Lapsus Faringitis Fix
Lapsus Faringitis Fix
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
- Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya faringitis akut pada
pasien?
- Bagaimanakah menegakkan diagnosa secara klinis dan diagnosa
psikososial?
- Bagaimanakah tingkat pengetahuan keluarga dalam menyikapi penyakit
faringitis akut?
- Bagaimanakah hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
faringitis akut?
- Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita
faringitis akut?
2
1.3.2 Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa
mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial
dan budaya sendiri dalam penangan penyakit faringitis akut, melakukan
rujukan bagi kasus faringitis akut, sesuai dengan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
1.3.3 Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu
melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu,
keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Faringitis akut.
1.3.4 Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik kedokteran.
1.3.5 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa
mampu menyelesaikan masalah pengendalian Faringitis akut secara holistik
dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu
melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Faringitis akut
dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri,
dan keselamatan orang lain.
1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa
mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun
masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif, dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
3
pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil
penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine).
4
1.4.3 Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi pendidikan.
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (Pasien).
Menambah wawasan akan Faringitis akut yang meliputi proses penyakit
dan penanganan menyeluruh Faringitis akut sehingga dapat memberikan
keyakinan untuk tetap berobat secara teratur.
3. Bagi tenaga kesehatan.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita Faringitis akut.
6. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based
medicine dan pendekatan diagnosis holistik Faringitis akut serta dalam hal
penulisan studi kasus.
5
BAB II
Infeksi
P
Invasi kuman
E patogen
Bakteri
N
Virus
Y F
Jamur Inflamasi
E A
B Non Infeksi
R
A I
Makanan/minuman
B N
Daya tahan tubuh
G
Lingkungan I
6
2.2 Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
Faktor Biologi
Lingkungan Fisik
7
2.2 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di
Layanan Primer
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai
mahluk biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk
biologis manusia adalah merupakan sistem organ yang terbentuk dari jaringan
serta sel-sel yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta
kegawatan yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat
penyakit pasien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian
risiko internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta
keluarganya. Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan
Nasional 2004, maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai
pelaku pelayanan pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnostik Holistik :
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam
kehidupaAnya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi social
7. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan
terapi, tujuaanya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan pathogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
8
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan,
pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial.
Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran
keluarga di layanan primer antara lain :
1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai
bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara
terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
9
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang
disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat
dari beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
10
III. Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. DerajatFungsi Sosial :
- Derajat 1 :Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
- Derajat 2 :Pasien mengalami sedikit kesulitan.
- Derajat3 :Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
- Derajat 4 :Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja,
tergantung pada keluarga.
- Derajat 5 : Tak dapat melakukan kegiatan
2.3 FARINGITIS
2.3.1 DEFINISI
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus
atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat
dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise
(Miriam T. Vincent, 2004). Faringitis akut dan tonsillitis akut sering
ditemukan bersama-sama dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini
ditular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections) 1
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-
lain.Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi
virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahuAnya.4,5
2.3.2 ETIOLOGI
Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak
mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-
60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering.1
11
Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang
menyebabkan faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus,
Coronavirus, Coxsackie viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan
Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency
virus (HIV) juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis.6
Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta
Hemolytic Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus,
Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium
haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic
Streptococcus (GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15%
dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun) 1
Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab faringitis bakterial gram
negative ditemukan pada pasien aktif secara seksual, terutama yang
melakukan kontak orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa
yang terinfeksi gonorea, faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria
homoseksual, 10% pada wanita dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar
50% individu yang terinfeksi adalah tanpa gejala, meskipun odinofagia,
demam ringan dan eritema dapat terjadi.4,5,6
Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
dan menyumbang terjadinya faringitis fungal. Faringitis gonorea hanya
terdapat pada pasien yang menlakukan kontak orogenital.1
Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turuAnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita
sakit tenggorokan atau demam .3
12
mengestimasi konstribusi efek faktor genetik dan lingkungan secara relatif
penelitiaAnya mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat bukti adanya
keterlibatan faktor genetik sebagai faktor predisposisi penyakit faringitis
akut. 7
Beberapa faktor resiko timbulnya Faringitis akut yaitu:4,5
1. Menurunnya daya tahan tubuh.
2. Konsumsi makanan yang dapat mengiritasi faring
3. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan, refluks asam
lambung, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring.
