
demam disertai rinorea dan mual.
2. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang demam
dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk, dan seringkali terdapat
pembesaran KGB leher.
3. Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
4. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan
akhirnya batuk yang berdahak.
5. Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta
mulut berbau.

20
6. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon
dengan pengobatan bakterial non spesifik.
7. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan
riwayat hubungan seksual, terutama seks oral.

2.3.8 PEMERIKSAAN FISIK dan PENUNJANG 4,5


Pemeriksaan Fisik
1. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis,
eksudat (virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat timbul lesi vesikular di
orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.
2. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan
tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaaAnya. Beberapa hari
kemudian timbul bercak petechiaepada palatum dan faring. Kadang
ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada
penekanan.
3. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
pangkal lidah, sedangkan mukosa faring laiAnya hiperemis.
4. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di
bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band. Pada pemeriksaan
tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble
stone).
5. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi
oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
6. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan
pada mukosa faring dan laring .
7. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit: (a) Stadium primer: Pada
lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak
keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada daerah faring seperti
ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran
kelenjar mandibula. (b) Stadium sekunder: Stadium ini jarang ditemukan.

21
Pada dinding faring terdapat eritema yang menjalar ke arah laring. (c)
Stadium tersier :Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap.
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram.
3. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH.
4. Kultur apusan tenggorok

2.3.9 DIAGNOSIS FARINGITIS 1,4,5


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang bila diperlukan.
1. Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
Dapat disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV),
virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, dan lain-lain. Pada
adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.
b. Faringitis Bakterial
Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).
Faringitis akibat infeksi bakteri streptokokkus group A dapat diperkirakan
dengan menggunakan Centor criteria, yaitu : demam, anterior Cervical
lymphadenopathy, eksudat tonsil, tidak ada batuk.
Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien
tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptokokkus group A, bila skor 1-
3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptokokkus group A
dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi streptokokkus
group A.

22
c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
d. Faringitis Gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital
2. Faringitis Kronik
a. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring.
b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada
rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapaAnya
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.
b. Faringitis Luetika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring, seperti
juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium
penyakitnya

2.3.10 PENATALAKSANAAN
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur
antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal diberikan
Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik hiperplastik
terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia
larutan Nitras Argentin 25%.
4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus Isoprinosine dengan dosis
60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan pada anak
<5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari.

23
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
Streptococcus group A, diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis
dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari
atau Eritromisin 4x500 mg/hari.
6. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan Sefalosporin generasi ke- 3, seperti
Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.
7. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal
harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada
rhinitis atrofi. Sedangkan, pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan
kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari.
8. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
9. Analgetik-antipiretik
10. Selain antibiotik, Kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi
inflamasi sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang diberikan
dapat berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan
pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan
olahraga teratur.
2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
3. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
4. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan

2.3.11 KOMPLIKASI DAN KRITERIA RUJUKAN 1,4,5


Komplikasi :Tonsilitis, Abses peritonsilar, Abses retrofaringeal,
Gangguan fungsi tuba Eustachius, Otitis media akut, Sinusitis, Laringitis,
Epiglotitis, Meningitis, Glomerulonefritis akut, Demam rematik akut,
Septikemia.
Kriteria Rujukan: faringitis luetika, bila terjadi komplikasi

24
2.3.12 DIAGNOSIS BANDING
1. Tonsillitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.Tidak semua
orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung
pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc drah
dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Tonsillitis difteri sering
ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi
pada usia -5 tahun. Gejala klinik terbagi dalam 3 golongan yaitu: umum,
local, dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala
infeksi laiAnya yaitu kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri
kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan. Gejala local yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
membentuk membrane semu (pseudomembran) yang melekat erat pada
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Jika infeksinya
berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian
besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck). Gejala akibat
eksotoksin akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada
jantung dapat terjadi miokarditis sampai decompensatio cordis, pada saraf
kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot
pernapasan dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.1

Gambar 3. Tonsila Difteri

25
2. Angina Plaut Vincent (stomatitis ulseromembranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema.
Gejala pada penyakit ini berupa demam sampai 30ºC, nyeri kepala, badan
lemah, rasa nyeri dimulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah.
Pada pemeriksaan tampak mukosa dan faring hiperemis, membran putih
keabuan diatas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris,
mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar submandibular membesar.1

Gambar 4. Angina Plaut Vincent

2.3.13 PROGNOSIS
Prognosis untuk faringitis akut sangat baik pada sebagian besar
kasus. Biasanya faringitis akut sembuh dalam waktu 10 hari, namun harus
berhati-hati dengan komplikasi yang berpotensi terjadi.6

26
BAB III

METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS

3.1 Metodologi
Studi kasus ini menggunakan desain studi Cross Sectional untuk
mempelajari hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah
kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko.
Kemudian melihat berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang
mengalami efek penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan
pelayanan dokter layanan primer secara paripurna dan holistik.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi dengan pasien dan keluarganya dengan cara melakukan
home visit untuk mengaetahui secara holistik keadaan penderita.

3.2 LOKASI DAN WAKTU STUDI KASUS


3.2.1 Waktu studi kasus
Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di
Puskesmas Layang pada tanggal 11 Juni 2018. Selanjutnya dilakukan home visit
untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.

3.2.2 Lokasi Studi Kasus


Studi kasus bertempat di Puskesmas Layang Kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan.

