Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan perangkat pembelajaran IPA
berbasis Problem-based Learning dalam pembelajaran IPA di SMP dan (2) perbedaan keterampilan
memecahkan masalah dan scientific attitude antara pembelajaran yang menggunakan perangkat
berbasis Problem-based Learning dengan pembelajaran menggunakan perangkat konvensional.
Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) yang dikembangkan oleh Borg
& Gall. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan
sudah layak digunakan berdasarkan pada hasil validasi ahli, uji coba terbatas, uji coba lapangan
yang sesuai dengan Problem-based Learning, sehingga telah teruji secara teoritis dan empiris
dan (2) terdapat perbedaan nilai keterampilan memecahkan masalah dan scientific attitude antara
pembelajaran yang menggunakan perangkat berbasis Problem-based Learning dengan pembelajaran
menggunakan perangkat konvensional.
Abstract
The study aims to investigate: (1) The feasibility of learning kit based on Problem-based Learning
in junior high school and (2) the difference of problem solving skill and scientific attitude taught
using learning kit based PBL from using conventional learning kit. The study used research and
development (R&D) of Borg and Gall model. The result of the research showed that: (1) according
to experts judment, preliminary field test, main field test that appropriate to PBL, learning kit can
be applied on learning and (2) there were difference of problem solvingskill and scientific attitude
taught using learning kit based PBL from using conventional learning kit.
Keywords: learning kit, Problem-based Learning, scientific attitude, skill of problem solving
29
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43
Pendidikan IPA pada hakikatnya adalah sia. Kurikulum 2013 yang dikembangkan
membangun manusia, yaitu memanusiakan dengan berbasis kompetensi sangat
manusia. Oleh karena itu, untuk menjawab diperlukan sebagai instrumen untuk menga-
tantangan global manusia Indonesia perlu rahkan peserta didik menjadi: (1) manusia
memiliki kemampuan berfikir tingkat berkualitas yang mampu dan proaktif
tinggi. Pendidikan IPA dapat direalisasikan menjawab tantangan zaman yang selalu
melalui berbagai upaya, salah satunya yaitu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman
melalui pembelajaran IPA. Pembelajaran dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
IPA memiliki potensi yang sangat besar Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
dalam upaya membangun bangsa, namun cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga
ternyata selama ini hanya dianggap beban negara yang demokrasi, bertanggung jawab
berat yang kurang disenangi oleh peserta (Kemendikbud, 2014: 2)
didik. Hanya sedikit peserta didik yang Kurikulum 2013 dirancang agar
berminat untuk belajar IPA, sehingga hal peserta didik aktif mengkonstruksi
ini mengakibatkan kualitas pendidikan IPA konsep, hukum, atau prinsip melalui
menjadi rendah. tahapan-tahapan mengamati, merumuskan
Hasil studi lembaga internasional masalah, mengajukan atau merumuskan
Programme for International Student hipotesis, mengumpulkan data dengan
Assessment (PISA) tahun 2009 menunjukkan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
bahwa dimensi scientific processes or kesimpulan, dan mengkomunikasikan
skills, concepts and content, context or konsep, hukum atau prinsip yang ditemu-
application peserta didik SMP (OECD/ kan melalui pendekatan saintifik (Hosnan,
PISA, 2000: 76) berada pada urutan 2014: 34). Pembelajaran IPA berdasarkan
50 dari 65 negara (Tim PISA, 2011). kurikulum 2013 menuntut adanya suatu
Hasil penelitian Trends in Mathematics perubahan yang mendasar dalam proses
andScience Study (TIMSS) tahun 2011 penyampaian dimana dapat memberikan
menunjukkan bahwa dimensi knowing, pengalaman langsung bagi peserta didik
applying, dan reasoning (Martin, et al.., melalui observasi objek dan penilaiannya.