4. Paparan udara yang dingin.
2.3.4 EPIDEMIOLOGI
2.3.4.1 Epidemiologi Faringitis Berdasarkan Trias Epidemiologi
a. Agent
Kuman penyebab Faringitis umumnya menyebar melalui udara
maupun makanan atau minuman. Penyakit Faringitis dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan non infeksi seperti karena
menuruAnya daya tahan tubuh, makanan/minuman yang dapat
memgiritasi, dan lingkungan (paparan asap dari polusi udara atau asap
rokok ), . Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi
saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, dijumpa 200
kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat.
Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis akut
masuk dalam 10 penyakit terbesar kasus yang dirawat jalan dengan
presentasi jumlah 1,5 % atau sebanyak 214.781 orang.9
b. Host (pejamu)
Di Indonesia infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih
merupakan penyebab tersering morbiditas dan mortalitas pada anak.
Pada tahun 1996/1997 cakupan temuan penderita ISPA pada anak
berkisar antara 30% - 40%, sedangkan sasaran temuan pada penderita
13
ISPA pada tahun tersebut adalah 78% - 82% ; sebagai salah satu
penyebab adalah rendahnya pengetahuan masyarakat. Di Amerika
Serikat absensi sekolah sekitar 66% diduga disebabkan ISPA.8
Faringitis merupakan penyakit umum pada dewasa dan anak-anak.
National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital
Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara
6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan
departemen gawat darurat setiap tahun, dan lebih dari 5 juta
kunjungan orang dewasa per tahun Menurut National Ambulatory
Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk
faringitis akut, dijumpa 200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk
per tahun di Amerika Serikat9
Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis
akut masuk dalam 10 penyakit terbesar kasus yang dirawat jalan
dengan presentasi jumlah 1,5 % atau sebanyak 214.781 0rang
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-
anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah
dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk
adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus. Faringitis jarang
terjadi pada anak-anak kurang dari 3 tahun.6
c. Environtment
Penyakit Faringitis merupakan penyakit yang dapat terjadi akibat
infeksi dan non infeksi salah satu penyebab non infeksi adalah
lingkungan yang berpolusi ditambah lagi dengan perilaku manusia
yang kurang sehat yang mencemari udara dengan asap rokok.8
Selain itu, Hygienesanitasi buruk dapat berakibat masuknya
bakteri secara berlebihan ke dalam tubuh, sehingga dapat
mengalahkan pertahanan tubuh normal. Adanya keterbatasan dalam
sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap kepadatan lingkungan
tempat tinggal, penyediaan sumber air bersih, keadaan hygiene
14
sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan transmisi infeksi
enterik, khususnya di negara berkembang.8
15
atau faktor lingkungan, misalnya: (Penyakit sickle cell anemia,
Hemofilia dan Kelainan biokimia seperti glukosa 6 fosfatase).8
16
menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di
orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Pada adenovirus juga
menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epstein bar virus
menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang
banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV-1
menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyerimenelan, mual dan demam.
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati
akut di leher dan pasien tampak lemah.
b. Faringitis Bakterial
Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan
tanda biasanya penderita mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah,
kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai
batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaaAnya. Beberapa hari kemudian
timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher
anterior membesar, kenyal dan nyeri apabila ada penekanan. Faringitis
akibat infeksi bakteri Streptococcus ß hemolyticus group A dapat
diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu : Demam, Anterior
Cervical lymphadenopathy,Eksudat tonsil ,Tidak adanya batuk.
Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka
pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi Streptococcus ß hemolyticus
group A, bila skor 1−3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi
Streptococcus ß hemolyticus group A dan bila skor empat pasien memiliki
kemungkinan 50% terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group.
c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan
tanda biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada
17
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring laiAnya
hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar sabouroud dextrosa.
