Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS KESEHATAN LINGKUNGAN SEKTOR INFORMAL DI UNIT

USAHA RIZQI BATIK COLLECTION CIGEUREUNG


LAPORAN OBSERVASI
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Kesehatan Lingkungan Sektor Informal

Disusun Oleh:
Sofi Fitriani Eka Putri 154101004
Sinta Berliana Dewi 154101029
Yola Agustine 154101037
Rika Sopiani 154101040
Dedi Suhendi 154101044
Muhammad Arif Subhan 154101111

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSTAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat


rahmat dan hidayah-Nya penyusun mampu menyelesaikan laporan tentang
Analisis Kesehatan Lingkungan Sektor Informal di Unit Usaha Rizqi Batik
Collection. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kesehatan Lingkungan Sektor Informal.

Penyusun menyadari bahwa selama penyusunan laporan ini, penyusun


banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Andik Setiyono, S.KM, M.Kes. sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah


Kesehatan Lingkungan Sektor Informal.
2. Yuyun Sri Wahyuni selaku Pemilik Unit Usaha Rizqi Batik Collection
Cigeureung, Tasikmalaya.
3. Semua pihak yang telah membantu melancarkan proses pengerjaan tugas.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika. Oleh sebab itu, penyusun
sangat mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi
pembaca.

Tasikmalaya, 05 Mei 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Cover......................................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Deskripsi Produksi........................................................................................2
BAB II GAMBARAN UMUM ...........................................................................3
A. Profil Usaha..................................................................................................3
B. Bahan Utama, Bahan Pembantu, dan Energi................................................4
C. Proses Produksi............................................................................................6
BAB III IDENTIFIKASI MASALAH ..............................................................8
A. Identifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan...............................................8
B. Identifikasi Masalah K3..............................................................................11
BAB IV PENANGANAN MASALAH ............................................................17
A. Penanggulangan Masalah Kesehatan Lingkungan.....................................17
B. Penanggulangan Masalah K3.....................................................................17
C. Penentuan Prioritas Masalah .....................................................................18
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................22
A. Simpulan.....................................................................................................22
B. Saran...........................................................................................................22
Daftar Pustaka
Lampiran
A. Surat Keterangan dari Unit Usaha
B. Foto-foto

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zaman semakin lama semakin berkembang, daya saing disegala
bidang ikut meningkat. Begitu juga dengan daya saing di industri kecil dan
menengah yang termasuk dalam sektor informal. Barang-barang yang
terbilang tradisional juga ikut dikembangkan agar terus mengikuti zaman dan
memenuhi permintaan pasar.
Begitu juga dengan industri batik yang terus berkembang. Batik yang
sudah dipatenkan menjadi aset Indonesia seakan membangkitkan pula
semangat industri batik diseluruh nusantara untuk terus beroperasi dan
berinovasi. Tiap daerah di Indonesia menciptakan motif batik masing-masing
agar memiliki motif yang khas dan beragam. Hal tersebut meningkatkan
jumlah produsen batik di Indonesia. Hampir tiap daerah memiliki lokasi yang
dijadikan pusat industri batik.
Ditinjau dari segi kesehatan lingkungan, produksi batik dapat
menimbulkan beberapa masalah lingkungan. Tiap industri batik pasti
menghasilkan limbah terutama limbah cair. Limbah-limbah tersebut secara
tidak langsung juga dapat mempengaruhi kesehatan makhluk hidup disekitar
lokasi. Setiap tahap pembuatan batik memungkinkan menimbulkan masalah
baik terhadap pekerja, masyarakat maupun lingkungan sekitar. Jika limbah
tersebut dikalkulasikan dari tiap daerah diseluruh Indonesia, pasti akan sangat
banyak limbah yang dihasilkan sehingga makin terganggulah lingkungan
sekitar.
Pada tahun 2003 klaim Malaysia atas batik sangat meresahkan para
pengrajin batik di Indonesia termasuk di Kota Tasikmalaya. Pemerintah pun
memberi dukungan untuk mempertahankan salah satu warisan budaya ini
dengan mempromosikannya baik di dalam maupun di luar Kota Tasikmalaya.
Kota Tasikmalaya memiliki daerah khusus untuk industri batik yaitu terletak
di daerah Cigeureung Kel. Nagarasari, Kec. Cipedes, Kota Tasikmalaya.
Kami melihat bahwa ada kemungkinan masalah lingkungan yang timbul
karena banyaknya industri batik di daerah tersebut. Atas alasan tersebut,

1
2

kelompok kami memilih untuk melakukan observasi masalah kesehatan


lingkungan sektor informal pada industri batik di daerah Cigeureung dengan
nama unit usaha Rizqi Batik Collection.

