Anda di halaman 1dari 17

A.

Latar Belakang Penyelenggaran Sistem Penyediaan Air Minum


Pelaksanaan kegiatan penyediaan air baku harus mengacu kepada dasar hukum
yang berlaku. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air,
didalamnya juga mengatur beberapa hal mengenai penyediaan air baku. Dalam Pasal
34 UU No. 7 Tahun 2004, dinyatakan bahwa pengembangan sumber daya air pada
wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna
memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwisata,
pertahanan, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai keperluan
lainnya. Mengenai pemenuhan kebutuhan air baku, lebih lanjut dijelaskan dalam pasal
40 UU No. 7 Tahun 2004, bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum
rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum.
Sebagai tindak lanjut pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004, telah berlaku Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Dalam
Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan air baku untuk air minum rumah
tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air
permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu
sebagai air baku untuk air minum.
Dalam Pasal 5, Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tersebut, dinyatakan
bahwa sistem penyediaan air minum (SPAM) dapat dilakukan melalui sistem jaringan
perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat
meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit
pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan, dapat meliputi sumur
dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki
air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.
Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem
Pengembangan Air Minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri
dari unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan.
Gambar 1. Skematik Sistem Penyediaan Air Minum
Sumber : http://eprints.undip.ac.id/34325/6/1964_CHAPTER_III.pdf
a) Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air
baku, merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Air baku wajib
memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Unit Produksi, merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau
biologi. Unit produksi, dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan
perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan
pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
c) Unit Distribusi, terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan
penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib
memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran, yang
memberikan jaminan pengaliran 24 jam per hari.
d) Unit Pelayanan, terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran
umum harus dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin keakurasiannya,
meter air wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.
e) Unit Pengelolaan, terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan nonteknis.
Pengelolaan teknis terdiri dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan
dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan
nonteknis terdiri dari administrasi dan pelayanan.
B. Kondisi Pelayanan Air Minum di Indonesia
Penyediaan air bersih di Indonesia dijamin dalam Pasal 33 UUD 1945 ayat (3) yang
berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Lebih lanjut lagi,
kebijakan tersebut dipertegas dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
bahwa pemenuhan air bersih bagi masyarakat merupakan salah satu tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah sebagai bagian dari pelayanan publik yang harus
mereka lakukan.
Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat adanya peningkatan rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air
minum layak di Indonesia. Pada 2012 hanya 65,05 persen rumah tangga memiliki akses
terhadap sumber air minum layak. Pada 2014, sebanyak 68,11 persen rumah tangga punya
akses tersebut. Angka ini naik lagi di 2017 menjadi 72,04 persen.

(Sumber : https://tirto.id/)
Namun, tidak ada provinsi yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak
hingga 100 persen. Provinsi dengan rumah tangga yang memiliki akses tertinggi pada 2017
adalah Bali, itu pun baru mencapai sekitar 90,85 persen. Provinsi kedua dengan akses
tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 88,93 persen pada periode yang sama. Kalimantan
Utara, yang tercatat sebagai provinsi baru, juga punya akses tinggi dan menempati posisi
keempat dengan akses sebesar 83,78 persen.
(Sumber : https://tirto.id/)
Pada periode sebelumnya, DKI Jakarta sempat menempati peringkat pertama
sebagai provinsi dengan akses tertinggi terhadap sumber air minum layak, yaitu sebesar
92,44 persen. Namun, pada 2017 proporsi rumah tangga yang memiliki akses menurun
menjadi 88,93 persen. Penurunan ini, salah satunya disebabkan memburuknya mutu air
sungai Ciliwung sejak 2014 hingga 2016 berstatus cemar berat. Sementara Bengkulu
menempati peringkat terbawah dengan 43,83 persen rumah tangga yang memiliki akses
terhadap sumber air minum layak pada 2017.
Selain itu, rendahnya akses juga terjadi di Lampung, tercatat hanya 53,79 persen
rumah tangga dengan air layak minum. Sementara di Papua, pada periode yang sama,
aksesnya sebesar 59,09 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 52,69
persen.