FARINGITIS SPESIFIK
a. Faringitis tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada infeksi kuman
tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer. Cara infeksi
eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi
kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran melalui darah
pada tuberkulosis miliaris. Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil
dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior
faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan
palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak, saat ini penyebaraan
secara limfogen. Gejala dan tanda biasanya pasien dalam keadaan umum yang
buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang hebat di
18
tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa
servikal.
b. Faringitis luetika
Treponema pallidum (Syphilis) dapat menimbulkan infeksi di daerah
faring, seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung
stadium penyakitnya. Kelainan stadium primer terdapat pada lidah, palatum
mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Apabila
infeksi terus berlangsung akan timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus
pada genitalia yaitu tidak nyeri dan didapatkan pula pembesaran kelenjar
mandibula yang tidak nyeri tekan. Kelainan stadium sekunder jarang
ditemukan, namun dapat terjadi eritema pada dinding faring yang menjalar ke
arah laring. Kelainan stadium tersier terdapat pada tonsil dan palatum, jarang
ditemukan pada dinding posterior faring. Pada stadium tersier biasanya
terdapat guma, guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra
servikal dan apabila pecah akan menyebabkan kematian. Guma yang terdapat
di palatum mole, apabila sembuh akan membentuk jaringan parut yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen. Diagnosis dilakukan
dengan pemeriksaan serologik, terapi penisilin dengan dosis tinggi merupakan
pilihan utama untuk menyembuhkan nya
2.3.6 PATOGENESIS
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon inflamasi
lokal. Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan mengikis epitel
sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan akan terjadi pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat
hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Pada awalnya
eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan keadaan hiperemis,
pembuluh darah dinding faring akan melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna
kuning, putih atau abu-abu akan didapatkan di dalam folikel atau jaringan
19
limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior atau yang terletak lebih ke lateral akan menjadi meradang dan
membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus danCoronavirus dapat
menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.10
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracelullar toxins dan protease yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Streptococcus ß
hemolyticus group A memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada
miokard dan dihubungkan dengan demam reumatik dan kerusakan katub
jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan glomerulonefritis akut karena
fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.10
20
6. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon
dengan pengobatan bakterial non spesifik.
7. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan
riwayat hubungan seksual, terutama seks oral.
21
Pada dinding faring terdapat eritema yang menjalar ke arah laring. (c)
Stadium tersier :Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap.
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram.
3. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH.
4. Kultur apusan tenggorok
22
c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
d. Faringitis Gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital
2. Faringitis Kronik
a. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring.
b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada
rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapaAnya
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.
b. Faringitis Luetika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring, seperti
juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium
penyakitnya
2.3.10 PENATALAKSANAAN
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur
antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal diberikan
Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis kronik hiperplastik
terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia
larutan Nitras Argentin 25%.
4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus Isoprinosine dengan dosis
60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan pada anak
<5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari.
23
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
Streptococcus group A, diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis
dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari
atau Eritromisin 4x500 mg/hari.
6. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan Sefalosporin generasi ke- 3, seperti
Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.
7. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus paranasal
harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan pada
rhinitis atrofi. Sedangkan, pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan
kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari.
8. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
9. Analgetik-antipiretik
10. Selain antibiotik, Kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi
inflamasi sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang diberikan
dapat berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan
pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan
olahraga teratur.
2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
3. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
4. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
24
2.3.12 DIAGNOSIS BANDING
1. Tonsillitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.Tidak semua
orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung
pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc drah
dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Tonsillitis difteri sering
ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi
pada usia -5 tahun. Gejala klinik terbagi dalam 3 golongan yaitu: umum,
local, dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala
infeksi laiAnya yaitu kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri
kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan. Gejala local yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi
bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
membentuk membrane semu (pseudomembran) yang melekat erat pada
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Jika infeksinya
berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian
besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck). Gejala akibat
eksotoksin akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada
jantung dapat terjadi miokarditis sampai decompensatio cordis, pada saraf
kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot
pernapasan dan pada ginjal menimbulkan albuminuria.1
25
2. Angina Plaut Vincent (stomatitis ulseromembranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema.
Gejala pada penyakit ini berupa demam sampai 30ºC, nyeri kepala, badan
lemah, rasa nyeri dimulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah.
Pada pemeriksaan tampak mukosa dan faring hiperemis, membran putih
keabuan diatas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris,
mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar submandibular membesar.1
2.3.13 PROGNOSIS
Prognosis untuk faringitis akut sangat baik pada sebagian besar
kasus. Biasanya faringitis akut sembuh dalam waktu 10 hari, namun harus
berhati-hati dengan komplikasi yang berpotensi terjadi.6
26
BAB III
3.1 Metodologi
Studi kasus ini menggunakan desain studi Cross Sectional untuk
mempelajari hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah
kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko.