B. Deskripsi Produk
Menurut Jusri dan Idris (2012) secara terminologi, batik berasal dari
kata “mba” (dari bahasa Jawa) artinya menulis dan “tik” (dari bahasa melayu)
yang berarti tik-tik atau tetes, sehingga batik didefinisikan sebagai menulis
titik-titik yang dibuat dengan menggunakan alat canting atau cap dan
menggunakan malam/lilin sebagai bahan perintang warna di atas media kain.
Batik dapat digolongkan berdasarkan cara melekatkan lilin batik maupun
berdasarkan cara penyelesaiannya. Berdasarkan cara pelekatan lilin batik,
batik dapat dikelompokan menjadi batik cap, batik tulis, dan batik kombinasi
cap-tulis.
Batik yang merupakan pakaian khas bangsa Indonesia bisa dijadikan
berbagai macam produk. Seperti halnya di Kota Tasikmalaya, tepatnya di Jl.
Cigeureung yang merupakan sentra batik di Kota Tasikmalaya yang kurang
lebih terdapat 28 produsen batik yaitu salah satunya produsen batik yang
kami kunjungi adalah Rizqi Batik memproduksi hasil batiknya menjadi
bermacam-macam produk, seperti kain batik dari bahan sutera, katun
primissima, prima, paris, dobi, bsy, dll. Selain memproduksi kain batik, Rizqi
Batik juga memproduksi pakaian wanita, pria, dan juga anak-anak serta
perlengkapan lainnya seperti taplak meja, bed cover, seprei, sepatu, tas,
dompet, topi, kerudung, dll.
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Profil Usaha
a. Identitas Unit Usaha
Nama Unit Usaha : Rizqi Batik Collection
Jenis Usaha Utama : Kain Batik, batik cap, batik tulis, dan

batik printing

Jenis Usaha Lain : Pakaian batik, sepatu batik, tas batik, dll
Alamat : Jl. Cigeureung Kp. Cicariu No. 82 RT.04
RW. 09 Kel. Nagarasari Kec. Cipedes Kota
Tasikmalaya
Telp/HP : (0265) 311657 / 081320709363
Pemilik Unit Usaha : Yuyun Sri Wahyuni
Tahun Berdiri Unit Usaha : 10 Maret 2004
Pekerja : 22 orang (9 wanita dan 13 pria)
Kapasitas Produksi : ± 2.000 potong/bulan
b. Lokasi dan Letak Unit Usaha
Dalam melaksanakan perdagangan dan proses pembuatan batik,
Rizqi Batik Collection beroperasi optimal di Jl. Cigeureung No. 82 Kp.
Cicariu RT.04 RW.09 Kel. Nagasari Kec. Cipedes Kota Tasikmalaya –
Jawa Barat, sebagai kantor, pabrik, dan juga galeri.
c. Pemasaran
Untuk mengembang usaha, selain dilakukan secara langsung Rizqi
Batik Collection pun memberikan pelayanan optimal melalui media
teknologi yang sangat membantu sehingga unit usaha tersebut
mendapatkan pelanggan dari dalam bahkan luar negeri. Selain itu, unit
usaha Rizqi Batik Collection selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan pihak pemerintah dibidang industri dan perdagangan sehingga
dapat berkesempatan mempromosikan produk di dalam maupun luar
daerah kota Tasikmalaya. Selain itu juga, suami dari pemilik unit usaha
Rizqi Batik Collection yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri yang
selalu aktif dalam mempromosikan produknya di pemerintahan dan
menyebabkan 80% sekolah-sekolah maupun instansi-instansi memesan
seragam batik secara rutin pada Rizqi Batik Collection.
B. Bahan Baku Utama, Bahan Pembantu/Penolong, dan Energi

3
4

a. Bahan Baku Utama

a) Kain Mori
Kain mori adalah kain yang digunakan untuk membuat batik.
Bahan baku kain mori terbuat dari bahan katun, polyester, rayon dan
juga sutra. Ada dua jenis kain mori yaitu kain mori yang telah
mengalami proses pemutihan atau bleaching dan kain mori yang
belum diputihkan. Kain yang belum diputihkan disebut juga kain
belancu.