3.2.3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


3.2.3.1 Letak Geografis
Puskesmas Layang terletak di Kelurahan Layang, Kecamatan Bontoala
Kota Makassar dengan luas wilayah 0,21 Km2. Kelurahan Layang berbatasan
dengan :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Tallo


 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Maradekaya

27
 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Wajo
 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tana

Gambar 5. Puskesmas Layang, Kec. Bontoala, Kota Makassar

3.2.3.2 Keadaan Demografi


Jumlah penduduk Puskesmas Layang sesuai hasil pendataan BPS tahun
2010 dalam wilayah kerja Puskesmas Layang sebanyak 31.928 jiwa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

NO KELURAH LUAS JUMLAH JUMLAH JUMLA RATA- KEPADATA


AN WILAY PENDUDU H RATA N
AH K RUMAH JIWA/RUM PENDUDUK
(km2) RT RW POSYAND L P TANGG AH per km2
U A TANGGA
1 Layang 0,21 65 6 19 8,794 4,87 26,483
4126

4211

2 Bunga Ejaya 0,13 77 4 10 3,361 5,57 5,903


875

955

3 Parang 0,19 89 4 20 5,090 4,53 21,973


1929

2118

Layang
4 Bontoala 0,21 40 2 11 4,908 6,04 4,907
2011

2213

5 Bontoala 0,25 60 5 14 3,789 4,07 2,760


1977

2342

Tua
6 Gaddong 0,18 55 5 17 7,564 5,34 7,053
2467

2617

28
7 Bontoala 0,12 54 4 18 8,765 5,61 2,906

2161

2247
Parang
JUMLAH 1,29 440 30 109 31,928 8,765 3,603 71,985

Tabel 2 : Luas Wilayah, Jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk,


jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk meurut kelurahan
Puskesmas Layang Tahun 2010.

a. Pertumbuhan penduduk / jumlah penduduk


Dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk dilaksanakan melalui
tingkat kelahiran dan penurunan angka kematian (bayi, anak balita dan ibu)
dimana pertumbuhan yang tinggi akan menambah beban pembangunan.

b. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak
serta masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena faktor gizi yang
berhubungan dengan lingkunagan, perumahan dan sanitasi yang kotor
menyebabkan berbagai macam penyakit yang muncul. Di samping itu
kepadatan penduduk sebagai lambang perkembangan suatu daerah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Layang, kepadatan penduduk
adalah jiwa per kilometer persegi, jumlah kepala keluarga (KK) tahun 2016 di
wilayah kerja Puskesmas Layang adalah 6.556 KK melebihi jumlah rumah
yang ada 4.998 rumah.

c. Struktur penduduk menurut umur dan sex rasio


Berdasakan komponen umur dan jenis kelamin maka karakteristik
penduduk dari suatu negara dapat debedakan menjadi 3 macam yaitu:
1) Ekspansif , jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur
termuda.
2) Konstruktif , jika penduduk berada dalam kelompok termuda hampir sama
besarnya

29
3) Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur
tertentu.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penggolongan Usia


Kelompok Jumlah Penduduk
No.
Umur (Tahun) Laki-Laki Perempuan LakiLaki+Perempuan

1. 0-4 2.662 2.407 5.069

2. 5-9 2.451 2.092 4.543

3. 10-14 2.423 2.112 4.535

4. 15-19 3.192 3.258 6.451

5. 20-24 2.610 3.923 6.533

6. 25-29 2.672 2.699 5.371

7. 30-34 2.595 2.627 5.222

8. 35-39 2.484 1.521 4.005

9. 40-44 1.867 1.797 3.664

10. 45-49 1.493 1.315 2.808

11. 50-54 1.143 1.108 2.251

12 55-59 811 579 1.390

.13 60-64 1.425 1.171 2.596

14. 65-69 1.374 923 2.297

15. 70-74 804 569 1.273

16 +75 737 279 1.016

Jumlah 30.744 28.380 59.124

30
c. Perkawinan dan Fertilitas
Rata-rata kawin pertama dari tahun ketahun datanya belum ditemukan
pada wilayah kerja puskesmas, namun berdasarkan profil kesehatan tahun
1997 propinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dari
umur 19,4 Tahun.

d. Tingkat pendidikan penduduk


Pendidikan salah satu upaya membentuk manusia terampil dan produktif
sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
e. Kegiatan Ekonomi
Pendapatan dan pengeluaran perkapita. Rata-rata pengeluaran perkapita
penduduk wilayah kerja Puskesmas Layang belum ditentukan datanya untuk
tahun 2006. Sesuai profil kesehatan Tahun 1996 adalah Rp.478.458 angka
perkiraan. Angka tersebut cenderung menurun akibat krisis moneter yang
terjadi sejak tahun 1997.
f. Agama
Dari 37.350 jiwa penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Maccini
Sawah, 93,45 % beragama Islam, 6,10 % beragama krsiten, dan 0,045%
beragama Hindu dan Budha.

