Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

BERBASIS PROBLEM-BASED LEARNING DI SMP

Rina Rahayu1 dan Endang W. Laksono FX2


1
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
email: rina_rahayu40@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan perangkat pembelajaran IPA
berbasis Problem-based Learning dalam pembelajaran IPA di SMP dan (2) perbedaan keterampilan
memecahkan masalah dan scientific attitude antara pembelajaran yang menggunakan perangkat
berbasis Problem-based Learning dengan pembelajaran menggunakan perangkat konvensional.
Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) yang dikembangkan oleh Borg
& Gall. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan
sudah layak digunakan berdasarkan pada hasil validasi ahli, uji coba terbatas, uji coba lapangan
yang sesuai dengan Problem-based Learning, sehingga telah teruji secara teoritis dan empiris
dan (2) terdapat perbedaan nilai keterampilan memecahkan masalah dan scientific attitude antara
pembelajaran yang menggunakan perangkat berbasis Problem-based Learning dengan pembelajaran
menggunakan perangkat konvensional.

Kata kunci: keterampilan pemecahan masalah, perangkat pembelajaran, Problem-based


Learning, sikap ilmiah

THE DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING BASED ON PBL KIT


TO IMPROVE SKILL OF PROBLEM SOLVING AND SCIENTIFIC ATTITUDE

Abstract
The study aims to investigate: (1) The feasibility of learning kit based on Problem-based Learning
in junior high school and (2) the difference of problem solving skill and scientific attitude taught
using learning kit based PBL from using conventional learning kit. The study used research and
development (R&D) of Borg and Gall model. The result of the research showed that: (1) according
to experts judment, preliminary field test, main field test that appropriate to PBL, learning kit can
be applied on learning and (2) there were difference of problem solvingskill and scientific attitude
taught using learning kit based PBL from using conventional learning kit.

Keywords: learning kit, Problem-based Learning, scientific attitude, skill of problem solving

PENDAHULUAN pemecahan masalah akan membentuk


Pendidikan merupakan bagian yang watak, salah satunya yaitu scientific attitude.
sangat penting untuk mengembangkan Agung (2012: 42) menyatakan bahwa
kemampuan dan watak suatu bangsa pendidikan merupakan usaha terencana
berdasarkan tujuan dan cita-cita bangsa. dan disengaja untuk mengembangkan
Salah satu kemampuan yang perlu kecerdasan peserta didik yaitu kecerdasan
dikembangkan saat ini yaitu keterampilan intelektual, spiritual, emosional, sosial, dan
pemecahan masalah. Keterampilan kinestis.

29
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Pendidikan IPA pada hakikatnya adalah sia. Kurikulum 2013 yang dikembangkan
membangun manusia, yaitu memanusiakan dengan berbasis kompetensi sangat
manusia. Oleh karena itu, untuk menjawab diperlukan sebagai instrumen untuk menga-
tantangan global manusia Indonesia perlu rahkan peserta didik menjadi: (1) manusia
memiliki kemampuan berfikir tingkat berkualitas yang mampu dan proaktif
tinggi. Pendidikan IPA dapat direalisasikan menjawab tantangan zaman yang selalu
melalui berbagai upaya, salah satunya yaitu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman
melalui pembelajaran IPA. Pembelajaran dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
IPA memiliki potensi yang sangat besar Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
dalam upaya membangun bangsa, namun cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga
ternyata selama ini hanya dianggap beban negara yang demokrasi, bertanggung jawab
berat yang kurang disenangi oleh peserta (Kemendikbud, 2014: 2)
didik. Hanya sedikit peserta didik yang Kurikulum 2013 dirancang agar
berminat untuk belajar IPA, sehingga hal peserta didik aktif mengkonstruksi
ini mengakibatkan kualitas pendidikan IPA konsep, hukum, atau prinsip melalui
menjadi rendah. tahapan-tahapan mengamati, merumuskan
Hasil studi lembaga internasional masalah, mengajukan atau merumuskan
Programme for International Student hipotesis, mengumpulkan data dengan
Assessment (PISA) tahun 2009 menunjukkan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
bahwa dimensi scientific processes or kesimpulan, dan mengkomunikasikan
skills, concepts and content, context or konsep, hukum atau prinsip yang ditemu-
application peserta didik SMP (OECD/ kan melalui pendekatan saintifik (Hosnan,
PISA, 2000: 76) berada pada urutan 2014: 34). Pembelajaran IPA berdasarkan
50 dari 65 negara (Tim PISA, 2011). kurikulum 2013 menuntut adanya suatu
Hasil penelitian Trends in Mathematics perubahan yang mendasar dalam proses
andScience Study (TIMSS) tahun 2011 penyampaian dimana dapat memberikan
menunjukkan bahwa dimensi knowing, pengalaman langsung bagi peserta didik
applying, dan reasoning (Martin, et al.., melalui observasi objek dan penilaiannya.
2012: 119) peserta didik SMP menempati Keterlaksanaan kurikulum 2013
urutan ke-40 dari 42 negara (Tim TIMSS, berjalan dengan baik apabila proses
2011), ini menunjukkan pembelajaran pembelajarannya selalu mengintegrasikan
IPA masih dalam level rendah (low level) domain sikap atau afektif, kognitif dan
dengan penekanan pembelajaran pada psikomotor. IPA memiliki dimensi sikap
konsep (basic learning). Dettmer (2006: ilmiah (scientific attitude), proses ilmiah
73) menjelaskan bahwa basic learning (scientific process), dan produk ilmiah
lebih mementingkan penguasaan konsep (scientific product), berupa pengetahuan
sehingga tujuan pencapaian pembelajaran (Kemendiknas, 2011: 1). Oleh karena itu,
sebatas aspek mengetahui (know) dan keberhasilan keterlaksanaan kurikulum
memahami (comprehend). 2013 tidak hanya dipengaruhi oleh proses
Fakta rendahnya kualitas pendidikan pembelajaran yang menuntut guru untuk
menuntut pemerintah untuk melakukan selalu kreatif dalam mengembangkan
pembaharuan dalam sistem pendidikan. metode yang digunakan tetapi tersedianya
Salah satunya yaitu dikeluarkannya perangkat pembelajaran juga penting dalam
kurikulum 2013 sebagai dasar dalam menunjang proses pembelajaran IPA. Akan
pelaksanaan proses pendidikan di Indone- tetapi, fakta di lapangan menunjukkan

