Disusun Oleh:
Sofi Fitriani Eka Putri 154101004
Sinta Berliana Dewi 154101029
Yola Agustine 154101037
Rika Sopiani 154101040
Dedi Suhendi 154101044
Muhammad Arif Subhan 154101111
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
Cover......................................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Deskripsi Produksi........................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM ...........................................................................3
A. Profil Usaha..................................................................................................3
B. Bahan Utama, Bahan Pembantu, dan Energi................................................4
C. Proses Produksi............................................................................................6
BAB III IDENTIFIKASI MASALAH ..............................................................8
A. Identifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan...............................................8
B. Identifikasi Masalah K3..............................................................................11
BAB IV PENANGANAN MASALAH ............................................................17
A. Penanggulangan Masalah Kesehatan Lingkungan.....................................17
B. Penanggulangan Masalah K3.....................................................................17
C. Penentuan Prioritas Masalah .....................................................................18
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................22
A. Simpulan.....................................................................................................22
B. Saran...........................................................................................................22
Daftar Pustaka
Lampiran
A. Surat Keterangan dari Unit Usaha
B. Foto-foto
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman semakin lama semakin berkembang, daya saing disegala
bidang ikut meningkat. Begitu juga dengan daya saing di industri kecil dan
menengah yang termasuk dalam sektor informal. Barang-barang yang
terbilang tradisional juga ikut dikembangkan agar terus mengikuti zaman dan
memenuhi permintaan pasar.
Begitu juga dengan industri batik yang terus berkembang. Batik yang
sudah dipatenkan menjadi aset Indonesia seakan membangkitkan pula
semangat industri batik diseluruh nusantara untuk terus beroperasi dan
berinovasi. Tiap daerah di Indonesia menciptakan motif batik masing-masing
agar memiliki motif yang khas dan beragam. Hal tersebut meningkatkan
jumlah produsen batik di Indonesia. Hampir tiap daerah memiliki lokasi yang
dijadikan pusat industri batik.
Ditinjau dari segi kesehatan lingkungan, produksi batik dapat
menimbulkan beberapa masalah lingkungan. Tiap industri batik pasti
menghasilkan limbah terutama limbah cair. Limbah-limbah tersebut secara
tidak langsung juga dapat mempengaruhi kesehatan makhluk hidup disekitar
lokasi. Setiap tahap pembuatan batik memungkinkan menimbulkan masalah
baik terhadap pekerja, masyarakat maupun lingkungan sekitar. Jika limbah
tersebut dikalkulasikan dari tiap daerah diseluruh Indonesia, pasti akan sangat
banyak limbah yang dihasilkan sehingga makin terganggulah lingkungan
sekitar.
Pada tahun 2003 klaim Malaysia atas batik sangat meresahkan para
pengrajin batik di Indonesia termasuk di Kota Tasikmalaya. Pemerintah pun
memberi dukungan untuk mempertahankan salah satu warisan budaya ini
dengan mempromosikannya baik di dalam maupun di luar Kota Tasikmalaya.
Kota Tasikmalaya memiliki daerah khusus untuk industri batik yaitu terletak
di daerah Cigeureung Kel. Nagarasari, Kec. Cipedes, Kota Tasikmalaya.
Kami melihat bahwa ada kemungkinan masalah lingkungan yang timbul
karena banyaknya industri batik di daerah tersebut. Atas alasan tersebut,
1
2
B. Deskripsi Produk
Menurut Jusri dan Idris (2012) secara terminologi, batik berasal dari
kata “mba” (dari bahasa Jawa) artinya menulis dan “tik” (dari bahasa melayu)
yang berarti tik-tik atau tetes, sehingga batik didefinisikan sebagai menulis
titik-titik yang dibuat dengan menggunakan alat canting atau cap dan
menggunakan malam/lilin sebagai bahan perintang warna di atas media kain.
