Oleh : Oliviany Nurul Azizah (18770019) dan Mirza Rizki Pratama (18770036)
Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) A
A. Pendahuluan
1
B. Pembahasan
1. Pendidikan Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq (11-13 H / 632-634 M)
Dalam menghadapi segala rintangan dan cobaan dan selalu siap membela
pada garda terdepan dengan sepenuh jiwa. Setelah menjabat sebagai khalifah Abu
Bakar memimpin umatnya dengan tegas dan bertanggung jawab.
Kepemimpinannya begitu singkat tetapi sangat kuat dalam meletakan pondasi
keimanan 632-634 M. Ketika berita meninggalnya Nabi Muhammad SAW
tersebar keseluruh penjuru negeri, banyak kabilah-kabilah Arab yang murtad dan
muncul nabi-nabi palsu.3 Orang Arab banyak mendakwakan dirinya sebagai nabi
sementara itu juga terdapat problematika yang lain yiatu, enggan membayar zakat
serta muncul pemberontakan. Para pembrontak adalah dari kalangan orang-orang
yang baru masuk Islam dan dengan sendirinya mereka belum mantap
keislamannya yang masih perlu bimbingan lebih lanjut dalam melaksanakan
ajaran-ajaran Islam.4
1
Muhammad Husain Haekal, Abu Bakr As-Siddiq, diterjemahkan oleh Ali Audah, (Jakarta:
Pustaka Litera Antarnusa, 1995), 322.
2
Syaikh Mahmud Al Mishri, Sahabat-Sahabat Rasullullah SAW Jilid 1, diterjemahkan oleh
Izzudin karimi, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2010), 109.
3
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 196.
4
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam, Ed. 1, Cet. 3, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 71.
2
Pembrontakan itu yang kemudian menimbulkan Perang Riddah
(Kemurtaddan) Mereka menanggap dirinya berhak merdeka dan mengurus
dirinya sendiri di Madinah. Abu Bakar menyatukan presepsi para sahabatnya
untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapan kearah itu kemudian
menginstruksikan untuk memerangi kelompok yang murtad di wilayah masing-
masing.5 Melihat kondisi yang seperti itu Abu Bakar mengutus pasukan dibawah
komando Khalid bin al-Walid yang sangat besar dalam memerangi orang Arab
yang mengaku dirinya sebagai nabi adapun yang paling berbahaya adalah
Musailamah. Lantaran berbuat dusta Musailamah mendapat gelar “al-Kazzab”.6
Dalam peperangan yang dahsyat sampai akhirnya banyak penghafal Al-Qur’an
dari kalangan sahabat dalam perang Yamamah banyak yang gugur.
Atas saran dari Umar Ibn Khattab kepada Abu Bakar untuk
mengumpulkan Al-Qur’an karena adanya kekhawatiran terhadap perubahan
keadaan dimasa yang akan datang jika al-Qur’an tidak dikumpulkan setelah
banyaknya kematian yang menimpa para qurra’ (para penghafal Al-Qur’an) pada
perang Yamamah. Khalifah Abu Bakar menyediakan sarana, prasarana dan
fasilitas yang memungkinkan terlaksananya ajaran agama yaitu dengan
mengumpulkan Al-Qur’an yang berserakan sebagai dasar pendidikan Islam. 7
Kemudian ditunjuklah Zaid bin Tsabit seorang ahli Qiraat dan Fikh, dan beliaulah
yang mendapatkan tugas memimpin penulisan kembali Al-Qur’an. Pada tahun 12
H. Zaid bin Tsabit mulai mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai pelepah kurma,
dari batu yang pipih, dan dada manusia (hafalan mereka) sampai akhirnya Zaid
bin Tsabit mendapatkan akhir surat at-Taubah bersama Abu Khuzaimah al-
Anshari.8
5
Al-Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung,
diterjemahkan oleh Abu ihsan al-Atsari, (Jakarta: Dar al-Wathan, 2014), 21.
6
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 196.
7
Choirun Niswah, “Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin dan Bani Umayah”,
Jurnal Tadrib, Vol. 1, No. 2, 2015, 173.
8
Syaikh Mahmud Al Mishri, Sahabat-Sahabat Rasullullah SAW Jilid 1, diterjemahkan oleh
Izzudin karimi, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2010), 178.
