Anda di halaman 1dari 3

2.3.

Proses pembuatan sabun secara batch


Proses Batch adalah salah satu proses yang sering digunakan di industri
kimia pada skala kecil dan menengah bukan pada industri dalam skala besar yang
menghasilkan produk hanya dalam hitungan jam. Perbedaan utama dari proses
batch dan proses secara kontinyu terletak pada aliran yang masuk dan aliran yang
keluar pada suatu proses tersebut, suatu proses dapat dikatakan proses kontinyu
memliki ciri jumlah mass flowrate yang besar dan terdapat aliran yang masuk dan
aliran yang keluar secara bersamaan pada proses kontinyu setelah beberapa saat
proses berlangsung proses tersebut akan mencapai titik steady state, berbeda dengan
sistem batch yang hanya ada satu aliran dalam prosesnya, dan tidak terjadi
penambahan maupun pengurangan laju massa selama proses berlangsung.
Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan
alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak
hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi
sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi
dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik
untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan
dalam industri. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai
dengan sifat dan jenis sabun. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan abun
bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan
pada proses pembuatan sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali
yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Alat yang digunakan pada proses batch adalah wadah besar yang berfungsi
sebagai tempat pendidihan bahan baku pembuatan sabun. Tempat pendidihan ini
disebut juga ketel, sehingga proses batch pada pembuatan sabun disebut proses
ketel. Ketel ini berbentuk bulat yang dilengkapi dengan coil pemanas. Bahan baku
dimasukkan dari atas alat beserta kaustik soda (NaOH) dan air untuk proses
pembuatan sabun. Pemanasan dilakukan selama beberapa jam, sehingga diperoleh
sabun murni yang dapat diolah menjadi berbagai bentuk sabun. Pada proses batch
ada 2 proses yang dikembangkan, yaitu Cold–Process Saponification dan
Semiboiled Saponification. Metode ini digunakan dalam pembuatan sabun sereh.
Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku
tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air
diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air
sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau
Ca dalam air mengendap. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini
disebabkan proses kimia koloid pada sabun, sabun (garam natrium dari asam
lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar,
karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hidrogen yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik dan larut
dalam zat organic sedangkan kepala yang bersifat hidrofilik dan larut dalam air.

2.3.1. Cold–Process Saponification


Proses ini merupakan saponifikasi sistem batch yang paling sederhana,
karena tidak membutuhkan peralatan yang banyak. Pada proses ini sabun yang
dihasilkan mengandung impuritis (zat pengotor) dari sisa-sisa lemak. Lemak secara
sederhan dicairkan di dalam suatu bejana yang dilengkapi dengan alat pengaduk
dan penambahan sejumlah larutan NaOH dengan pengadukan yang cepat. Setelah
proses emulsi dan pengentalan, produk dituangkan pada alat pencetakan. Proses
saponifikasi disempurnakan dengan cara pendinginan dan pengerasan

2.3.2. Semiboiled Saponification


Proses atau metode ini sama dengan “Cold – Process” tetapi dengan
menjaga temperatur lebih tinggi untuk mempercepat saponifikasi dan mengatur
jumlah alkali sebelum pencetakan. Lemak dan alkali dicampur pada temperatur 0–
80ºC sampai sabun licin. Bila akan dicetak maka sabun diberi aroma yang khas.
Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan
minyak, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil
mula-mula dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa.
Setelah campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat. Sabun
menurunkan tegangan pada permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk
membasahi bahan yang akan dicuci menjadi lebih efektif. (Naomi., dkk, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Naomi., P., Gaol., A., M., L., Toha., M., Y. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari
Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik
Kimia. Vol. 2(19): 42-48

Anda mungkin juga menyukai