Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENYUSUI DENGAN

PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


LOHBENER KECAMATAN LOHBENER

ABSTRAK

Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). ASI mengandung komposisi gizi
yang paling lengkap dan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi selama 6 bulan pertama.
Berdasarkan Riskesdas 2010, persentase cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai dengan
6 bulan hanya 15,3 %, di Sulawesi Utara, cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya 22,6 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu menyusui
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan.
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 155 ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 6 – 12 bulan di
wilayah Kerja Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener yang diambil dengan menggunakan
teknik purposive sampling sesuai kriteria. Pengumpulan data melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel
menggunakan chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (63,9%) memiliki pengetahuan
baik, 54,2% mempunyai sikap baik dan hanya 25,8% responden yang memberi ASI secara
eksklusif.
Hasil analisis data menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan pemberian
ASI eksklusif (p=0,259) dan ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,012).
Kata kunci : ASI eksklusif, pengetahuan, sikap, ibu menyusui .

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti halnya ketika bayi, di dalam makanan pertama dan utama bagi bayi adalah
kandungan, kandungan gizi yang tinggi juga air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok
diperlukan ketika anak pertama kali untuk memenuhi kebutuhan bayi (Arisman,
menghirup udara di dunia. Kebutuhan nutrisi bayi sampai 6 bulan dapat dipenuhi hanya
dengan memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang dikenal dengan “ASI Eksklusif”. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan
(Yuliarti, 2010).
ASI tak ternilai harganya, selain meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara
optimal, ASI juga membuat anak potensial, memiliki emosi yang stabil, spiritual yang
matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik (Roesli, 2000). Delapan puluh
persen perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang
dikenal dengan periode emas, oleh karena itu diperlukan pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan ASI
mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi dalam jumlah
yang seimbang (Depkes, 2011).
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, secara khusus
mengamanatkan setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai
dengan 6 (enam) bulan setelah dilahirkan, kecuali bila ada indikasi medis lain. Selama
pemberian ASI eksklusif ini, pihak keluarga, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus, misalnya di tempat kerja maupun tempat sarana umum.
Survey demografi World Health Organization (WHO) tahun 2000 menemukan
bahwa pemberian ASI eksklusif selama 4 bulan pertama sangat rendah terutama di Afrika
Tengah dan Utara, Asia dan Amerika Latin. Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam
negara berkembang, resiko kematian bayi antara 9 – 12 bulan meningkat 40% jika bayi
tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini meningkat
menjadi 48% (Roesli, 2008).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI di
Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan
6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong
peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah (Depkes, 2011). Berdasarkan profil
kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, sepanjang tahun 2010 cakupan bayi yang mendapat ASI
eksklusif hanya 22,6% yang masih terpaut jauh dari target nasional yaitu 80%. Data yang
diperoleh di Puskesmas Lohbener tahun 2015 jumlah bayi sebanyak 411 dan jumlah bayi
yang diberi ASI ekslusif sebanyak 267, sehingga masih banyak bayi yang belum diberikan
ASI secara ekslusif.
Kendala ibu dalam menyusui ada dua faktor yaitu faktor internal kurangnya
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan faktor eksternal ASI belum keluar pada
hari-hari pertama sehingga ibu berpikir perlu tambah susu formula, ketidak mengertian ibu
tentang kolostrum dan banyak ibu yang masih beranggapan bahwa ASI ibu kurang gizi,
kualitasnya tidak baik (Baskoro, 2008). Menurut Fikawati dan Syafiq (2010), alasan yang
menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti misalnya
budaya memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI
tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja,
serta ibu ingin mencoba susu formula.
Kurangnya sikap, pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI menjadi
faktor terbesar yang menyebabkan ibu-ibu muda terpengaruh dan beralih kepada susu botol
atau susu formula. Selain itu, gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan
makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang
berhasilnya pemberian ASI maupun ASI eksklusif.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : “Bagaimana Hubungan antara
pengetahuan dan sikap Ibu menyusui dengan pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas
Lohbener ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu
menyusui dengan pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener.
D. BATASAN MASALAH
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruang lingkup masalah
yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian itu lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini
dilakukan agar pembahasannya tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevansi
sehingga penelitian itu bisa lebih fokus untuk dilakukan.
Dalam penelitian ini batasan masalah adalah sebagai berikut :
a. Sikap Ibu
b. Pengetahuan Ibu
c. ASI Eksklusif

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Defenisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain.
Sebelum mencapai usia 6 bulan system pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna
sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI (Marimbi, 2010).
ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi dalam menyediakan makanan ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi (Indiarti, 2009).
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
melaksanakan manajemen laktasi secara baik, ASI sebgai makanan tunggal akan mencukupi
kebutuhan bayi hingga usia enam bulan (Bonny, 2003).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Weni, 2011).