Kemudian melihat berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang
mengalami efek penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan
pelayanan dokter layanan primer secara paripurna dan holistik.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi dengan pasien dan keluarganya dengan cara melakukan
home visit untuk mengaetahui secara holistik keadaan penderita.
27
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Wajo
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tana
4211
955
2118
Layang
4 Bontoala 0,21 40 2 11 4,908 6,04 4,907
2011
2213
2342
Tua
6 Gaddong 0,18 55 5 17 7,564 5,34 7,053
2467
2617
28
7 Bontoala 0,12 54 4 18 8,765 5,61 2,906
2161
2247
Parang
JUMLAH 1,29 440 30 109 31,928 8,765 3,603 71,985
b. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak
serta masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena faktor gizi yang
berhubungan dengan lingkunagan, perumahan dan sanitasi yang kotor
menyebabkan berbagai macam penyakit yang muncul. Di samping itu
kepadatan penduduk sebagai lambang perkembangan suatu daerah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Layang, kepadatan penduduk
adalah jiwa per kilometer persegi, jumlah kepala keluarga (KK) tahun 2016 di
wilayah kerja Puskesmas Layang adalah 6.556 KK melebihi jumlah rumah
yang ada 4.998 rumah.
29
3) Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur
tertentu.
30
c. Perkawinan dan Fertilitas
Rata-rata kawin pertama dari tahun ketahun datanya belum ditemukan
pada wilayah kerja puskesmas, namun berdasarkan profil kesehatan tahun
1997 propinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dari
umur 19,4 Tahun.
3.2.3.3Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Maccini sawah tahun
2016 sebanyak 30 orang dengan berbagai spesifikasi, yang terdiri dari:
31
No Fasilitas kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 2
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 9
4 Sarjana Keperawatan 2
5 Bidan 6
6 Perawat Kesehatan (SPK) 1
7 Perawat Gigi 1
8 Tenaga Laboratorium (SMAK) 1
9 Tenaga Farmasi 1
10 Apoteker 1
a. Kepala Puskesmas
32
Gambar 5. Stuktur Organisasi Puskesmas Layang
Jenis sarana kesehatan yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Layang tahun
2015 terdiri dari :
33
9 Posbindu : 2 buah
34
Upaya kesehatan di Puskesmas Layang terbagi atas 2 (dua) upaya
Kesehatan Yaitu :
1. ISPA : 91 Kasus
2. Trauma : 143 Kasus
3. Hipertensi : 192 Kasus
4. Penyakit Infeksi Lain : 175 Kasus
5. Dispepsia : 91 Kasus
6. Common Cold : 89 Kasus
7. Demam : 79 Kasus
8. Cephalgia : 66 Kasus
9. Diare : 108 Kasus
10. Batuk : 99 Kasus
35
Puskesmas Layang memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari :
1. Ruangan pengambilan kartu/loket
2. Ruang pemeriksaan dokter/kamar periksa
3. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
4. Ruang KIA dan KB
5. Ruangan Tindakan/UGD
6. Ruang P2M dan laboratorium
7. Ruang imunisasi dan PKL
8. Ruang pengambilan obat/apotek
9. Ruang tata usaha
10. Ruang administrasi/ruang rapat
11. Ruang kepala puskesmas
36
6. Koordinasi SKPG secara lintas sector
7. Peningkatan cakupan posyandu
8. Analisa data PWS
D. Kesehatan Lingkungan
Penyuluhan kesehatan lingkungan
Pendataan jumlah TTU, TPM baru
Inspeksi sarana air bersih
Kaporisasi
Pemicuan stop BABS
Sosialisasi program STBM di lorong
Pengawasan sarana kesehatan ( Klinik, Apotrik, dokter praktek )
Sosialisasi masalah DBD pemantauan jentik
Pembinaan kelurahan siaga (lorong siaga)
Pengawasan sanitasi kantin sekolah
Pembinaan program kelurahan sehat
Pengambilan sampel damiu
Pencatatan / pelaporan
37
Kunjungan penderita TB-MDR yang mangkir
Pemeriksaan kontak serumah penderita TB-MDR
