Anda di halaman 1dari 4

-Rahmi Zagita Noerilita-

OBESITAS
1. Definisi obesitas
Adalah suatu kondisi kelebihan akumulasi lemak pada tubuh baik secara terlokalisasi ataupun
pada seluruh bagian tubuh. Obesitas juga merupakan suatu kelainan kompleks dari pengaturan nafsu
makan dan metabolism energy yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologi spesifik.

2. Etiologi obesitas
Sejauh ini penelitian yang telah dilakukan terhadap penyebab obesitas sangatlah kompleks.
Penyebab obesitas itu sendiri merupakan interaksi antara faktor genetic, lingkungan, gaya hidup,
aktivitas, sosial ekonomi dan nutrisional.
a. Gen
Faktor genetic yang berperan dalam penyebab obesitas adalah yang menyebabkan kelainan 1
atau lebih jaras pada pengaturan pusat makan, pengeluaran energy dan penyimpanan lemak.
b. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan tingginya resiko mengalami obesitas disertai
dengan pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan. Aktivitas
fisik dipercaya dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak pada tubuh.
Aktivitas fisik merupakan kegiatan pengeluaran energy yang tergantung dari 2 faktor, yaitu
tingkat aktivitas olahraga dan angka kebutuhan basal atau kebutuhan energy yang dibutuhkan
tubuh untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Fungsi lain dari aktivitas fisik adalah
dapat meningkatkan dan mengatur fungsi metabolisme tubuh.
c. Prilaku makan
Faktor ini memiliki korelasi yang erat dengan faktor sosial dan lingkungan serta aktivitas
fisik. Pola makan yang baik harus disesuaikan jumlah kebutuhan energi, jenis makan yang
sehat dan bergizi dan jadwal makan tertentu.
d. Neurogenik
Berhubungan dengan kelainan pada hypothalamus yaitu nucleus ventromedial yang mengatur
pusat kenyang. Kerusakan pada bagian ini berkontribusi besar untuk menyebabkan seseorang
menjadi rakus dan kegemukan.
e. Hormonal
Hormone-hormon yang berperan antara lain: Leptin, insulin, kortisol, dan beberapa peptide
usus. Leptin merupakan suatu sitokin yang diproduksi dan dikeluarkan oleh sel-sel adiposa
yang berfungsi untuk menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menurunkan jumlah
makanan yang dikonsumsi. Insulin berperan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan
energy dari jaringan adiposa tubuh. Kortisol merupakan hormone golongan glukokortikoid
yang dapat meningkatkan proses pembentukan glukosa seperti gluconeogenesis, mobilisasi
asam lemak dan proteolysis. Salah satu peptide usus yang secara tidak langsung berperan
adalah Increatin. Increatin dihasilkan oleh usus yang kerjanya dapat meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pancreas.
f. Beberapa penyakit endokrin

Blok 10 : Masalah Metabolisme, Endokrin & Nutrisi – Modul 1 (Metabolisme).Rahmi Zagita Noerilita
-Rahmi Zagita Noerilita-

3. Patofisiologi obesitas
Secara umum, obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori, yaitu asupan kalori yang
jauh melebihi kebutuhan energy seseorang. Hypothalamus, yang berperan sebagai pusat pengaturan
nafsu makan dan rasa kenyang memiliki beberapa mekanisme neurohormonal yang terdiri dari 3
komponen, yaitu:
a. Sistem aferen : menyalurkan sinyal dari berbagai tempat dengan komponen utamanya yaitu
Leptin yang disekresikan oleh sel adiposa, Peptida YY yang disekresikan oleh ileum dan
kolon dan Ghrelin yang disekresikan oleh lambung, dan Insulin.
b. Nucleus arcuatus dalam hypothalamus : memproses dan mengintegrasikan sinyal aferen dan
menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu (1) POMC dan CART
dan (2) NPY dan AgRP.
POMC : Pro-opiomelanocortin
CART : Cocaine and amphetamine-regulated transcripts
NPY : Neuropeptida Y
AgRP : Agouli-related peptide
c. Sistem eferen : menerima sinyal dari neuron orde pertama dan menyalurkan sinyal ke neuron
orde kedua dan berkomunikasi dengan otak tengah dan otak depan untuk mengontrol sistem
saraf otonom.
Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energy dan penurunan BB dengan
menghasilkan MSH dan aktivasi reseptor melanokortin sebagai neuron orde kedua dan
menghasilkan efek anoreksigenik.
Neuron NPY dan AgRP berperan dalam aktivasi reseptor Y1/5 pada neuron orde keduanya
untuk merangsang rasa lapar dan peningkatan BB yang akan menghasilkan efek
oreksigenik.

Selain itu, dikenal juga mekanisme sinyal pendek yang dapat mengontrol porsi dan waktu makan
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptide gastrointestinal.