Gambar 1 – Kain Mori


b) Lilin/Malam
Lilin atau malam adalah bahan yang dipergunakan untuk
menutup pola batik agar tidak terpengaruh oleh warna pada
pencelupan pertama.
Lilin/malam memiliki kriteria dengan tipe-tipe khusus yang
berbeda. Berikut perbedaannya:
a. Lilin batik tembokan/popokan. Lilin ini memiliki ciri-ciri, yaitu
pada saat dipanaskan lilin ini terbilang cukup lama untuk bisa cair
dan bila tidak dijaga kestabilannya dapat cepat sekali membeku,
lilin ini mudah sekali melekat pada kain sehingga daya ikatnya
kuat, tahan terhadap larutan alkali, sangat sukar lepas dari
rendaman air sehingga sangat sulit sekali untuk dilorod, namun
keuntungannya tidak meninggalkan bekas ketika kita selesai
melorotnya.
b. Lilin batik klowong. Lilin ini memiliki fungsi untuk menutupi
ragam hias dan desain batik yang dilakukan secara rengreng dan
5

nerusi (bolak-balik didua sisi permukaan kain). Lilin ini memiliki


ciri-ciri mudah sekali encer bila dipanaskan dan juga cepat sekali
membeku bila tidak dijaga kestabilan panas dan suhu kompor, lilin
ini tidak tahan dengan larutan alkali, mudah sekali dilorod. Hanya
saja, lilin jenis ini mudah sekali hancur dan remuk bila tidak hati-
hati dan memberikan perlakuan yang salah pada kain batik.
c. Lilin tutupan atau lilin biron. Lilin ini berfungsi untuk menutupi
warna motif tertentu yang dipertahankan pada kain setelah dicelup.
Lilin ini memiliki ciri-ciri yaitu mudah cair dan membeku, mudah
dilorot, daya lekat cukup kuat, tidak tahan terhadap alkali
(Mulyaningsih, 2015).

Gambar 2 – Lilin/Malam Tembokan

Gambar 3 – Lilin/Malam Klowong

c) Pewarnaan
Proses pewarnaan adalah pemasukan zat pewarna ke dalam
serat-serat kain, sehingga diperoleh warna-warna yang bersifat kuat.
Pada umumnya proses pewarnaan melalui dua tahap, yaitu pewarnaan
(memasukkan zat warna ke dalam serat kain) dan fiksasi (mengubah
struktur zat warna sehingga terikat dengan serat kain). Zat fiksator
6

yang digunakan sangat tergantung pada spektrum warna yang


diinginkan jenis zat warna yang digunakan.
b. Bahan Pembantu/Penolong
a) Air
Air digunakan untuk proses melarutkan pewarna pada batik
serta untuk proses pelorodan lilin/malam pada batik setelah
pewarnaan.
b) Minyak Sayur
Minyak sayur digunakan sebagai bahan campuran lilin/malam.
c) Soda Abu

Soda Abu atau , digunakan untuk menimbulkan reaksi

penyabutan pada lilin yang menempel sehingga mudah terlepas dari


kain (pelorodan).

c. Energi
a) Kayu Bakar
Kayu bakar digunakan untuk proses pemanasan dalam
perebusan air untuk pewarnaan dan proses pelorodan lilin/malam.
b) Kompor Gas
Kompor gas digunakan untuk proses pemanasan lilin/malam
pada wajan pada pembuatan batik tulis maupun batik cap.

C. Proses Produksi
a. Batik Tulis
a) Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil.
b) Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan.
c) Penulisan motif batik memakai canting yang telah diisi malam
dengan mengikuti motif yang telah ada.
d) Proses pewarnaan.
e) Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
f) Setelah itu adalah proses melorod, dimana kain yang telah berubah
warna tadi direbus dengan air panas. Proses ini bertujuan untuk
menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yang telah digambar
menjadi terlihat jelas. Jika kita menginginkan beberapa warna pada
batik yang kita buat, maka proses 3, 4, dan 5 bisa diulang beberapa
kali tergantung jumlah warna yang kita inginkan.
g) Proses pencucian dengan air dingin.
h) Penjemuran.
7