Penyuluhan penyakit TB-MDR
Pemeriksaan pasien suspek TB-MDR
Pelayanan dan pengobatan TB-MDR
P2 Kusta
Kunjungan penderita kusta yang mangkir
Kunjungan pemeriksaan kontak serumah penderita kusta
Screening anak sekolah SD
Penyuluhan penyakit kusta
Pemeriksaan dan pengobatan pada penderita kusta
P2 Thypoid
Penemuan suspek thypoid
Pemeriksaan dan pengobatan
Penyuluhan penyakit thypoid
Sosialisasi penyakit thypoid
P2 Diare
Penyuluhan penyakit Diare
P2 Cacingan
Pemberian obat cacing untuk anak sekolah dan balita
P2 Kematian
Pengumpulan data laporan kematian di tiap kelurahan
Pemberatasan penyakit malaria
Pemberantasan penyakit campak
Pemberantasan penyakit AFP
Pemberantasan penyakit rabies
Pemberantasan penyakit DBD
P2 flu burung (H5N1)
38
F. Imunisasi
Kegiatan imunisasi di posyandu
Penyuluhan PD3I (penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi)
Penyuluhan imunisasi
Pemantauan status imunisasi (sweeping)
Pelaksanaan BIAS TT & DT
Pelaksanaan BIAS campak
Pengambilan vaksin dan logistic laiAnya
G. Program KIA dan KB
Pelayanan antenatal
Penjaringan / deteksi dini bumil resti
Kunjungan rumah ibu hamil ( ibu hamil DO dan K1)
Kunjungan rumah p4K dan pemasangan stiker
Pelayanan ibu nifas (KF) dan neonates
Pelayanan imunisasi
Pelayanan kesehatan dan pemantaun tumbuh kembang bayi dan balita
SDIDTK
Kelas ibu hamil
Pelayanan KB
Penyuluhan kesehatan reproduksi
Pembinaan keluarga siaga
H. Promosi Kesehatan
1. Kegiatan di kelurahan siaga
Pembinaan desa siaga
Pembinaan PHBS di TTU
Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu nifas
Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat di rumah
tangga
39
Penyuluhan tentang pentingnya berolah raga bagi usia lanjut
Penyuluhan tentang manfaat makanan bergizi
2. Kegiatan posyandu
Pembinaan posyandu
Revitalisasi posyandu
3. pembinaan toga
4. pembinaan UKBM
5. pengadaan
I. Farmasi
pengambilan atau konsultasi obat di gudang farmasi
J. Kesehatan Kerja
pembinaan POS UKK dan informal
pelacakan tempat kerja / industry
K. Kesehatan Olahraga
pelacakan tempat-tempat olahraga
pemeriksaan kesehatan dan kebugaran
cetak kartu menuju bugar
senam prolanis
40
M. UKS
sosialisasi UKS dan penyuluhan di sekolah
pembinaan / pengawasan warung sekolah
pengawasan sanitasi sekolah
penjaringan anak sekolah
penyegaran dokter kecil / kader kesehatan remaja
N. UKGMD
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di posyandu
puskel gigi
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada kelompok lansia
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok kesehatan kerja
sosialisasi kader tentang kesehatan gigi dan mulut
O. UKGS
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah
pembinaan / penyegaran dokter kecil
melakukan sikat gigi missal di sekolah / APRAS
melakukan penyuluhan pada APRAS / sekolah
41
3.2.3.7 Alur Pelayanan
Pasien
Loket
Kamar Periksa
Rujuk Pasien
- Poli Umum
- Poli Gigi
- Poli KIA/KB Laboratorium
Ruang
Tindakan
Apotik
42
Tabel 7. Jumlah Penderita Faringitis di Puskesmas Layang
No. Bulan Jumlah Penderita
1. Januari (2017) 43
2. Februari (2017) 37
3. Maret (2017) 31
4. April (2017) 20
5. Mei (2017) 22
6. Juni (2017) 28
7. Juli (2017) 14
8. Agustus (2017) 16
9. September (2017) 18
Jumlah 344
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Riwayat Penyakit
- Keluhan Utama
Nyeri menelan
- Anamnesis Terpimpin
Seorang perempuan usia 8 tahun datang ke puskesmas diantar oleh
ibunya dengan keluhan nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai dengandemam, sakit kepala. Batuk (-), beringus (-), mual (-),
muntah (-). BAK kuning lancar, BAB biasa.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang
sama.