30
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

bahwa ketersediaan bahan ajar seperti proses pembelajaran IPA. Kebanyakan


LKPD dan contoh instrumen penilaian guru IPA SMP masih berlatar belakang
masih belum tersedia. dari bidang kajian keilmuan biologi, fisika,
Hasil observasi dan wawancara pada dan kimia, shingga mereka masih belum
bulan Januari-Februari 2014 dengan terbiasa dalam membelajarakan IPA secara
beberapa guru IPA SMP di Provinsi holistik.
Yogyakarta diantaranya yaitu SMPN 1 Berdasarkan fenomena tersebut maka
Piyungan, SMPN 15 Yogyakarta, SMPN 2 dalam pembelajaran IPA masih diperlukan
Patuk, SMPN 2 Lendah, SMPN 1 Sewon adanya suatu perangkat pembelajaran
dan SMPN 1 Sleman menunjukkan bahwa IPA yang dapat menunjang pelaksanaan
kebanyakan guru masih bingung dan proses pembelajarannya, khususnya
mengalami kesulitan dalam membuat dalam melaksanakan scientific approach.
rubrik lembar penilaian. Terlebih lagi Chodijah, Fauzi & Wulan (2012: 10)
rubrik penilaian yang dibuat dirasakan menyatakan bahwa perangkat pembelajar-
terlalu banyak sehingga membuat guru an merupakan segala alat dan bahan yang
merasa kesulitan dalam mengamati atau digunakan guru untuk melakukan proses
menilai dari setiap peserta didik. Tidak pembelajaran. Model Problem-based
hanya itu, RPP dikembangkan dari silabus Learning (PBL) merupakan salah satu model
yang telah ditetapkan oleh kementerian pembelajaran yang direkomendasikan di
dan disusun secara berkelompok ini dalam kurikulum 2013 sebagai salah satu
menyebabkan kreativitas guru terbatas model pembelajaran yang inovatif.
dan kurang sesuai dengan karakteristik PBL merupakan model pembelajaran
peserta didik serta kondisi sekolah. Selain yang menyajikan masalah kontekstual
itu, kurikulum 2013 mengharuskan RPP sehingga merangsang peserta didik belajar
terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, dalam kelompok untuk memecahkan
mengeksplorasi, mengasosiasi dan meng- masalah dari permasalahan dunia nyata
komunikasi (Kemendikbud, 2014: 7) yang dan mengikat peserta didik pada rasa ingin
pelaksanaannya membutuhkan waktu yang tahu terhadap pembelajaran, sehingga
lebih banyak. mereka memiliki model belajar sendiri
Perangkat pembelajaran kurikulum (Kemendikbud, 2014: 39). Sejalan
2013 yang ada antara silabus, buku guru dengan hal tersebut Suharia, Lisdianab,
dan buku peserta didik dirasa guru tidak & Widiyaningrum (2013: 10) menyatakan
ada kesesuaian. Masih terdapat beberapa bahwa PBL merupakan pembelajaran yang
sub materi dalam buku guru tidak ada pada menghadapkan siswa pada masalah dunia
buku siswa. Selain itu, materi dalam buku nyata untuk memulai pembelajaran.
pembelajaran peserta didik dinilai masih Peserta didik dapat memperoleh
sangat dangkal, sehingga guru masih perlu informasi dari lingkungan sekitar mereka
menambahkan materi dari sumber lain. Guru berdasar pada permasalahan yang ada
juga merasa kesulitan dalam melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari mereka
pembelajaran IPA secara holistik yaitu dan mengajarkan kepada peserta didik
dengan memadukan kajian keilmuan agar memiliki kemampuan memecahkan
biologi, fisika, dan kimia dengan scientific masalah dengan mencari solusi melalui
approach sesuai dengan karakterisitik scientific attitude dari masalah-masalah
kurikulum 2013 karena peserta didik belum yang berhubungan dengan obyek dan
terbiasa untuk menemukan konsep pada peristiwa IPA. Susanto (2015) menyatakan

31
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

bahwa PBL akan membuat peserta didik sebagai upaya untuk menjawab segala
terbiasa menghadapi masalah dan tertantang persoalan yang terjadi dari segi kajian
untuk menyelesaikan masalah baik di dalam keilmuan IPA di masa mendatang.
kelas maupun dikehidupan sehari-hari (real
world). Lebih lanjut Atmojo (2013: 140) METODE
menegaskan model PBL menggunakan Jenis penelitian yang digunakan
pembelajaran dengan explorasi lingkungan dalam penelitian ini yaitu penelitian pe-
yang digunakan berupa pengalaman ngembangan atau yang dikenal dengan
keseharian peserta didik sehingga dapat Research and Development (R&D). Model
meletakkan dasar-dasar yanng nyata pengembangan yang digunakan yaitu
untuk berpikir. Selain itu, Sulistyarini & model pengembangan menurut Borg &
Santoso (2015: 61) menyatakan bahwa Gall (1983: 775) yang menyebutkan bahwa
lingkungan belajar dalam PBL bersifat terdapat 10 tahapan dalam penelitian dan
terbuka, menggunakan proses demokrasi, pengembangan yaitu (1) mengumpulkan
dan menekankan pada peran aktif siswa. informasi dan penelitian pendahuluan;
Pembelajaran IPA harus dirancang (2) melakukan perencanaan penelitian;
sedemikian rupa sehingga apa yang (3) mengembangkan bentuk produk awal;
dipelajari peserta didik dapat menyentuh (4) melakukan uji coba terbatas produk
persoalan-persoalan yang berkembang awal untuk menghasilkan produk utama
dalam kehidupan sehari-hari. Komariyah (Preliminary field test); (5) melakukan re-
& Manoy (2014: 188) menyatakan bahwa visi terhadap produk utama; (6) melakukan
PBL merupakan kerangka konseptual uji coba produk utama (Main field test); (7)
yang menggambarkan proses rincian melakukan revisi terhadap produk utama
dan penciptaan lingkungan belajar yang untuk menghasilkan produk final; (8)
menggunakan masalah kontekstual sebagai melakukan uji coba lapangan produk final
fokus untuk mengembangkan keterampilan (operational field test); (9) melakukan revisi
pemecahan masalah. Muhson (2009: 171) terhadap produk final; (10) mendiseminasi
menegaskan bahwa PBL merupakan metode dan mengimplementasikan produk.
belajar yang menggunakan masalah sebagai Dalam penelitian ini prosedur
langkah awal dalam mengumpulkan dan pengembangan yang digunakan merupakan
mengintegrasikan pengetahuan baru, modifikasi dari model Borg & Gall (1983:
berfokus pada keaktifan peserta didik 775) yaitu (1) mengumpulkan informasi
yang diharapkan dapat mengembangkan dan penelitian pendahuluan; (2) desain
pengetahuan mereka secara mandiri. produk; (3) tahapan validasi; (4) melakukan
Dengan demikian, peserta didik dapat uji coba dan revisi produk; (5) tahap produk
mengembangkan keterampilan, sikap, akhir; (6) diseminasi produk akhir.
dan nilai-nilai ilmiah dalam memecahkan Pengumpulan informasi dilakukan
permasalahan. dengan melakukan studi pendahuluan
Atas dasar inilah, peneliti berusaha yang meliputi studi pustaka dan survei
mengembangkan perangkat pembelajaran lapangan. Studi pustaka dilakukan dengan
IPA berbasis PBL. Diharapkan peserta mengkaji teori mengenai pembelajaran
didik dapat mempelajari IPA dengan lebih IPA terpadu dan segala informasi yang
menarik dan lebih mendalam, sehingga dibutuhkan mengenai pengembangan
dapat mengembangkan keterampilan perangkat pembelajaran IPA berbasis PBL
pemecahan masalah dan scientific attitude yang mengacu pada Kurikulum 2013.