3.2.3.3Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Maccini sawah tahun
2016 sebanyak 30 orang dengan berbagai spesifikasi, yang terdiri dari:

Tabel 6. Tenaga Kesehatan Puskesmas Layang


Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas perlu didukung
oleh tenaga kesehatan yang cukup. Adapun tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas Layang adalah sebagai berikut :

31
No Fasilitas kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 2
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 9
4 Sarjana Keperawatan 2
5 Bidan 6
6 Perawat Kesehatan (SPK) 1
7 Perawat Gigi 1
8 Tenaga Laboratorium (SMAK) 1
9 Tenaga Farmasi 1
10 Apoteker 1

3.2.3.4 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi Puskesmas Layang berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor : 800/1682/SK/IV/2010 Tanggal
21 April 2010 terdiri atas :

a. Kepala Puskesmas

b. Kepala Subag Tata Usaha

c. Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas

- Unit Kesehatan Masyarakat

- Unit Kesehatan Perorangan

 Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas

- Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )

- Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )

- Unit Bidan Komunitas

32
Gambar 5. Stuktur Organisasi Puskesmas Layang

3.2.3.5 Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi masyarakat
yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Layang turut berperan dalam
peningkatan status derajat kesehatan masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas
Layang.

Jenis sarana kesehatan yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Layang tahun
2015 terdiri dari :

1 Rumah Sakit Umum : 2 buah


2 Rumah Sakit Bersalin : 1 buah
3 Puskesmas : 1 buah
4 Puskesmas Pembantu : 1 buah
5 Dokter Praktek : 10 orang
6 Bidan Praktek Swasta ( BPS ) : 3 orang
7 Apotek : 12 buah
8 Posyandu : 22 buah

33
9 Posbindu : 2 buah

3.2.3.5 Visi dan Misi Puskesmas Layang


3.2.3.5.1 Visi
Visi Puskesmas Layang adalah menjadi pusat pembangunan dan
pelayanan kesehatan masyarakat yang terpadu, bermutu dan
profesional.
3.2.3.5.2 Misi
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas untuk
seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan ras, agama dan sosial
ekonomi.
c. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam upaya keberhasilan
program kesehatan berbasis masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan dan profesional SDM serta mencapai
pelayanan yang sesuai standar mutu.
e. Mewujudkan kemandirian masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan
sehat ( PHBS )

3.2.3.6 Upaya Kesehatan Puskesmas Maccini sawah


Puskesmas Layang sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas
Kesehatan Kota Makassar yang bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak


pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

34
Upaya kesehatan di Puskesmas Layang terbagi atas 2 (dua) upaya
Kesehatan Yaitu :

A. Upaya Kesehatan Wajib, meliputi :


1. Upaya Promosi Kesehatan ( Promkes )
2. Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dan Keluarga
Berencana (KB)
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Upaya Pencegahan Penyakit Menular ( P2M )
6. Upaya Pengobatan
B. Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Kesehatan kerja
4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Upaya Kesehatan Jiwa
6. Upaya Kesehatan Usia lanjut

Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas Layang di


tahun 2017 adalah:

1. ISPA : 91 Kasus
2. Trauma : 143 Kasus
3. Hipertensi : 192 Kasus
4. Penyakit Infeksi Lain : 175 Kasus
5. Dispepsia : 91 Kasus
6. Common Cold : 89 Kasus
7. Demam : 79 Kasus
8. Cephalgia : 66 Kasus
9. Diare : 108 Kasus
10. Batuk : 99 Kasus

35
Puskesmas Layang memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari :
1. Ruangan pengambilan kartu/loket
2. Ruang pemeriksaan dokter/kamar periksa
3. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
4. Ruang KIA dan KB
5. Ruangan Tindakan/UGD
6. Ruang P2M dan laboratorium
7. Ruang imunisasi dan PKL
8. Ruang pengambilan obat/apotek
9. Ruang tata usaha
10. Ruang administrasi/ruang rapat
11. Ruang kepala puskesmas

C. Upaya perbaikan gizi


A. Peningkatan pendidikan Gizi
1. Pembinaan KADARZI
2.Pemantapan lintas sector/ lintas program dalam penanggulangan
gizi
3. Penyuluhan gizi seimbang sesuai dengan siklus hidup
4. Peningkatan ASI eksklusif
5. Peningkatan D/S
6. Peningkatan N/D
7. Pembinaan kelompok gizi
8. Review proposal KGM
9. Pertemuan tim teknis
B. Peningkatan surveilans gizi
1. System kewaspadaan dini (SKD)
2. Pemantauan garam beryodium dan TABURIA
3. Pemberian vitamin A
4. Pemberian makanan tambahan balita gizi buruk dan bumil KEK
5. Pemantauan status gizi (PSG)

36
6. Koordinasi SKPG secara lintas sector
7. Peningkatan cakupan posyandu
8. Analisa data PWS

D. Kesehatan Lingkungan
 Penyuluhan kesehatan lingkungan
 Pendataan jumlah TTU, TPM baru
 Inspeksi sarana air bersih
 Kaporisasi
 Pemicuan stop BABS
 Sosialisasi program STBM di lorong
 Pengawasan sarana kesehatan ( Klinik, Apotrik, dokter praktek )
 Sosialisasi masalah DBD pemantauan jentik
 Pembinaan kelurahan siaga (lorong siaga)
 Pengawasan sanitasi kantin sekolah
 Pembinaan program kelurahan sehat
 Pengambilan sampel damiu
 Pencatatan / pelaporan

E. Pengendalian penyakit (P2)


P2 TB
 Pelacakan penderita TB baru
 Kunjungan penderita TB yang mangkir
 Pemeriksaan kontak serumah penderita TB
 Penyuluhan penyakit TB
 Penyegaran kader
 Pelatihan petugas kesehatan
 Pemeriksaan pada pasien suspek TB-DOTS
P2 TB MDR