(Sumber : https://tirto.id/)
Dalam Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Bengkulu 2015, disebutkan
rendahnya akses terhadap air bersih dikarenakan permasalahan dalam penyelenggaraan air
minum dan sanitasi. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk mengadakan perilaku hidup
bersih dan sehat juga masih rendah.
Berdasarkan data Susenas, mayoritas sumber air minum masyarakat secara
nasional diperoleh dari air dalam kemasan, sumur terlindung, dan air tanah dengan
memakai pompa. Hingga 2011, rumah tangga Indonesia lebih mengandalkan sumur
terlindung –air yang berasal dari dalam tanah bila lingkar sumur tersebut dilindungi oleh
tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan 3 meter ke bawah tanah– sebagai sumber
air minum (25,42 persen). Namun, angka ini mulai turun di 2013 menjadi 22,58 persen.
Pada 2016, bahkan hanya 21 persen rumah tangga yang menggunakan sumber air
minum ini. Salah satu indikasi penurunan ini adalah semakin tercemarnya sumur
terlindung. Misalnya, di kabupaten Mojokerto, Jawa Timur yang 60 persen air
sumurnya tercemar limbah B3.
Air yang tercemar tersebut diyakini sebagai penyebab penyakit dermatitis yang
diderita 432 warga desa Lakardowo selama November 2016 hingga Januari 2017. Kasus
lainnya, ditemukan bakteri E.coli pada sumber air minum di Yogya –salah satunya adalah
sumur terlindung.
Tak heran bila tren sumber air minum rumah tangga Indonesia pun bergeser ke air
dalam kemasan. Pada 2000 hanya 0,86 persen rumah tangga yang menggunakan air dalam
kemasan sebagai sumber air minum. Proporsi ini meningkat tajam di 2012, melampaui
sumur terlindung, yaitu sebesar 38,85 persen.

(Sumber : https://tirto.id/)
Meningkatnya tren ini ditaksir karena semakin terbatasnya lahan terbuka hijau,
khususnya di daerah perkotaan. Sehingga air bersih layak konsumsi pun makin sulit
diperoleh. Selain itu, kualitas air tanah ataupun sungai kurang memenuhi syarat sebagai
air minum yang sehat, bahkan tidak layak minum di beberapa daerah. Seperti Sungai
Ciliwung di Jakarta misalnya, yang berstatus cemar berat sejak 2014.
Data Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
menyatakan ada 52 sungai di Indonesia berstatus cemar berat. Sebanyak 20 sungai
berstatus cemar sedang hingga cemar berat. Selain itu ada 7 sungai yang mengalami
pencemaran ringan hingga cemar berat. Sisanya ada 21 sungai yang berstatus memenuhi
baku mutu hingga tercemar ringan. Perolehan tersebut mencakup 100 aliran sungai pada
33 provinsi sepanjang 2013 hingga 2015.
Pada 2014, status kualitas air sungai Indonesia mulai memburuk. Mutu sungai pada
2010 hingga 2013 rata-rata berstatus memenuhi hingga cemar ringan-cemar berat. Pada
2011, sebanyak 56,25 persen sungai berstatus memenuhi hingga cemar ringan. Di 2012
mayoritas sungai berstatus cemar ringan hingga cemar sedang (40 persen).
Namun, pada 2014 mutu sungai Indonesia mulai menurun, mayoritas sungai
berstatus cemar berat. Pada 2014 misalnya, sebanyak 29,03 persen berstatus cemar sedang
hingga cemar berat dan 58,06 persen sungai tercemar berat. Angka ini sempat turun pada
2015 menjadi 24,24 persen sungai berstatus cemar sedang-cemar berat dan 42,42 persen
sungai berstatus cemar berat. Sayangnya, di 2016 jumlah sungai berstatus cemar berat
kembali naik menjadi 55,88 persen dan sebanyak 23,5 persen berstatus cemar sedang
hingga cemar berat.