3
Abu Bakar tak mempunyai waktu yang cukup dalam membuat suatu
tatanan sistem pemerintah karena waktu yang begitu singkat kebijakannya
menempatkan Umar bin Khattab dalam bidang kehakiman, Ustman bin Affan dan
Zaid bin Tsabit sebagai sekretariat negara membuktikan bahwa konsep Islam
dalam sistem pemerintahan belum begitu jelas. Namun Abu Bakar dalam
menghadapi masalah tidak pernah bersikap fanatik secara berlebihan. Dari segi
Materi Pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak,
ibadah dan kesehatan.
9
Kutipan dari Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidayakarya Agung,
1989), 18.
10
Halaqah adalah guru duduk di atas tikar yang dikelilingi oleh muridnya dan guru
memberikan materi baik mengkaji Al-Qur’an, Hadits, hukum Islam dan Fatwa.
4
digunakan pada masa Abu Bakar yaitu Masjid, Suffah dan khuttab. 11 Khuttab-
khuttab didirikan oleh orang-orang yang hafal Al-Qur’an maka dijadikanlah Al-
Qur’an sebagai titik pusat pelajaran tingkat rendah serta ditambah beberapa mata
pelajaran yang lain. Dan pusat pembelajaran pada saat itu berada di madinah.
Khalifah Umar bin Khattab adalah orang yang pertama kali membawa
tongkat pemukul untuk memberi pelajaran atau hukuman kepada orang yang salah
bagi peminum khamar dengan 80 kali cambukan. Khalifah yang banyak sekali
melakukan penaklukan.12 Pada era Umar bin Khattab secara keseluruhan tidak ada
kekacauan yang berati kondisi politik dalam keadaan stabil bahkan sebaliknya
Islam menjadi lebih gemilang. Masa kepemimpinannya selama 10 tahun 5 bulan 21
malam. Ekspansi wilayah Islam pada masa Umar bin Khattab meliputi Wilayah
11
Khuttab merupakan lembaga pendidikan setelah Masjid, lembaga pendidikan dasar. Dalam
bentuk awalnya hanya berupa ruangan dirumah seorang guru. Sejalan dengan meluasnya wilayah
kekuasaan kaum muslimin bertambah pulalah jumlah penduduk yang memulik Islam. ketika itu
kuttab-kuttab mengambil tempat diruangan rumah guru saja, tetapi mulai dirasakan tidak memadai
untuk menampung anak-anak yang jumlahnya semakin besar. Dukutip dalam buku Suwito dan
Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), 12.
12
Al-Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, terj. Abu
ihsan al-Atsari, (Jakarta: Dar al-Wathan, 2014), 213.
5
Persia, wilayah Syam, Mesir, Iskandariyah (Alexandria) Tripoli Barat, Burqah,
Jazirah Eufrat dan wilayah Irak dan wilayah timur dan masih banyak lainnya.
Kemenangan kaum muslimin dalam menaklukan wilayah disebabkan adanya
gelora semangat keteguhan, ketabahan dan keberanian. Nabi Muhammad telah
memberikan teladan dengan mengizinkan pemeluk Yahudi dan Kristen di Arabia
tetap berpegang pada keyakinannya tetapi dengan syarat membayar upeti, seperti
itulah yang diterapkan Umar bin Khattab dalam mengambil kebijakan terhadap
orang Yahudi, Kristen, dan Zoroaster Timur Tengah yang mana mereka dipandang
sebagai ahli al kitab (pemilik kitab suci) yakni pemeluk wahyu tertulis yang
terdahulu.13
Umar bin Khattab sangat luar biasa dengan membentuk lembaga dan
pranata sosial, mulai memberlakukan hukum ketatanegaraan yaitu mulai dirintis
tata cara menata struktur pemerintahan yang bercorak desentralisasi yaitu
pemerintahan dikelola oleh sistem pemerintahan pusat dan pemerintahan provinsi.
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi yakni Makkah,
Madinah, Syiria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestinadan Mesir. Serta membentuk
lembaga yudikatif kekuasaan seorang hakim atau qadhi, dan ekskutif sebagai badan
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, terj. Ghufron A. Mas’adi, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta:
13
6
pemerintahan dan menertibkan sistem gaji dan pajak tanah. Ini membuktikan pada
masa khalifah Umar bin Khattab sudah tercipta peradaban yang sangat maju. 15
Semua rampasan perang (ghanimah) dimasukkan kedalam baitul mal sebagai salah
satu pemasukan negara untuk membantu rakyat.