37
 Kunjungan penderita TB-MDR yang mangkir
 Pemeriksaan kontak serumah penderita TB-MDR
 Penyuluhan penyakit TB-MDR
 Pemeriksaan pasien suspek TB-MDR
 Pelayanan dan pengobatan TB-MDR
P2 Kusta
 Kunjungan penderita kusta yang mangkir
 Kunjungan pemeriksaan kontak serumah penderita kusta
 Screening anak sekolah SD
 Penyuluhan penyakit kusta
 Pemeriksaan dan pengobatan pada penderita kusta
P2 Thypoid
 Penemuan suspek thypoid
 Pemeriksaan dan pengobatan
 Penyuluhan penyakit thypoid
 Sosialisasi penyakit thypoid
P2 Diare
 Penyuluhan penyakit Diare
P2 Cacingan
 Pemberian obat cacing untuk anak sekolah dan balita
P2 Kematian
 Pengumpulan data laporan kematian di tiap kelurahan
 Pemberatasan penyakit malaria
 Pemberantasan penyakit campak
 Pemberantasan penyakit AFP
 Pemberantasan penyakit rabies
 Pemberantasan penyakit DBD
 P2 flu burung (H5N1)

38
F. Imunisasi
 Kegiatan imunisasi di posyandu
 Penyuluhan PD3I (penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi)
 Penyuluhan imunisasi
 Pemantauan status imunisasi (sweeping)
 Pelaksanaan BIAS TT & DT
 Pelaksanaan BIAS campak
 Pengambilan vaksin dan logistic laiAnya
G. Program KIA dan KB
 Pelayanan antenatal
 Penjaringan / deteksi dini bumil resti
 Kunjungan rumah ibu hamil ( ibu hamil DO dan K1)
 Kunjungan rumah p4K dan pemasangan stiker
 Pelayanan ibu nifas (KF) dan neonates
 Pelayanan imunisasi
 Pelayanan kesehatan dan pemantaun tumbuh kembang bayi dan balita
 SDIDTK
 Kelas ibu hamil
 Pelayanan KB
 Penyuluhan kesehatan reproduksi
 Pembinaan keluarga siaga

H. Promosi Kesehatan
1. Kegiatan di kelurahan siaga
 Pembinaan desa siaga
 Pembinaan PHBS di TTU
 Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
 penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu nifas
 Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga

39
 Penyuluhan tentang pentingnya berolah raga bagi usia lanjut
 Penyuluhan tentang manfaat makanan bergizi
2. Kegiatan posyandu
 Pembinaan posyandu
 Revitalisasi posyandu
3. pembinaan toga
4. pembinaan UKBM
5. pengadaan

I. Farmasi
 pengambilan atau konsultasi obat di gudang farmasi

J. Kesehatan Kerja
 pembinaan POS UKK dan informal
 pelacakan tempat kerja / industry

K. Kesehatan Olahraga
 pelacakan tempat-tempat olahraga
 pemeriksaan kesehatan dan kebugaran
 cetak kartu menuju bugar
 senam prolanis

L. Upaya program usila


 pendataan sasaran usila
 posyandu bagi usila
 penyuluhan bagi usila
 kunjungan rumah
 puskel usila
 senam usila

40
M. UKS
 sosialisasi UKS dan penyuluhan di sekolah
 pembinaan / pengawasan warung sekolah
 pengawasan sanitasi sekolah
 penjaringan anak sekolah
 penyegaran dokter kecil / kader kesehatan remaja
N. UKGMD
 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di posyandu
 puskel gigi
 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada kelompok lansia
 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok kesehatan kerja
 sosialisasi kader tentang kesehatan gigi dan mulut
O. UKGS
 penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah
 pembinaan / penyegaran dokter kecil
 melakukan sikat gigi missal di sekolah / APRAS
 melakukan penyuluhan pada APRAS / sekolah

41
3.2.3.7 Alur Pelayanan

Pasien

Loket

Kamar Periksa
Rujuk Pasien
- Poli Umum
- Poli Gigi
- Poli KIA/KB Laboratorium

Ruang
Tindakan

Apotik

Gambar 3. Bagan Alur Pelayanan Puskesmas Layang

42
Tabel 7. Jumlah Penderita Faringitis di Puskesmas Layang
No. Bulan Jumlah Penderita

1. Januari (2017) 43

2. Februari (2017) 37

3. Maret (2017) 31

4. April (2017) 20

5. Mei (2017) 22

6. Juni (2017) 28

7. Juli (2017) 14

8. Agustus (2017) 16

9. September (2017) 18

10. Oktober (2017) 35

11. November (2017) 49

12. Desember (2017) 31

Jumlah 344

43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL STUDI KASUS


4.1.1 ANAMNESIS DAN DIAGNOSIS KLINIS
A. Identitas Pasien
Nama : An. S A
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Bangsa/suku : bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : -
Alamat : Jl. Tinumbu Lorong 144
Tanggal Pemeriksaan : 12 Juni 2018

B. Riwayat Penyakit
- Keluhan Utama
Nyeri menelan
- Anamnesis Terpimpin
Seorang perempuan usia 8 tahun datang ke puskesmas diantar oleh
ibunya dengan keluhan nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai dengandemam, sakit kepala. Batuk (-), beringus (-), mual (-),
muntah (-). BAK kuning lancar, BAB biasa.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang
sama.