(Sumber : https://tirto.id/)
Sejak 2013, sudah tidak ada lagi sungai berstatus memenuhi. Jumlah sungai dengan
status memenuhi hingga cemar ringan juga nol per 2014. Sementara, sungai berstatus
memenuhi-cemar sedang per 2015 berjumlah nol. Begitu pula dengan sungai berstatus
memenuhi-cemar berat yang jumlah semakin sedikit.
Artinya, sungai yang memenuhi baku mutu atau dalam kondisi baik semakin sulit
ditemui. Tak heran bila rumah tangga semakin mengandalkan air kemasan sebagai sumber
air minum yang layak, seiring memburuknya kualitas sungai-sungai di Indonesia.
Permasalahan mengenai air ini perlu penanganan serius, jika Indonesia tak mau mengalami
krisis air di 2025.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat
BNPB, mengatakan pada 2025 mendatang jumlah kabupaten defisit air akan meningkat
hingga sekitar 7,84 persen. Dari wilayah yang mengalami defisit tersebut, terdapat 38
kabupaten/kota atau sekitar 35 persen telah mengalami defisit tinggi. Tak hanya itu, krisis
air juga bisa berujung pada konflik.
C. Pendekatan yang Dilakukan Pemerintah untuk Mewujudkan Pelayan Air Minum
di Indonesia
1. Program Pamsimas
Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk melanjutkan keberhasilan
capaian target Millennium Development Goals sektor Air Minum dan Sanitasi
(WSS-MDG), yang telah berhasil menurunkan separuh dari proporsi penduduk
yang belum mempunyai akses air minum dan sanitasi dasar pada Tahun 2015.
Sejalan dengan itu, di Tahun 2014, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional [RPJMN] 2015-2019, Pemerintah Indonesia telah mengambil
inisiatif untuk melanjutkan komitmennya dengan meluncurkan program nasional
Akses Universal Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019 dengan capaian target 100%
akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia. Program
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) telah
menjadi salah satu program andalan nasional (Pemerintah dan Pemerintah Daerah)
untuk meningkatkan akses penduduk perdesaan terhadap fasilitas air minum dan
sanitasi yang layak dengan pendekatan berbasis masyarakat. Program Pamsimas I
yang dimulai pada Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 dan Pamsimas II dari
Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2015 telah berhasil meningkatkan jumlah warga
miskin perdesaan dan pinggiran kota yang dapat mengakses pelayanan air minum
dan sanitasi, serta meningkatkan nilai dan perilaku hidup bersih dan sehat di sekitar
12.000 desa yang tersebar di 233 kabupaten/kota.
Untuk terus meningkatkan akses penduduk perdesaan dan pinggiran kota
terhadap fasilitas air minum dan sanitasi dalam rangka pencapaian target Akses
Universal Air Minum dan Sanitasi Tahun 2019, Program Pamsimas dilanjutkan
pada Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2019 khusus untuk desa-desa di Kabupaten.
Program Pamsimas III dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional untuk
meningkatkan cakupan penduduk terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang
layak dan berkelanjutan, yaitu (1) 100-100, yaitu 100% akses air minum dan 100%
akses sanitasi, dan (2) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Sebagai pelayanan publik yang mendasar, berdasarkan Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pelayanan air minum dan sanitasi telah
menjadi urusan wajib Pemerintah Daerah. Untuk mendukung kapasitas Pemerintah
Daerah dalam menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang memenuhi
Standar Pelayanan Minimal (SPM), Program Pamsimas berperan dalam
menyediakan dukungan finansial baik untuk investasi fisik dalam bentuk sarana dan
prasarana, maupun investasi non-fisik dalam bentuk manajemen, dukungan teknis,
dan pengembangan kapasitas. Program Pamsimas dilaksanakan dengan pendekatan
berbasis masyarakat melalui keterlibatan masyarakat (perempuan dan laki-laki,
kaya dan miskin, dan lain-lain) dan pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat (demand responsive approach) 1 . Kedua pendekatan tersebut dilakukan
melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan prakarsa, inisiatif,
dan partisipasi aktif masyarakat dalam memutuskan, merencanakan, menyiapkan,
melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta
melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di masyarakat termasuk di
lingkungan sekolah.
Ruang lingkup Program Pamsimas mencakup lima komponen program:
a. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan daerah dan
desa;
b. Peningkatan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi;
c. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum;
d. Hibah Insentif; dan,
e. Dukungan teknis dan manajemen pelaksanaan program.