Batik dapat digolongkan berdasarkan cara melekatkan lilin batik maupun
berdasarkan cara penyelesaiannya. Berdasarkan cara pelekatan lilin batik,
batik dapat dikelompokan menjadi batik cap, batik tulis, dan batik kombinasi
cap-tulis.
Batik yang merupakan pakaian khas bangsa Indonesia bisa dijadikan
berbagai macam produk. Seperti halnya di Kota Tasikmalaya, tepatnya di Jl.
Cigeureung yang merupakan sentra batik di Kota Tasikmalaya yang kurang
lebih terdapat 28 produsen batik yaitu salah satunya produsen batik yang
kami kunjungi adalah Rizqi Batik memproduksi hasil batiknya menjadi
bermacam-macam produk, seperti kain batik dari bahan sutera, katun
primissima, prima, paris, dobi, bsy, dll. Selain memproduksi kain batik, Rizqi
Batik juga memproduksi pakaian wanita, pria, dan juga anak-anak serta
perlengkapan lainnya seperti taplak meja, bed cover, seprei, sepatu, tas,
dompet, topi, kerudung, dll.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Profil Usaha
a. Identitas Unit Usaha
Nama Unit Usaha : Rizqi Batik Collection
Jenis Usaha Utama : Kain Batik, batik cap, batik tulis, dan
batik printing
Jenis Usaha Lain : Pakaian batik, sepatu batik, tas batik, dll
Alamat : Jl. Cigeureung Kp. Cicariu No. 82 RT.04
RW. 09 Kel. Nagarasari Kec. Cipedes Kota
Tasikmalaya
Telp/HP : (0265) 311657 / 081320709363
Pemilik Unit Usaha : Yuyun Sri Wahyuni
Tahun Berdiri Unit Usaha : 10 Maret 2004
Pekerja : 22 orang (9 wanita dan 13 pria)
Kapasitas Produksi : ± 2.000 potong/bulan
b. Lokasi dan Letak Unit Usaha
Dalam melaksanakan perdagangan dan proses pembuatan batik,
Rizqi Batik Collection beroperasi optimal di Jl. Cigeureung No. 82 Kp.
Cicariu RT.04 RW.09 Kel. Nagasari Kec. Cipedes Kota Tasikmalaya –
Jawa Barat, sebagai kantor, pabrik, dan juga galeri.
c. Pemasaran
Untuk mengembang usaha, selain dilakukan secara langsung Rizqi
Batik Collection pun memberikan pelayanan optimal melalui media
teknologi yang sangat membantu sehingga unit usaha tersebut
mendapatkan pelanggan dari dalam bahkan luar negeri. Selain itu, unit
usaha Rizqi Batik Collection selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan pihak pemerintah dibidang industri dan perdagangan sehingga
dapat berkesempatan mempromosikan produk di dalam maupun luar
daerah kota Tasikmalaya. Selain itu juga, suami dari pemilik unit usaha
Rizqi Batik Collection yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri yang
selalu aktif dalam mempromosikan produknya di pemerintahan dan
menyebabkan 80% sekolah-sekolah maupun instansi-instansi memesan
seragam batik secara rutin pada Rizqi Batik Collection.
B. Bahan Baku Utama, Bahan Pembantu/Penolong, dan Energi
3
4
a) Kain Mori
Kain mori adalah kain yang digunakan untuk membuat batik.
Bahan baku kain mori terbuat dari bahan katun, polyester, rayon dan
juga sutra. Ada dua jenis kain mori yaitu kain mori yang telah
mengalami proses pemutihan atau bleaching dan kain mori yang
belum diputihkan. Kain yang belum diputihkan disebut juga kain
belancu.
c) Pewarnaan
Proses pewarnaan adalah pemasukan zat pewarna ke dalam
serat-serat kain, sehingga diperoleh warna-warna yang bersifat kuat.