i) Packing/pengepakan.
b. Batik Cap
a) Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan
bahan yang empuk.
b) Malam direbus mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap
dalam kondisi 60 s/d 70 derajat Celcius.
c) Masukan canting cap ke dalam malam yang telah cair (kurang lebih
yang tercelup cairan malam adalah 2 cm bagian bawah canting cap).
d) Canting kemudian di cap kan (di stempel kan) dengan tekanan yang
cukup di atas kain mori yang telah disiapkan tadi.
e) Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga
tembus ke sisi lain permukaan kain mori.
f) Lalu proses pewarnaan, yaitu dengan cara mencelupkan kain mori ke
dalam tangki yang berisi warna yang sudah dipilih.
g) Setelah itu, penghilangan berkas motif cairan malam melalui proses
penggodogan atau melorod sehingga akan nampak 2 warna, yaitu
warna dasar asli kain mori yang tadi tertutup malam, dan warna
setelah proses pewarnaan.
h) Jika akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai
lagi dari proses pengecapan cairan malam lalu pewarnaan dan
penggodogan lagi. Sehingga diperlukan proses berulang untuk setiap
warna.
i) Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan
dan pencerahan warna dengan soda abu.
j) Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH

A. Identifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan


Melalui observasi lapangan yang telah kami lakukan, kami mencoba
mengidentifikasi masalah lingkungan yang terjadi di unit usaha Rizqi Batik
Collection.

Tabel 3.1 Identifikasi Masalah Kesehatan Lingkungan

No. Tahapan Masalah Sumber Risiko Faktor


1. Pelapisan lilin Limbah sisa Lilin tidak Mencemari tanah Kimia
pada motif lilin batik terpakai karena
(cap maupun pada proses pembuangan
tulis) pelapisan langsung ke
lilin galian khusus
pembuangan
limbah disekitar
pabrik
2. Pewarnaan Limbah cair Air pewarna Mencemari tanah Kimia
hasil yang sudah karena
pewarnaan tidak lagi pembuangan
digunakan langsung ke
galian khusus
pembuangan
limbah disekitar
pabrik

8
9

Uap zat Perebusan 1. Mencemari Kimia


kimia kain di udara disekitar
pewarna dalam tempat
larutan produksi
pewarna sehingga dapat
terhirup
masyarakat
sekitar.
2. Mengganggu
saluran
pernafasan.
3. Penjemuran
(pengeringan - - - -
warna)
4. Pelorodan lilin Uap zat Suhu panas 1. Mencemari Kimia
kimia dari pada proses udara disekitar
lilin dan ini tempat
soda abu membuat produksi
beberapa sehingga dapat
bahan kimia terhirup
menguap masyarakat
sekitar.
2. Mengganggu
saluran
pernafasan.
3. Sesak nafas
5. Perapihan - - -
batik (setrika
batik)

Pembuangan limbah ke septic tank khusus limbah pabrik tersebut


membuat masyarakat tidak pernah merasa terganggu dengan adanya pabrik
10

batik di lingkungan tinggal mereka. Masyarakat tidak merasa resah ataupun


merasa dirugikan dengan adanya industri batik ini.

B. Identifikasi Masalah K3
a. Identifikasi Bahaya Tiap Tahap

Tabel 3.2 Identifikasi Masalah K3 Tiap Tahapan

Sumber
No. Tahapan Bahaya Risiko Faktor
Bahaya

1. Pelapisan lilin Suhu panas Kompor Pekerja terpapar Fisik


pada motif untuk suhu panas
(cap maupun pemanasan berebih, dapat
tulis) lilin menimbulkan
dehidrasi
Pekerja Alat cap Kulit pekerja Fisik
terkena alat melepuh dan
cap panas terluka akibat
yang terbuat terkena alat cap
dari besi panas
Lilin cair Lilin cair 1. Gatal-gatal Fisik
panas yang panas pada kulit
2. Membuat
menetes atau
luka bakar
mungkin
3. Kulit menjadi
tumpah ke
kemerahan
kulit pekerja
dan iritasi
Pajanan uap Lilin Radang pada Kimia
lilin (malam) mendidih saluran
pernafasan,
Gangguan
pernapasan,
hingga sesak
napas.
11