Percepatan pencapaian akses universal air minum dan sanitasi tahun 2019
membutuhkan upaya bersama dari pemerintah pusat sampai dengan pemerintah
desa dan masyarakat, termasuk donor dan swasta (CSR). Pamsimas menjadi
program air minum dan sanitasi yang dapat digunakan oleh berbagai pemangku
kepentingan untuk menjadi program bersama dalam rangka pencapaian akses
universal air minum dan sanitasi di perdesaan pada tahun 2019.

2. SPAM JP danBJP (Jaringan Perpipaan – Bukan Jaringan Perpipaan)


 SPAM Jaringan Perpipaan

Perencanaan jaringan pipa berawal dari penentuan daerah pelayanan dan


perkiraan batas zone-zone pelayanan yang ada di daerah pelayanan. Berdasarkan
daerah yang dilayani kemudian diidentifikasi subyek pemakai air dan kebutuhan
air per orang. Pemakai air di rinci disetiap zone kemudian dihitung kebutuhan air
setiap zone pelayanan. Dari tabulasi kebutuhan air disetiap zone akan didapat
seluruh kebutuhan air di daerah pelayanan.
Kegiatan perencanaan untuk sistem distribusi air minum ada dua kategori,
yaitu :
a. Perencanaan pada daerah yang belum ada sistem distribusi perpipaan sama sekali
atau biasa disebut sebagai Green Area.
b. Perencanaan pada daerah yang sudah ada sistem distribusi sebelumnya dan sifat
perencanaan adalah mengembangkan sistem yang sudah ada.
Secara garis besar tahapan perencanaan jaringan perpipaan air minum dibagi
menjadi beberapa tahapan pendekatan sebagai berikut :
a. Pengumpulan jaringan yang ada berdasarkan data sekunder dan data primer atau
survey.
b. Analisa jaringan yang ada.
c. Perencanaan teknis
Dari hasil analisa dapat diketahui pelayanan yang ada dan sasaran pelayanan.
Dapat dihitung pula jumlah penduduk yang perlu dilayani pada akhir tahun
perencanaan dan pertambahan penduduk sampai tahun perencanaan. Dengan
demikian lebih lanjut dapat direncanakan :
a. Rencana jumlah sambungan
b. Rencana kapasitas pelayanan
c. Penambahan jaringan pipa
d. Penambahan volume reservoir
Tentunya perencanaan ini dilakukan tanpa mengesampingkan kendala-
kendala serta pada kondisi yang ada, antara lain yang terpenting adalah tingkat
kehilangan air dan kapasitas hidrolis pipa yang ada sebelum pengembangan.
Dalam perencanaan pengembangan jaringan pipa menganalisa kondisi
jaringan yang sudah ada sangat penting. Analisa dapat dilakukan secara simulasi
ataupun analisa data pengukuran debit dan tekanan di lapangan pada jaringan yang
sudah ada.
 SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2009 tentang SPAM
BJP dalam Bab Pengertian pasal 1 ayat 5, 6 dan 7 menyebutkan sistem penyediaan
air minum bukan jaringan perpipaan yang selanjutnya disebut SPAM BJP
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan nonfisik dari prasarana dan
sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun komunal khusus yang
unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana, dan tidak
termasuk dalam SPAM.
3. IKK
Berkenaan dengan usaha mengurangi tingkat kemiskinan di perdesaan
sertaupaya percepatan pencapaian tujuan pembangunan Millennium
Development Goals (MDGs), maka diperlukan adanya peningkatan jangkauan
penerima manfaat program. Berdasarkan hal ini pemerintah melalui Departemen
Pekerjaan Umum meluncurkan program pembangunan Sistem PenyediaanAir
Minum IKK (SPAM IKK). Program ini diharapkan dapat memberi dukungan
untuk mencapai tujuan pembangunan IKK sesuai RPJM 2004-2009 yaitu
peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan dan peningkatan kapasitas
pemerintahan di tingkat lokal dalam mengelola pembangunan perdesaan sesuai
dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik secara kuantitatif, program
pengembangan SPAM IKK dapat meningkatkan kapasitas produksi. kumulatif dari
tahun 2005 s/d 2009 sebesar 9.607 L/dt. Kapasitas produksidiharapkan mampu
melayani hampir sebesar 7 juta jiwa.