44
- Riwayat Atopi
Pasien tidak mempunyai riwayat asma pada dirinya maupun
keluarganya.
- Riwayat Alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap substansi atau obat-obatan
tertentu pada pasien.
- Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang anak kedua dari 2 bersaudara, keluarganya
tinggal di Tinumbu Lorong 144. Ayahnya seorang Pegawai Negeri Sipil di
Makassar dan ibunya Ibu Rumah Tangga. Pasien tinggal dirumah bersama
kedua orang tuanya serta kedua saudaranya, pasien sehari-hari bersekolah
di salah satu Sekolah Dasar di Layang Makassar. Rata-rata pendapatan
kedua orangtuanya Rp. 3.500.000.-/bulan. Pasien termasuk keluarga sosial
ekonomi menengah.
- Riwayat Kabiasaan
Diakui oleh pasien An.SA bahwa ia memiliki pola makan yang
teratur 3 kali sehari, sering makan di warung pinggir jalan juga kantin
sekolah yang tidak terjamin kebersihannya. Selain itu ia juga suka
mengkomsumsi minuman dingin, goreng-gorengan, dan makanan asam,
pedas, dan mie instan mentah.Pasien juga mengaku bahwa ia jarang
mengkonsumsi air putih.
- Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat dengan keluhan yang sama di
Puskesmas Layang.

C. Pemeriksaan Fisis
- KeadaanUmum
Pasien tampak sakit ringan, gizi baik, kesadaran compos mentis
- Vital Sign
1. Tekanan Darah :-
2. Nadi : 72 x/menit

45
3. Pernapasan : 20 x/menit
4. Suhu : 38,2oC
- Status Generalis
1. Kepala : Biasa
Ekspresi : Simetris muka : Simetris ki=ka
Rambut : Hitam, sulit dicabut
Mata : Eksoptalmus atau enoptalmus: (-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak mata : Dalam batas normal
Konjungtiva : Anemis (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
2. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
3. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
4. Mulut
Bibir : Kering (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Faring : hiperemis (+)
Tonsil : T1-T1

46
Gambar 7. Pemeriksaan awal Pasien
5. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
DVS : R-2 cmH2O
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
6. Dada
Inspeksi : Simetris ki=ka
Bentuk : Normochest
Pembuluh darah : Bruit (-)
Buah dada : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak ada pelebaran
7. Thorax
Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
Batas paru belakang kanan : V Th IX Dextra Posterior
Batas paru belakang kiri : V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler

47
Bunyi tambahan : Rh -/-Wh-/-
8. Punggung
Inpeksi : skoliosis (-), kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
9. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak,batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)daerah epigastrium
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Follow Up pasien setelah lima hari pemgobatan :

Gambar 8. Hasil Follow up pada pasien

48
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
E. Diagnosis
Faringitis akut
F. Penatalaksanaan dan Edukasi
- Penatalaksanaan
o Paracetamol 500 mg 3 dd 1/2
o Cefadroksil 500 mg2 dd 1/2
o Methylprednisolon 4 mg 3 dd 1/2
- Edukasi
o Menghindari faktor pencetus terjadinya Faringitis
o Mengkomsumsi makanan yang bergizi
o Hindari makanan dan minum minuman yang mengiritasi
tenggorokan (panas, berminyak, dingin)
o Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga

6.1.2 PENDEKATAN HOLISTIK


- Profil Keluarga
Pasien An. SA tinggal bersama kedua orang tuanya, dan 1 orang
kakaknya. Ayah Tn.MA tinggal di Makassar bekerja sebagai salah satu
pegawai negeri sipil dan ibu Ny. A bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dan
kakaknya, An.W perempuan anak pertama berusia 18 tahun pelajar SMA.
Kakaknya sudah bisa mengurus diri sendiri.
- Karakteristik Demografi Keluarga
a. Identitas Kepala keluarga : Tn MA
b. Identitas Pasangan : Ny.A
c. Alamat : Jl. Tinumbu Lorong 144
d. Bentuk Keluarga : Nuclear Family

49
Tabel 8. Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Kedudukan

No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan

keluarga

1. Tn.MA Ayah L 45 S1 PNS

2. Ny.A Ibu P 43 SMA IRT

3. An. W Anak P 18 SMA Siswa

4. An.SA Anak P 8 SD Siswa

- Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


Sehari-hari pasien adalah pelajar di Sekolah Dasar Negeri Layang kelas
III. Ayahnya bekerja sebagai seorang PNS, ibunya ibu rumah tangga dan
perekonomian keluarga pasien termasuk kalangan menengah. Pasein tinggal di
rumah bersama kedua orang tuanya. Pasien ini tinggal di rumah yang kondisinya
cukup baik, tertata rapi serta terawat. rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi, serta terdapat 1 toko kecil
yang menjual keperluan sehari-hari, dan menjual berbagai jenis kue.