2. Pewarnaan Pekerja Pewarna Gangguan kulit, Kimia


terpapar zat indigosol iritasi dan pada
pewarna pada dan naftol paparan jangka
tangan panjang dapat
ataupun kaki menyebabkan
(cipratan infeksi kulit
pewarna)
Pekerja Pewarna Iritasi mata dan Kimia
terpapar zat indigosol saluran
kimia pada dan naftol pernafasan
pewarna yang
menguap
Pekerja dapat Soda abu Iritasi mata, Kimia
terpapar uap membran
soda abu mukosa, saluran
yang pernafasan dan
digunakan saluran
pada proses pencernaan
pewarnaan
Pekerja Pewarna Iritasi kulit dan Kimia
terpapar zat naftol kulit terkelupas
kimia pada
kulit
Suhu panas Tungku Meningkatnya Fisik
yang pemanas suhu tubuh dan
mungkin bisa berakibat
dirasakan dehidrasi
pekerja
Pekerja bisa Air panas Kulit melepuh Fisik
tersiram air pada proses
panas pewarnaan
3. Penjemuran Pekerja Naftol Kulit kemerahan Kimia
(pengeringan kontak dan iritasi kulit
12

warna) langsung
dengan kain
yang masih
basah dan
mengandung
bahan kimia
pewarnaan.
4. Pelorodan lilin Pekerja dapat Uap panas Kulit melepuh Fisik
terkena uap
panas
Pekerja dapat Uap lilin Gangguan Fisik
terpapar uap pernafasan,
lilin sesak nafas,
5. Perapihan Pekerja dapat Alat setrika Kuli melepuh Fisik
batik (setrika terkena besi dan luka bakar
batik) panas setrika
panas

b. Identifikasi Masalah K3
a) Sikap dan Posisi Kerja

Tabel 3.3 Identifikasi Sikap dan Posisi Kerja

Tahap Penyimpangan Konsekuensi Sebab


Posisi duduk ketika Posisi duduk tidak Terjadi kelainan Posisi duduk
melukis batik tulis. ergonomi. pada tulang membungkuk.
belakang.
Posisi berdiri ketika Tidak disediakan Terjadi kelelahan Posisi berdiri
mengecap batik tempat duduk otot kaki, tegang yang terlalu
menggunakan untuk sesekali otot kaki dan lama, hanya
canting cap. beristirahat. tangan. diberi istirahat
1 jam.
13

b) Pelatihan Penggunaan Alat

Menurut beberapa pegawai yang dijadikan responden, unit usaha


tersebut memberikan pelatihan khusus untuk pegawai baru terutama
bagian yang memerlukan keterampilan khusus. Hal ini sudah sesuai
dengan yang seharusnya dilakukan oleh pemilik usaha. Pelatihan
sangatlah penting untuk menunjang produktifitas dan kualitas kerja.
Selain itu, pelatihan juga dapat mengurangi risiko terganggunya
kesehatan pekerja atau kecelakaan kerja akibat alat.

c) Ketidaksesuaian Alat dengan Pekerja

Meninjau dari jenis usaha dan lokasi, unit usaha ini terbilang
sangat lokal. Semua alat yang digunakan sudah sesuai dengan pekerja
karena alat itu sendiri dibuat dengan menyesuaikan postur dari pekerja.
Tidak ada alat yang didatangkan dari luar negeri yang mengharuskan
pegawai menyesuaikan diri. Alat yang digunakan juga sangat lazim di
industri batik. Pegawai sudah terbilang cukup ‘akrab’ dengan alat-alat
pembuatan batik disana.

d) APD yang Digunakan

Tabel 3.4 Identifikasi Penggunaan APD

Tahap Penyimpangan Konsekuensi sebab


Pewarnaan Tidak Gangguan kulit, Cipratan zat
menggunakan iritasi serta paparan kimia dari
sarung tangan dan jangka panjang. pewarna.
sepatu boot.
14

Tidak Pencemaran udara Kurang


menggunakan dari uap zat kesadaran dan
masker. pewarna yang pengetahuan
dipanaskan. akan
keselamatan
kerja.
Pelorodan lilin Tidak Pencemaran udara, Kurang
menggunakan mengganggu kesadaran dan
masker. saluran pernafasan. pengetahuan
akan
keselamatan
kerja.

Unit usaha Rizqi Batik Collection telah berupaya menerapkan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menyediakan Alat Pelindung
Diri (APD) berupa masker dan sarung tangan. Namun berdasarkan
keadaan aktual pekerja yang terdapat di unit usaha Rizqi Batik
Collection, para pekerja disana tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang telah disediakan tersebut. Mereka beralasan bahwa mereka
tidak terbiasa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan mereka
juga merasa kurang nyaman apabila bekerja sambil menggunakan
masker atau sarung tangan.

