Anda di halaman 1dari 13

Gratis tidak untuk diperjualbelikan

Judul E-Paper:
Kaidah Quraniyah dalam Kehidupan
- Manusia Lebih Mengetahui Dirinya Sendiri -
Penyusunan:

Tim Belajar Tauhid

Penerbit:

Belajar Tauhid
Email: cs.belajartauhid@gmail.com
Telp: 087871995959
Medsos:

Dilarang memperbanyak isi buku ini


tanpa izin tertulis dari Tim Belajar Tauhid
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

Manusia Lebih Mengetahui Dirinya Sendiri

Allah ta’ala berfirman,


َ ‫َ َإ‬ َ َ ُ َ ‫َ إ إ‬
ٌ ‫ َول إو ألق ٰى َم َع ِاذ َير ٌُه‬.ٌ‫ان َعل ٰى ن إف ِس ِه َب ِص َيرة‬‫اْلنس‬
ِ ‫ب ِل‬
“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya

sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-


alasannya” [al-Qiyamah: 14-15].

Penjelasan ringkas
Ayat ini merupakan salah satu kaidah berinteraksi
dengan jiwa dan cara untuk mengobatinya dari
berbagai penyakit. Kaidah ini juga merupakan
tangga yang digunakan untuk menaiki tangga-
tangga penyucian jiwa. Karena sesungguhnya Allah
ta’ala telah bersumpah sebanyak sebelas kali dalam
surat asy-Syams demi menjelaskan kandungan
kaidah di atas, kemudian berfirman,

[2]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

َّ َ‫َ َ إ‬
‫ق إد أفل َح َم إن َزك َاها‬
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu” [asy-Syams: 9].

Secara ringkas, makna kaidah di atas adalah betapa


pun manusia berusaha berdebat dan
mengemukakan berbagai apologi untuk membela
perbuatan dan perkataan yang jelas-jelas diketahui
kesalahannya oleh diri sendiri, toh dia lebih
mengetahui hakikat perkataan dan perbuatannya,
meskipun berusaha ditutup-tutupi. Tak ada yang
lebih mengetahui hal itu dengan jelas melainkan
dirinya sendiri. Itulah mengapa Allah dalam ayat di
atas menggunakan kata bashirah bukan kata lain
yang semakna, karena kata bashirah mengandung
makna kejelasan dan bukti.

Bentuk-bentuk penerapan kaidah


Kaidah ini dapat diterapkan dalam banyak area
terutama dalam realita kehidupan sosial dan
pribadi. Di sini saya akan menyebutkan sejumlah

[3]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

contoh sehingga kita dapat mengoreksi dan


memperbaiki sikap kita yang keliru.

1. Dalam berinteraksi dengan dalil-dalil agama

Terkadang seorang dihadapkan dengan dalil


yang jelas dan tegas, di mana alim ulama tidak
berselisih pendapat akan kandungan dalil
tersebut yang menunjukkan hukum wajib atau
haram, meski demikian sebagian orang merasa
keberatan atas hukum yang terkandung dalam
dalil tersebut dan berusaha mencari celah untuk
menolaknya karena tidak sejalan dengan selera!

Semoga Allah merahmati Ibnu al-Qayyim ketika


beliau mengatakan,

‫فسبحان هللا! كم من حزازة في نفوس كثير من الناس‬


‫من كثير من النصوص وبودهم أن لو لم ترد؟ وكم من‬
‫ وكم من شجى في حلوقهم منها‬،‫حرارة في أكبادهم منها‬
‫ومن موردها؟‬
“Subhanallah! Betapa banyak orang yang risih
dengan dalil-dalil agama dan dia berharap dalil-

[4]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

dalil tersebut tidak pernah ada! Betapa panas


hati mereka ketika dihadapkan dengannya.
Betapa sakitnya tenggorokan mereka terhadap
dalil tersebut dan sumbernya!” [ar-Risalah at-
Tabukiyah hlm. 25].

Dalam berinteraksi dengan diri sendiri

- Di antara medan pengamalan kaidah ini


adalah menghindari karakter suka dan
senang mencari-cari aib dan kesalahan
orang lain, namun lupa akan aib dan
kesalahan sendiri. Hal ini pernah
diungkapkan oleh Qatadah rahimahullah saat
menafsirkan firman Allah di atas (QS. Al-
Qiyamah: 14). Beliau mengatakan,
ً
، ‫إذا شئت وهللا رأيته بصيرا بعيوب الناس وذنوبهم‬
ً
‫غافال عن ذنوبه‬
“Jika kamu ingin tahu orang itu, dia adalah
orang yang mengetahui aib dan kesalahan
orang lain, namun lupa akan aib dan dosanya
sendiri” [Tafsir ath-Thabari 24/63].

