(Sumber : https://tirto.id/)
Namun, tidak ada provinsi yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak
hingga 100 persen. Provinsi dengan rumah tangga yang memiliki akses tertinggi pada 2017
adalah Bali, itu pun baru mencapai sekitar 90,85 persen. Provinsi kedua dengan akses
tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 88,93 persen pada periode yang sama. Kalimantan
Utara, yang tercatat sebagai provinsi baru, juga punya akses tinggi dan menempati posisi
keempat dengan akses sebesar 83,78 persen.
(Sumber : https://tirto.id/)
Pada periode sebelumnya, DKI Jakarta sempat menempati peringkat pertama
sebagai provinsi dengan akses tertinggi terhadap sumber air minum layak, yaitu sebesar
92,44 persen. Namun, pada 2017 proporsi rumah tangga yang memiliki akses menurun
menjadi 88,93 persen. Penurunan ini, salah satunya disebabkan memburuknya mutu air
sungai Ciliwung sejak 2014 hingga 2016 berstatus cemar berat. Sementara Bengkulu
menempati peringkat terbawah dengan 43,83 persen rumah tangga yang memiliki akses
terhadap sumber air minum layak pada 2017.
Selain itu, rendahnya akses juga terjadi di Lampung, tercatat hanya 53,79 persen
rumah tangga dengan air layak minum. Sementara di Papua, pada periode yang sama,
aksesnya sebesar 59,09 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 52,69
persen.
(Sumber : https://tirto.id/)
Dalam Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Bengkulu 2015, disebutkan
rendahnya akses terhadap air bersih dikarenakan permasalahan dalam penyelenggaraan air
minum dan sanitasi. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk mengadakan perilaku hidup
bersih dan sehat juga masih rendah.
Berdasarkan data Susenas, mayoritas sumber air minum masyarakat secara
nasional diperoleh dari air dalam kemasan, sumur terlindung, dan air tanah dengan
memakai pompa. Hingga 2011, rumah tangga Indonesia lebih mengandalkan sumur
terlindung –air yang berasal dari dalam tanah bila lingkar sumur tersebut dilindungi oleh
tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan 3 meter ke bawah tanah– sebagai sumber
air minum (25,42 persen). Namun, angka ini mulai turun di 2013 menjadi 22,58 persen.
Pada 2016, bahkan hanya 21 persen rumah tangga yang menggunakan sumber air
minum ini. Salah satu indikasi penurunan ini adalah semakin tercemarnya sumur
terlindung. Misalnya, di kabupaten Mojokerto, Jawa Timur yang 60 persen air
sumurnya tercemar limbah B3.
Air yang tercemar tersebut diyakini sebagai penyebab penyakit dermatitis yang
diderita 432 warga desa Lakardowo selama November 2016 hingga Januari 2017. Kasus
lainnya, ditemukan bakteri E.coli pada sumber air minum di Yogya –salah satunya adalah
sumur terlindung.
Tak heran bila tren sumber air minum rumah tangga Indonesia pun bergeser ke air
dalam kemasan. Pada 2000 hanya 0,86 persen rumah tangga yang menggunakan air dalam
kemasan sebagai sumber air minum. Proporsi ini meningkat tajam di 2012, melampaui
sumur terlindung, yaitu sebesar 38,85 persen.
(Sumber : https://tirto.id/)
Meningkatnya tren ini ditaksir karena semakin terbatasnya lahan terbuka hijau,
khususnya di daerah perkotaan. Sehingga air bersih layak konsumsi pun makin sulit
diperoleh. Selain itu, kualitas air tanah ataupun sungai kurang memenuhi syarat sebagai
air minum yang sehat, bahkan tidak layak minum di beberapa daerah. Seperti Sungai
Ciliwung di Jakarta misalnya, yang berstatus cemar berat sejak 2014.
Data Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
menyatakan ada 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat. Sebanyak 20 sungai
berstatus cemar sedang hingga cemar berat. Selain itu ada 7 sungai yang mengalami
pencemaran ringan hingga cemar berat. Sisanya ada 21 sungai yang berstatus memenuhi
baku mutu hingga tercemar ringan. Perolehan tersebut mencakup 100 aliran sungai pada
33 provinsi sepanjang 2013 hingga 2015.