50
Tabel 9. Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : Pribadi
Daerah perumahan : padat

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah : 8X12m2 Keluarga pasien An.SA status


Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 kepemilikian rumah pribadi.
orang tinggal dalam rumah yang
kurangsehat dengan ventilasi
Luas halaman rumah : -
rumah yang sangat kurang.
Tidak Bertingkat Dengan penerangan listrik 450
watt. Air PAM umum sebagai
Lantai rumah dari : tegel
sarana air bersih keluarga.
Dinding rumah dari : semen

Jamban keluarga : ada

Tempat bermain : -

Penerangan listrik : 450 watt

Ketersediaan air bersih : ada (PAM)

Tempat pembuangan sampah : ada

- Kepemilikan barang – barang berharga


Keluraga An.SA memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, satu buah televisiyang terletak di ruang keluarga, kulkas yang
terletak di dapur serta perlengkapan masak lainnya.
- Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
o Jenis tempat berobat : Puskesmas
o Asuransi / JaminanKesehatan : BPJS kelas 1

51
- Sarana Pelayanan Kesehatan
o Puskesmas

Tabel 10. Pelayanan Kesehatan


Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat Keluarga biasanya Letak Puskesmas Layang
pelayanan kesehatan menaiki motor tidak terlalu jauh dari tempat
menuju ke tinggal pasien, sehingga
puskesmas. untuk mencapai puskesmas
Tarif pelayanan kesehatan Menurut keluarga keluarga pasien dapat
biaya pelayanan dengan motor.
kesehatan cukup Untuk biaya pengobatan
murah. diakui oleh terjangkau dan
Kualitas pelayanan Menurut keluarga pelayanan Puskesmas pun
kesehatan kualitas pelayanan dirasakan keluarga pasien
kesehatan yang memuaskan pasien.
didapat cukup
memuaskan.

- Pola Konsumsi Makanan Keluarga


Kebiasaan makan : An.SA memiliki kebiasaan makan 3 kali dalam
sehari, namun sering membeli jajanan di sekolah, warung pinggir jalan,
maupun jenis jajanan yang terdapat di toko kecil rumahnya.
Penerapan pola gizi seimbang : Ibu dariAn. SA selalu menerapkan pola
makan dengan gizi yang seimbang yakni makan dengan lauk pauk seperti
nasi, ikan dan sayuran yang di masak sendiri oleh ibu pasien.

- Pola Dukungan Keluarga


 Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Di antara yang merupakan faktor pendukung dalam penyelesaian
masalah keluarga seperti ada komunikasi yang baik dalam keluarga.

52
Selain adanya hubungan yang harmonis. Keluarga juga sangat terbuka
untuk setiap masalah kesehatan yang dihadapi.
 Faktor penghambat terselesaikaanya masalah dalam keluarga
Tidak ada.
- Analisa Kedokteran Keluarga (Family Assesment Tools)
 Fungsi Fisiologis (APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu
keluarga yang dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton,
dengan menilai 5 Fungsi pokok keluarga, antara lain:
1. Adaptasi: Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima
bantuan yang dibutuhkan
2. Partnership: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
komunikasi dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan
masalah
3. Growth: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan
karena dukungan dan dorongan yang diberikan keluarga dalam
mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga
4. Affection: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih
sayang serta interaksi emosional yang berlangsung
5. Resolve: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.

- Penilaian
o Hampir Selalu = skor 2
o Kadang-kadang = skor 1
o Hampir tidak pernah = 0
- Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit

53
Tabel 11. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
Faringitis akut
Penilaian
Kadan Hampir
Hampi
No Pertanyaan gKada Tidak
r selalu
ng Pernah
(2)
(1) (0)
1. Adaptasi

Saya puas dengan keluarga saya


karena masing – masing anggota √
keluarga sudah menjalankan
kewajiban sesuai dengan seharusnya

2. Partnership (Kemitraan)

Saya puas dengan keluarga saya


karena dapat membantu memberikan √
solusi terhadap permasalahan yang
saya hadapi

3. Growth (Pertumbuhan)

Saya puas dengan kebebasan yang


diberikan keluarga saya untuk √
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki

4. Affection (Kasih Sayang)

Saya puas dengan kehangatan/ kasih √


sayang yang diberikan keluarga saya

5. Resolve (Kebersamaan)

Saya puas dengan waktu yang √


disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan

Total Skor 10

54
Fungsi Keluarga Sehat.
- Fungsi Patologis (SCREEM)
Aspek sumber daya patologi
1. Sosial: Pasien dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
2. Cultural: Pasien dan keluarganya mengadakan acara pernikahan,
aqiqah, dan khitanan sesuai adat istiadat daerah setempat.
3. Religious: Keluarga pasien rajin melakukan ibadah sebagai umat Islam,
seperti: sholat lima waktu, tadarrus, puasa pada bulan Ramadhan
Ekonomi: Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi tercukupi.
4. Education: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu S1
5. Medication: Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan
kesehatan dari Puskesmas.
- Genogram (Fungsi Genogram)
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit Faringitis akut
namun memungkinkan penyakit Faringitis akut yang diderita pasien juga
diderita anggota keluarganya.
- Bentuk keluarga
Bentuk keluarga ini adalahNuclear Familydimana An.SA tinggal bersama
kedua orang tuanya bapak Tn.MA dan ibu Ny.A serta 1 orang kakak
An.W.
- Tahapan siklus keluarga
Tn. MA dan Ny.A pasangan suami istri yang dikaruniai 2 orang anak,
An.W anak pertama perempuan dan An.SA anak kedua perempuan.
AN.W sudah dapat mengurus diri sendiri.
- Hubungan Anggota Keluarga
Tn.MA dan Ny.A merupakan pasangan suami istri. Sedangkan An.W dan
An.SA meupakan anak kandung dari keduanya. An. W anak pertama
perempuan dan An.SA anak kedua perempuan. Hubungan ayah, ibu, dan
anak ini sangat baik karena hampir setiap hari di rumah bersama-sama

55
untuk membersihkan rumah, menjaga toko kecil yang berada di rumah,
sering berkumpul dan berkomunikasi.