Seperti dari hasil wawancara yang telah kami lakukan pada salah
satu pekerja bagian pembuatan batik cap, ia mengatakan bahwa apabila
bekerja sambil menggunakan sarung tangan, ia merasa terganggu dan
menyebabkan hasil pengecapan yang kurang rapi. Hal ini sangat
disayangkan, karena meskipun belum pernah terjadi kecelakaan kerja di
unit usaha Rizqi Batik Collection, namun risiko bahaya akan selalu
mengintai para pekerja disetiap bagian dalam proses pembuatan batik.

e) Kondisi Lingkungan Kerja


15

Semua proses produksi dikerjakan diluar ruangan kecuali


pelapisan malam manual (tulis) dan proses pengemasan. Hal ini
mendukung terciptanya lingkungan kerja yang nyaman. Meskipun
diluar ruangan, pihak unit usaha menyediakan atap agar pekerja tidak
kepanasan. Selain atap, lingkungan kerja juga dinilai sejuk karena ada
beberapa pohon besar disekitar lokasi. Lahan yang luas juga menjadi
nilai tambah dari pengelolaan ruang yang dilakukan unit usaha Rizqi
Batik Collection. Dengan adanya lahan yang luas dan terbuka (tidak ada
bangunan) membuat pertukaran udara menjadi lebih cepat dan membuat
udara menjadi lebih sejuk.

Sayangnya, pada lantai bagian luar ada banyak tetesan lilin yang
mengotori lantai dan tidak dibersihkan. Hal ini membuat orang yang
melewati dan menginjak lantai tersebut menjadi tidak nyaman. Selain
itu, pada proses pelapisan lilin dibatik tulis, tidak disediakan cerobong
asap maupun ventilasi yang besar agar bau atau asap dari pemanasan
lilin dapat bertukar dengan udara bersih. Ruangan yang disediakan
untuk penulisan batik tersebut memang cukup terbuka dengan pintu
yang dibuka lebar. Namun, pada saat kami mengunjungi lokasi, kami
masih merasakan bau lilin yang sangat menyengat diruangan tersebut
sehingga menimbulkan rasa kurang nyaman.
BAB IV
PENANGANAN MASALAH

A. Penanganan Masalah Kesehatan Lingkungan


1. Limbah dari setiap bagian di industri batik tersebut diakumulasikan dan
dibuang ke septic tank khusus limbah cair. Saran yang mungkin kami
berikan adalah sebaiknya pemilik unit usaha dapat menerapkan
fitoteknologi dalam pengelolaan limbah dengan cara menaruh eceng
gondok. Kelompok kami tidak dapat memastikan apakah septic tank
tersebut sudah memenuhi standard agar tidak mencemari tanah atau tidak.
Sebaiknya juga, pastikan bahwa jarak septic tank tersebut jauh dari sumber
air gali masyarakat sekitar sehingga tidak mencemari air dan tanah di
lingkungan tersebut.
2. Pemilik unit usaha dapat melakukan pengaturan emisi udara dari beberapa
proses yang mungkin mencemari lingkungan. Menanam lebih banyak
tumbuhan penyerap polusi mungkin bisa dilakukan sebagai salah satu
alternatif cara.

B. Penanganan Masalah K3
1. Kurangnya kesadaran penggunaan APD pada pekerja dapat ditanggulangi
dengan memberikan edukasi mengenai pentingnya penggunaan APD.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menempel poster
bergambar tentang penggunaan APD yang baik dan benar,
pemanfaatannya, dan bahaya apa saja yang pekerja hadapi jika tidak
menggunakan APD.
2. Posisi duduk para pebatik tulis seharusnya dapat lebih dikondisikan dalam
posisi nyaman sehingga tidak ada keluhan pegal yang dirasakan para
pekerja. Pemilik unit usaha dapat menyediakan bangku yang lebih
nyaman dan empuk untuk pekerja batik tulis, bukan hanya bangku kayu
kecil seperti yang saat ini digunakan.
3. Pada proses pengecapan lilin, pekerja banyak berdiri dan tidak disediakan
bangku. Disarankan kepada pemilik unit usaha untuk memberikan tempat
duduk yang ketinggiannya sesuai dengan meja pembuatan batik cap

16
17

sehingga pekerja batik cap bisa sesekali duduk agar tidak terlalu pegal
karena berdiri berjam-jam.
4. Pada proses pelapisan lilin dan pewarnaan pekerja mau tidak mau akan
terpapar suhu panas diatas suhu kamar yang seharusnya. Kami juga
menyarankan kepada pemilik unit usaha untuk menyediakan air mineral
di setiap bagian proses produksi agar pekerja dibagian yang panas dapat
terhindar dari dehidrasi.
5. Pada proses pelapisan lilin tulis, sebaiknya ruangan memiliki ventilasi
besar yang memungkinkan aliran udara terus masuk. Setidaknya, pemilik
usaha bisa memberikan kipas angin di bagian produksi tersebut.