44
- Riwayat Atopi
Pasien tidak mempunyai riwayat asma pada dirinya maupun
keluarganya.
- Riwayat Alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap substansi atau obat-obatan
tertentu pada pasien.
- Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang anak kedua dari 2 bersaudara, keluarganya
tinggal di Tinumbu Lorong 144. Ayahnya seorang Pegawai Negeri Sipil di
Makassar dan ibunya Ibu Rumah Tangga. Pasien tinggal dirumah bersama
kedua orang tuanya serta kedua saudaranya, pasien sehari-hari bersekolah
di salah satu Sekolah Dasar di Layang Makassar. Rata-rata pendapatan
kedua orangtuanya Rp. 3.500.000.-/bulan. Pasien termasuk keluarga sosial
ekonomi menengah.
- Riwayat Kabiasaan
Diakui oleh pasien An.SA bahwa ia memiliki pola makan yang
teratur 3 kali sehari, sering makan di warung pinggir jalan juga kantin
sekolah yang tidak terjamin kebersihannya. Selain itu ia juga suka
mengkomsumsi minuman dingin, goreng-gorengan, dan makanan asam,
pedas, dan mie instan mentah.Pasien juga mengaku bahwa ia jarang
mengkonsumsi air putih.
- Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat dengan keluhan yang sama di
Puskesmas Layang.
C. Pemeriksaan Fisis
- KeadaanUmum
Pasien tampak sakit ringan, gizi baik, kesadaran compos mentis
- Vital Sign
1. Tekanan Darah :-
2. Nadi : 72 x/menit
45
3. Pernapasan : 20 x/menit
4. Suhu : 38,2oC
- Status Generalis
1. Kepala : Biasa
Ekspresi : Simetris muka : Simetris ki=ka
Rambut : Hitam, sulit dicabut
Mata : Eksoptalmus atau enoptalmus: (-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak mata : Dalam batas normal
Konjungtiva : Anemis (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
2. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
3. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
4. Mulut
Bibir : Kering (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Faring : hiperemis (+)
Tonsil : T1-T1
46
Gambar 7. Pemeriksaan awal Pasien
5. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
DVS : R-2 cmH2O
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
6. Dada
Inspeksi : Simetris ki=ka
Bentuk : Normochest
Pembuluh darah : Bruit (-)
Buah dada : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak ada pelebaran
7. Thorax
Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
Batas paru belakang kanan : V Th IX Dextra Posterior
Batas paru belakang kiri : V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler
47
Bunyi tambahan : Rh -/-Wh-/-
8. Punggung
Inpeksi : skoliosis (-), kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
9. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak,batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)daerah epigastrium
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Follow Up pasien setelah lima hari pemgobatan :
48
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
E. Diagnosis
Faringitis akut
F. Penatalaksanaan dan Edukasi
- Penatalaksanaan
o Paracetamol 500 mg 3 dd 1/2
o Cefadroksil 500 mg2 dd 1/2
o Methylprednisolon 4 mg 3 dd 1/2
- Edukasi
o Menghindari faktor pencetus terjadinya Faringitis
o Mengkomsumsi makanan yang bergizi
o Hindari makanan dan minum minuman yang mengiritasi
tenggorokan (panas, berminyak, dingin)
o Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga
49
Tabel 8. Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Kedudukan
keluarga
50
Tabel 9. Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : Pribadi
Daerah perumahan : padat
Tempat bermain : -
51
- Sarana Pelayanan Kesehatan
o Puskesmas
52
Selain adanya hubungan yang harmonis. Keluarga juga sangat terbuka
untuk setiap masalah kesehatan yang dihadapi.
Faktor penghambat terselesaikaanya masalah dalam keluarga
Tidak ada.