2012: 119) peserta didik SMP menempati Keterlaksanaan kurikulum 2013
urutan ke-40 dari 42 negara (Tim TIMSS, berjalan dengan baik apabila proses
2011), ini menunjukkan pembelajaran pembelajarannya selalu mengintegrasikan
IPA masih dalam level rendah (low level) domain sikap atau afektif, kognitif dan
dengan penekanan pembelajaran pada psikomotor. IPA memiliki dimensi sikap
konsep (basic learning). Dettmer (2006: ilmiah (scientific attitude), proses ilmiah
73) menjelaskan bahwa basic learning (scientific process), dan produk ilmiah
lebih mementingkan penguasaan konsep (scientific product), berupa pengetahuan
sehingga tujuan pencapaian pembelajaran (Kemendiknas, 2011: 1). Oleh karena itu,
sebatas aspek mengetahui (know) dan keberhasilan keterlaksanaan kurikulum
memahami (comprehend). 2013 tidak hanya dipengaruhi oleh proses
Fakta rendahnya kualitas pendidikan pembelajaran yang menuntut guru untuk
menuntut pemerintah untuk melakukan selalu kreatif dalam mengembangkan
pembaharuan dalam sistem pendidikan. metode yang digunakan tetapi tersedianya
Salah satunya yaitu dikeluarkannya perangkat pembelajaran juga penting dalam
kurikulum 2013 sebagai dasar dalam menunjang proses pembelajaran IPA. Akan
pelaksanaan proses pendidikan di Indone- tetapi, fakta di lapangan menunjukkan
30
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...
31
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43
bahwa PBL akan membuat peserta didik sebagai upaya untuk menjawab segala
terbiasa menghadapi masalah dan tertantang persoalan yang terjadi dari segi kajian
untuk menyelesaikan masalah baik di dalam keilmuan IPA di masa mendatang.
kelas maupun dikehidupan sehari-hari (real
world). Lebih lanjut Atmojo (2013: 140) METODE
menegaskan model PBL menggunakan Jenis penelitian yang digunakan
pembelajaran dengan explorasi lingkungan dalam penelitian ini yaitu penelitian pe-
yang digunakan berupa pengalaman ngembangan atau yang dikenal dengan
keseharian peserta didik sehingga dapat Research and Development (R&D). Model
meletakkan dasar-dasar yanng nyata pengembangan yang digunakan yaitu
untuk berpikir. Selain itu, Sulistyarini & model pengembangan menurut Borg &
Santoso (2015: 61) menyatakan bahwa Gall (1983: 775) yang menyebutkan bahwa
lingkungan belajar dalam PBL bersifat terdapat 10 tahapan dalam penelitian dan
terbuka, menggunakan proses demokrasi, pengembangan yaitu (1) mengumpulkan
dan menekankan pada peran aktif siswa. informasi dan penelitian pendahuluan;
Pembelajaran IPA harus dirancang (2) melakukan perencanaan penelitian;
sedemikian rupa sehingga apa yang (3) mengembangkan bentuk produk awal;
dipelajari peserta didik dapat menyentuh (4) melakukan uji coba terbatas produk
persoalan-persoalan yang berkembang awal untuk menghasilkan produk utama
dalam kehidupan sehari-hari. Komariyah (Preliminary field test); (5) melakukan re-
& Manoy (2014: 188) menyatakan bahwa visi terhadap produk utama; (6) melakukan
PBL merupakan kerangka konseptual uji coba produk utama (Main field test); (7)
yang menggambarkan proses rincian melakukan revisi terhadap produk utama
dan penciptaan lingkungan belajar yang untuk menghasilkan produk final; (8)
menggunakan masalah kontekstual sebagai melakukan uji coba lapangan produk final
fokus untuk mengembangkan keterampilan (operational field test); (9) melakukan revisi
pemecahan masalah. Muhson (2009: 171) terhadap produk final; (10) mendiseminasi
menegaskan bahwa PBL merupakan metode dan mengimplementasikan produk.