32
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Sedangkan survei lapangan dilakukan di I dilakukan berdasarkan penilaian dari


SMP agar memperoleh informasi mengenai ahli validator, kemudian dihasilkan revisi
pelaksanaan pembelajaran IPA berdasarkan I berupa draf II yang di uji coba secara
Kurikulum 2013 dan karakteristik terbatas. Uji coba terbatas akan meng-
peserta didik. Oleh karena itu, melalui hasilkan data berupa masukan yang
studi pendahuluan ini dapat diketahui digunakan untuk revisi II. Hasil revisi
permasalahan guru dan peserta didik II berupa draf III yang digunakan untuk
mengenai pembelajaran IPA khususnya uji coba yang lebih luas. Uji coba lebih
berkaitan dengan pemecahan masalah dan luas ini dilakukan agar mendapatkan data
scientific attitude. berupa informasi berupa data sebagai
Desain produk dilaksanakan dengan dasar untuk melakukan revisi III. Revisi
melakukan perencanaan dan pengembang- III merupakan akhir dari perbaikan produk
an perangkat pembelajaran. Pada tahapan perangkat pembelajaran IPA. Oleh karena
perencanaan dilakukan dengan mengana- itu, tahap produk akhir pada perangkat
lisis tugas yang meliputi analisis struktur pembelajaran yang digunakan sebagai
isi, analisis konsep, dan analisis tujuan paduan pembelajaran IPA terpadu dengan
pembelajaran. Analisis struktur isi dilaku- model PBL merupakan hasil akhir dari
kan pada KI dan KD yang akan dipadukan pengembangan produk yang telah melalui
dalam sebuah tema. Analisis konsep uji kevalidan oleh validator dan beberapa
dilakukan dengan menganalisis berbagai revisi serta uji coba produk.
konsep yang akan dipadukan dalam Tahap diseminasi merupakan tahap
tema yang akan digunakan. Pada tujuan akhir dari suatu penelitian pengembangan
pembelajaran dianalisis pada pencapaian yang telah menghasilkan produk akhir. Hal
peserta didik setelah mempelajari materi tersebut dilakukan dengan menyebarluas-
dalam sebuah tema tersebut. kan produk hasil pengembangan dengan
Pengembangan perangkat pem- tujuan agar dapat dimanfaatkan oleh pihak-
belajaran IPA dilakukan dengan menyusun pihak terkait misalnya ke sekolah-sekolah
draf produk awal yang akan dilakukan khususnya SMP/MTs ataupun dinas yang
dalam penelitian ini yaitu silabus, RPP, terkait dengan penelitian. Diseminasi juga
LKPD, dan instrumen penilaian. Tahap dapat dilakukan dengan seminar ilmiah dan
selanjutnya yaitu validasi dimana desan mengunggah file produk pada website.
produk perangkat pembelajaran IPA Produk yang dikembangkan meliputi
berupa silabus, RPP, LKPD dan instrumen perangkat pembelajaran IPA berbasis PBL
penilaian yang telah dirancang akan dinilai yang terdiri dari (1) silabus; (2) Rencana
(validasi) oleh beberapa ahli yaitu ahli Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (3)
materi, ahli media, dan guru IPA. Hasilnya Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD);
berupa kelayakan perangkat pembelajaran, (4) instrumen penilaian peserta didik
masukan dan saran yang digunakan sebagai berupa angket scientific attitude dan soal
dasar untuk mengevaluasi dan revisi draft keterampilan pemecahan masalah. Selain
awal perangkat pembelajaran sebelum itu, terdapat beberapa instrumen lain
diujicobakan lebih lanjut. yang dikembangkan guna melengkapi
Tahap uji coba dan revisi produk dan menyempurnakan pengembangan
merupakan tahap dimana produk yang perangkat pembelajaran tersebut yaitu (1)
dihasilkan dapat di uji coba secara luas instrumen lembar validasi perangkat pem-
setelah melalui beberapa revisi. Revisi belajaran dan instrumen penilaian bagi

33
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

validator; (2) lembar observasi scientific di bagian lampiran, 4) pertanyaaan dalam


attitude; (3) instrumen soal kognitif; (4) LKPD sebaiknya mudah dipahami oleh
angket respon peserta didik terhadap LKPD siswa SMP dan tidak menimbulkan asumsi
yang dikembangkan dan keterlaksanaan ganda, 5) pada akhir LKPD sebaiknya tetap
pembelajaran. terdapat bagian kesimpulan, 6) pertanyaan
pada soal pemecahan masalah sebaiknya
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN lebih komunikatif dan dapat dipahami
Hasil penelitian dari pengembangan oleh siswa SMP, selain itu juga dapat
perangkat pembelajaran IPA berbasis diukur dengan instrumen penilaian karena
PBL dilihat dari data yang diperoleh merupakan soal esai.
pada hasil pengembangan perangkat dan Masukan-masukan yang telah diberi-
hasil eksperimental. Hasil penelitian kan tersebut kemudian digunakan sebagai
pengembangan dilihat dari penilaian bahan revisi dalam mengembangkan
dan masukan oleh beberapa dosen ahli perangkat pembelajaran yang dikem-
dan pendidik IPA pada saat proses bangkan. Hasil revisi produk perangkat
pengembangan dan oleh beberapa peserta pembelajaran akan digunakan sebagai
didik pada saat melakukan uji coba dalam uji coba terbatas. Uji coba terbatas
terbatas. Pengembangan produk yang dilakukan dengan menggunakan 1 Kelas
telah dilakukan kemudian di validasi oleh VII yang mengukur keterlaksanaan proses
dua dosen ahli dan dua pendidik IPA. Hasil pembelajaran berdasarkan RPP yang telah
validasi menunjukkan bahwa perangkat dikembangkan dan respon keterbacaan
pembelajaran berupa silabus, RPP, LKPD, siswa terhadap LKPD. Keterbacaan LKPD
dan instrumen penilaian yang dikembang- dilakukan untuk mengetahui tanggapan
kan sudah layak untuk digunakan dalam peserta didik terhadap LKPD tersebut.
proses pembelajaran IPA dengan kategori Data keterlaksanaan proses pem-
sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat pada belajaran menunjukkan perlu adanya
Tabel 1. perbaikan pada saat pengambilan data
Selain penilaian juga terdapat diujicoba lapangan, di antaranya yaitu
masukan-masukan dalam menyempurna- pendidik masih kurang dalam memberikan
kan perangkat pembelajaran IPA di penjelasan pada saat melakukan pengamat-
antaranya yaitu 1) mengenai kegiatan an terhadap pemutaran video kepada peserta
pembelajaran pada silabus seharusnya didik pada tahap orientasi masalah, pendidik
sudah mencerminkan langkah-langkah dari kurang memberikan kesempatan kepada
model PBL, 2) tujuan pada RPP sebaiknya semua kelompok untuk mempresentasikan
lebih rinci dan menjawab indikator yang hasil kerja kelompok di depan kelas pada
ada, 3) materi pada RPP sebaiknya disusun tahap mengembangkan dan menyajikan