- Analisa Kedokteran Keluarga (Family Assesment Tools)
Fungsi Fisiologis (APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu
keluarga yang dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton,
dengan menilai 5 Fungsi pokok keluarga, antara lain:
1. Adaptasi: Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima
bantuan yang dibutuhkan
2. Partnership: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
komunikasi dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan
masalah
3. Growth: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan
karena dukungan dan dorongan yang diberikan keluarga dalam
mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga
4. Affection: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih
sayang serta interaksi emosional yang berlangsung
5. Resolve: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan
dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
- Penilaian
o Hampir Selalu = skor 2
o Kadang-kadang = skor 1
o Hampir tidak pernah = 0
- Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
53
Tabel 11. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
Faringitis akut
Penilaian
Kadan Hampir
Hampi
No Pertanyaan gKada Tidak
r selalu
ng Pernah
(2)
(1) (0)
1. Adaptasi
2. Partnership (Kemitraan)
3. Growth (Pertumbuhan)
5. Resolve (Kebersamaan)
Total Skor 10
54
Fungsi Keluarga Sehat.
- Fungsi Patologis (SCREEM)
Aspek sumber daya patologi
1. Sosial: Pasien dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
2. Cultural: Pasien dan keluarganya mengadakan acara pernikahan,
aqiqah, dan khitanan sesuai adat istiadat daerah setempat.
3. Religious: Keluarga pasien rajin melakukan ibadah sebagai umat Islam,
seperti: sholat lima waktu, tadarrus, puasa pada bulan Ramadhan
Ekonomi: Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi tercukupi.
4. Education: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu S1
5. Medication: Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan
kesehatan dari Puskesmas.
- Genogram (Fungsi Genogram)
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit Faringitis akut
namun memungkinkan penyakit Faringitis akut yang diderita pasien juga
diderita anggota keluarganya.
- Bentuk keluarga
Bentuk keluarga ini adalahNuclear Familydimana An.SA tinggal bersama
kedua orang tuanya bapak Tn.MA dan ibu Ny.A serta 1 orang kakak
An.W.
- Tahapan siklus keluarga
Tn. MA dan Ny.A pasangan suami istri yang dikaruniai 2 orang anak,
An.W anak pertama perempuan dan An.SA anak kedua perempuan.
AN.W sudah dapat mengurus diri sendiri.
- Hubungan Anggota Keluarga
Tn.MA dan Ny.A merupakan pasangan suami istri. Sedangkan An.W dan
An.SA meupakan anak kandung dari keduanya. An. W anak pertama
perempuan dan An.SA anak kedua perempuan. Hubungan ayah, ibu, dan
anak ini sangat baik karena hampir setiap hari di rumah bersama-sama
55
untuk membersihkan rumah, menjaga toko kecil yang berada di rumah,
sering berkumpul dan berkomunikasi.
Tn. Ny.
MA S
An.W An.SA
Keterangan:
: Ayah
: Ibu
: Anak
- Genogram
56
Keterangan :
: Keluarga An. MS
: Laki-laki normal
: Wanita normal
: Anak Faringitis
4.2 PEMBAHASAN
Diagnosis pada pasien ini adalah Faringitis Akut yang didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik,
aspek risiko internal, dan aspek risiko eksternal dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
57
kesehatan pasien untuk terselenggara
keluarga menghindari
minuman yang
dapat mengiritasi
tenggorokan seperti
minuman dingin,
makanan pedas dan
asam.
Total Skor 9 15
Rata-Rata Skor 3 5
58
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-
ekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
5. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
6. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
7. Membuat diagnostik holistik pada pasien.
8. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis
59
terhadap pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor pencetus
penyebab faringitis pasien. Sedangkan faktor yang dapat mendukung
kesembuhan pasien yaitu adanya dukungan dan motivasi dari semua
anggota keluarga baik secara moral dan materi.
4.2.2.1.6 Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di
luar rumah.
4.2.2.1.7 Derajat Fungsional
An.SAmasih dapat beraktifitas dengan baik tanpa bantuan siapapun (derajat 1
minimal).
4.2.2.1.8 RencanaPenatalaksanaan (Plan Of Action)
1. Pertemuan ke-1: Puskesmas Layang 12 Juni 2018 pukul 10.00 WITA.
2. Pertemuan ke-2: Rumah pasien, tanggal 14 Juni 2018 Pukul 14..00
WITA.
60
dokter visit ke
rumah
pasien
Aspekris Menganjurkan Pasien Saat Untuk Tidak Tidak
iko pasien untuk pasien menjaga agar ada menolak
internal menghindari ke penyakit
makanan dan PKM yang diderita
minuman yang dan saat pasien tidak
mengiritasi home kambuh lagi
tenggorokan visit ke
seperti air es, rumah
makanan pasien
pedas dan
asam, dan
terlalu
berbumbu.