C. Penentuan Prioritas Masalah Utama


Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan kepada beberapa
pekerja dan masyarakat sekitar lingkungan tempat produksi batik, bahwa
selama mereka bekerja dan berada di lingkungan sekitar tempat produksi
Rizqi Batik tidak ada kasus dan juga keluhan mengenai kesehatan mereka.
Akan tetapi setelah kami observasi, kami merasa kurang nyaman dengan suhu
lingkungan kerja dan juga bau menyengat yang berasal dari pemanasan lilin.
Dari hasil observasi tersebut, kami merasa bahwa ditempat tersebut
memiliki potensi bahaya mengenai kesehatan dan keselamatan pekerja, serta
kesehatan bagi masyarakat sekitar.
Dalam menentukan prioritas masalah, kami menggunakan metode
Hanlon. Metode Hanlon (Kuantitatif) ini hampir sama dengan metode delbeq,
dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian kriteria A, B, dan C.
A = Besar masalah : % atau jumlah atau kelompok pekerja yang terkena
masalah. Serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait. Skor 0-10
(kecil-besar).

B= Kegawatan masalah : tingginya angka morbiditas dan mortalitas


kecenderungannya dari waktu kewaktu. Skor 0-10 (tidak gawat-sangat
gawat).

C= Efektifitas/kemudahan penanggulangan masalah, dilihat dari


perbandingan antara perkiraan hasil/manfaat penyelesaian masalah yang
18

akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit-mudah).

Setelah kriteria tersebut berhasil diisi, maka selanjutnya menghitung nilai


NPD dengan rumus :

NPD: Nilai Prioritas Dasar = (A+B) x C

Prioritas utama adalah alternatif yang mernpunyai nilai NPD tertinggi.


Kriteria penentuan prioritas masalah, antara lain:

Keterangan : P1 = Pekerja tidak menggunakan APD


P2 = Posisi Kerja
P3 = Suhu Panas
P4 = Pembuangan Limbah
P5 = Paparan Bahan Kimia Melalui Udara
Berikut ini, hasil penentuan prioritas masalah kesehatan berdasarkan
metode Hanlon dari penilaian setiap anggota kelompok.

1. Besar Masalah
Tabel 4.1 Analisis Prioritas Masalah Kesehatan Berdasarkan Besar Masalah
di Unit Usaha Rizqi Batik
No. Nama P1 P2 P3 P4 P5
1. Sinta Berliana Dewi 8 5 7 5 5
2. Sofi Fitriani Eka Putri 6 6 7 6 8
3. Yola Agustine 7 6 6 6 8
4. Dedi Suhendi 5 4 4 7 8
5. M. Arif Subhan Lutfi 6 6 7 6 6
6. Rika Sopiani 7 6 7 6 7
Jumlah 39 33 38 36 42
Rata-rata 6,5 5,5 6,3 6 7
Ranking II V III IV I

2. Kegawatan Masalah
Tabel 4.2 Analisis Prioritas Masalah Kesehatan Berdasarkan Kegawatan
Masalah di Unit Usaha Rizqi Batik
19

No. Nama P1 P2 P3 P4 P5
1. Sinta Berliana Dewi 9 6 8 7 8
2. Sofi Fitriani Eka P. 7 7 8 7 8
3. Yola Agustine 7 6 7 7 8
4. Dedi Suhendi 6 4 4 8 8
5. M. Arif Subhan Lutfi 8 6 7 6 8
6. Rika Sopiani 8 6 7 6 6
Jumlah 45 35 41 41 46
Rata-rata 7,5 5,8 6,8 6,8 7,7
Ranking II V III IV I

3. Kemudahan Penanganan
Tabel 4.3 Analisis Prioritas Masalah Kesehatan Berdasarkan Kemudahan
Penanganan Masalah di Unit Usaha Rizqi Batik
No. Nama P1 P2 P3 P4 P5
1. Sinta Berliana Dewi 9 8 8 6 6
2. Sofi Fitriani Eka P. 8 7 4 7 3
3. Yola Agustine 9 7 3 6 3
4. Dedi Suhendi 7 7 7 4 4
5. M. Arif Subhan Lutfi 8 7 4 6 4
6. Rika Sopiani 9 6 7 6 6
Jumlah 50 42 33 35 26
Rata-rata 8,3 7 5,5 5,8 4,3
Ranking I II IV III V