belajar yang menggunakan masalah sebagai Dalam penelitian ini prosedur
langkah awal dalam mengumpulkan dan pengembangan yang digunakan merupakan
mengintegrasikan pengetahuan baru, modifikasi dari model Borg & Gall (1983:
berfokus pada keaktifan peserta didik 775) yaitu (1) mengumpulkan informasi
yang diharapkan dapat mengembangkan dan penelitian pendahuluan; (2) desain
pengetahuan mereka secara mandiri. produk; (3) tahapan validasi; (4) melakukan
Dengan demikian, peserta didik dapat uji coba dan revisi produk; (5) tahap produk
mengembangkan keterampilan, sikap, akhir; (6) diseminasi produk akhir.
dan nilai-nilai ilmiah dalam memecahkan Pengumpulan informasi dilakukan
permasalahan. dengan melakukan studi pendahuluan
Atas dasar inilah, peneliti berusaha yang meliputi studi pustaka dan survei
mengembangkan perangkat pembelajaran lapangan. Studi pustaka dilakukan dengan
IPA berbasis PBL. Diharapkan peserta mengkaji teori mengenai pembelajaran
didik dapat mempelajari IPA dengan lebih IPA terpadu dan segala informasi yang
menarik dan lebih mendalam, sehingga dibutuhkan mengenai pengembangan
dapat mengembangkan keterampilan perangkat pembelajaran IPA berbasis PBL
pemecahan masalah dan scientific attitude yang mengacu pada Kurikulum 2013.
32
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...
33
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43
34
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...
hasil karya, dan pada saat bagian penutup kemampuan peserta didik masalah autentik
pendidik kurang memberikan refleksi dan dan menemukan alternatif solusinya.
konfirmasi terhadap beberapa konsep yang Wacana yang disajikan sederhana dan
telah dipelajari. sangat mudah dipahami oleh siswa SMP.
Data keterbacaan LKPD sudah menun- Hal ini dilakukan agar siswa tidak memakan
jukkan bahwa siswa mudah memahami banyak waktu untuk memahami bacaan
LKPD yang dikembangkan. Hal tersebut tersebut.
dilihat dari berbagai aspek yaitu susunan Hasil uji coba terbatas yang telah
kalimat, petunjuk/perintah dalam LKPD, dilakukan menunjukkan bahwa perangkat
kejelasan gambar ataupun istilah-istilah pembelajaran yang dikembangkan sudah
yang digunakan. Data hasil uji coba terbatas layak untuk digunakan dalam kegiatan
disajikan pada Tabel 2. pembelajaran dikelas. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa langkah-langkah pem-
Tabel 2. Skor Angket Respon Peserta Didik belajaran pada model PBL sudah terlihat
terhadap LKPD selama proses pembelajaran berlangsung.
Penilai ke ∑ Skor Hal tersebut juga didukung dengan alokasi
1 45 waktu yang sudah sesuai. Selain itu,
2 52 berbagai sarana yang sudah memadai,
sumber belajar yang tersedia dan respon
3 49
siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
4 41
sangat baik.
5 42 Kegiatan pembelajaran dilakukan
6 40 berdasarkan sintaks pembelajaran model
7 47 PBL dalam RPP yang telah dikembangkan.
8 48 Pada pertemuan pertama guru sudah
9 45 mampu mengajak siswa untuk memahami
10 51 permasalahan yang terjadi dan mengajak
11 42 mereka untuk merumuskan berbagai
permasalahan tersebut. Akan tetapi terdapat
12 45
beberapa hal yang harus diperhatikan dan
Rerata 45,58
diperbaiki untuk pertemuan selanjutnya
Kategori sangat baik yaitu siswa kurang memahami perintah dan
tujuan dari kegiatan pembelajaran. Paidi
LKPD yang dikembangkan juga (2011: 197) menyatakan bahwa dengan
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran permasalahan yang ada membutuhkan
dan model pembelajaran yang digunakan analisis, upaya kooperatif, serta pemikiran
sehingga penyusunannya harus hati-hati. dari berbagai sudut pandang untuk dapat
Adanya LKPD sangat membantu peserta mengenal dan memecahkanya dengan baik.