Program dititikberatkan pada IKK rawan air yang masih memiliki tingkat
pelayanan SPAM yang masih rendah. Fokus utama program adalahpembangunan
SPAM IKK. Kaidah pelaksanaan program secara umum akan mengacu pada
ketentuan-ketentuan teknis yang telah ditetapkan dalamp eraturan dan NSPM
SPAM dengan lebih menekankan partisipasi aktif dari masyarakat, pemangku
kepentingan (stakeholder) dan pemerintah daerah serta pembelajaran dari
pelaksanaan.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan peran pemangku
kepentingan termasuk pemerintah daerah dilaksanakan untuk
mendorongkemandirian dan sinergi berbagai pihak dalam menanggulangi
permasalahan di kecamatan dan sebagai upaya keberlanjutan program. Hal ini juga
akan mendorong penyelarasan dengan program lain, meningkatkan rasa
kepemilikan masyarakat dan meningkatkan prospek pencapaian tujuan bersama
dalam meningkatkan pelayanan, khususnya akses SPAM kepada masyarakat untuk
pencapaian tujuan pembangunan millenium (MDGs).
4. SPAM Regional
Salah satu program prioritas nasional bidang air minum saat ini adalah
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional, yaitu
terbangunnya 31 SPAM Regional seluruh Indonesia pada tahun 2019. Ini sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015, dimana salah satu sasaran
pembangunan kawasan permukiman dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah meningkatkan akses penduduk
terhadap air minum layak sebesar 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar di
tahun 2019.
Pembangunan SPAM regional merupakan solusi untuk mengatasi kurangnya
ketersediaan air baku di beberapa kabupaten/kota. SPAM regional dibangun atas
kerja sama lintas-kabupaten/kota dan merupakan program penyediaan air minum
bagi rakyat yang ada di wilayah layanan SPAM regional itu, sedangkan
pengelolanya adalah pemerintah provinsi. Keunggulan SPAM regional adalah
memudahkan pemerintah provinsi dalam penanganan konservasi daerah tangkapan
air, serta kemudahan dalam manajemen pengelolaan sumber daya air baku. SPAM
regional juga secara tidak langsung mampu meningkatkan kerja sama saling
menguntungkan antar-pemerintah daerah, mendukung kemajuan pembangunan
kabupaten/kota yang menjadi daerah pelayanan SPAM regional, dan dapat lebih
mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia.
5. KPS (PPP)

