a. Well Logging
Dalam sesi pertama ini, kami diperkenalkn kembali apa itu well logging secara
lebih rinci dibandingkan dengan praktikum sebelumnya tentang metode-metode
geofisika untuk eksplorasi bahan tambang. Well logging secara simpel diartikan
sebagai pencatatan sumur , atau proses pencaatatan data-data lapisan tanah dalam
suatu sumur yang dilakukan dengan sebuah alat perekam. Alat tersebut memiliki
beberapa sensor-sensor petrofisis yang kemudian dimasukkan ke dalam sumur, dan
ditarik kembali, sehingga menghasilkan catatan data petrofisis tiap lapisan batuan.
Sensor yang ada seperti Log Natural Gamma Ray, Log Self Potential, Log Density,
Log Neutron, Log Resistivity, dll. Namun karena keterbatasan waktu yang dibahas
hanya Log Gamma Ray.
Log Natural Gamma Ray merespon radiasi sinar gamma alami yang dihasilkan
batuan. Secara singkat Log Natural Gamma Ray merupakan sensor radiakivitas pada
batuan. Menurut hasil diskusi , nilai resistivitas tinggi terdapat pada batuan sedimen,
karena elemen radioaktif cenderung untuk terkonsentrasi/terkumpul di mineral
lempung dan serpih. Radioaktivitas di sini dapat diartikan sebagai pancaran
gelombang elektromagnetik. Log Gamma Ray sendiri dibagi menjadi 2 ;
Pada analisa paper ini dibahas tentang eksplorasi mineral Mangan dengan
menggunakan Induced Polarization. Menurut paper ini , Metode Induced Polarization
merupakan metode yang mengukur adanya polarisasi di dalam medium karena
pengaruh arus listrik yang melewatinya dan polarisasi banyak terjadi pada medium
yang mengandung mineral logam. Menurut penjelasan , metode ini menggunakan
porous pot. Yang terdiri dari cairan CuSO4 dan tembaga yang dililit.
Gambar 2.a. Porous pot Gambar 2.b. Porous pot Gambar 1.c. Ilustrasi
ditanan
Porous pot disini berfungsi sebagai penetralisisr polarisasi alami yang ada.
Sehingga polaritas yang tertangkap hanyalah yang berasal dari respon batuan.
Sedangkan konfigurasi yang digunakan adalah konfigurasi dipol-dipol.
.
Gambar 2.d Konfigurasi dipol-dipol.
Elektroda-elektroda yang diapakai ada 2, yaitu elektroda potensial dan
elektroda arus. Arus listrik diinjeksikan, dan secara alami tidak akan langsung
mengalir ke dalam tanah , tapi memerlukan waktu beberapa saat untuk mengalir. Ini
merupakan akibat dari resistivitas pada batuan. Ketika arus listrik diputus, maka
masih terdapat gejala naik turunnya tegangan listrik, menandakan masih adanya
tegangan listrik yang tersimpan, sehingga masih adanya arus listrik yang tersipan pada
batuan. Ini akibat sifat chargeabilitas pada batuan. Inilah yang diamati dan dicatat.
Hasil yang dibahas saat praktikum adalah Perbandingan Peta Resistivitas dan
Chargeabilitas di jalur 3.
Gambar 3.a dan b. Respon magnetik pada sesar dan intrusi magma
Ketika berada di atas zona sesar maka akan terjadi perubahan respon magnetik
yang signifikan. Dengan prinsip super position. Sehingga massa batuan pada hanging
wall lebih tersingkap. Maka respon graviti akan langsung naik pada zona hanging
wall. Sedangkan pada zona intrusi , massa intrusi akan lebih besar dan respon
magnetik akan mengalami kenaikan pada zona intrusi. Sedangkan metode GPS
digunakan untuk memplot lokasi penelitian dan regional. Lalu data yang didapatkan
diolah dan diplot dalam software Surfer.
Hasilnya ;
Hasil ini menunjukkan bahwa
perbedaan medan gravitasi yang paling
mencolok adalah pada pertemuan zona
merah dan biru (garis biru), sesuai
dengan asumsi/ konsep sebelumnya.
Namun ternyata menurut data-data dari
sumber yang ada , zona sesar bukan
terletak di situ, melainkan di garis
merah. Hal ini menunjukkan
interpretasi yang dilakukan masih
terdapat kesalahan . Namun menurut
asisten, setelah dilakukan interpretasi
dengan metode lain, data yang ada
dapat menunjukkan dimana letak zona
sesar secara benar.