4. Diagnosis obesitas
a. Pengukuran obesitas sentral
Selama 20 tahun terakhir, pengukuran IMT dijadikan patokan paling sering dalam
mendiagnosis obesitas. Namun, seiring dengan berkembangnya penelitian, dijelaskan bahwa
IMT tidak selalu mewakilkan komposisi massa lemak, melainkan massa otot, sehingga dunia
kesehatan menciptakan alternatif terbaru dalam diagnosis obesitas, yaitu: pengukuran rasio
pinggang-panggul dan lingkar perut.
b. Pengukuran konten lemak tubuh
c. Obesitas dengan BB yang normal

5. Tatalaksana obesitas
Tujuan utama dari tatalaksana obesitas adalah untuk menurunkan BB dan pengontrolan BB
melalui diet gizi medis dan peningkatan aktivitas fisik&olahraga.
Terapi non-farmakologis
a. Penentuan tingkat obesitas
b. Terapi fisik

Blok 10 : Masalah Metabolisme, Endokrin & Nutrisi – Modul 1 (Metabolisme).Rahmi Zagita Noerilita
-Rahmi Zagita Noerilita-


Diet perampingan : dianjurkan untuk mengurangi asupan makanan sekitar 25% dari
kebutuhan energy total, makan teratur 3x sehari (pagi, siang, dan malam sebelum jam
7 malam), untuk mengatasi rasa lapar sebelum jam makan rutin bisa dialihkan untuk
mengkonsumsi buah dan lebih dianjurkan makanan yang direbus daripada digoreng.
Selain itu proporsi KH : P : L adalah 60 : 20 : 20 dengan diutamakan karbohidrat
kompleks, konsumsi lemak jenuh <10% dan konsumsi serat 35g/hari.
 Olahraga : melibatkan otot-otot besar dan gerakan ritmis yang dilakukan secara
kontinyu, intensitasnya 65-75 % dari detak jantung maksimal, durasi 20-60 menit dan
frekuensi 3-5x / minggu. Untuk jenis latihan yang dianjurkan adalah yang bersifat
aerobic, contoh pilihan olahraganya adalah jalan, jogging, bersepeda, berenang dan
senam aerobic. Selain itu untuk menyeimbangkan proporsi penurunan BB, dianjurkan
juga untuk melakukan olahraga angkat beban untuk menjaga kekencangan otot.
c. Terapi psikologis
d. Self monitoring

Intervensi farmakologis

a. Orlistatin : merupakan suatu lipase-inhibitor dan dapat menurunkan insidensi DM, kadar
GDP dan HbA1c pada pasien diabetes, menurunkan kadar KT, LDL dan TG serta
meningkatkan kadar HDL.
b. Sibutramin : monamine re-uptake inhibitor. Bersama dengan Rimonaban dapat menurunkan
kadar TG dan meningkatkan kadar HDL.
c. Rimonaban : endocannabinoid CB1 antagonis reseptor.

Selain itu, ketiga obat ini dapat menurunkan lingkar perut dan menurunkan tekanan sistol dan
diastol.

6. Ko-morbiditas obesitas
a. Patogenesis obesitas – DM tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh kondisi resistensi insulin. Obesitas dapat
menimbulkan resistensi insulin melalui peningkatan produksi asam lemak bebas akumulasi
asam lemak yang besar dapat menginduksi terjadinya resistensi insulin terutama pada hati
dan otot. Asam lemak dan glukosa akan berkompetisi untuk berikatan dengan reseptor
insulin. Peningkatan produksi asam lemak akan meningkatkan jumlah asetil ko-A di dalam
mitokondria dan akan terjadi inaktivasi enzim piruvat dehydrogenase. Mekanisme ini akan
menginduksi peningkatan sitrat intraseluler sehingga akan menghambat fosfo-fruktokinase
dan glukosa-6-fosfat. Akibatnya akan terjadi penurunan uptake glukosa dari ekstraseluler ke
intraseluler.

b. Patogenesis obesitas – dyslipidemia


Akumulasi lemak pada bagian visceral tubuh secara metabolic merupakan jaringan lemak
yang paling aktif yang kemudian dapat terjadi peningkatan produksi asam lemak bebas akibat
akumulasi ini. Asam lemak bebas akan diubah menjadi asetil ko-A yang merupakan precursor
dari kolesterol. Setelah mengalami proses sintesis di hati, di dalam darah, kolesterol bersifat
tidak larut air sehingga harus berikatan dengan lipoprotein. Sebelum berikatan dengan

Blok 10 : Masalah Metabolisme, Endokrin & Nutrisi – Modul 1 (Metabolisme).Rahmi Zagita Noerilita
-Rahmi Zagita Noerilita-

lipoprotein, kolesterol akan mengalami esterifikasi dengan asam lemak sehingga sifatnya
akan lebih hidrofobik dan dapat lebih mudah dikemas dalam lipoprotein.

Ada 4 jenis lipopretin yaitu Kilomikron, VLDL, LDL dan HDL. Dyslipidemia adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan atau penurunan fraksi lipid di dalam plasma dikarenakan
peningkatan kadar kolesterol seperti dijelaskan pada mekanisme di atas.

c. Patogenesis obesitas – hipertensi


Obesitas  peningkatan produksi sitokin oleh sel-sek adiposa  hyperinsulinemia 
resistensi insulin  hiperglikemia  peningkatan penyerapan natrium dan air  gangguan
reabsorpsi natrium dan air  peningkatan volume darah dalam sirkulasi  peningkatan C.O
 peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

d. Patogenesis obesitas – PJK


Obesitas  dyslipidemia  peningkatan LDL  apabila jumlahnya menumpuk akan
menginduksi oksidasi LDL menjadi small dense LDL  pemicu aterosklerosis  aliran
darah terganggu karena plak aterosklerosis yang apabila tidak diterapi dengan tepat akan
bersifat progresif  sumbatan pembuluh darah coroner  PJK.

Blok 10 : Masalah Metabolisme, Endokrin & Nutrisi – Modul 1 (Metabolisme).Rahmi Zagita Noerilita

Anda mungkin juga menyukai