Keberadaan Proyek Kerjasama Pemerintah (KPS) tentang Sistem


Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan tidak terlepas dari adanya kebutuhan
yang cukup tinggi bagai pelayanan kebutuhan air minum yang berkualitas bagi
masyarakat Jawa Timur. Proyek ini mmberikan manfaat bagi masyarakat 1,3
Juta lebih dari penduduk di tiga Kabupaten dan dua kota terdapat sumber air yang
berkualitas yang sangat layak untuk dijadikan Sumber Air Minum yang ditetapkan
oleh Kementrian Kesehatan, dengan Debit 5.000liter/detik. Air baku dari proyek
akan diambil dari mata air Umbulan di Kabupaten Pasuruan dan akan di
distribusikan melalui pipa transmisi sepanjang 93,7 Km. Kerjasama SPAM
Umbulan dilakasanan secara non konvensional, dimana Proyek ini merupakan
skema Kerjasama Swasta dan Badan Usaha dengan Pemprov sebagai Penanggung
jawab Proyek Kerja Sama (PJPK) Proyek ini juga menerima dukungan pemerintah
dalam bentuk VGF (Dukungan Kelayakan Proyek) dari Kementrian Keuangan yang
sebagian digunakan untuk konstruksi.

Proyek KPS SPAM Umbulan ini merupakan salah satu solusi dalam
mengundang badan usaha swasta untuk berpartisipasi menjadi solusi dalam
mengundangbadan usaha swasta dalam berpartisipasi dalam pembangunan
infrastruktur dengan cara Kerja Sama Swasta dan Public Private Partnership (PPP).
Berikut beberpa point perhitungan Keuangan atas Rencana Proyek KPS SPAM
Umbulan dengan asumsi :

 Kenaikan biaya operasional sesuai dengan inflansi


 Tingkat pinjaman tiap tahun 12 %
 Equity 30 % dan Pinjaman 70 %
 Perkiraan Investasi sebesar Rp 2 Triliun
 Perkiraan Biaya Operasional dan pemeliharaan: Rp 893/m3

Dalam pelaksanaan proyek, seharusnya mempertimbangkan tiga hal


utama, Pertama Kemampuan masyarakat membayar tarif air minum hasil
konsultasi publik, Kedua kemampuan masing-masing PDAM wilayah yg akan
dialiri SPAM bersebut, dan Terakhir seharusnya ada maksimum pemberian VGF.
Seharusnya Pemprov melakukan dukungan penuh terhadap proyek ini karena
merupakan wujud pelayanan Pemprov terhadap masyarakat. Pemprov Jawa Timur
sebelumnya mengajukan VGF senilai Rp.700-800 miliar atau sekitar 31,8-36 % dari
total investasi. Dengan usulan VGF tersebut, maka di perkirakan tarif SPAM
Umbulan tidak melebihi Rp. 2.000/m3. Dalam pelakasanaan proyek ini didukung
oleh Peran Swasta dan Pemerintah yang meliputi Pusat, Jatim dan Pemda
Kabupaten/Kota.

Peran swasta dalam pelaksanaan Proyek ini sebagai perancang dan


membangun, Finance seluruh kegiatan. Serta Operate seluruh sistem sepanjang
masa kerjasama berlangsung (25 tahun) serta mengembalikan (transfer)seluruh
sistem setelah berakhirnya masa kerja sama . Sedangkan beberapa peran
Pemerintah Pemerintah Provinsi Jawa Timur meliputi, Memberikan izn
Konsensi kepada swasta, Menugaskan PDAM untuk menjalankan operasional
pendistribusian air curah kepada masing-masing PDAM dan manajemenn
pemebayaran air, Serta melakukan pemantauan dan pengelolaan dampak
Lingkungan proyek KPS-SPAM Umbulan.

D. Usaha Pemerintah dalam Mengelola PDAM


1. BPP SPAM (Badan Peningkatan dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum)

Untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan air minum secara berlanjut


kepada masyarat, pemerintah melakukan percepatan pencapaian universal
akses aman air minum 100 % di tahun 2019 dengan merefitalisasi lembaga
penyelengaraan sistem penyediaan air minum (spam). lembaga ini dibentuk
melalui peraturan presiden nomor 90 tahun 2016 tentang badan peningkatan dan
penyelenggaraan sistem penyediaan air minum (bppspam).