Tabel 1. Rerata Data Validasi Perangkat Pembelajaran


Perangkat Pembelajaran Dosen Ahli Pendidik IPA Kategori
Silabus 39 38,5 Sangat Baik
RPP 54,5 54,5 Sangat Baik
LKPD 47 47,5 Sangat Baik
Instrumen Penilaian 27 27,5 Sangat Baik

34
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

hasil karya, dan pada saat bagian penutup kemampuan peserta didik masalah autentik
pendidik kurang memberikan refleksi dan dan menemukan alternatif solusinya.
konfirmasi terhadap beberapa konsep yang Wacana yang disajikan sederhana dan
telah dipelajari. sangat mudah dipahami oleh siswa SMP.
Data keterbacaan LKPD sudah menun- Hal ini dilakukan agar siswa tidak memakan
jukkan bahwa siswa mudah memahami banyak waktu untuk memahami bacaan
LKPD yang dikembangkan. Hal tersebut tersebut.
dilihat dari berbagai aspek yaitu susunan Hasil uji coba terbatas yang telah
kalimat, petunjuk/perintah dalam LKPD, dilakukan menunjukkan bahwa perangkat
kejelasan gambar ataupun istilah-istilah pembelajaran yang dikembangkan sudah
yang digunakan. Data hasil uji coba terbatas layak untuk digunakan dalam kegiatan
disajikan pada Tabel 2. pembelajaran dikelas. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa langkah-langkah pem-
Tabel 2. Skor Angket Respon Peserta Didik belajaran pada model PBL sudah terlihat
terhadap LKPD selama proses pembelajaran berlangsung.
Penilai ke ∑ Skor Hal tersebut juga didukung dengan alokasi
1 45 waktu yang sudah sesuai. Selain itu,
2 52 berbagai sarana yang sudah memadai,
sumber belajar yang tersedia dan respon
3 49
siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
4 41
sangat baik.
5 42 Kegiatan pembelajaran dilakukan
6 40 berdasarkan sintaks pembelajaran model
7 47 PBL dalam RPP yang telah dikembangkan.
8 48 Pada pertemuan pertama guru sudah
9 45 mampu mengajak siswa untuk memahami
10 51 permasalahan yang terjadi dan mengajak
11 42 mereka untuk merumuskan berbagai
permasalahan tersebut. Akan tetapi terdapat
12 45
beberapa hal yang harus diperhatikan dan
Rerata 45,58
diperbaiki untuk pertemuan selanjutnya
Kategori sangat baik yaitu siswa kurang memahami perintah dan
tujuan dari kegiatan pembelajaran. Paidi
LKPD yang dikembangkan juga (2011: 197) menyatakan bahwa dengan
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran permasalahan yang ada membutuhkan
dan model pembelajaran yang digunakan analisis, upaya kooperatif, serta pemikiran
sehingga penyusunannya harus hati-hati. dari berbagai sudut pandang untuk dapat
Adanya LKPD sangat membantu peserta mengenal dan memecahkanya dengan baik.
didik dalam memahami berbagai konsep LKPD sebagai salah satu media
dasar materi dengan lebih mengembangkan pembelajaran yang digunakan oleh siswa,
kemampuan penyelesaian masalah. Hal sehingga masih perlu dijelaskan apa dan
ini didukung dengan pernyataan yang bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.
dikemukakan oleh Paidi (2011: 197) Pada kegiatan awal yaitu pemutaran video,
bahwa masalah kompleks yang ada dalam siswa hanya mengamati dan memperhati-
LKPD sangat potensial untuk melatih kan video dilayar LCD. Pada tahap orien-

