Anda di halaman 1dari 10

e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN


MELUKIS DENGAN CARA INKONVENSIONAL UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK

1 2
Ni Kadek Mei Hendrawati , Dra. Ni Nyoman Ganing, M. Hum ,
3
Drs. DB.Kt Ngr Semara Putra, S.Pd, M.FOr
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

1 2
e-mail : dhexmey@yahoo.com , nyomanganing@yahoo.co.id ,
3
ngurahsemara@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus
pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Melati Payangan Gianyar saat
diterapkannya metode demonstrasi melalui kegiatan melukis dengan cara
inkonvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah 27 orang anak
yang terdiri dari 12 anak perempuan dan 15 anak laki-laki, yang diselenggarakan pada
kelompok B Semester II Tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian keterampilan
motorik halus anak dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa
lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan motorik halus
dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan melukis dengan cara
inkonvensional, yaitu pada siklus I sebesar 39,68% yang berada pada kategori sangat
rendah, ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 87,4% tergolong pada
kategori aktif. Jadi terjadi peningkatan keterampilan motorik halus anak dari siklus I ke
siklus II sebesar 47,72%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan
metode demonstrasi melalui kegiatan melukis dengan cara inkonvensional dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B di TK Melati
Payangan Gianyar.

Kata kunci: metode demonstrasi, kegiatan melukis dengan cara inkonvensional,


keterampilan motorik halus.

Abstract
This research purposes to know the inereasment of soft motoric skill to the children
group B at TK Melati Payangan Gianyar while the implementation of demonstration
method through painting activity with unconventional method. The researcher uses
the class aet method which is held in two cycle. The subject in this experiment is 27
children which consist of 12 girls ang 15 boys, which is held to the group B semester
II academic year 2013/2014. The children soft motoric skill data, is submited with
observation method with the instrument in form of observation formation sheet the
result of experiment. Data is analysed use deskriptive statistic analysis method and
deskriptive kuantitative analysis method. The result of data analysis shows that there
was increasment of soft motoric skill accured with implementation of demonstration
method through painting activity with unconventional method, that is at the first cycle
in the amount of 39,68 % which is in the category very low, and apparently there is
the increasment at the second cycle become 87,4% which is in active category. So,
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

there is childrens soft motoric inereasment skill from cycle I to the cycle II it is
47,72%. So that, it can be concluded that the implementation of demonstration
method througt paintingactivitywith unconventional method is able to raise the soft
motoric skil to the children group B at TK Melati Payangan.

Keywords: demonstration method, painting activity with unconventional method, soft motoric
skill

PENDAHULUAN Pendidikan Nasional berkaitan dengan


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada
merupakan salah satu jenjang pendidikan pasal 28 ayat 1 (Peraturan Mentri
yang diselenggarakan sebelum mengikuti Pendidikan Nasional Republik Indonesia
jenjang pendidikan dasar. Anak usia dini Nomer 58 Tahun 2009) bahwa:
adalah manusia kecil yang memiliki “Pendidikan Anak Usia Dini
potensi yang masih harus dikembangkan. diselenggarakan bagi anak sejak lahir
Mereka memiliki karakteristik tertentu yang sampai dengan enam tahun dan bukan
khas dan tidak sama dengan orang merupakan prasyarat untuk mengikuti
dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, pendidikan dasar”.
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang John Amos Comenius (dalam Yus,
dilihat, didengar, dirasakan, dan mereka 2011:2) bahwa: “sejak anak lahir
seolah-olah tak pernah berhenti pendidikan sudah perlu dimulai.
bereksplorasi serta belajar. Anak usia dini Pendidikan berlangsung secara alami
adalah sosok individu yang sedang dengan memperhatikan aspek
menjalani suatu proses perkembangan kematangan (maturation) dan memberi
dengan pesat dan fundamental bagi kesempatan pada anak untuk
kehidupan selanjutnya. Anak usia dini menggunakan seluruh inderanya”.
bersifat egosentris, memiliki rasa ingin Comenius juga menekankan pentingnya
tahu secara alamiah, merupakan makhluk bermain dalam mengembangkan
sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki kemampuan anak.
daya perhatian yang pendek, dan Maria Montessori (dalam Yus
merupakan masa yang potensial untuk 2011:7) bahwa: “tahun-tahun pertama
belajar. Pada masa ini proses kehidupan anak merupakan masa-masa
perkembangan dan pertumbuhan dalam sangat formatif dan merupakan masa yang
berbagai aspek sedang mengalami masa paling penting baik fisik maupun mental”.
yang cepat dalam rentang perkembangan Bayi yang masih kecil perlu dikenalkan
hidup manusia. pada suara-suara, diajak bermain dan
Sesuai undang-undang Nomor 20 bercakap-cakap agar anak berkembang
Tahun 2003 tentang Standar Pendidikan menjadi anak normal yang bahagia. Ia
Anak Usia Dini Pasal 1 angka 14 (dalam juga meyakini bahwa dalam tahun-tahun
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional awal kehidupan, seorang anak mempunyai
Republik Indonesia Nomer 58 Tahun 2009) masa peka.
bahwa: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ki Hajar Dewantara(dalam Yus
adalah suatu upaya pembinaan yang 2011:7) seorang tokoh di Indonesia ia
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berpendapat bahwa: anak-anak adalah
dengan usia enam tahun yang dilakukan makhluk hidup yang memiliki kodratnya
melalui pemberian rangsangan pendidikan masing-masing. Kaum pendidik hanya
untuk membantu pertumbuhan dan membantu menuntun kodratnya ini. Jika
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kodrat yang tidak baik,
anak memiliki kesiapan dalam memasuki maka tugas pendidik untuk membantunya
pendidikan lebih lanjut. menjadi baik. Jika anak sudah memiliki
kodrat yang baik, maka ia akan lebih baik
Sedangkan sesuai Undang-undang lagi jika dibantu melalui pendidikan. Kodrat
No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem dan lingkungan merupakan konvergensi
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