15
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), 119.
16
Nina Aminah, Pola Pendidikan Islam Periode Khulafaur Rasyidin, Jurnal Tarbiya, Vol. 1,
No 1, 2015, 37.
7
subuh Umar bin Khattab di tikam dengan belati yang memiliki dua mata oleh Abu
Lu’lu’ah Fairuz seorang budak yang beragama majusi. 17 Akhirnya umar wafat
setelah 3 hari setelah peristiwa itu, kemudian digantikan oleh Utsman bin Affan
melalui pemilihan dari 6 kandidat yang dipilih oleh Umar sebelum wafat.
Utsman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya juga sangat
pemurah menafkahkan hartanya untuk kepentingan ummat Islam. Utsman diangkat
menjadi khalifah hasil dari pemilihan panitia enam (Utsman, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf).
yang ditunjukoleh khalifah Umar bin Khattab menjelang beliau akan meninggal.18
Setidaknya sampai abad ke-15 Mekah dan Madinah hanya sebagai ‘pusat ibadah
dan keagamaan’, khususnya ibadah haji, tidak menjadi pusat keilmuan. Hal ini
karena pusat-pusat keilmuan Islam justru tumbuh di tempat lain, seperti Baghdad,
Kordova, dan Kairo. Pada akhirnya, pertumbuhan dan intelektualisme Islam sangat
berkait dengan dukungan dari penguasa dan kekuasaan politik.
Begitupun tidak bisa diberikan oleh para penguasa Mekah dan Madinah,
karena mereka, yang biasa dikenal dengan ‘syarif” (asyraf) justru tergantung pada
kekuasaan politik lain. Hal ini terlihat jelas pada masa-masa Mekah dan Madinah
19
masa kekhalifahan Utsman. Karena pada masa ini lebih banyak konflik
kepentingan diantara penguasa. Pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan
pendidikan tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini
hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang
mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rosulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah dimasa khalifah
Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah–daerah yang
17
Al-Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, terj. Abu
ihsan al-Atsari, (Jakarta: Dar al-Wathan, 2014), 230.
18
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), 48.
19
Azyumardi Azra, Histografi Islam Kontemporer: Wacana Aktualitas, dan Aktor Sejarah,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), 162.
8
mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan
di daerah–daerah.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat
dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah dibolehkan ke
daerah-daerah untuk mengajar.20 Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa
Utsman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang
ingin menuntut dan belajar Islam. Dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak,
sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk
memberikan pendidikan kepada masyarakat. Khalifah Utsman sudah merasa cukup
dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun walaupun begitu, ada usaha yang
cemerlang yang telah terjadi dimasa ini yang berpengaruh luar biasa bagi
pendidikan Islam yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an.
20
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, 51.
21
Dedi Wahyudi, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam: Dari Masa Klasik, Tengah,
Hingga Modern, (Qoulun Pustaka, 2014), 33.
9
berdialek Quraisy (Arab). Salinan Al-Qur’an dengan nama al-Mushaf ini, kemudian
dikirim ke tiga kota, yaitu Damaskus, Basrah, dan Kufah, sedangkan Kitab asli versi
pertama disimpan di Madinah. Naskah asli yang tetap di Madinah ini kemudian
disebut Mushaf al-Imam. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, tugas mendidik
dan mengajar umat diserahkan pada ummat itu sendiri, artinya pemerintah tidak
mengangkat guru-guru. Jadi para pendidik tersebut dalam melaksanakan tugasnya
hanya mengharapkan keridhaan Allah semata. Adapun objek pendidikan pada masa
itu terdiri dari:
a) Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam
b) Anak– anak, baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru
memeluk Islam
c) Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam
d) Orang yang mengkhususkan dirinya menuntut ilmu agama secara luas dan
mendalam
10
1. Fase pembinaan: dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar terdidik
memperoleh kemantapan iman
2. Fase pendidikan: ditekankan pada ilmu-ilmu praktis dengan maksud agar
mereka dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan
sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari
3. Fase pelajaran: ada pelajaran–pelajaran lain yang diberikan untuk
penunjang pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Hadits, seperti bahasa Arab
dengan tata bahasanya, menulis, membaca, syair dan peribahasa.22
Pada saat ini, umat Islam sudah tersebar luas, mereka memerlukan
pemahaman Al-Qur’an yang mudah dimengerti dan mudah dijangkau oleh alam
pikirannya. Hadits atau sunnah Rasul sangat berperan penting untuk membantu dan
menjelaskan Al-Qur’an. Lambat laun timbullah bermacam-macam cabang dari
ilmu hadits. Untuk tempat belajar masih di kuttab, di masjid atau rumah-rumah.23
Namun pada masa ini tidak hanya Al-Qur’an saja yang dipelajari, tetapi Ilmu Hadits
juga dipelajari secara langsung dari para sahabat Rasul.