35
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

tasi masalah ini guru masih kurang dalam dalam memberikan kejelasan, pemahaman,
memberikan penjelasan mengenai video dan meluruskan berbagai konsep yang
yang disajikan. Hal ini ternyata sangat ada. Padahal diharapkan dalam tahapan
berpengaruh terhadap pola berfikir siswa ini siswa memiliki gambaran yang jelas
dalam merumuskan permasalahan. Yin terhadap apa yang sudah dipelajari. Oleh
(2015) menyatakan bahwa guru sebagai karena itu, karena pentingnya tahapan ini
orang yang ahli dalam proses menyelesai- maka harus dilakukan tindakan yang dapat
kan masalah mereka harus terlatih di la- mengantisipasi hal tersebut.
pangan karena keberhasilan atau kegagalan Pengembangan perangkat pembe-
dari menyelesaikan masalah bergantung lajaran ini memiliki kerangka pikir yang
pada analisis kemampuan peserta didik dianalisis secara teoretik hubungan antar
yang baik. Oleh karena itu, sebaiknya variabelnya. Hal ini telah dirumuskan pada
guru tetap membimbing dan memberikan bab sebelumnya, dimana akan memberikan
penjelasan mengenai berbagai fenomena informasi bahwa ada tidaknya perbedaan
yang ada dalam video tersebut. Kegiatan skor keterampilan pemecahan masalah dan
lain dalam LKPD sudah dapat terlaksana scientific attitude siswa yang menggunakan
dengan baik, siswa mampu menjawab perangkat pembelajaran berbasis PBL
berbagai pertanyaan dan melakukan dengan yang menggunakan perangkat
kegiatan secara berkelompok. Hal ini sudah konvensional.
didukung dengan adanya berbagai sumber Uji coba lapangan dilakukan dengan
referensi maupun sarana yang memadai. menggunakan 2 Kelas VII. Satu kelas
Kegiatan selanjutnya mempresen- sebagai kelas perlakuan dan satu kelas lagi
tasikan hasil karya dengan menyajikan hasil sebagai kelas kontrol. Kelas perlakuan yang
diskusi kelompok berdasarkan kegiatan digunakan yaitu pada Kelas VII F. Proses
yang dilakukan di LKPD. Presentasi pembelajaran yang dilakukan dengan meng-
langsung menampilkan LKPD dengan gunakan perangkat pembelajaran yang
menggunakan OHP yang dihubungan sudah dikembangkan. Pada kelas kontrol
dengan LCD, sehingga siswa tidak perlu proses pembelajarannya menggunakan
menulis ulang hasil diskusi menggunakan perangkat pembelajaran yang digunakan
media lain. Hal ini sangat efisien sehingga oleh guru IPA SMPN 1 Sleman yang
kegiatan presentasi berjalan dengan baik dilakukan di Kelas VII C. Pelaksanaan
dengan kegiatan diskusi yang dapat melatih uji coba lapangan di kelas eksperimen
siswa untuk mengemukakan pendapatnya. didasari oleh berbagai perbaikan dari
Akan tetapi, kegiatan presentasi ini masih uji coba terbatas. Hasil analisis dengan
kurang memberikan kesempatan kepada menggunakan MANOVA disajikan pada
semua kelompok untuk mempresentasikan Tabel 3.
hasil diskusi karena waktu yang dibutuh- Tabel 3 menunjukkan analisis multi-
kan tidak cukup. Sehingga presesntasi variat mengenai data hasil scientific attitude
hanya dilakukan oleh satu sampai dua dan keterampilan pemecahan masalah an-
kelompok saja. tara yang menggunakan model PBL dengan
Pada akhir kegiatan pembelajaran model konvensional menghasilkan nilai
belum berjalan dengan optimal. Hal ini signifikansi 0,00 pada nilai F Wilk’s Lambda
dikarenakan guru kurang memberikan 27,018. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
konfirmasi mengenai beberapa konsep nilai signifikansinya <0,05. Hal ini berarti
yang telah diperlajari. Guru masih kurang diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

36
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Tabel 3. Uji Analisis Multivariat (MANOVA)


Hypothesis Error
Effect Value F Sig.
df df
Model Wilks' 0,530 27,018 2,000 6,000 0,000
Lambda

perbedaan hasil scientific attitude dan masalah mengenai apa yang telah mereka
keterampilan pemecahan masalah antara pelajari.
yang menggunakan model PBL dengan Proses kegiatan pembelajaran di-
model konvensional. lakukan dengan memperhatikan segala
Hasil analisis MANOVA menunjukkan kekurangan yang terjadi pada saat uji
bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis coba terbatas. Dalam hal ini guru sudah
PBL lebih efektif dalam meningkatkan menjalankan semua tahapan pembelajaran
keterampilan pemecahan masalah dan model PBL, khususnya pada tahap
scientific attitude peserta didik dibanding- orientasi masalah dengan menggunakan
kan dengan menggunakan perangkat bantuan media pembelajaran berupa
pembelajaran konvensional. Keefektifan LKPD, video, maupun gambar. Diharapkan
perangkat pembelajaran berbasis PBL dengan media yang ada dapat membantu
ini juga sesuai dengan pendapat Kilbane peserta didik dalam memahami fenomena
& Milman (2014: 295-296) menyatakan maupun materi yang ada. Kemudian
bahwa terdapat beberapa kelebihan yang guru membimbing peserta didik untuk
dapat diperoleh dengan menerapkan model merumuskan permasalahan yang terjadi
PBL dalam proses kegiatan pembelajaran di berdasarkan pada video atau gambar yang
antaranya meningkatkan keterampilan abad disajikan. Dalam tahap ini, peserta didik
21, membantu peserta didik memahami lebih aktif dan antusias mengemukakan
permasalahan nyata yang kompleks, pendapatnya terkait dengan fenomena pada
meningkatkan kemampuan daya ingat yang video atau gambar yang disajikan. Dengan
panjang. Dengan demikian, secara tidak demikian, mereka terlihat menjadi lebih
langsung dapat dikatakan bahwa proses terlatih dan terbiasa dalam membuat dan
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan merumuskan permasalahan.
baik. Selama kegiatan pembelajaran ber-
Istikomayanti (2015: 373) menam- langsung, aktifitas peserta didik didalam
bahkan bahwa PBL dapat mengembangkan kelas sangat aktif dan antusias dalam
pemikiran peserta didik serta mampu mengikuti pembelajaran yang ditunjukkan
menemukan sendiri pemahaman dari data scientific attitude. Hal ini
yang sudah dibangunnya. Selain itu, dikarenakan scientific attitude merupakan
Handayani, Karyasa, & Suardana (2015) sikap ilmiah yang selalu telihat selama
menyatakan bahwa model PBL merangsang kegiatan pembelajaran berlangsung. Astuti,
pembelajaran aktif dengan meminta peserta Sumarno, & Sudarisman (2012: 57)
didik untuk menggunakan kata-katanya menyatakan bahwa sikap tertentu yang
sendiri dalam meringkas dan mendorong dikembangkan untuk mencapai hasil
mereka dalam menemukan hubungan antara yang diharapkan dengan menciptakan