Pada 2014, status kualitas air sungai Indonesia mulai memburuk. Mutu sungai pada
2010 hingga 2013 rata-rata berstatus memenuhi hingga cemar ringan-cemar berat. Pada
2011, sebanyak 56,25 persen sungai berstatus memenuhi hingga cemar ringan. Di 2012
mayoritas sungai berstatus cemar ringan hingga cemar sedang (40 persen).
Namun, pada 2014 mutu sungai Indonesia mulai menurun, mayoritas sungai
berstatus cemar berat. Pada 2014 misalnya, sebanyak 29,03 persen berstatus cemar sedang
hingga cemar berat dan 58,06 persen sungai tercemar berat. Angka ini sempat turun pada
2015 menjadi 24,24 persen sungai berstatus cemar sedang-cemar berat dan 42,42 persen
sungai berstatus cemar berat. Sayangnya, di 2016 jumlah sungai berstatus cemar berat
kembali naik menjadi 55,88 persen dan sebanyak 23,5 persen berstatus cemar sedang
hingga cemar berat.
(Sumber : https://tirto.id/)
Sejak 2013, sudah tidak ada lagi sungai berstatus memenuhi. Jumlah sungai dengan
status memenuhi hingga cemar ringan juga nol per 2014. Sementara, sungai berstatus
memenuhi-cemar sedang per 2015 berjumlah nol. Begitu pula dengan sungai berstatus
memenuhi-cemar berat yang jumlah semakin sedikit.
Artinya, sungai yang memenuhi baku mutu atau dalam kondisi baik semakin sulit
ditemui. Tak heran bila rumah tangga semakin mengandalkan air kemasan sebagai sumber
air minum yang layak, seiring memburuknya kualitas sungai-sungai di Indonesia.
Permasalahan mengenai air ini perlu penanganan serius, jika Indonesia tak mau mengalami
krisis air di 2025.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat
BNPB, mengatakan pada 2025 mendatang jumlah kabupaten defisit air akan meningkat
hingga sekitar 7,84 persen. Dari wilayah yang mengalami defisit tersebut, terdapat 38
kabupaten/kota atau sekitar 35 persen telah mengalami defisit tinggi. Tak hanya itu, krisis
air juga bisa berujung pada konflik.
C. Pendekatan yang Dilakukan Pemerintah untuk Mewujudkan Pelayan Air Minum
di Indonesia
1. Program Pamsimas
Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk melanjutkan keberhasilan
capaian target Millennium Development Goals sektor Air Minum dan Sanitasi
(WSS-MDG), yang telah berhasil menurunkan separuh dari proporsi penduduk
yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar pada Tahun 2015.
Sejalan dengan itu, di Tahun 2014, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional [RPJMN] 2015-2019, Pemerintah Indonesia telah mengambil
inisiatif untuk melanjutkan komitmennya dengan meluncurkan program nasional
Akses Universal Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019 dengan capaian target 100%
akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia. Program
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) telah
menjadi salah satu program andalan nasional (Pemerintah dan Pemerintah Daerah)
untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap fasilitas air minum dan
sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. Program Pamsimas I
yang dimulai pada Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 dan Pamsimas II dari
Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015 telah berhasil meningkatkan jumlah warga
miskin perdesaan dan pinggiran kota yang dapat mengakses pelayanan air minum
dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar
12.000 desa yang tersebar di 233 kabupaten/kota.
Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota
terhadap fasilitas air minum dan sanitasi dalam rangka pencapaian target Akses
Universal Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019, Program Pamsimas dilanjutkan
pada Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2019 khusus untuk desa-desa di Kabupaten.
Program Pamsimas III dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk
meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang
layak dan berkelanjutan, yaitu (1) 100-100, yaitu 100% akses air minum dan 100%
akses sanitasi, dan (2) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Sebagai pelayanan publik yang mendasar, berdasarkan Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pelayanan air minum dan sanitasi telah
menjadi urusan wajib Pemerintah Daerah. Untuk mendukung kapasitas Pemerintah
Daerah dalam menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang memenuhi
Standar Pelayanan Minimal (SPM), Program Pamsimas berperan dalam
menyediakan dukungan finansial baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan
prasarana, maupun investasi non-fisik dalam bentuk manajemen, dukungan teknis,
dan pengembangan kapasitas. Program Pamsimas dilaksanakan dengan pendekatan
berbasis masyarakat melalui keterlibatan masyarakat (perempuan dan laki-laki,
kaya dan miskin, dan lain-lain) dan pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat (demand responsive approach) 1 . Kedua pendekatan tersebut dilakukan
melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan prakarsa, inisiatif,
dan partisipasi aktif masyarakat dalam memutuskan, merencanakan, menyiapkan,
melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta
melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat termasuk di
lingkungan sekolah.