B. Manfaat ASI dan Menyusui


Menurut Weni (2011), manfaat ASI ada 4 yaitu:
1) Manfaat ASI bagi bayi
a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
b) Mengandung antibodi.
c) ASI mengandung komposisi yang tepat.
d) Mengurangi kejadian karies gigi.
e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antar ibu dan bayi.
f) Terhindar dari alergi.
g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.
h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena
gerakan menghisap mulut bayi pada payudara

2) Manfaat ASI bagi ibu


a) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post
anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan
produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
b) Aspek kesehatan ibu.
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinome mamae pada ibu
menyusui lebih rendah dibanding ibu yang tidak menyusui.
c) Aspek penurunan berat badan.
Ibu yang menyusui secara eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembalin
ke berat badan semula sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat selain
karena ada janin juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini
sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.
Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan
lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
d) Aspek psikologis.
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3) Manfaat ASI bagi keluarga
a) Aspek ekonomi.
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli
susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
b) Aspek psikologi.
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana
kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c) Aspek kemudahan.
Menyusui sangat prktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus
dibersihkan.
4) Manfaat ASI bagi Negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.


Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi
bayi baik. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi
bayi dan anak dari penyakit infeksi. Bayi yang tetap diberikan ASIternyata juga
terlindungi dari diare karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri menjadi
lebih kecil.
b) Menghemat devisa Negara.
ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan
dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula.
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek
lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksinosokomial
serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.
d) Peningkatan kualitas generasi penerus.
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas
generasi penerus bangsa akan terjamin.
C. Komponen ASI
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat rumit dan
berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang memainkan peran utama dalam
perlawanan penyakit pada bayi. Berikut komponen penting dari ASI menurut Proverawati
(2010) :
1) Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel alveoli
payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir
yang belum mampu menerima makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu
banyak tetapi kaya gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan
vitamin A yang sangat tinggi.
2) Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein
yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey daripada casein sehingga
protein ASI mudah dicerna.

3) Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat gizi
yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi.
4) Laktosa
Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai sumber energi,
meningkatkan absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5) Vitamin A
Kosentrasi vitamin A berkisar pada 200 UI/dl.
6) Zat Besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/ltr), nayi yang menyusui jarang
kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI medah dicerna.
7) Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan penting dalam
maturasi otak bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari kelompok molekul yang
dikenal sebagai omega fatty acids. DHA (docosahexaenoic acid) adalah sebuah blok
banguna utama di otak sebagai pusat kecerdasan dan di jala mata. Akumulasi DHA di
otak lebih besar dari dua tahun pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang
ditemukan di seluruh tubuhdan bekerja bersama-sama dengan DHA untuk mendukung
visual dan perkembangan mental bayi.
8) Lactobasilus
Berfungsi menghambat pertumbuhan mikoorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi.
9) Lactoferin
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam
intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang. Memiliki efek
langsung pada antibiotic berpontensi berbahaya seperti bakteri Staphylococci dan
E.Coli. Hal ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam kolostrum, tetapi berlangsung
sepanjang seluruh tahun pertama bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan
jamur candida.

10) Lisozim
Dapat mencegah dinding bakteri sekaligus mengurangi insiden caries dentis dan
maloklusi. Enzim pencernaan yang kuat akan ditemukan dalam ASI pada tingkat 50 kali
lebih tinggi daripada dalam rumus. Lysozyme menghancurkan bakteri berbahaya dan
akhirnya menghambat keseimbangan rumit bakteri yang menghuni usus.

D. Produksi ASI
ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Keberhasilan laktasi
ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan
ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat
kehamilan yaitu pada trimester II dimana payudara mengalami pembesaran oleh karena
pertumbuhan dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran
payudara, hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI
(Proverawati, 2010).
Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting
payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk meproduksi
sejumlah prolaktin, yaitu hormone utama yang mengendalikan pengeluaran ASI. Proses
pengeluaran ASI juga tergantung pada let down reflek, dimana isapan putting dapat merangsang
serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara
lancar. Keluarnya ASI terjadi sekitar hari ketiga setelah bayi lahir, dan kemudian terjadi
peningkatan aliran susu yang cepat pada minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda
sampai beberapa hari. Larangan bagi bayi untuk menghisap puting ibu akan banyak menghambat
keluarnya ASI, sementara menyusui bayi menurut permintaan bayi secara naluriah akan meberikan
hasil yang baik. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung ASI
serta adanya faktor kelainan anatomis yang mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan ASI
sangat jarang terjadi (Proverawati, 2010).
Menurut Prasetyono (2009) berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga
yaitu, kolostrum, foremilk dan hindmilk.
1) Kolostrum
Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan. Kolostrum
mengandung banyak protein dan antibodi. Wujudnya sangat kental dan jumlahnya
sangat sedikit. Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya
sesendok the. Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usu bayi dan melindunginya
dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama
kelahirannya. Selanjutnya, secara berangsur-angsur produksi kolostrum berkurang saat
ASI keluar pada hari ketiga sampai kelima.
Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan ductus
dari kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi oleh
kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga atau kempat sejak masa laktasi
(Baskoro, 2008).
2) Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk). Air susu ini hanya
mengandung sekitar1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran
penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus
pada bayi.
3) Hindmilk
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hampir selesai. Hindmilk
sangak kaya, kental dan penuh lemak bervitamin, sebagaimana hidangan utama setelah
sup pembuka. Air susu ini sebagian besar energy. yang dibutuhkan oleh bayi.