Ali adalah khalifah yang keempat setelah Utsman bin Affan. Pada masa
pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah (istri Nabi) beserta
Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahfahaman dalam menyikapi
pembunuhan terhadap Utsman, peperangan diantara mereka di sebut perang Jamal
(unta) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi
22
Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:
Angkasa, 1983), 60.
23
Soekarno, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, 65-67.
11
pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan
khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.24
Pada masa khalifah Ali ini terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa ini, kegiatan
pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan yang besar. Pada saat itu
khalifah Ali bin Abi Thalib tidak lagi memikirkan masaalah pendidikan karena
seluruh perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi
masyarakat Islam. Dengan demikian masalah pola pendidikan pada masa Khulafaur
Rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca
tulis dan ajaran –ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
24
Soekarno, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, 50.
12
4) Kuffah. Sahabat-sahabat yang termasyhur disini adalah Ali bin Abi Thalib, dan
Abdullah bin Mas’ud yang mengajarkan Al-Qur’an, ia adalah ahli tafsir, hadits,
dan Fiqh.
5) Damaskus (Syam). Sahabat yang mengajarkan ilmu disana adalah Mu’adz bin
Jabal, Ubaidillah, dan Abu Darda’
6) Mesir. Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di
Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadits. 25
C. Penutup
Setelah dibaiatnya abu bakar sebagai khalifah pertama, atas usul dari Umar
bin Khattab beliau pada zaman khlaifah Abu Bakar dilakukan pengumpulan Al-
Qur'an karena banyaknya huffazh yang meninggal di perang Yamamah. Walaupun
dalam kepemimpinannya khalifah masih disibukkan dengan memerangi orang-
orang yang murtad dan enggan membayar zakat setelah wafatnya Nabi, pendidikan
pada masa itu tetap berjalan, proses pendidikan di zaman Abu Bakar tidak jauh
berbeda dari masa Nabi Muhammad. Pendidikan dilakukan di halaqah, masjid,
kuffah, dan kuttab.
25
Soekarno, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, 21.
13
tidak boleh keluar dari daerahnya, diberikan keluangan untuk keluar dan menetap
didaerah yang mereka inginkan untuk memberi pendidikan. Proses pelaksanaan
pola pendidikan pada masa Utsman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh
seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam. Pada masa ini juga
dilakukan perevisisan Al-Qur'an meneruskan masa abu bakar, untuk menghindari
perbedaan dialek dalam membaca al-qur'an.
14
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Yogyakarta: Diva Press, 2015.
Aminah, Nina. Pola Pendidikan Islam Periode Khulafaur Rasyidin, Jurnal Tarbiya,
Vol. 1, No 1, 2015.
Azra, Azyumardi, Histografi Islam Kontemporer: Wacana Aktualitas, dan Aktor
Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Husain Haekal, Muhammad. Abu Bakr As-Siddiq, terj. Ali Audah, Jakarta: Pustaka
Litera Antarnusa, 1995.
Ibnu Katsir, Al-Hafizh. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung,
diterjemahkan oleh Abu ihsan al-Atsari, Jakarta: Dar al-Wathan, 2014.
K. Hitti, Philip. History Of Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi, Cet. 1, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam, terj. Ghufron A. Mas’adi, Ed. 1, Cet. 2,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000.
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Niswah, Choirun. Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin dan Bani
Umayah, Jurnal Tadrib, Vol. 1, No. 2, 2015.
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
1997.
Rama, Bahaking. Genealogi Ilmu Tarbiyah dan Pendidikan Islam: Studi Kasus
terhadap Masa Pertumbuhan, Jurnal Lentera,Vol. 5, No. 2, 2016.
Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:
Angkasa, 1983.
Suwito dan Fauzan. Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Wahyudi, Dedi, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam: Dari Masa Klasik,
Tengah, Hingga Modern. Qoulun Pustaka, 2014.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam, Ed. 1, Cet. 3, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
15