37
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

proses pembelajaran dapat menggali potensi yang sangat mempengaruhi suasana


dan meningkatkan scientific attitude kelas. Khazaal (2015: 10-11) mempertegas
peserta didik. Selain itu, selama mereka bahwa ketika peserta didik bekerja dalam
melakukan kerja kelompok, setiap kelompok memperoleh hasil yang lebih
kelompok langsung mencatat apa yang baik dengan tujuan yang sama dari metode
mereka temukan dan memberitahukan pemecahan masalah. Selain itu, diskusi
kepada teman sekelompoknya. Lebih lanjut kelompok memberikan kepada peserta
Jancirani, Dhevakrishnan, & Devi (2012: didik untuk menyampaikan pendapatnya
2) menjelaskan bahwa scientific attitude dan belajar strategi dari satu dan yang lain
merupakan gabungan dari banyak kualitas serta menyiapkan mereka untuk bekerja
dan kebajikan, yang tercermin melalui dalam dunia nyata.
perilaku dan tindakan orang. Scientific attitude peserta didik
Selama kegiatan pembelajaran ber- pada kelas kontrol terlihat masih kurang
langsung, sebagian besar peserta didik aktif aktif dalam mencari tahu berbagai
mencari tahu dengan menggunakan sumber permasalahan terhadap fenomena yang
lain. Sehingga dari kegiatan tersebut terjadi terjadi. Keingintahuan dalam diri sese-
diskusi kelompok yang aktif dan saling orang sangat penting untuk menyelesaikan
melengkapi dengan segala informasi yang dan mempelajari dan menyelidiki berbagai
mereka temukan pada sumber lain. Susanto fenomena yang ada. Pitafi & Farooq (2012:
(2015) menyatakan bahwa implementasi 383) menyatakan bahwa keingintahuan
PBL ditandai dengan adanya kerjasama seseorang ditunjukkan dengan mengajukan
antar peserta didik yang akan memberikan pertanyaan, membaca untuk mencari infor-
motivasi untuk teribat dalam tugas dan masi, dan melaksanakan penelitian.
meningkatkan kesempatan untuk bertukar Toharudin, Hendarwati, & Rus-
pikiran serta melakukan dialog untuk taman (2011: 45) menyatakan bahwa
mengembangkan kecakapan sosial. menggunakan alat indera sebaik mungkin
Olasehinde & Olatoye (2014: 446) dalam menyelidiki suatu masalah yang di-
juga mempertegas bahwa scientific attitude lakukan dengan bersungguh-sungguh dan
merupakan kemampuan untuk bereaksi bersemangat dalam melakukan percobaan.
secara konsisten terhadap situasi yang Selain itu juga dipengaruhi oleh cara
bermasalah. Suasana kelas yang aktif membelajarkan suatu materi yang tidak
semacam inilah yang akan membuat peserta disesuaikan dengan model pembelajaran.
didik lebih semangat dan termotivasi dalam Nursafiah, Nurmaliah, & Rahmatan (2015:
memecahkan suatu permasalahan. 18) menegaskan bahwa scientific attitude
Peningkatan aspek berfikir kritis dan terlihat dari bagaimana peserta didik
sikap kerjasama memang sangat terlihat saat memiliki rasa memahami suatu konsep
peserta didik melakukan kerja kelompok. baru, sikap keingintahuan yang tinggi,
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Ferreira mengevaluasi kinerjanya sendiri dan
& Trudel (2012: 24) yang menyatakan kritis terhadap suatu permasalahan yang
bahwa model PBL dapat memfasilitasi kebenaranya perlu dibuktikan.
pengembangan rasa kebersamaan di dalam Materi pencemaran merupakan materi
kelas. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang kontekstual sehingga peserta didik
berbasis masalah mengharuskan peserta dapat menemukannya dalam kehidupan
didik untuk memecahkan masalah secara sehari-hari. Suprapto, Kusmayadi, & Sujadi
kolaboratif, sehingga model ini memiliki (2015: 543) menyatakan bahwa masalah

38
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

kontekstual membuat peserta didik lebih menerapkan model PBL dalam proses
tertarik dalam pembelajaran, memberikan kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan
rasa ingin tahu dan meningkatkan prestasi, keterampilan abad 21, membantu peserta
kemampuan pemecahan masalah, analisis. didik memahami permasalahan nyata yang
Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kompleks, meningkatkan kemampuan daya
materi pencemaran dibelajarkan dengan ingat yang panjang, memotivasi peserta
menggunakan model yang tepat, salah didik untuk belajar, dan menggunakan
satunya yaitu PBL. Hal ini sejalan dengan pengetahuan sebelumnya.
pendapat dari Fogarty (1997: 2) yang Keterampilan pemecahan masalah
menyatakan bahwa PBL merupakan termasuk dalam berfikir tingkat tinggi.
model kurikulum yang dirancang untuk Hal ini diperlukan analisis terhadap suatu
mempelajari masalah kehidupan nyata, fenomena yang terjadi dengan mengumpul-
bersifat terbuka, dan menghasilkan banyak kan informasi, meramal, rancangan, dan
penafsiran atau bersifat kompleks. Gregory membuat kesimpulan terhadap permasalah-
& Chapman (2013: 171) lebih lanjut an yang ada. Sesuai dengan pendapat Moore
menyatakan PBL menyediakan peserta (2015: 392-393) yang menyebutkan bahwa
didik masalah yang menantang, kemudian pemecahan masalah melibatkan enam
mereka menggunakan informasi dan langkah yaitu mengidentifikasi masalah,
proses dalam situasi yang nyata untuk pengumpulan data, mengidentifikasi
memecahkan masalah tersebut. hambatan atau tujuan, mengidentifikasi
Keterampilan pemecahan masalah alternatif pemecahan, menyusun tingkatan
di kelas perlakuan menunjukkan bahwa alternatif pemecahan, dan memilih alternatif
model PBL selain dapat meningkatkan pemecahan yang terbaik.
ke t e ra m pi l an p em e c ah an m as al a h Yin (2015) juga menyatakan bahwa
juga membantu peserta didik dalam kerangka kerja mungkin digunakan
mengkonstruksi berbagai permasalahan untuk pembelajaran aktif dan kolaboratif
yang ada menjadi pengetahuan baru yang memungkinkan peserta didik untuk
yang mudah dipahami oleh peserta didik. memecahkan masalah melalui analisis,
Amisyah, Sarong, & Nurmaliah (2013: 91) aplikasi dan berbagai sumber yang
menyatakan bahwa kemampuan pemecah- diperoleh. Purwati (2015: 44) menegaskan
an masalah akan mendorong semangat dan bahwa pemecahan masalah merupakan
keinginan peserta didik untuk belajar. atura atau urutan yang dilakukan peserta
Chakravarthi & Vijayan (2010: 41-42) didik untuk memecah-kan soal-soal/
juga melihat bahwa PBL dapat membantu tugas-tugas yang ada dengan melibatkan
peserta didik menjadi pembelajar yang beberapa informasi dan untuk mendapatkan
mandiri, bertanggung jawab dalam penyelesaian. Sehingga peserta didik
mengenal dan mengejar tujuan belajar harus dibimbing dan dilatih agar memiliki
mereka serta mengarahkan mereka untuk keterampilan pemecahan masalah yang
belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, baik.
hal tersebut akan membuat peserta didik Memiliki keterampilan pemecahan
memiliki retensi atau daya ingat yang masalah berarti bahwa orang tersebut
lebih lama terhadap pengetahuan yang mampu berpikir kritis, logis dan kreatif.
dimilikinya. Hal ini sejalan dengan Syafii & Yasin (2013: 222) menyatakan
pendapat Kilbane & Milman (2014: bahwa pemecahan masalah merupakan
295-296) menyatakan bahwa dengan belajar tingkat tertinggi dan lebih kompleks.