didik dalam memahami berbagai konsep LKPD sebagai salah satu media
dasar materi dengan lebih mengembangkan pembelajaran yang digunakan oleh siswa,
kemampuan penyelesaian masalah. Hal sehingga masih perlu dijelaskan apa dan
ini didukung dengan pernyataan yang bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.
dikemukakan oleh Paidi (2011: 197) Pada kegiatan awal yaitu pemutaran video,
bahwa masalah kompleks yang ada dalam siswa hanya mengamati dan memperhati-
LKPD sangat potensial untuk melatih kan video dilayar LCD. Pada tahap orien-
35
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43
tasi masalah ini guru masih kurang dalam dalam memberikan kejelasan, pemahaman,
memberikan penjelasan mengenai video dan meluruskan berbagai konsep yang
yang disajikan. Hal ini ternyata sangat ada. Padahal diharapkan dalam tahapan
berpengaruh terhadap pola berfikir siswa ini siswa memiliki gambaran yang jelas
dalam merumuskan permasalahan. Yin terhadap apa yang sudah dipelajari. Oleh
(2015) menyatakan bahwa guru sebagai karena itu, karena pentingnya tahapan ini
orang yang ahli dalam proses menyelesai- maka harus dilakukan tindakan yang dapat
kan masalah mereka harus terlatih di la- mengantisipasi hal tersebut.
pangan karena keberhasilan atau kegagalan Pengembangan perangkat pembe-
dari menyelesaikan masalah bergantung lajaran ini memiliki kerangka pikir yang
pada analisis kemampuan peserta didik dianalisis secara teoretik hubungan antar
yang baik. Oleh karena itu, sebaiknya variabelnya. Hal ini telah dirumuskan pada
guru tetap membimbing dan memberikan bab sebelumnya, dimana akan memberikan
penjelasan mengenai berbagai fenomena informasi bahwa ada tidaknya perbedaan
yang ada dalam video tersebut. Kegiatan skor keterampilan pemecahan masalah dan
lain dalam LKPD sudah dapat terlaksana scientific attitude siswa yang menggunakan
dengan baik, siswa mampu menjawab perangkat pembelajaran berbasis PBL
berbagai pertanyaan dan melakukan dengan yang menggunakan perangkat
kegiatan secara berkelompok. Hal ini sudah konvensional.
didukung dengan adanya berbagai sumber Uji coba lapangan dilakukan dengan
referensi maupun sarana yang memadai. menggunakan 2 Kelas VII. Satu kelas
Kegiatan selanjutnya mempresen- sebagai kelas perlakuan dan satu kelas lagi
tasikan hasil karya dengan menyajikan hasil sebagai kelas kontrol. Kelas perlakuan yang
diskusi kelompok berdasarkan kegiatan digunakan yaitu pada Kelas VII F. Proses
yang dilakukan di LKPD. Presentasi pembelajaran yang dilakukan dengan meng-
langsung menampilkan LKPD dengan gunakan perangkat pembelajaran yang
menggunakan OHP yang dihubungan sudah dikembangkan. Pada kelas kontrol
dengan LCD, sehingga siswa tidak perlu proses pembelajarannya menggunakan
menulis ulang hasil diskusi menggunakan perangkat pembelajaran yang digunakan
media lain. Hal ini sangat efisien sehingga oleh guru IPA SMPN 1 Sleman yang
kegiatan presentasi berjalan dengan baik dilakukan di Kelas VII C. Pelaksanaan
dengan kegiatan diskusi yang dapat melatih uji coba lapangan di kelas eksperimen
siswa untuk mengemukakan pendapatnya. didasari oleh berbagai perbaikan dari
Akan tetapi, kegiatan presentasi ini masih uji coba terbatas. Hasil analisis dengan
kurang memberikan kesempatan kepada menggunakan MANOVA disajikan pada
semua kelompok untuk mempresentasikan Tabel 3.