E. Pola Pemberian ASI


ASI harus diberikan kepada bayinya sesering mungkin dan dalam waktu lama, misalnya
hingga bayi berusia 2 tahun. Sesungguhnya, ASI bernutrisi tinggi hanya diproduksi oleh
payudara ibu sampai bayi berusia 6 bulan. Oleh karena itu ibu mesti memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan. Meskipun setelah berumur 4 bulan atau 6 bulan bayi memperoleh makanan
tambahan pemberian ASI harus dilanjutkan minimal sampai 12 bulan atau sebaiknya 24 bulan.
Sebab ASI meberikan sejumlah zat_zat yang berguna untuk bayi, seperti lemak, protein bermutu
tinggi, vitamin dan mineral (Prasetyono, 2009).
Ketika bayi menangis, ibu harus segera menyusuinya, meskipun hal itu terjadi pada
malam hari, baik bayi tidur bersama ibu ataupun tidur terpisah. Pemberian ASI pada beberapa
hari pertama setelah kelahiran bayi tidak harus dari satu payudara tetapi bayi mesti diberi ASI
dari kedua payudara secara bergantian. Tindakan tersebut mencegah terjadinya pengerasan
payudara (Prasetyono, 2009).
Biarkan bayi menyusui sesuai permintaannya. Bayi yang menyusu sesuai permintaannya
bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya bayi langsung mengosongkan
payudara pertama dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui dapat diatur sedemikian rupa
dengan membuat jadwal rutin (Prasetyono, 2009).

F. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI


1) Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan
berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar perasaan nyeri
akan segera hilang (Weni, 2011).
Rasa nyeri pada puting dapat mempengaruhi proses menyusui, memiliki puting yang luka
dan cedera dapat membuat intensitas menyusui berkurang. Bahkan adanya rasa nyeri tersebut
akan membuat ibu berhenti menyusui dan memilih untuk berpindah ke susu formula
(Proverawati, 2010)
2) Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya
menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat
disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates)
atau dermatitis (Weni, 2011).
3) Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan oleh
bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah
banyak (Weni, 2011).
Payudara yang membengkak dapat membuat areola dapat melembung, yang bisa membuat
sulit untuk bayi menyusu dengan benar. Bayi hanya mampu menghisap pada puting susu bukan
areola. Hal ini akan menyebabkan bayi untuk menghisap keras pada puting susu sebagai
tindakan untuk mencoba mendapatkan susu dan menyebabkan puting crack dan sakit
(Proverawati, 2010).
Untuk mencegah terjadinya bengkak maka diperlukan, menyusui dini, perlekatan yang baik,
menyusui “on demand”. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak
dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun (Weni, 2011).
4) Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala
diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan
diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan
kurangnya ASI diisao.dikeluarkan atau penghisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena
kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH (Weni, 2011).
5) Kurang atau salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari
ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas
kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan
atau saat memulangkan bayi (Weni, 2011).
6) Sindrom ASI kurang
Sering kenyataanya ASI tidak benar-benar kurang. Ibu dan bayi dapat saling membantu agar
produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan
tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya
pada relaktasi maka bila perlu dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa
nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada puting untuk diisap bayi dan ujung
lainnya dihubungkan dengan ASI (Weni, 2011).
Sering kali ibu mengeluh bahwa ASI-nya tidak keluar atau tidak mencukupi kebutuhan bayi.
Hal ini dapat dipengaruhi kondisi psikis ibu, karena merasa tidak mampu menyusui bayi.
Peningkatan produksi ASI seiring jumlah ASI yang dikeluarkan. Semakin tinggi kebutuhan bayi,
ASI yang diproduksi semakin meningkat (Prastyono, 2009).
7) After pains
Hormon oksitosin yang menyebabkan refleks aliran air susu menybabkan kontraksi pada
rahim saat melahirkan. Oksitosin yang dihasilkan saat menyusi dapat menyebabkan kontraksi
rahim. After pains bisa berupa nyeri ringan dan kontraksi yang benar-benar menyakitkan. Rasa
sakit tersebut dapat muncul dan menghilang selama 5-10 menit. Sebenarnya tidak semua wanita
mengalami after pains, tetapi hal ini dianggap normal dan akan berhenti setelah 4 hari. Biasanya
after pains lebih sering muncul dan menjadi semakin parah setelah melahirkan anak kedua dan
seterusnya (Prasetyono, 2009).
8) Puting payudara yang datar
Jika ibu memiliki puting payudara yang datar, hendaknya iya menarik-narik puting payudara
hingga menonjol atau menggunakan alat bantu pompa susu. Tindakan ini dapat dilakukan setelah
ibu mandi pada periode kehamilan di atas 7 bulan. Penarikan puting payudara dilakukan sampai
bayi lahir (Prasetyono, 2009).
9) Masalah pada bayi
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi diantaranya adalah
terdapat kelainan sumbing bibir, kelainan bentuk mulut, bayi bingung puting bayi dengan lidah
pendek (Weni, 2011).

G. MANAJEMEN LAKTASI
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Sementara itu, yang dimaksud dengan manajemen laktasi ialah
suatu upaya yang dilakukan oleh ayah, ibu dan keluarga untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Ruang lingkup pelaksanaan manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah
persalinan, dan masa menyusui (Prasetyono, 2009).
1) Masa Kehamilan (antenatal)
a) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi, serta dampak negatif pemberian susu formula.
b) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh, kehamilan dan kondisi puting payudara. Selain
itu, ibu perlu memantau kenaikan berat badan selama hamil.
c) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga siap
menyusui. Tindakan ini dimaksudkan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan
ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.
d) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gizi dan makan tambahan sejak kehamilan
trimester II. Makanan tambahan yang dibutuhkan saat hamil sebanyak 11/3 kali dari
makanan yang dikonsumsi sebelum hamil.
e) Ibu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, termasuk
mendapatkan dukungan suami yang dapat memberikan rasa nyaman kepada ibu.