39
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Proses berifkir berfikir dalam pemecahan menggunakan model PBL untuk melatih
masalah membutuhkan keterampilan untuk dan meningkatkan keterampilan pemecahan
memproses dan mengatur informasi yang masalah.
diperoleh untuk digunakan dalam proses Selama kegiatan pembelajaran di kelas
pemecahan masalah. Santrock (2011: 26) perlakuan suasana pembelajarannya sangat
menyatakan bahwa pemecahan masalah aktif dan semangat. Hal tersebut ditunjukkan
melibatkan penemuan sebuah cara yang dengan berbagai tanggapan dan pertanyaan
sesuai untuk mencapai suatu tujuan. Hal yang dikemukakan oleh peserta didik. Hal
tersebut dipertegas oleh Ikhwanuddin, ini sangat menarik karena, sebagian besar
Jaedun, & Purwantoro (2010: 216) fokus peserta didik ternyata sangat antusias
berfikir pemecahan masalah merupakan dalam menggali informasi terkait dengan
berfikir tentang tujuan dan cita-cita yang penyebab dan solusi yang bisa dilakukan.
dapat ditentukan sehingga masalah akan Mereka tanpa rasa canggung atau sungkan
ditetapkan. mengemukakan pendapatnya yang disertai
Perbedaan pencapaian keterampilan dengan penjelasan yang bisa diterima oleh
pemecahan masalah antara kelas perlakuan peserta didik lainnya. Selain itu, beberapa
dan kelas kontrol sangat dipengaruhi oleh pendapat yang mereka kemukakan juga
bagaimana seorang guru memberikan disertai dengan fenomena atau kejadian
pengajaran terhadap peserta didik. Dengan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
demikian, sangat penting peran guru misalnya menghemat pemakaian barang
dalam memilih dan menggunakan model yang terbuat dari plastik dengan melakukan
pembelajaran yang tepat. Keterampilan kantong yang terbuat dari kertas, mendaur
pemecahan masalah dapat dilatih dengan ulang plastik dengan membuat sandal,
menggunakan model PBL, seperti kegiatan bungan, tas dari limbah plastik, dan se-
pembelajaran yang dilakukan di kelas bagainya. Sejalan dengan Susanto (2015)
perlakuan. mengemukakan bahwa masalah yang
Arends (2008: 41-43) menyatakan timbul juga harus diselesaikan dengan
bahwa PBL bertujuan untuk membantu solusi nyata.
peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan SIMPULAN
mengatasi masalah, mempelajari peran Perangkat pembelajaran IPA berbasis
orang dewasa dan menjadi pelajar yang PBL berupa Silabus, RPP, LKPD, dan
mandiri. Lebih lanjut Arends (2012: 396) instrumen penilaian telah dikembangkan
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis melalui tahapan validasi dengan nilai A
masalah guru berperan memberikan atau sangat baik, uji coba terbatas, uji
berbagai masalah autentik, memfasilitasi coba lapangan dengan segala bentuk
penyelidikan peserta didik, dan mendukung revisinya, sehingga menghasilkan perangkat
pembelajaran peserta didik. Perolehan data pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah dari keterampilan memecahkan masalah dan
kelas perlakuan mengalami peningkatan, scientific attitude peserta didik. Dengan
sehingga hal tersebut terlihat bahwa demikian perangkat pembelajaran IPA
keterampilan pemecahan masalah dapat berbasis PBL layak digunakan dalam
terlatih dengan menggunakan model pembelajaran IPA SMP/MTs.
pembelajaran yang tepat dan sesuai. Terdapat perbedaan pembelajaran
Dalam penelitian ini disarankan agar antara yang menggunakan perangkat berbasis

40
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

PBL dengan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Fisika Menggunakan


perangkat konvensional apabila ditinjau Model Guided Inquiry yang Dileng-
dari keterampilan memecahkan masalah kapi Penilaian Portofolio pada Materi
dan scientific attitude. Gerak Melingkar”. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Fisika, (I), 1-19.
DAFTAR PUSTAKA Dettmer, P., 2006. “New Blooms In
Agung, I. 2012. Strategi Penerapan Pen- Established Fields: Four Domains
didikan Pembangunan Berkelanjutan of Learning and Doing”. ProQuest
(ESD) di Sekolah. Jakarta: Bee Media. Education Journals, XXVIII(2), 73.
Amisyah, S., Sarong, M.A., & Nurmaliah, Ferreira, M.M., & Trudel, A.R. 2012.
C. 2013. “Upaya Peningkatan Hasil “Student Attitudes Toward Science,
Belajar Kognitif melalui Model Pro- Problem-Solving Skills, and Sense of
blem Based Learning”. Jurnal Biotik, Community in The Classroom”. Jurnal
I(2), 67-136. Clasroom Interaction, XLVII(1), 23-
Arends, R.I. 2008. Belajar untuk Mengajar. 30.
(Terj.: Helly P.S & Sri M.S). Yogya- Fogarty, R. 1997. Problem-based Learning
karta: Pustaka Pelajar. & Other Curiculum Model for The
Arends, R.I. 2012. Learning to Teach. (9th Multiple Intelligences Classroom.
ed.). New York: McGraw-Hill. Arlington Heights, IL: IRI/SkyLight
Astuti, R., Sumarno, W., & Sudarisman, Training and Publishing.
S. 2012. “Pembelajaran IPA dengan Gregory, G.H., & Chapman, C. 2013. Diffe-
Pendekatan Keterampilan Proses Sains rentiated Instructional Strategies. New
Menggunakan Metode Eksperimen York: SAGE Publication.
Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Handayani, I.D.A.T., Karyasa, I.W., &
Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah Suardana, I.N. 2015. “Komparasi
dan Motivasi Belajar Peserta Didik”. Peningkatan Pemahaman Konsep
Jurnal Inkuiri, I(1), 51-59. dan Sikap Ilmiah Siswa SMA yang
Atmojo, S.E. 2013. “Penerapan Model Dibelajarkan dengan Model Pem-
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam belajaran Problem-based Learning
Peningkatan Hasil Belajar Pengelolaan dan Project Based Learning”. Jurnal
Lingkungan”. Jurnal Kependidikan, Pendidikan IPA, 5(1), 1-12.
43(2), 134-143. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan
Borg, W.R., & Gall, M.D. 1983. Educational Konstekstual dalam Pembelajaran
Research: On Introduction. (4th ed.). Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
New York: Longman Inc. Ikhwanuddin, Jaedun, A., & Purwantoro,
Chakravarthi, S., & Vijayan, P. 2010. D. 2010. “Problem Solving dalam
“Analysis of The Psychological Impact Pembelajaran Fisika untuk Meningkat-
of Problem-based Learning (PBL) kan Kemampuan Mahasiswa Berfikir
Towards Self Directed Learning Analitis”. Jurnal Kependidikan, 40(2),
among Students in Undergraduate 215-230.
Medical Education”. International Istikomayanti, Y. 2015. "Penerapan
Journal of Psychological Studies, Strategi Inkuiri dan Problem-based
II(1), 38-43. Learning (PBL) untuk Meningkatkan
Chodijah, S., Fauzi, A., & Wulan, R. Pemahaman Konsep dan Keterampilan
2012. “Pengembangan Perangkat Proses pada Mata Kuliah Ekologi Tum-