hasil diskusi karena waktu yang dibutuh- Tabel 3 menunjukkan analisis multi-
kan tidak cukup. Sehingga presesntasi variat mengenai data hasil scientific attitude
hanya dilakukan oleh satu sampai dua dan keterampilan pemecahan masalah an-
kelompok saja. tara yang menggunakan model PBL dengan
Pada akhir kegiatan pembelajaran model konvensional menghasilkan nilai
belum berjalan dengan optimal. Hal ini signifikansi 0,00 pada nilai F Wilk’s Lambda
dikarenakan guru kurang memberikan 27,018. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
konfirmasi mengenai beberapa konsep nilai signifikansinya <0,05. Hal ini berarti
yang telah diperlajari. Guru masih kurang diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
36
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...
perbedaan hasil scientific attitude dan masalah mengenai apa yang telah mereka
keterampilan pemecahan masalah antara pelajari.
yang menggunakan model PBL dengan Proses kegiatan pembelajaran di-
model konvensional. lakukan dengan memperhatikan segala
Hasil analisis MANOVA menunjukkan kekurangan yang terjadi pada saat uji
bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis coba terbatas. Dalam hal ini guru sudah
PBL lebih efektif dalam meningkatkan menjalankan semua tahapan pembelajaran
keterampilan pemecahan masalah dan model PBL, khususnya pada tahap
scientific attitude peserta didik dibanding- orientasi masalah dengan menggunakan
kan dengan menggunakan perangkat bantuan media pembelajaran berupa
pembelajaran konvensional. Keefektifan LKPD, video, maupun gambar. Diharapkan
perangkat pembelajaran berbasis PBL dengan media yang ada dapat membantu
ini juga sesuai dengan pendapat Kilbane peserta didik dalam memahami fenomena
& Milman (2014: 295-296) menyatakan maupun materi yang ada. Kemudian
bahwa terdapat beberapa kelebihan yang guru membimbing peserta didik untuk
dapat diperoleh dengan menerapkan model merumuskan permasalahan yang terjadi
PBL dalam proses kegiatan pembelajaran di berdasarkan pada video atau gambar yang
antaranya meningkatkan keterampilan abad disajikan. Dalam tahap ini, peserta didik
21, membantu peserta didik memahami lebih aktif dan antusias mengemukakan
permasalahan nyata yang kompleks, pendapatnya terkait dengan fenomena pada
meningkatkan kemampuan daya ingat yang video atau gambar yang disajikan. Dengan
panjang. Dengan demikian, secara tidak demikian, mereka terlihat menjadi lebih
langsung dapat dikatakan bahwa proses terlatih dan terbiasa dalam membuat dan
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan merumuskan permasalahan.
baik. Selama kegiatan pembelajaran ber-
Istikomayanti (2015: 373) menam- langsung, aktifitas peserta didik didalam
bahkan bahwa PBL dapat mengembangkan kelas sangat aktif dan antusias dalam
pemikiran peserta didik serta mampu mengikuti pembelajaran yang ditunjukkan
menemukan sendiri pemahaman dari data scientific attitude. Hal ini
yang sudah dibangunnya. Selain itu, dikarenakan scientific attitude merupakan
Handayani, Karyasa, & Suardana (2015) sikap ilmiah yang selalu telihat selama
menyatakan bahwa model PBL merangsang kegiatan pembelajaran berlangsung. Astuti,
pembelajaran aktif dengan meminta peserta Sumarno, & Sudarisman (2012: 57)
didik untuk menggunakan kata-katanya menyatakan bahwa sikap tertentu yang
sendiri dalam meringkas dan mendorong dikembangkan untuk mencapai hasil
mereka dalam menemukan hubungan antara yang diharapkan dengan menciptakan
37
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43
38
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...