Pada umumnya proses pewarnaan melalui dua tahap, yaitu pewarnaan
(memasukkan zat warna ke dalam serat kain) dan fiksasi (mengubah
struktur zat warna sehingga terikat dengan serat kain). Zat fiksator
6
c. Energi
a) Kayu Bakar
Kayu bakar digunakan untuk proses pemanasan dalam
perebusan air untuk pewarnaan dan proses pelorodan lilin/malam.
b) Kompor Gas
Kompor gas digunakan untuk proses pemanasan lilin/malam
pada wajan pada pembuatan batik tulis maupun batik cap.
C. Proses Produksi
a. Batik Tulis
a) Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil.
b) Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan.
c) Penulisan motif batik memakai canting yang telah diisi malam
dengan mengikuti motif yang telah ada.
d) Proses pewarnaan.
e) Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
f) Setelah itu adalah proses melorod, dimana kain yang telah berubah
warna tadi direbus dengan air panas. Proses ini bertujuan untuk
menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yang telah digambar
menjadi terlihat jelas. Jika kita menginginkan beberapa warna pada
batik yang kita buat, maka proses 3, 4, dan 5 bisa diulang beberapa
kali tergantung jumlah warna yang kita inginkan.
g) Proses pencucian dengan air dingin.
h) Penjemuran.
7
i) Packing/pengepakan.
b. Batik Cap
a) Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan
bahan yang empuk.
b) Malam direbus mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap
dalam kondisi 60 s/d 70 derajat Celcius.
c) Masukan canting cap ke dalam malam yang telah cair (kurang lebih
yang tercelup cairan malam adalah 2 cm bagian bawah canting cap).
d) Canting kemudian di cap kan (di stempel kan) dengan tekanan yang
cukup di atas kain mori yang telah disiapkan tadi.
e) Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga
tembus ke sisi lain permukaan kain mori.
f) Lalu proses pewarnaan, yaitu dengan cara mencelupkan kain mori ke
dalam tangki yang berisi warna yang sudah dipilih.
g) Setelah itu, penghilangan berkas motif cairan malam melalui proses
penggodogan atau melorod sehingga akan nampak 2 warna, yaitu
warna dasar asli kain mori yang tadi tertutup malam, dan warna
setelah proses pewarnaan.
h) Jika akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai
lagi dari proses pengecapan cairan malam lalu pewarnaan dan
penggodogan lagi. Sehingga diperlukan proses berulang untuk setiap
warna.
i) Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan
dan pencerahan warna dengan soda abu.
j) Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
8
9
B. Identifikasi Masalah K3
a. Identifikasi Bahaya Tiap Tahap
Sumber
No. Tahapan Bahaya Risiko Faktor
Bahaya
warna) langsung
dengan kain
yang masih
basah dan
mengandung
bahan kimia
pewarnaan.
4. Pelorodan lilin Pekerja dapat Uap panas Kulit melepuh Fisik
terkena uap
panas
Pekerja dapat Uap lilin Gangguan Fisik
terpapar uap pernafasan,
lilin sesak nafas,
5. Perapihan Pekerja dapat Alat setrika Kuli melepuh Fisik
batik (setrika terkena besi dan luka bakar
batik) panas setrika
panas
b. Identifikasi Masalah K3
a) Sikap dan Posisi Kerja
Meninjau dari jenis usaha dan lokasi, unit usaha ini terbilang
sangat lokal. Semua alat yang digunakan sudah sesuai dengan pekerja
karena alat itu sendiri dibuat dengan menyesuaikan postur dari pekerja.
Tidak ada alat yang didatangkan dari luar negeri yang mengharuskan
pegawai menyesuaikan diri. Alat yang digunakan juga sangat lazim di
industri batik. Pegawai sudah terbilang cukup ‘akrab’ dengan alat-alat
pembuatan batik disana.