4. Penentuan Prioritas Masalah Utama


Tabel 4.4 Prioritas Masalah Kesehatan Utama di Unit Usaha Rizqi Batik
No. Masalah A B C NDP Prioritas
1. P1 6,5 7,5 8,3 68,75 I
2. P2 5,5 5,8 7 46,1 II
3. P3 6,3 6,8 5,5 43,7 IV
4. P4 6 6,8 5,8 45,44 III
5. P5 7 7,7 4,3 40,11 V
Berdasarkan hasil analisis mengenai prioritas masalah utama
menurut metode Hanlon bahwa masalah ketidak patuhan penggunaan APD
menempati prioritas masalah urutan pertama. Berdasarkan masalah utama
tersebut kami menyarankan agar pemilik usaha lebih fokus untuk
20

memerhatikan penggunaan APD bagi pekerjanya. Cara yang kami


sarankan yang mungkin dapat diterapkan antara lain:

1. Memberikan penyuluhan atau edukasi pentingnya memakai APD serta


bahaya yang dapat terjadi jika tidak menggunakan APD

2. Menempel poster cara penggunaan APD yang baik dan benar dalam
industri batik dan menyediakan APD lengkap sesuai aturan

3. Memberlakukan kebijakan yang mungkin sedikit memaksa pegawai


agar terus menggunakan APD. Contohnya diberlakukan denda bagi
yang tidak menggunakan APD, memonitoring dan mengevaluasi
penggunaan APD agar kesehatan dan keselamatan kerja pegawai lebih
terjamin.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
a. Proses produksi batik tulis yaitu dari mulai pembuatan motif dengan
menggunakan pensil, menutup motif dengan lilin, pewarnaan,
penjemuran, pelorodan, hingga pengepakan.
b. Proses produksi batik cap yaitu dari mulai meletakan kain mori di atas
meja, pengecapan, pewarnaan, pelorodan, hingga pengepakan.
c. Masalah Kesehatan Lingkungan yang terjadi di Rizqi Batik
a) Limbah dapat mencemari tanah karena pembuangan langsung ke
galian khusus pembuangan limbah disekitar tempat produksi.
b) Asap pada proses pemanasan lilin, pewarnaan, dan pelorodan
mencemari udara di sekitar tempat prduksi.
d. Masalah K3
a) Pada setiap tahap proses pembuatan batik pekerja tidak
menggunakan APD.
b) Posisi duduk pada saat melukis batik tulis membungkuk.
c) Pada pekerja batik cap tidak disediakannya kursi untuk beristirahat.
d) Tidak tersedianya cerbong asap dan kurangnnya ventilasi udara.
B. Saran
a. Sebaiknya pemilik unit usaha menampung dulu limbah cair dan dapat
menerapkan fitoteknologi dalam pengelolaan limbah yaitu dengan cara
menaruh eceng gondok di tempat penampungan sebelum dialirkan ke
septic tank.
b. Menanam lebih banyak tumbuhan yang dapat menyerap polusi udara
yang mencemari lingkungan di sekitar pabrik.
c. Pemilik unit usaha sebaiknya membuat aturan tertulis atau mewajibkan
para pekerjanya untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada
saat bekerja.
d. Pekerja diberikan edukasi tentang pentingnya penggunaan APD.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mulyaningsih, Noffi Fitriyani. 2015. Peranan Pengrajin Dalam Pelestarian Batik


Kudus. SKIPSI FT UNNES. UNNES Semarang.

Jusri, Idris M. 2012. Batik Indonesia Sokoguru Budaya Bangsa. Jakarta (ID).
Kementerian Perindustrian.
Sulaksono, Adi. 2015. Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kecil Menengah
(Ikm) Batik Di Klaster Trusmi Kabupaten Cirebon. Tesis Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
LAMPIRAN

A. Surat Keterangan dari Unit Usaha


B. Foto Lokasi

No. Foto Keterangan


1. Bahan pembuatan
batik

Koleksi canting cap

Tempat proses
pembuatan batik cap

Tempat proses
pembuatan batik tulis.
Tempat proses
pewarnaan kain batik.

Proses pelorodan
Proses penjemuran

Hasil akhir batik

Wawancara dengan
warga sekitar

Anda mungkin juga menyukai