2) Masa setelah persalinan (prenatal)


a) Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya. Dalam hal ini, bayi harus mendapatkan cukup ASI, yang dilanjutkan dengan
cara menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada
payudara ibu.
b) Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dan ibu selama 24 jam agar menyusui
dapat dilakukan tanpa jadwal.
c) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan.
3) Masa menyusui (postnatal)
a) Setelah bayi mendapat ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu harus menyusui bayi
secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah lahir. Saat itu, bayi hanya diberi ASI
tanpa makanan atau minuman lainnya.
b) Ibu mesti mencari informasi tentang gizi makanan ketika masa menyusi agar bayi
tumbuh sehat. Saat menyusui ibu memerlukan makanan 1½ kali lebih banyak daripada
biasanya, dan minum minimal 8 gelas sehari.
c) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya. Ibu perlu ketenangan pikiran,
serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
d) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk Posyandu atau Puskesmas)
bila ada permasalahan yang terkait penyusuan.
e) Ibu memperhatikan gizi/makanan anak, terutama pada bayi berusia 4 bulan.
Sebaiknya, bayi diberi ASI yang kualitas dan kuantitasnya baik.
H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI
Menurut Proverawati (2010), faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1) Frekuensi Penyusuan
Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulai hormon dalam kelenjar
payudara. Berdasarkan beberapa penelitian, maka direkomendasikan untuk frekuensi
penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan.
2) Berat Lahir
Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara berat lahir bayi dengan
volume ASI, yaitu berkaitan dengan kekuatan menghisap, frekuensi dan lama
penyusuan. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI
yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir normal. Kemampuan menghisap
yang rendah ini termasuk didalamnya frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah
yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi
ASI.
3) Umur Kehamilan Saat Melahirkan
Umur kehamilan saat melahirkan akan mempengaruhi asupan ASI si bayi. Bila umur
kehamilan kurang dari 34 minggu, maka bayi dalam kondisi sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif, sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
lahir normal dan tidak prematur. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur
ini dapat disebabkan oleh karena berat badannya rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ tubuh bayi tersebut.
4) Usia dan Paritas
Usia dan paritas tidak berhubungan dengan produksi ASI. Pada ibu menyusui yang
masih berusia remaja dengan gizi yang baik, intake ASI mencukupi. Sementara itu, pada
ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat postpartum
jauh lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang baru melahirkan pertama kalinya.
5) Stress dan Penyakit Akut
Adanya stress dan kecemasan pada ibu menyusui dapat menganggu proses laktasi, oleh
karena pengeluaran ASI terhambat, sehingga akan mempengaruhi produksi ASI.
Penyakit infeksi kronis maupun akut juga dapat mengganggu proses laktasi dan
mempengaruhi produksi ASI. ASi akan keluar dengan baik apabila ibu dalam kondisi
rileks dan nyaman.
6) Konsumsi Rokok
Konsumsi rokok dapat menggangu kerja hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI. Rokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dan adrenalin akan
menghambat pelepasan oksitosin, sehingga volume ASI yang dihasilkan akan berkurang.
Penelitian menunjukan bahwa pada ibu yang merokok lebih dari 15 batang per hari
mempunyai prolaktin30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke-21 setelah
melahirkan, dibandingkan dengan yang tidak merokok.
7) Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol dalam dosis rendah dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI, tetapi etanol dalam alcohol tersebut juga dapat
menghambat produksi oksitosin.
8) Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI. Sedangkan pil yang hanya mengandung progestin
tidak ada dampak terhadap volume ASI. Berdasarkan hal ini maka WHO
merekomendasikan pil progestin bagi ibu menyusi yang menggunakan pil kontrasepsi.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
meliputi: faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong.
a. Faktor predisposisi
1) Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
Pemahaman ibu mengenai ASI Eksklusif akan menentukan perilaku ibu dalam
praktek pemberian ASI Eksklusif. Kekurangan penurunan pemanfaatan ASI
Eksklusif disebabkan oleh terbatasnya ibu tentang ASI Eksklusif. Alasan ini
merupakan alasan yang utama para ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 ibu yang mengatakan ASI-nya kurang,
sebenarnya hanya dua ibu yang ASInya betul-betul kurang, 98 lainnya mempunyai
ASI yang cukup, hanya kurang mengetahui tentang proses menyusui yang baik
sehingga sering mengeluh produksi ASI kurang. Kurangnya pengetahuan ibu tentang
keunggulan ASI dan manfaat menyusui juga menyebabkan ibu-ibu mudah
terpengaruh oleh iklan-iklan dan beralih kepada pemberian susu botol formula.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sebenarnya hal ini tidak
disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup melainkan kurangnya
pengetahuan ibu (Judarwanto, 2006).
a) Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) tingkat pengetahuan ada tiga yaitu:
(1) Tingkat pengetahuan baik bila jumlah jawaban benar 76%-100%
(2) Tingkat pengetahuan cukup bila jumlah jawaban benar 56%-75%
(3) Tingkat pengetahuan kurang bila jumlah jawaban benar <56%
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa ada beberapa yang mempengaruhi
pengetahun yaitu:
(1) Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup responden yang dihitung sejak
dilahirkan sampai responden mengisi kuisoner. Menurut Notoadmojo
(2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka
orang tersebut akan selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuan.
Koentjaraningrat (2007) menambahkan bahwa umur seseorang yang
relatif tua dapat berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimilikinya.
Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai sejak dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dengan kekuatan
seseoran akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
(2) Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
(Notoatmodjo, 2003).
(3) Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai
maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode
dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti
keadaan semula (Soekanto, 2002).
(4) Sumber Informasi
Sumber informasi diartikan sebagai sumber belajar sekalipun banyak
orang yang berpendapat bahwa pengalaman itu lebih luas dari pada
sumber belajar, sumber informasi yang disusun secara sistematis oleh
otak, maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan (Soekanto, 2002).
Sumber informasi adalah asal dari suatu informasi atau data yang
diperoleh. Sumber informasi ini dikelompokan menjadi 3 golongan
yaitu :
(a) Sumber Informasi Dokumen
Sumber informasi documen merupakan sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi.
(b) Sumber kepustakaan
Kita telah mengetahui bahwa didalam perpustakaan tersimpan
berbagai bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu dari
buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan
sebagainya.
(c) Sumber informasi lapangan
Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan
seseorang tentang suatu hal sehingga informasi yang diperoleh dapat
terkumpul secara keseluruhan ataupun sebagainya (Notoatmodjo,
2007).
Sesorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekamto, 2002). Sumber
informasi seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman bermacam-
macam, misalnya: media masa, media elektronik, petugas kesehatan,
media poster, kerabat dekat, teman dan lain-lain (Notoatmodjo,
2007).
Beberapa sumber informasi dipandang lebih baik karena dapat
memberikan keterangan yang berarti bagi seseorang misalnya media
massa memberikan keunggulan dapat diindera dengan penglihatan
namun dapat memberikan keuntungan jika diperlukan dapat disimpan
untuk keperluan pada waktu yang akan datang. Media elektronik
memberikan keunggulan yang berbeda dengan media massa karena
selain dapat diindera dengan penglihatan, juga dapat diindera dengan
pendengaran sehingga tingkat pencapaian informasi bagi seseorang
akan diterima, dengan lebih baik (Machfoed, 2005).
Sumber informasi yang dipandang paling baik atau paling dapat
memberikan pencapaian informasi yang maksimal adalah melalui
tenaga kesehatan. Sumber informasi ini dapat disebut juga dengan
presentational media, karena selain dapat diindera dengan mata dan
pendengaran sumber informasi ini memberikan tampilan wajah dan
suara, serta menampilkan pula komunikasi tubuh (anggota tubuh).
Kategori pesan dalam media dimasukkan dalam peran verbal dan non
verbal dalam komunikasi tatap muka (Machfoed, 2005).
(5) Pekerjaan
Pekerjaan adalah seluruh aktivitas yang dilakukan sehari-hari, dimana
semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan
sosial dengan orang lain. Setiap orang harus bergaul dengan teman
sejawat maupun berhubungan dengan atasan. Pekerjaan digunakan
dalam suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.
Dalam pembicaraan sehari-¬hari istilah ini sering dianggap sinonim
dengan profesi. Pekerjaan seseorang sering dikaitkan pula dengan
tingkat penghasilannya (Notoatmodjo, 2003).
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan sehari- hari oleh responden
baik dirumah ataupun diluar rumah yang bersifat formal maupun non-
formal. Kriterianya: Ibu Rumah Tangga (IRT), petani, pedagang,
karyawan swasta, PNS (Notoatmojo, 2010).
Menurut Wasis (2008) pekerjaan seseorang dikelompokan antara lain
buruh, karyawan, PNS, swasta, petani, dan tidak bekerja.
c) Cara Memperoleh Pengetahuan
(1) Cara Tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan cara tradisional terdiri dari 4
cara yaitu:
(a) Cara coba dan salah (trial and error)
Cara coba- coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain.
(b) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan yang diperoleh dari kebiasaan dan tradisi
turun-temurun dengan berdasarkan pada otoritas/ kekuasaan
baik otoritas pemerintah, otoritas agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
(c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi merupakan sumber pengetahuan, tidak
semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk
menarik kesimpulan didapat dari pengalaman dengan benar
dan diperlukan kemampuan berpikir kritis dan logis.
(d) Melalui jalan piker
Kebenaran pengetahuan diperoleh menggunakan jalan
pikiran, baik melalui cara induksi maupun deduksi.
(2) Cara Modern
Cara ini adalah cara memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis, logis dan ilmiah
sehingga disebut juga metodologi penelitian. Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626) (Notoatmodjo, 2010).
2) Sikap ibu terhadap pengaruh iklan susu formula
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Menurut Newcomb,
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan atau
aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup (Notoatmodjo,
2007).
Pada awal tahun 1970-an terungkap fakta munculnya penyakit yang nyata”Sindrom bayi
botolan” ibu-ibu yang miskin dan berpendidikan rendah termakan rayuan dan janji para
pengiklan susu formula. Gencarnya promosi susu formula, 16% ibu-ibu menghentikan
pemberian ASI karena iklan susu formula (Judarwanto, 2006).
3) Aspek Budaya (nilai- nilai dan kebiasaan)
Aspek budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan
kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Aspek budaya yang mempegaruhi kegagalan
pemberian ASI Eksklusif menurut Notoadmojo (2005), antara lain:
a) Nilai- nilai di masyarakat
Nilai-nilai atau pandangan yang berlaku di dalam masyarakat berpengaruh
terhadap pemberian ASI secara Eksklusif. Nilai-nilai tersebut ada yang
menunjang keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan ada yang merugikan yaitu
menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif.
Beberapa nilai-nilai yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI Eksklusif
menurut (Roesli, 2005) yaitu:
(1) Menyusui itu mudah
Sering kali proses menyusui dianggap sepele sehingga dilakukan denga tidak
tepat. Akhirnya ASI tidak keluar dan ibu tidak mau menyusui. Proses
menyusui memerlukan pengetahuan dan latihan yang tepat. ASI Eksklusif
adalah suatu ilmu baru harus dipelajari sehingga proses menyusui berjalan
dengan baik.
(2) Menyusui mengubah bentuk payudara
Pendapat yang mengatakan menyusui akan mengubah payudara secara tetap
adalah salah. Keadaan yang mengubah bentuk payudara sebenarnya adalah
kehamilan. Selama hamil hormon-hormon pembetuk air susu akan mulai
mengisi payudara. Payudara yang sudah terisi tentu berbeda dengan payudara
yang belum terisi air susu.
(3) Menyusui menyebabkan kesukaran menurunkan berat badan
Ini adalah pendapat yang salah. ASI Eksklusif membantu ibu menurunkan
berat badannya karena timbunan lemak selama hamil akan dipergunakan
untuk proses menyusui.