Seperti dari hasil wawancara yang telah kami lakukan pada salah
satu pekerja bagian pembuatan batik cap, ia mengatakan bahwa apabila
bekerja sambil menggunakan sarung tangan, ia merasa terganggu dan
menyebabkan hasil pengecapan yang kurang rapi. Hal ini sangat
disayangkan, karena meskipun belum pernah terjadi kecelakaan kerja di
unit usaha Rizqi Batik Collection, namun risiko bahaya akan selalu
mengintai para pekerja disetiap bagian dalam proses pembuatan batik.
Sayangnya, pada lantai bagian luar ada banyak tetesan lilin yang
mengotori lantai dan tidak dibersihkan. Hal ini membuat orang yang
melewati dan menginjak lantai tersebut menjadi tidak nyaman. Selain
itu, pada proses pelapisan lilin dibatik tulis, tidak disediakan cerobong
asap maupun ventilasi yang besar agar bau atau asap dari pemanasan
lilin dapat bertukar dengan udara bersih. Ruangan yang disediakan
untuk penulisan batik tersebut memang cukup terbuka dengan pintu
yang dibuka lebar. Namun, pada saat kami mengunjungi lokasi, kami
masih merasakan bau lilin yang sangat menyengat diruangan tersebut
sehingga menimbulkan rasa kurang nyaman.
BAB IV
PENANGANAN MASALAH
B. Penanganan Masalah K3
1. Kurangnya kesadaran penggunaan APD pada pekerja dapat ditanggulangi
dengan memberikan edukasi mengenai pentingnya penggunaan APD.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menempel poster
bergambar tentang penggunaan APD yang baik dan benar,
pemanfaatannya, dan bahaya apa saja yang pekerja hadapi jika tidak
menggunakan APD.
2. Posisi duduk para pebatik tulis seharusnya dapat lebih dikondisikan dalam
posisi nyaman sehingga tidak ada keluhan pegal yang dirasakan para
pekerja. Pemilik unit usaha dapat menyediakan bangku yang lebih
nyaman dan empuk untuk pekerja batik tulis, bukan hanya bangku kayu
kecil seperti yang saat ini digunakan.
3. Pada proses pengecapan lilin, pekerja banyak berdiri dan tidak disediakan
bangku. Disarankan kepada pemilik unit usaha untuk memberikan tempat
duduk yang ketinggiannya sesuai dengan meja pembuatan batik cap
16
17
sehingga pekerja batik cap bisa sesekali duduk agar tidak terlalu pegal
karena berdiri berjam-jam.
4. Pada proses pelapisan lilin dan pewarnaan pekerja mau tidak mau akan
terpapar suhu panas diatas suhu kamar yang seharusnya. Kami juga
menyarankan kepada pemilik unit usaha untuk menyediakan air mineral
di setiap bagian proses produksi agar pekerja dibagian yang panas dapat
terhindar dari dehidrasi.
5. Pada proses pelapisan lilin tulis, sebaiknya ruangan memiliki ventilasi
besar yang memungkinkan aliran udara terus masuk. Setidaknya, pemilik
usaha bisa memberikan kipas angin di bagian produksi tersebut.
akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit-mudah).