Tn. Ny.
MA S

An.W An.SA

Gambar 7. Family mapping

Keterangan:
: Ayah

: Ibu

: Anak

: Hubungan yang erat

- Genogram

Gambar 8. Genogram Penderita Faringitis

56
Keterangan :
: Keluarga An. MS
: Laki-laki normal
: Wanita normal
: Anak Faringitis

4.2 PEMBAHASAN
Diagnosis pada pasien ini adalah Faringitis Akut yang didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik,
aspek risiko internal, dan aspek risiko eksternal dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.

4.2.1 Analisis Kasus


Pendekatan kedokteran keluarga pada pasien Faringitis Akut
Tabel 9.Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian
Masalah dalam keluarga
No Masalah Skor Upaya Penyelesaian Resume Hasil Skor
Awal Akhir Akhir
1. Faktor Biologi 3 Edukasi kepada - Penyuluhan 5
Invasi kuman pasien untuk terselenggara
pathogen menghindari makan - Keluhan
(bakteri/virus) minuman di jajanan berkurang
sembarangan
2. Faktor Ekonomi Edukasi kepada - Penyuluhan 5
dan Pemenuhan pasien dan keluarga terselenggara
Kebutuhan pasien untuk - Kecemasan
 Ekonomi menghindari pasien dan
keluarga penyebab yang keluarga
masuk 3 memperburuk berkurang
dalam
kalangan
menengah
3. Faktor Perilaku 3 Edukasi kepada - Penyuluhan 5

57
kesehatan pasien untuk terselenggara
keluarga menghindari
minuman yang
dapat mengiritasi
tenggorokan seperti
minuman dingin,
makanan pedas dan
asam.
Total Skor 9 15
Rata-Rata Skor 3 5

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah:


Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan), penyelesaian masalah dilakukan
sepenuhnyaoleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan
sebagianbesar oleh provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
Dengan hasil yang didapatkan pada tabel di atas berarti bahwa pasien dan
keluarga pasien dapat menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri.

4.2.2 Diagnosa Holistik, Tanggal Intervensi, dan Penatalaksanaan


Selanjutnya
Pertemuan ke 1 : 12 Juni 2018
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1. Memperkenalkan diri dengan pasien.
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien

58
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-
ekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
5. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
6. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
7. Membuat diagnostik holistik pada pasien.
8. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis

4.2.2.1 Anamnesis Holistik


4.2.2.1.1 Aspek Personal
Seorang perempuan usia 8 tahun diantar oleh ibunya datang ke puskesmas
dengan keluhan nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai
demam, sakit kepala. Batuk(-), beringus (-), mual (-), muntah (-). BAK
lancar kuning, BAB biasa.
Kekhawatiran, takut penyakitnya memburuk. Harapan: dapat sembuh dan
anggota keluarga yang lain tidak menderita penyakit yang sama
dengaAnya.
4.2.2.1.2 Aspek Klinik
o Nyeri menelan
o Sakit kepala
o Demam
Pemeriksaan fisis:pharing hiperemis (+) , tonsil T1-T1
4.2.2.1.3 Aspek Faktor Risiko Internal
o Kurangnya pengetahuan tentang faringitis
o Kurangmya upaya menghindari penyebab faringitis
4.2.2.1.4 Aspek Faktor Risiko Eksternal
Anggota keluarga dan teman serumah kurang mengawasi pasien untuk
menghindari penyebab penyakit Faringitis
4.2.2.1.5 Aspek Psikososial Keluarga
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengawasan keluarga

59
terhadap pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor pencetus
penyebab faringitis pasien. Sedangkan faktor yang dapat mendukung
kesembuhan pasien yaitu adanya dukungan dan motivasi dari semua
anggota keluarga baik secara moral dan materi.
4.2.2.1.6 Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di
luar rumah.
4.2.2.1.7 Derajat Fungsional
An.SAmasih dapat beraktifitas dengan baik tanpa bantuan siapapun (derajat 1
minimal).
4.2.2.1.8 RencanaPenatalaksanaan (Plan Of Action)
1. Pertemuan ke-1: Puskesmas Layang 12 Juni 2018 pukul 10.00 WITA.
2. Pertemuan ke-2: Rumah pasien, tanggal 14 Juni 2018 Pukul 14..00
WITA.

Tabel 12. Rencana Pelaksanaan (plan Of Action)


Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Menginformas Pasien Saat Pasien dapat Tidak Tidak
personal ikan kepada pasien bersabar ada menolak
An.SA ke dengan
bersabar PKM penyakit dan
dengan dan saat memiliki
penyakit yang home semangat
diderita visit untuk
keruma berobat
h
pasien
Aspekkli Menganjurkan Pasien Saat Penyakit Tidak Tidak
nik pasien untuk pasien sembuh ada menolak
meminum ke
obat sesuai PKM
yang dan saat
ditentukan home

60
dokter visit ke
rumah
pasien
Aspekris Menganjurkan Pasien Saat Untuk Tidak Tidak
iko pasien untuk pasien menjaga agar ada menolak
internal menghindari ke penyakit
makanan dan PKM yang diderita
minuman yang dan saat pasien tidak
mengiritasi home kambuh lagi
tenggorokan visit ke
seperti air es, rumah
makanan pasien
pedas dan
asam, dan
terlalu
berbumbu.
Aspekris Memberitahu- Anggota saat Untuk Tidak Tidak
iko kan keluarga keluarga home menjaga agar ada menolak
external serumah serumah visit ke penyakit
pasien untuk rumah yang diderita
senantiasa pasien pasien tidak
mengingat- kambuh lagi
kan pasien
untuk
mengurangi
makanan dan
minuman yang
mengiritasi
tenggorokan
Aspekpsi Mengajarkan Seluruh Saat Mengurangi Tidak Tidak
ko- kepada Keluarga home faktorfaktoya ada menolak
sosialkel keluarga visit ke ng dapat
uarga pasien untuk rumah memperberat
selalu pasien keadaan