(3) ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga perlu ditambah susu
formula
Hari pertama bayi belum memerlukan cairan sehingga tidak memerlukan
susu formula atau cairan lain sebelum ASI keluar. 30 menit setelah bayi
dilahirkan harus disusukan untuk memberikan kesempatan pada bayi untuk
belajar menghisap ASI ibunya. Hari pertama bukan hari untuk nutrisi tetapi
lebih untuk belajar menyusui dan mempersiapkan ibu untuk mulai
memproduksi ASI.
(4) Payudara kecil tidak menghasilkan ASI
Besar kecilnya payudara tidak bisa menentukan banyak sedikitnya produksi
ASI yang dihasilkan, karena payudara besar umumnya hanya mengandung
jaringan lemak yang lebih banyak dibandingkan payudara-payudara yang
kecil. Payudara yang kecil lebih banyak mengandung kelenjar pembentuk
ASI, jadi besar kecilnya payudara tidak menentukan jumlah produksi ASI.
(5) ASI kering, ASI tidak cukup karena bayi rakus atau minum banyak.
(6) Susu formula lebih dari pada ASI karena mengandung vitamin dan zat beri
tambahan.
ASI mengandung zat besi dan vitamin yang di perlukan bayi dalam proporsi
yang sesuai dengan kebutuhan bayi dan lebih baik kualitas dibandingkan
susu formula.Vitamin dan zat besi yang ditambahkan dalam susu formula
justru formula tidak mengandung keduanya sejak awal.
b) Kebiasaan Masyarakat
Menurut Anes (2006) kebiasaan sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dan sulit diubah.
Kebiasaan-kebiasaan di masyarakat yang mempengaruhi kebiasaan ASI Eksklusif antara
lain :
(1) Kebiasaan membuang kolustrum
Kolustrum atau ASI yang keluar pertama kali harus dibuang karena kotor. ASI yang
keluar pertama sampai kelima-tujuh sangat berguna bagi bayi. Menurut para ahli,
kolustrum ini memberikan kekebalan kepada bayi terhadap penyakit. Bila kolustrum
dibuang bayi tidak atau kurang mendapatkan zat - zat yang melindungi dari infeksi.
(2) Memberikan ASI ditambah atau atau diselingi minum atau makanan lain
Pada waktu bayi lahir atau berusai beberapa hari.Pemberian makanan minuman selain
ASI menyebabkan bayi menjadi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI dan bayi
menjadi malas menyusui karena sudah mendapat makanan atau minuman.
b. Faktor Ketersediaan waktu
Menurut Judarwanto (2006) pemberian ASI di Indonesia hingga saat ini masih
banyak menemui kendala, salah satunya adalah ibu yang bekerja sehingga ketersediaan
waktu ibu untuk menyusui secara ekslusif dikatakan tidak berhasil. Ibu bekerja yaitu
28% ibu – ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif kaerena harus kembali bekerja
sehingga tidak mempunyai waktu untuk memberikan ASI secara Eksklusif.
Menurut Roesli (2003), bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI
Eksklusif, karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah sehari
sebelumnya. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara Eksklusif
selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan. Dengan pengetahuan
yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan
kerja, seorang ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI secara Eksklusif.
ASI Eksklusif tetap dapat diberikan meskipun ibu bekerja, yaitu dengan cara:
1) Memberikan ASI pompa
ASI pompa adalah ASI yang dipompa dari payudara ibu. Cara memompa ASI yang
benar ada dua cara yaitu memompa ASI dengan tangan dan memompa ASI dengan
bantuan alat. Apabila menggunakan alat sebaiknya gunakan pompa listrik atau pompa
manual silindris dengan cup yang lembut. ASI pompa dapat bertahan 6-8 jam di udra
bebas, 24 jam di dalam termos berisi es batu, 48 jam di dalam lemari es dan 3-4 bulan
dalam freezer. Ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI Eksklusif dengan cara
memompa ASI-nya sebelum ibu peegi bekerja.
2) Dengan bantuan “ Tempat Kerja Sayang Ibu “
Yaitu tempat kerja yang memungkinkan karyawatinya menyusui secara eksklusif
selama enam bulan (Roesli, 2001).
c. Faktor Pendukung
1) Dari petugas kesehatan
Kegagalan pemberian ASI Eksklusif disebabkan kurangnya dukungan dari petugas
kesehatan. Menurut Roesli (2001), sudah menjadi kebiasaan disebagian besar Rumah sakit
untuk memberikan minuman prelaktal yaitu cairan yang diberikan sebelum ASI keluar,
minuman ini bisa berupa susu formula, susu sapi,atau air gula.
Petugas kesehatan biasanya takut bayi akan lapar atau kekurangan air pada beberapa hari
pertama karena dianggap ASI masih sedikit.hari pertama bukan merupakan hari untuk
nutrisi tetapi lebih untuk belajar menyusui dan mempersiapkan ibu untuk memproduksi
ASI.
2) Dukungan keluarga
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu, banyak kasus mengapa ibu sering tidak berhasil
menyusui anaknya, setelah diamati ternyata keluarga tidak mendukung usaha ibu untuk
memberikan ASI. Ketidak pedulian suami akan ketenangan ibu dan bayi akan membuat frustasi,
akibatnya ibu merasa sedih, bingung, kesal, marah, kesedihan ibu akan menghambat kerja hormon
oksitosin sehingga proses menyusui terganggu untuk itu diharapkan pengertian dan kerjasama yang
baik dari suami yaitu dengan merasa dukungan dan kenyamanan ibu dan anak (Roesli, 2001).
a) Bentuk Dukungan Keluarga
Menurut Sarafino (2002), bentuk dukungan keluarga antara lain:
(1) Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang dunia yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat
menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini
adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
(2) Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga,
diantaranya adalah memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.
(3) Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit diantaranya adalah
bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat
dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang
menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari
lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami kesusahan atau penderitaan.
(4) Dukungan Emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara
emosional menjamin nilai-nilai individu akan selalu terja kerahasiannya dari
keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan
yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan
mendengarkan serta didengarkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Teknik pengambilan Sampel
Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan metode cross sectional.
Populasi penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 6 sampai 12 bulan
yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan rumus penentuan sampel yang dikutip dari Suryono
(2011), sebagai berikut:
N
n=
N. d 2 +1
N = besar populasi n = besar sampel
d2 = presisi (5% atau 0,05)
Diketahui jumlah populasi ibu menyusui N = 246 orang, dan tingkat presisi yang ditetapkan
d2 = 5%, maka jumlah sampel :