1. Besar Masalah
Tabel 4.1 Analisis Prioritas Masalah Kesehatan Berdasarkan Besar Masalah
di Unit Usaha Rizqi Batik
No. Nama P1 P2 P3 P4 P5
1. Sinta Berliana Dewi 8 5 7 5 5
2. Sofi Fitriani Eka Putri 6 6 7 6 8
3. Yola Agustine 7 6 6 6 8
4. Dedi Suhendi 5 4 4 7 8
5. M. Arif Subhan Lutfi 6 6 7 6 6
6. Rika Sopiani 7 6 7 6 7
Jumlah 39 33 38 36 42
Rata-rata 6,5 5,5 6,3 6 7
Ranking II V III IV I
2. Kegawatan Masalah
Tabel 4.2 Analisis Prioritas Masalah Kesehatan Berdasarkan Kegawatan
Masalah di Unit Usaha Rizqi Batik
19
No. Nama P1 P2 P3 P4 P5
1. Sinta Berliana Dewi 9 6 8 7 8
2. Sofi Fitriani Eka P. 7 7 8 7 8
3. Yola Agustine 7 6 7 7 8
4. Dedi Suhendi 6 4 4 8 8
5. M. Arif Subhan Lutfi 8 6 7 6 8
6. Rika Sopiani 8 6 7 6 6
Jumlah 45 35 41 41 46
Rata-rata 7,5 5,8 6,8 6,8 7,7
Ranking II V III IV I
3. Kemudahan Penanganan
Tabel 4.3 Analisis Prioritas Masalah Kesehatan Berdasarkan Kemudahan
Penanganan Masalah di Unit Usaha Rizqi Batik
No. Nama P1 P2 P3 P4 P5
1. Sinta Berliana Dewi 9 8 8 6 6
2. Sofi Fitriani Eka P. 8 7 4 7 3
3. Yola Agustine 9 7 3 6 3
4. Dedi Suhendi 7 7 7 4 4
5. M. Arif Subhan Lutfi 8 7 4 6 4
6. Rika Sopiani 9 6 7 6 6
Jumlah 50 42 33 35 26
Rata-rata 8,3 7 5,5 5,8 4,3
Ranking I II IV III V
2. Menempel poster cara penggunaan APD yang baik dan benar dalam
industri batik dan menyediakan APD lengkap sesuai aturan
A. Simpulan
a. Proses produksi batik tulis yaitu dari mulai pembuatan motif dengan
menggunakan pensil, menutup motif dengan lilin, pewarnaan,
penjemuran, pelorodan, hingga pengepakan.
b. Proses produksi batik cap yaitu dari mulai meletakan kain mori di atas
meja, pengecapan, pewarnaan, pelorodan, hingga pengepakan.
c. Masalah Kesehatan Lingkungan yang terjadi di Rizqi Batik
a) Limbah dapat mencemari tanah karena pembuangan langsung ke
galian khusus pembuangan limbah disekitar tempat produksi.
b) Asap pada proses pemanasan lilin, pewarnaan, dan pelorodan
mencemari udara di sekitar tempat prduksi.
d. Masalah K3
a) Pada setiap tahap proses pembuatan batik pekerja tidak
menggunakan APD.
b) Posisi duduk pada saat melukis batik tulis membungkuk.
c) Pada pekerja batik cap tidak disediakannya kursi untuk beristirahat.
d) Tidak tersedianya cerbong asap dan kurangnnya ventilasi udara.
B. Saran
a. Sebaiknya pemilik unit usaha menampung dulu limbah cair dan dapat
menerapkan fitoteknologi dalam pengelolaan limbah yaitu dengan cara
menaruh eceng gondok di tempat penampungan sebelum dialirkan ke
septic tank.
b. Menanam lebih banyak tumbuhan yang dapat menyerap polusi udara
yang mencemari lingkungan di sekitar pabrik.
c. Pemilik unit usaha sebaiknya membuat aturan tertulis atau mewajibkan
para pekerjanya untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada
saat bekerja.
d. Pekerja diberikan edukasi tentang pentingnya penggunaan APD.
21
DAFTAR PUSTAKA
Jusri, Idris M. 2012. Batik Indonesia Sokoguru Budaya Bangsa. Jakarta (ID).
Kementerian Perindustrian.
Sulaksono, Adi. 2015. Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kecil Menengah
(Ikm) Batik Di Klaster Trusmi Kabupaten Cirebon. Tesis Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
LAMPIRAN
Tempat proses
pembuatan batik cap
Tempat proses
pembuatan batik tulis.
Tempat proses
pewarnaan kain batik.
Proses pelorodan
Proses penjemuran
Wawancara dengan
warga sekitar