Ruang lingkup Program Pamsimas mencakup lima komponen program:
a. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan daerah dan
desa;
b. Peningkatan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi;
c. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum;
d. Hibah Insentif; dan,
e. Dukungan teknis dan manajemen pelaksanaan program.
Percepatan pencapaian akses universal air minum dan sanitasi tahun 2019
membutuhkan upaya bersama dari pemerintah pusat sampai dengan pemerintah
desa dan masyarakat, termasuk donor dan swasta (CSR). Pamsimas menjadi
program air minum dan sanitasi yang dapat digunakan oleh berbagai pemangku
kepentingan untuk menjadi program bersama dalam rangka pencapaian akses
universal air minum dan sanitasi di perdesaan pada tahun 2019.
Program dititikberatkan pada IKK rawan air yang masih memiliki tingkat
pelayanan SPAM yang masih rendah. Fokus utama program adalahpembangunan
SPAM IKK. Kaidah pelaksanaan program secara umum akan mengacu pada
ketentuan-ketentuan teknis yang telah ditetapkan dalamp eraturan dan NSPM
SPAM dengan lebih menekankan partisipasi aktif dari masyarakat, pemangku
kepentingan (stakeholder) dan pemerintah daerah serta pembelajaran dari
pelaksanaan.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan peran pemangku
kepentingan termasuk pemerintah daerah dilaksanakan untuk
mendorongkemandirian dan sinergi berbagai pihak dalam menanggulangi
permasalahan di kecamatan dan sebagai upaya keberlanjutan program. Hal ini juga
akan mendorong penyelarasan dengan program lain, meningkatkan rasa
kepemilikan masyarakat dan meningkatkan prospek pencapaian tujuan bersama
dalam meningkatkan pelayanan, khususnya akses SPAM kepada masyarakat untuk
pencapaian tujuan pembangunan millenium (MDGs).
4. SPAM Regional
Salah satu program prioritas nasional bidang air minum saat ini adalah
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional, yaitu
terbangunnya 31 SPAM Regional seluruh Indonesia pada tahun 2019. Ini sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015, dimana salah satu sasaran
pembangunan kawasan permukiman dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah meningkatkan akses penduduk
terhadap air minum layak sebesar 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar di
tahun 2019.
Pembangunan SPAM regional merupakan solusi untuk mengatasi kurangnya
ketersediaan air baku di beberapa kabupaten/kota. SPAM regional dibangun atas
kerja sama lintas-kabupaten/kota dan merupakan program penyediaan air minum
bagi rakyat yang ada di wilayah layanan SPAM regional itu, sedangkan
pengelolanya adalah pemerintah provinsi. Keunggulan SPAM regional adalah
memudahkan pemerintah provinsi dalam penanganan konservasi daerah tangkapan
air, serta kemudahan dalam manajemen pengelolaan sumber daya air baku. SPAM
regional juga secara tidak langsung mampu meningkatkan kerja sama saling
menguntungkan antar-pemerintah daerah, mendukung kemajuan pembangunan
kabupaten/kota yang menjadi daerah pelayanan SPAM regional, dan dapat lebih
mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia.
5. KPS (PPP)
Proyek KPS SPAM Umbulan ini merupakan salah satu solusi dalam
mengundang badan usaha swasta untuk berpartisipasi menjadi solusi dalam
mengundangbadan usaha swasta dalam berpartisipasi dalam pembangunan
infrastruktur dengan cara Kerja Sama Swasta dan Public Private Partnership (PPP).
Berikut beberpa point perhitungan Keuangan atas Rencana Proyek KPS SPAM
Umbulan dengan asumsi :
Sumber :
1. https://tirto.id/
2. http://eprints.undip.ac.id/34325/6/1964_CHAPTER_III.pdf
3. www.pamsimas.org/
4. https://www.scribd.com/doc/9587948/Pedoman-Pelaksanaan-SPAM-IKK
5. www.bppspam.com/
6. perpamsi.or.id/
TUGAS MAKALAH
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
IL-3105