Secara struktur bppspam berada di bawah koordinasi menteri pekerjaan umum


dan perumahan rakyat, tugasnya membantu pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam meningkatkan penyelengaraan spam yang dilaksanakan oleh badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah (bumn/bumd) penyelenggara
spam.

Sesuai amanat pasal 37 peraturan pemerintah 122 tentang sistem


penyediaan air minum (spam), bppspam merupakan revitalisasi dari badan
pendukung pengembangan sistem penyediaan air minum yang sudah ada
sebelumnya. sebagai bentuk revitalisasi, bppspam memiliki tugas dan fungsi yang
lebih fokus dan spesifik dari tugas dan fungsi sebelumnya.

Berdasarkan perpres nomor 90 tahun 2016, bppspam menyelenggarakan


beberapa fungsi yaitu :

Penilaian kinerja penyelenggaraan sistem penyediaan air minum oleh


bumn/bumd dalam rangka pemenuhan persyaratan kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas pelayanan sistem penyediaan air minum.
a) Memfasilitasi peningkatan kinerja penyelenggaraan sistem penyediaan air
minum oleh bumn/bumd dalam rangka pemenuhan persyaratan kualitas,
kuantitas dan kontinuitas pelayanan sistem penyediaan air minum.
b) Pemberian rekomendasi kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
rangka peningkatan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum, yang
diselenggarakan oleh bumn/bumd.
c) Pemberian rekomendasi kepada pemerintah pusat dan pemda dalam rangka
menjaga kepentingan yang seimbang antara penyelenggara dengan pelanggan.
2. PERPAMSI (Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia)

PERPAMSI adalah wadah perhimpunan perusahaan air minum seluruh


Indonesia, mewakili semua Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sejak tahun
1972, memiliki peranan besar dalam:

- Pengaturan kegiatan donator, pemerintah dan penanam modal dengan PDAM;


- Memberikan solusi terbaik untuk meningkatkan kinerja perusahaan;
- Penyebarluasan prinsip bisnis profesional dalam pengoperasian PDAM;
- Memotivasi PDAM untuk meningkatkan pengetahuan,keahlian dan perencanaan
karir karyawan
Tujuan utama PERPAMSI adalah :
1) Membantu pemerintah dalam mengisi kemerdekaan demi terwujudnya
masyarakat adil dan makmur dengan kesejahteraan materil dan spiritual yang
merata berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, khususnya dalam
bidang penyediaan air minum.
2) Mengembangkan dan memajukan pengoperasian perusahaan air minum
berdasarkan pedoman dan peraturan baik yang sudah ada maupun yang baru
dalam semangat saling menghormati dan memahami dalam memenuhi kebutuhan
air bersih bagi seluruh rakyat Indonesia. Kegiatan utama dipusatkan pada sarana
yang dibutuhkan untuk pengembangan strategi PERPAMSI:- pendidikan dan
pelatihan- ketetapan peraturan dan perundang-undangan- koordinasi kegiatan
donor- perencanaan dan penyebarluasan teknologi/ pendekatan- pendekatan
baru- implementasi rencana-rencana perusahaan- program
kehumasan PDAM- pengembangan rancangan-rancanang
sertifikasi- pengumpulan dan pengolahan data- promosi untuk menarik calon
investor- hubungan yang erat dengan asosiasi-asosiasi serupa- kampanye
penggunaan air bersih dengan tujuan utama pengadaan air minum oleh
PDAM- evaluasi keuntungan kegiatan PERPAMSI bagi para anggotanya.

Sumber :
1. https://tirto.id/
2. http://eprints.undip.ac.id/34325/6/1964_CHAPTER_III.pdf
3. www.pamsimas.org/
4. https://www.scribd.com/doc/9587948/Pedoman-Pelaksanaan-SPAM-IKK
5. www.bppspam.com/
6. perpamsi.or.id/
TUGAS MAKALAH
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
IL-3105

Nama : Zalfa Fakhirah


NIM :15716039

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR


LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018

Anda mungkin juga menyukai