kontekstual membuat peserta didik lebih menerapkan model PBL dalam proses
tertarik dalam pembelajaran, memberikan kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan
rasa ingin tahu dan meningkatkan prestasi, keterampilan abad 21, membantu peserta
kemampuan pemecahan masalah, analisis. didik memahami permasalahan nyata yang
Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kompleks, meningkatkan kemampuan daya
materi pencemaran dibelajarkan dengan ingat yang panjang, memotivasi peserta
menggunakan model yang tepat, salah didik untuk belajar, dan menggunakan
satunya yaitu PBL. Hal ini sejalan dengan pengetahuan sebelumnya.
pendapat dari Fogarty (1997: 2) yang Keterampilan pemecahan masalah
menyatakan bahwa PBL merupakan termasuk dalam berfikir tingkat tinggi.
model kurikulum yang dirancang untuk Hal ini diperlukan analisis terhadap suatu
mempelajari masalah kehidupan nyata, fenomena yang terjadi dengan mengumpul-
bersifat terbuka, dan menghasilkan banyak kan informasi, meramal, rancangan, dan
penafsiran atau bersifat kompleks. Gregory membuat kesimpulan terhadap permasalah-
& Chapman (2013: 171) lebih lanjut an yang ada. Sesuai dengan pendapat Moore
menyatakan PBL menyediakan peserta (2015: 392-393) yang menyebutkan bahwa
didik masalah yang menantang, kemudian pemecahan masalah melibatkan enam
mereka menggunakan informasi dan langkah yaitu mengidentifikasi masalah,
proses dalam situasi yang nyata untuk pengumpulan data, mengidentifikasi
memecahkan masalah tersebut. hambatan atau tujuan, mengidentifikasi
Keterampilan pemecahan masalah alternatif pemecahan, menyusun tingkatan
di kelas perlakuan menunjukkan bahwa alternatif pemecahan, dan memilih alternatif
model PBL selain dapat meningkatkan pemecahan yang terbaik.
ke t e ra m pi l an p em e c ah an m as al a h Yin (2015) juga menyatakan bahwa
juga membantu peserta didik dalam kerangka kerja mungkin digunakan
mengkonstruksi berbagai permasalahan untuk pembelajaran aktif dan kolaboratif
yang ada menjadi pengetahuan baru yang memungkinkan peserta didik untuk
yang mudah dipahami oleh peserta didik. memecahkan masalah melalui analisis,
Amisyah, Sarong, & Nurmaliah (2013: 91) aplikasi dan berbagai sumber yang
menyatakan bahwa kemampuan pemecah- diperoleh. Purwati (2015: 44) menegaskan
an masalah akan mendorong semangat dan bahwa pemecahan masalah merupakan
keinginan peserta didik untuk belajar. atura atau urutan yang dilakukan peserta
Chakravarthi & Vijayan (2010: 41-42) didik untuk memecah-kan soal-soal/
juga melihat bahwa PBL dapat membantu tugas-tugas yang ada dengan melibatkan
peserta didik menjadi pembelajar yang beberapa informasi dan untuk mendapatkan
mandiri, bertanggung jawab dalam penyelesaian. Sehingga peserta didik
mengenal dan mengejar tujuan belajar harus dibimbing dan dilatih agar memiliki
mereka serta mengarahkan mereka untuk keterampilan pemecahan masalah yang
belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, baik.
hal tersebut akan membuat peserta didik Memiliki keterampilan pemecahan
memiliki retensi atau daya ingat yang masalah berarti bahwa orang tersebut
lebih lama terhadap pengetahuan yang mampu berpikir kritis, logis dan kreatif.
dimilikinya. Hal ini sejalan dengan Syafii & Yasin (2013: 222) menyatakan
pendapat Kilbane & Milman (2014: bahwa pemecahan masalah merupakan
295-296) menyatakan bahwa dengan belajar tingkat tertinggi dan lebih kompleks.