[5]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

Karakter ini tanpa diragukan lagi merupakan


tanda kehinaan, sebagaimana dinyatakan
oleh Bakr bin Abdullah al-Muzanni,
ً
ً ‫موكال بعيوب الناس‬
،‫ناسيا لعيبه‬ ‫إذا رأيتم الرجل‬
‫فاعلموا أنه قد ُم ِكر به‬
“Jika kamu menyaksikan orang yang sibuk
mengurusi kesalahan orang lain dan lupa
terhadap aibnya sendiri, ketahuilah bahwa
dia orang yang tertipu” [Hilyah al-Auliya
9/146].

Oleh karena itu, salah seorang ulama salaf


berkata,
َ ُ ُ َّ َّ ُ ‫َ إ َ ُ ِّ إ َ إ‬
ٌ َ ‫وب ن إف ِس‬
ٌ‫ك‬ ِ ‫الصد ِق أن ت ِقر ِلل ِه ِبعي‬
ِ ‫أنفع‬
“Kejujuran yang paling bermanfaat adalah
kamu mau mengakui berbagai aib dirimu
karena Allah semata” [Hilyah al-Auliya
9/282].

- Salah satu bentuk pengamalan kaidah ini


juga adalah dengan menghindari sikap
membela diri dengan berbagai alasan,
[6]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

padahal sudah mengetahui bahwa diri kita


berada dalam posisi yang salah, seperti yang
dinyatakan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah
ketika menafsirkan ayat 14-15 surat al-
Qiyamah. Beliau mengatakan, “Bahwa yang
dimaksud ayat ini adalah orang yang
mengemukakan banyak alasan dan berdebat
untuk membela diri, padahal dia tahu berada
dalam posisi yang salah” [Majmu’ al-Fatawa
14/445].

Oleh karena itu, kaidah kehidupan yang


agung ini memberikan arahan kepada kita
hendaknya kita sibuk mengurus aib diri
sendiri dan berusaha melepaskan dari aib
tersebut sekuat tenaga, karena yang
demikian itu termasuk memerangi hawa
nafsu (jihad an-nafs) yang sangat mulia.
Hendaknya kita tidak condong mengikuti
dan membiarkan aib dan kesalahan diri
sendiri dengan beralasan itu adalah sifat
bawaan yang telah menjadi kebiasaan. Tidak
seorang pun yang lebih mengerti tentang

[7]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

kepribadian, aib, kekurangan dan karakter


pribadi selain diri kita sendiri.

Renungkah perkataan Ibnu Hazm


rahimahullah berikut,

‫ فلم أزل بالرياضة (مجاهدة‬،‫كانت ِّفي عيوب‬


‫ صلوات هللا‬- ‫النفس) واطالعي على ما قال األنبياء‬
‫ واألفاضل من الحكماء املتأخرين‬- ‫عليهم‬
‫ في األخالق وآداب النفس أعاني‬،‫واملتقدمين‬
‫ على أكثر ذلك‬- ‫عز وجل‬
ٌ - ‫ حتى أعان هللا‬،‫مداواتها‬
‫ وتمام العدل ورياضة النفس‬- ‫ومنه‬ ِّ ‫ بتوفيقه‬-

‫والتصرف بأزمة الحقائق هو اْلقرار بها (العيوب)؛‬


-‫ إن شاء هللا‬- ‫ليتعظ بذلك متعظ‬
“Saya sadar memiliki banyak aib dan tak
henti-hentinya aku memerangi hawa
nafsuku, serta meneliti nasihat-nasihat
perihal akhlak dan etika jiwa dari para nabi
‘alaihim as-salam dan ahli hikmah untuk
mengobatinya, hingga Allah membantuku
[8]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

mengatasi sebagian besar aib tersebut


dengan taufik dan karunia-Nya. Keadilan
yang sempurna, mengolah jiwa dan
menghadapi kenyataan yang menyakitkan
adalah dengan mengakui aib-aib diri
sehingga insya Allah seseorang bisa
mengambil pelajaran” [Rasail Ibnu Hazm
1/354].

Kemudian beliau menyebutkan aib-aib yang


pernah bersarang dalam diri beliau dan
memaparkan bagaimana beliau
mengatasinya.

- Termasuk pelajaran yang dapat dipetik dari


kaidah ini adalah selama seorang sadar
bahwa dialah yang lebih mengetahui tentang
hakikat dirinya sendiri dan bukan orang lain,
maka dia wajib mewaspadai saat ada pujian
dari orang-orang di sekelilingnya, karena
terkadang pujian itu melenakan. Sebaliknya,
suatu saat dia juga akan mendengar orang
yang tidak menghargainya, menginjak
kehormatannya atau bahkan
menghinakannya dengan tindakan aniaya.
[9]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

Orang yang mengetahui hakikat dirinya


sendiri tidak akan bangga mendengar pujian
dan juga tidak merasa hina dengan
cemoohan atas karakter yang tidak berada
dalam dirinya. Dengan begitu dia bisa
meluruskan kesalahan-kesalahannya dan
berusaha menyempurnakan dirinya dengan
akhlak mulia sekuat tenaga.