41
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

buhan Berbasis PTK-LS". Prosiding, Chesnut Hill: International Association


Seminar Nasional Pendidikan Biologi for the Evaluation of Educational
2015, yang diselenggarakan oleh FKIP Achievement (IEA).
Universitas Muhammadiyah Malang, Moore, K.D. 2015. Effective Instructional
21 Maret 2015. Strategies. (4 th ed.) Los Angeles:
Jancirani, R., Dhevakrishnan, R., & Devi, S. SAGE Publications.
2012. “A Study on Scientific Attitude Muhson, A. 2009. “Peningkatan Minat
of Adolescence Students in Namakkal Belajar dan Pemahaman Mahasiswa
District”. International Educational melalui Penerapan Problem-based
E-jurnal, I(4), 2-8. Learning”. Jurnal Kependidikan,
Olasehinde, K.J., & Olatoye, R.A. 2014. 39(2), 171-182.
”Scientific Attitude, Attitude to Nursafiah, Nurmaliah, C., & Rahmatan, H.,
Science and Science Acievement of 2015. “Penerapan Model Pembelajaran
Secondary School Students in Katsina Inkuiri Terbimbing pada Materi Foto-
State, Nigeria”. Jurnal of Educational sintesis untuk Meningkatkan Sikap
and Social Research, 4(1), 445-452. Ilmiah Peserta Didik di SMP Negeri 8
Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Banda Aceh”. Jurnal EduBio Tropika,
Guru Implementasi Kurikulum 2013 III(1), 15-18.
Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta: OECD/PISA. 2000. “Measuring Student
Kemendikbud. Knowledge and Skills, The PISA 2000
Kemen di kn as . 2 011 . P an d ua n Assessment of Reading, Mathema-
Pengembangan Pembelajaran IPA tical and Scientific Literacy”, dari:
secara Terpadu. Jakarta: Kementrian http://www.oecd-ilibrary.org. Diunduh
Pendidikan Nasional Direktorat 1 Maret 2014.
Jenderal Pendidikan Dasar direktorat Paidi. 2011. ”Pengembangan Perangkat
Pembinaan Sekolah Menengah Pembelajaran Biologi Berbasis Ma-
Pertama. salah”. Jurnal Kependidikan, 41(2),
Khazaal, H.F. 2015. “Problem Solving 185-201.
Method Based on E-Learning System Pitafi, A.I., & Farooq, M. 2012. “Mea-
for Engineering Education”. Jurnal surement of Scientific Attitude
of College Teaching & Learning, XII of Secondary School Students in
(1), 1-12. Pakistan”. Jurnal Academic Research
Kilbane, C.R., & Milman, N.B. 2014. International, II(2), 379-392
Teaching Models. Boston: Pearson Purwati. 2015. “Efektifitas Pendekatan
Education. Creative Problem Solving terhadap
Komariyah, S., & Manoy, J.T. 2014. Kemampuan Pemecahan Masalah
“Penerapan Problem-based Learning Matematika pada Siswa SMA”. Jurnal
(PBL) dengan Metode Creative Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM), I
Problem Solving (CPS) pada Materi (1), 39-55.
Barisan dan Deret Aritmatika Kelas X”. Santrock, J.W. 2011. Psikologi Pendidikan.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, (Terj.: Diana Angelica). New York:
III (2),187-194. McGrawHill.
Martin, M.O., Mullis, I.V.S., Foy, P., & Suharia, M., Lisdianab, & Widiyaningrum,
Stanco, G.M. 2012. TIMSS 2011 P. 2013. “Pengembangan Perangkat
International Results in Science. Pembelajaan Zat Adiktif dan

42
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Psikotropika dengan Problem-based Prosiding Seminar Nasional di Uni-


Learning di SMP”. Journal of Inno- versitas Negeri Surabaya, 9 Mei 2015.
vative Science Education, II (1), 8-13. Syafii, W., & Yasin, R.M. 2013. “Problem
Sulistyarini, M.M., & Santoso, G.I. 2015. Solving Skills and Learning Achie-
”Pengaruh Kecerdaasan Visual-Spasial vements through Problem-Based
terhadap Hasil Belajar Matematika Module in Teaching and Learning
dalam Problem-based Learning pada Biology in High School”. Jurnal Asian
Siswa SMA Kelas X”. Jurnal Ilmiah Social Science, IX(12), 220-228.
Edukasi Matematika (JIEM), I(1), Tim PISA. 2011. “Survei Internasional
56-72. T I M S S ” , d a r i h t t p: / / l i t b a n g .
Suprapto, Kusmayadi, T.A., & Sujadi, kemdikbud.go.id/index. php/survei-
I. 2015. “Eksperimentasi Model internasional-timss. Diunduh 25 Juli
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group 2014.
Investigation (GI), Think-Pair-Share Tim TIMSS. 2011. “Survei Internasional
(TPS), dan Problem-based Learning TIMSS (Trends in International
(PBL) dengan Pendekatan Saintifik Mathematics and Science Study)”,
pada Materi Eksponen dan Logaritma dari http://litbang.kemdikbud.go.id/
Ditinjau dari Kreativitas Siswa Kelas index.php/survei-internasional-timss.
X SMA Negeri di Kabupaten Pacitan Diunduh 15 Februari 2014.
Tahun Ajaran 2014/2015”. Jurnal Toharudin, U., Hendarwati, S., & Rustaman,
Elektronik Pembelajaran Matematika, A. 2011. Membangun Literasi Sains
III (5), 540-552. Peserta Didik. Bandung: Humaniora.
Susanto. 2015. “Meningkatkan Kemampu- Yin, K.Y. 2015. “Collaborative Problem
an Kreativitas Berfikir dengan Model Solving Promotes Students Interest”.
Pembelajaran Problem-based Learning Jurnal of Economics and Economic
pada Pelajaran Kewirausahaan”. Education Research, XVI(1), 158-167.

43

Anda mungkin juga menyukai