61
memberikan klinis pasien.
motivasi demi Menjaga
kesembuhan keluarga
pasien tetap sehat.
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Untuk Tidak
fungsion pasien untuk home menjaga agar ada
al menghindari visit ke penyakit Tidak
makanan dan rumah yang diderita menolak
minuman yang pasien pasien tidak
mengiritasi kambuh
tenggorokan
seperti
minuman
dingin,
makanan
pedas dan
asam serta
berbumbu
tajam

4.2.2.2 Pemeriksaan Fisik


Faring hiperemis
4.2.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
4.2.2.4 Diagnosis Holistik
- Diagnose Klinis : Faringitis Akut
- Diagnose Psikososial : Kurangnya pengawasan keluarga untuk
mencegah terjadinya faringitis akut dan kurasngnyapengetahuan
pasien untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

62
- Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapiuntuk pasien dan
keluarga pasien).
4.2.2.5 Pencegahan primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak terinfeksi penyakit
Faringitis antara lain :
 Menghindari faktor pencetus
 Menghindari makanan atau minuman yang dapat mengiritasi
teggorokan.
 Mengkomsumsi makanan yang bergizi
 Menjaga hyegenitas diri dan keluarga

4.2.2.6 Pencegahan sekunder


 Pengobatan farmakologi berupa:
- Paracetamol 500 mg 3 dd 1/2
- Cefadroksil500 mg 2 dd 1/2
- Methylprednisolon 4 mg 3 dd 1/2
 Pengobatan non farmakologis
- Mengidentifikasi dan mengeliminasi penyebab Faringitis
- Menjaga asupan makanan yang bergizi
- Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga
- Menghindari makanan atau minuman yang dapat mengiritasi
teggorokan.

4.2.2.7 Terapi untuk keluarga


Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana
anggota keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan
motivasi kepada pasien untuk berobat secara teratur dan membantu

63
memantau terapi pasien serta pentingnya menjaga hygiene baik dari keluarga
maupun pasien.

64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
- Diagnose Klinis : Faringitis Akut
- Diagnose Psikososial : Kurangnya pengawasan keluarga untuk
mencegah terjadinya faringitis akut dan kurasngnyapengetahuan
pasien untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada An. SA berupa penyakit
Faringitis akut, Gaya hidup yang kurang baik maka disarankan untuk :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan Faringitis .
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
Faringitis.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang perilaku hidup bersih dan
sehat. Hasil yang diharapkan keluarga dapat memahami sehingga dapat
mengupayakan pencegahan untuk penyakit tersebut.
- Memberi edukasi pada pasien tentang penatalaksanaan penyakit Faringitis
- Menganjurkan pasien meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
memperhatikan dan memperbaiki makanan.
- Menjelaskan kepada pasien agar selalu rajin kontrol kesehatan dan rutin
meminum obat.
- Menganjurkan kepada pasien untuk kontrol kembali ke puskesmas jika
keluhan belum berkurang/bertambah berat setelah intervensi pengobatan.

65
DOKUMENTASI

Gambar 10. Tampak Depan Rumah Pasien

Gambar 11. Ruang Tamu Pasien

66
Gambar 12. Ruang keluarga

Gambar 13. Kondisi Kamar Tidur

67
Gambar 14. Kondisi wc

Gambar 15. Kondisi Dapur dan Tempat Cuci piring

68
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Kartoesoediro S. Faringitis,Tonsilitis,dan Hipertrofi Adenoid
In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher
ed Keenam. FKUI Jakarta: 2007. p212-25.
2. Medical Disbility Advisor. Faringitis,Tonsillitis and Adenoiditis. [online].
2011 .[cited, 2012 Jan 18). Available from URL:
http://www.mdguidelines.com/tonsillitis-and-adenoiditis/
3. jill gore 2013
4. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6.
Jakarta: EGC. 1997.(Adam dan Boies, 1997)
5. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8.
McGraw-Hill. 2003.(Lee, 2003)
6. John PC, William CS. Tonsillitis and Adenoid Infection. [online].2011
.[cited, 2012 Jan 17). Available from: URL: http://www.medicinenet.com
7. .Ellen Kvestad, Kari JoruAn Kværner, Espen Røysamb, et all. Heritability
of Reccurent Tonsilofaringitis. [online].2005.[cited, 2012 Jan 21).
Available from: URL: http://www.Archotolaryngelheadnecksurg.com
8. Amalia, Nina. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis D RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2009. 2011.pdf
9. Alan L Bisno,MD . Acute Pharyngitis N Engl J Med 2001; 344: 205-211
Available from URL : http;/www.nejm.org
10. Adam, George L., 1997 penyakit-penyakit Nasopharing dan Orofaring
dalam Adam,G.L.,Boies,LR., Highler,PA.,editor , Boies Buku Ajar
Penaykit THT. Jakarta : EGC.halaman 337

69

Anda mungkin juga menyukai