Penutup
Buah terindah dari mengetahui hakikat diri sendiri
adalah dianugerahi taufik untuk mudah mengakui
kesalahan dan dosa. Inilah derajat yang dimiliki
para nabi, ash-shiddiqin dan orang shalih.

Perhatikan pengakuan kedua orang tua kita, Adam


dan Hawa, setelah memakan “buah khuldi”,
َ ُ َ َ َ ‫َ َإ‬ ‫ََ َإ‬ َ َ
‫قاَل َرَّب َنا ظل إم َنا أن ُف َس َنا َوِإ إن ل إم تغ ِف إر ل َنا َوت إر َح إم َنا ل َنكون َّن ِم َن‬
َ ‫إ‬
ٌ َ ‫اس ِر‬
‫ين‬ ِ ‫الخ‬
“Keduanya berkata: "Ya Rabb kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
[10]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

mengampuni kami dan memberi rahmat kepada


kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi” [al-Araf: 23].

Renungkan penyesalan nabi Nuh ‘alaihi as-salam


saat dilarang oleh Allah meminta sesuatu yang
tidak mungkin diketahui hakikatnya,
َّ ‫إ‬ َ ‫وذ ب َك َأ إن َأ إس َأ َل َك َما َل إي‬
‫س ِلي ِب ِه ِعلم ۖ َوِإَل‬
ُ ُ َ ِّ ِّ َ َ َ
ِ ‫قال ر ِب ِإ ِني أع‬
َ ‫ََ َ إ َُ إ َ إ‬ ‫َإ‬
ٌ َ ‫اس ِر‬
‫ين‬ ِ ‫تغ ِف إر ِلي وت إرحم ِني أكن ِمن الخ‬
“Nuh berkata: Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku
berlindung kepada Engkau dari memohon kepada
Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui
(hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi
ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas
kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk
orang-orang yang merugi" [Hud: 47].

Perhatikan ratapan nabi Musa ‘alaihi as-salam yang


menyesal telah membunuh laki-laki koptik,
ُ ‫اغف إر لي َف َغ َف َر َل ُه ۚ إ َّن ُه ُه َو إال َغ ُف‬
‫َ إ‬ ‫ال َ ِّب إ ِّني َظ َل إم ُت َن إ‬ َ
‫ور‬ ِ ِ ِ ‫ف‬ ‫ي‬ ‫س‬
ِ ‫ف‬ ِِ ِ‫ق َ ر‬
ٌُ ‫الر ِح‬
‫يم‬ َّ

[11]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

“Musa mendoa: "Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku


telah menganiaya diriku sendiri karena itu
ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya,
sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang” [al-Qashash: 16].

Renungkan rangkaian kejadian yang berujung pada


pengampunan orang-orang munafik saat mereka
mengakui kesalahan-kesalahan mereka. Allah
ta’ala berfirman,
‫ّللاُ أَ ْن‬
َ ‫سى‬ َ ‫س ِيئاا َع‬
َ ‫صا ِل احا َوآخ ََر‬ ُ َ‫َوآخ َُرونَ ا ْعت ََرفُوا ِبذُنُو ِب ِه ْم َخل‬
َ ‫طوا َع َم اًل‬
‫ور َر ِحي ٌم‬ َ َ ‫وب َعلَ ْي ِه ْم ۚ إِ َن‬
ٌ ُ‫ّللا َغف‬ َ ُ ‫يَت‬
“Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui
dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan
pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang
buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
maha Penyayang” [at-Taubah: 102]. Ulama
menyimpulkan, “Seorang yang tidak mau mengakui
dosa-dosanya adalah bagian dari orang munafik”
[ash-Sharim al-maslul 1/362].

Semoga Allah memberikan kita taufik agar kita


menjadi pribadi yang mampu menyadari aib-aib
[12]
Gratis tidak untuk diperjualbelikan

yang bersarang dalam diri sendiri dan menjaga kita


dari keburukannya.

═══ ¤❁✿❁¤ ═══


Facebook Fanspage: bit.ly/fb-belajartauhid
Instagram: bit.ly/ig-belajartauhid
Telegram: bit.ly/tg-belajartauhid
Blog: www.ayobelajartauhid.wordpress.com
Daftar Broadcast Harian via WhatsApp ke:
087871995959
═══ ¤❁✿❁¤ ═══

[13]

Anda mungkin juga menyukai