n = 152,3 dibulatkan menjadi 155 responden

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Pengetahuan Ibu

Distribusi tingkat pengetahuan mengenai ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan


Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai ASI Eksklusif

Kategori Banyak Responden


Pengetahuan n %
Baik 99 63,9
Kurang 56 36,1
Total 155 100,0

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel, maka diketahui bahwa pengetahuan
responden mengenai ASI eksklusif lebih banyak berada pada kategori baik yaitu sebanyak 99
responden (63,9%) dan sebanyak 56 responden (36,1%) berada pada kategori kurang.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kemampuan responden untuk dapat menjawab dengan benar semua
pernyataan tentang ASI eksklusif yang diberikan.

B. Sikap Ibu
Distribusi sikap ibu terhadap ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
Lohbener Kecamatan Lohbener.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Terhadap ASI Eksklusif.


Kategori Banyak Responden
Sikap n %
Baik 84 54,2
Tidak Baik 71 45,8
Total 155 100,0

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 2, maka diketahui bahwa sikap
responden terhadap ASI eksklusif lebih banyak berada pada kategori baik yaitu sebanyak 84
responden (54,2%) dan sebanyak 71 responden (45,8%) berada pada kategori tidak baik.
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus social (Mubarak, dkk, 2007). Menurut Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2007) bahwa
sikap merupakan factor pemudah atau predisposisi (predisposing factors) dan faktor pendorong
(renforcing factors) yang terwujud dalam tindakan. sikap mempunyai 3 komponen utama yaitu:

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude)
(Mubarak, dkk, 2007). Sikap tentang pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang menentukan
seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI secara eksklusif.
C. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 3. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener.
Pemberian ASI

Total
Pengetahuan Eksklusif Tidak Ekslusif P value

n % n % N %
Baik 29 29,3 70 70,7 99 100
0,259
Kurang 11 19,6 45 80,4 56 100
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 3, dari 99 responden yang memiliki
pengetahuan Baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 29 orang (29,3%) dan ibu
yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 70 orang (70,7%), sedangkan dari 56
responden yang memiliki pengetahuan Kurang, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak
11 orang (19,6%) dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 45 orang (80,4%).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square (x2) menghasilkan
probabilitas sebesar 0,259 pada tingkat kesalahan (α) 0,05. Bila nilai probabilitas lebih besar
dari tingkat kesalahan maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel indepen dan variabel dependen. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif pada pada
ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener.

Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif tidak berhubungan dengan pemberian ASI
karena pengetahuan responden yang baik tentang ASI eksklusif belum terwujud dalam
tindakan pemberian ASI eksklusif dan dengan pengetahuan yang kurang tidak membuat
tindakan menjadi kurang baik. Melalui penyesuaian diri, pengetahuan yang masih kurang dapat
disesuaikan dengan berpikir logis untuk melakukan tindakan yang baik. Terdapat berbagai
faktor yang bisa mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Menurut Amiruddin dan Rostia
(2007), kurangnya dukungan dari keluarga merupakan salah satu faktor terhambatnya
pemberian ASI eksklusif sehingga walaupun ibu pernah menerima atau tidak pernah menerima
informasi ASI eksklusif dari petugas kesehatan tidak akan mempengaruhi tindakan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka. Menurut Roesli (2000), sering kali ibu yang
bekerja mengalami dilema dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya meskipun kelompok
ini tahu manfaat dan keunggulan ASI, namun sulit untuk mempraktekkannya. Selain itu,
gencarnya promosi dan penjualan susu formula juga menjadi pemicu rendahnya pemberian ASI
eksklusif kepada bayi, padahal kandunga nutrisi dan kualitas ASI jauh lebih baik untuk bayi
jika dibandingkan dengan susu formula. Beredarnya produk susu formula ini juga mudah dibeli
masyarakat. Jadi banyak ibu yang lebih memilih memberi susu formula karena dinilai lebih
praktis.
Tidak adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hal
tersebut dikarenakan ibu menyusui hanya sekedar mengetahui namun belum memahami,
mengaplikasikan, mensistesis dan mengevaluasi apa yang diketahui.

D. Hubungan Antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener.
Pemberian ASI

Total
Sikap Eksklusif Tidak Ekslusif P value

n % n % N %
Baik 29 34,5 55 65,5 84 100
0,012
Tidak Baik 11 15,5 60 84,5 71 100
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 4, dari 84 responden yang
memiliki sikap Baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 29 orang (34,5%) dan ibu
yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 55 orang (65,5%), sedangkan dari 71
responden yang memiliki sikap Tidak Baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 11
orang (15,5%) dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 60 orang (84,5%).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square (x2)
menghasilkan probabilitas sebesar 0,012 pada tingkat kesalahan (α) 0,05. Bila nilai probabilitas
lebih kecil dari tingkat kesalahan maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kedua
variabel independen dan variabel dependen. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener.
Sikap tentang pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk
bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI secara eksklusif. Dalam hubungannya dengan ASI
eksklusif, sikap ibu adalah bagaimana reaksi atau respon tertutup ibu menyusui terhadap ASI
eksklusif. Jika ibu sudah memiliki sikap yang kuat dalam memberikan ASI eksklusif, maka
perilakunya menjadi lebih konsisten.

Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi di sini
tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antar pribadi sebagai anggota kelompok sosial,
tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis sekitarnya
(Maulana, 2009).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian ASI eksklusif pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lohbener
Kecamatan Lohbener masih rendah (25,8%).
2. Tingkat pengetahuan ibu menyusui mengenai ASI eksklusif sebagian besar berada pada
kategori baik (63,9%).
3. 54,2% ibu menyusui memiliki sikap yang baik terhadap ASI eksklusif.
4. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian
ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Lohbener Kecamatan
Lohbener.
5. Terdapat hubungan antara sikap terhadap ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif
pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Lohbener Kecamatan Lohbener.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa
saran serta implikasi, yaitu :
1. Bagi ibu-ibu yang belum memberikan
ASI eksklusif diharapkan dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya
2. Perlunya dukungan dari lingkungan keluarga dan orang-orang sekitar kepada ibu menyusui
dalam pemberian ASI eksklusif.
3. Perlunya intervensi melalui pemberdayaan kepada petugas kesehatan,
diantaranya dengan meningkatkan peningkatan dan keterampilan petugas dalam rangka
peningkatan penggunaan ASI.
4. Perlunya membentuk pojok laktasi di Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin R, Rostia. 2007. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
6 – 11 Bulan di Kelurahan Pa’Baeng-Baeng Makassar Tahun 2006.(Jurnal).
Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Arisman, MB, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Azwar, A. 2003. Susu Formula Tidak Akan Bisa Di Gantikan (Online).(http://www.pontianakpost.c
om/berita/index.asp?Berita=Tokoh&id=34560, diakses tanggal 12 Juni 2012).
Baskoro, A, 2008. Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta. Banyu Media.
Darmayanti, D. 2009. Kapital Selekta ASI dan Menyusui. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Depkes RI, 2011. Banyak Sekali Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu. Jakarta:Depkes RI.
Fikawati S, Syafiq A. 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi
Menyusu Dini di Indonesia.(Jurnal). (journal.ui.ac.id/health/article/download/642/627,
diakses tanggal 12 Juni 2012).
Kanwil Departemen Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara. 2001. Buku Pedoman Pelaksanaan
Kelas Untuk Ibu di Puskesmas dan Posyandu. Manado
Kepmenkes. 2004. Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.
Jakarta
Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin K, Suoradi. 2007. Promosi
Kesehatan- Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu & Seni Kesehatan Masyarakat. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Trubus Agriwidya.
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta. CV Andi Offset.
8

Anda mungkin juga menyukai