Aspekris Memberitahu- Anggota saat Untuk Tidak Tidak
iko kan keluarga keluarga home menjaga agar ada menolak
external serumah serumah visit ke penyakit
pasien untuk rumah yang diderita
senantiasa pasien pasien tidak
mengingat- kambuh lagi
kan pasien
untuk
mengurangi
makanan dan
minuman yang
mengiritasi
tenggorokan
Aspekpsi Mengajarkan Seluruh Saat Mengurangi Tidak Tidak
ko- kepada Keluarga home faktorfaktoya ada menolak
sosialkel keluarga visit ke ng dapat
uarga pasien untuk rumah memperberat
selalu pasien keadaan
61
memberikan klinis pasien.
motivasi demi Menjaga
kesembuhan keluarga
pasien tetap sehat.
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Untuk Tidak
fungsion pasien untuk home menjaga agar ada
al menghindari visit ke penyakit Tidak
makanan dan rumah yang diderita menolak
minuman yang pasien pasien tidak
mengiritasi kambuh
tenggorokan
seperti
minuman
dingin,
makanan
pedas dan
asam serta
berbumbu
tajam
62
- Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapiuntuk pasien dan
keluarga pasien).
4.2.2.5 Pencegahan primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak terinfeksi penyakit
Faringitis antara lain :
Menghindari faktor pencetus
Menghindari makanan atau minuman yang dapat mengiritasi
teggorokan.
Mengkomsumsi makanan yang bergizi
Menjaga hyegenitas diri dan keluarga
63
memantau terapi pasien serta pentingnya menjaga hygiene baik dari keluarga
maupun pasien.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
- Diagnose Klinis : Faringitis Akut
- Diagnose Psikososial : Kurangnya pengawasan keluarga untuk
mencegah terjadinya faringitis akut dan kurasngnyapengetahuan
pasien untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada An. SA berupa penyakit
Faringitis akut, Gaya hidup yang kurang baik maka disarankan untuk :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan Faringitis .
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
Faringitis.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang perilaku hidup bersih dan
sehat. Hasil yang diharapkan keluarga dapat memahami sehingga dapat
mengupayakan pencegahan untuk penyakit tersebut.
- Memberi edukasi pada pasien tentang penatalaksanaan penyakit Faringitis
- Menganjurkan pasien meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
memperhatikan dan memperbaiki makanan.
- Menjelaskan kepada pasien agar selalu rajin kontrol kesehatan dan rutin
meminum obat.
- Menganjurkan kepada pasien untuk kontrol kembali ke puskesmas jika
keluhan belum berkurang/bertambah berat setelah intervensi pengobatan.
65
DOKUMENTASI
66
Gambar 12. Ruang keluarga
67
Gambar 14. Kondisi wc
68
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Kartoesoediro S. Faringitis,Tonsilitis,dan Hipertrofi Adenoid
In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher
ed Keenam. FKUI Jakarta: 2007. p212-25.
2. Medical Disbility Advisor. Faringitis,Tonsillitis and Adenoiditis. [online].
2011 .[cited, 2012 Jan 18). Available from URL:
http://www.mdguidelines.com/tonsillitis-and-adenoiditis/
3. jill gore 2013
4. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6.
Jakarta: EGC. 1997.(Adam dan Boies, 1997)
5. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8.
McGraw-Hill. 2003.(Lee, 2003)
6. John PC, William CS. Tonsillitis and Adenoid Infection. [online].2011
.[cited, 2012 Jan 17). Available from: URL: http://www.medicinenet.com
7. .Ellen Kvestad, Kari JoruAn Kværner, Espen Røysamb, et all. Heritability
of Reccurent Tonsilofaringitis. [online].2005.[cited, 2012 Jan 21).
Available from: URL: http://www.Archotolaryngelheadnecksurg.com
8. Amalia, Nina. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis D RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2009. 2011.pdf
9. Alan L Bisno,MD . Acute Pharyngitis N Engl J Med 2001; 344: 205-211
Available from URL : http;/www.nejm.org
10. Adam, George L., 1997 penyakit-penyakit Nasopharing dan Orofaring
dalam Adam,G.L.,Boies,LR., Highler,PA.,editor , Boies Buku Ajar
Penaykit THT. Jakarta : EGC.halaman 337
69