39
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43
Proses berifkir berfikir dalam pemecahan menggunakan model PBL untuk melatih
masalah membutuhkan keterampilan untuk dan meningkatkan keterampilan pemecahan
memproses dan mengatur informasi yang masalah.
diperoleh untuk digunakan dalam proses Selama kegiatan pembelajaran di kelas
pemecahan masalah. Santrock (2011: 26) perlakuan suasana pembelajarannya sangat
menyatakan bahwa pemecahan masalah aktif dan semangat. Hal tersebut ditunjukkan
melibatkan penemuan sebuah cara yang dengan berbagai tanggapan dan pertanyaan
sesuai untuk mencapai suatu tujuan. Hal yang dikemukakan oleh peserta didik. Hal
tersebut dipertegas oleh Ikhwanuddin, ini sangat menarik karena, sebagian besar
Jaedun, & Purwantoro (2010: 216) fokus peserta didik ternyata sangat antusias
berfikir pemecahan masalah merupakan dalam menggali informasi terkait dengan
berfikir tentang tujuan dan cita-cita yang penyebab dan solusi yang bisa dilakukan.
dapat ditentukan sehingga masalah akan Mereka tanpa rasa canggung atau sungkan
ditetapkan. mengemukakan pendapatnya yang disertai
Perbedaan pencapaian keterampilan dengan penjelasan yang bisa diterima oleh
pemecahan masalah antara kelas perlakuan peserta didik lainnya. Selain itu, beberapa
dan kelas kontrol sangat dipengaruhi oleh pendapat yang mereka kemukakan juga
bagaimana seorang guru memberikan disertai dengan fenomena atau kejadian
pengajaran terhadap peserta didik. Dengan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
demikian, sangat penting peran guru misalnya menghemat pemakaian barang
dalam memilih dan menggunakan model yang terbuat dari plastik dengan melakukan
pembelajaran yang tepat. Keterampilan kantong yang terbuat dari kertas, mendaur
pemecahan masalah dapat dilatih dengan ulang plastik dengan membuat sandal,
menggunakan model PBL, seperti kegiatan bungan, tas dari limbah plastik, dan se-
pembelajaran yang dilakukan di kelas bagainya. Sejalan dengan Susanto (2015)
perlakuan. mengemukakan bahwa masalah yang
Arends (2008: 41-43) menyatakan timbul juga harus diselesaikan dengan
bahwa PBL bertujuan untuk membantu solusi nyata.
peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan SIMPULAN
mengatasi masalah, mempelajari peran Perangkat pembelajaran IPA berbasis
orang dewasa dan menjadi pelajar yang PBL berupa Silabus, RPP, LKPD, dan
mandiri. Lebih lanjut Arends (2012: 396) instrumen penilaian telah dikembangkan
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis melalui tahapan validasi dengan nilai A
masalah guru berperan memberikan atau sangat baik, uji coba terbatas, uji
berbagai masalah autentik, memfasilitasi coba lapangan dengan segala bentuk
penyelidikan peserta didik, dan mendukung revisinya, sehingga menghasilkan perangkat
pembelajaran peserta didik. Perolehan data pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah dari keterampilan memecahkan masalah dan
kelas perlakuan mengalami peningkatan, scientific attitude peserta didik. Dengan
sehingga hal tersebut terlihat bahwa demikian perangkat pembelajaran IPA
keterampilan pemecahan masalah dapat berbasis PBL layak digunakan dalam
terlatih dengan menggunakan model pembelajaran IPA SMP/MTs.
pembelajaran yang tepat dan sesuai. Terdapat perbedaan pembelajaran
Dalam penelitian ini disarankan agar antara yang menggunakan perangkat berbasis
40
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...
41
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43
42
Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...
43