yang saling berkaitan dan mempengaruhi Apabila lingkungan mengajarkan hal yang
satu sama lain. positif mengarah ke perilaku yang
Dari uraian tadi dapat disimpulkan membuat anak terdidik dengan baik, maka
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) anak akan terbentuk pula pola pendidikan
adalah usaha pembinaan bagi anak usia dan perilakunya. Mengingat masa emas
dini yang diselenggarakan dan ditujukan tersebut, perhatian para pendidik terhadap
kepada anak usia dini sejak lahir hingga anak TK dirasakan semakin penting.
usia enam tahun dengan jalan pemberian Sehingga calon guru harus memiliki
rangsangan pendidikan untuk membantu pengetahuan awal untuk mengenal
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan perkembangan anak usia dini.
psikis anak usia dini. Sehubungan dengan hal tersebut upaya-
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) upaya pengembangan yang diterapkan
merupakan salah satu jenjang pendidikan pada anak usia dini hendaknya melalui
yang diselenggarakan sebelum mengikuti kegiatan bermain sambil belajar, karena
jenjang pendidikan dasar, walaupun bukan masa-masa ini adalah masa dimana anak
merupakan prasyarat untuk mengikuti menghabiskan waktunya untuk bermain.
pendidikan dasar, namun pada tahap ini Proses pembelajaran sebagai
pemberian stimulasi dan motivasi dengan bentuk perlakuan yang diberikan pada
suatu kegiatan pengenalan dapat anak harus memperhatikan karakteristik
berpengaruh besar pada tahap yang dimiliki oleh setiap tahapan
perkembangan anak. Pendidikan anak perkembangan anak. Penyelenggaraan
usia dini dirasa sangat penting pendidikan anak usia dini menitik beratkan
dilaksanakan karena pada tahap ini pada peletakan dasar ke arah
sangat baik ditanamkan nilai-nilai karakter pertumbuhan dan perkembangan fisik,
dan mengoptimalkan kelima asfek kecerdasan / kognitif, sosial emosional,
perkembangan (nilai agama dan moral, bahasa (komunikasi), serta agama dan
bahasa, kognitif, fisik-motorik dan sosial moral sesuai dengan keunikan dan tahap-
emosional). tahap perkembangan yang dilalui oleh
Taman Kanak-Kanak atau TK anak usia dini. Upaya pendidik yang
merupakan salah satu bentuk pendidikan diberikan pada anak usia dini adalah
prasekolah yang diselenggarakan untuk pemberian upaya untuk menstimulasi,
usia dini. Pada masa ini disebut juga masa membimbing, mengasuh dan pemberian
emas (golden age), karena peluang kegiatan pembelajaran yang akan
perkembangan anak yang sangat menghasilkan kemampuan dan
berharga. Pada masa-masa usia tersebut keterampilan anak.
anak sangat peka dengan segala sesuatu Agar proses pembelajaran anak
di lingkungannya. Harapan orang tua berjalan dengan baik, maka perlu akan
maupun pendidik dimasa-masa inilah adanya tunjangan dengan berbagai media
perlu dikembangkan berbagai potensi pembelajaran yang mendukung. Dalam
yang dimiliki anak. Pengembangan Proses belajar mengajar di kelas, media
keterampilan dibidang motorik pada anak berarti sebagai sarana yang berfungsi
sejak usia dini harus diperhatikan menyalurkan pengetahuan dari guru
khususnya perkembangan motorik halus. kepada peserta didik. Kelancaran
Jari jemari yang dilatih untuk digunakan aplikasi metode pembelajaran sedikit
membuat suatu kegiatan akan membuat banyaknya ditentukan pula oleh media
anak kreatif dalam berkarya dan terampil pembelajaran yang digunakan. Oleh
menggunakan jari jemari dalam membuat karena proses pembelajaran merupakan
suatu hal. Sehingga jika pada masa proses komunikasi dan berlangsung
golden age ini anak dapat dikenalkan dan dalam suatu sistem, maka media
diberikan pemahaman tentang cara pembelajaran menempati posisi yang
penggunaan motorik halus maka akan cukup penting sebagai salah satu
memperlancar anak untuk belajar komponen sistem pembelajaran. Dalam
selanjutnya karena pada masa ini anak hal ini, media pembelajaran harus dibuat
sangat peka dengan apa yang dikenalkan. semenarik mungkin dengan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

memanfaatkan bahan sederhana dari memberikan hasil yang lebih optimal


lingkungan serta memakai bahan yang dalam pembelajaran. Dengan demikian
banyak dijumpai dipasaran. Penerapan para guru TK dapat lebih optimal
metode demonstrasi melalui kegiatan mengembangkan kemampuan anak dan
melukis dengan cara inkonvensional akan memantau langsung keterampilan motorik
mampu memberikan hasil yang lebih halus mereka dengan serangkaian
optimal dalam pembelajaran dan dapat kegiatan melukis yang dilakukan.
meningkatkan keterampilan motorik halus Berdasarkan hasil uraian yang
anak. dijelaskan pada halaman sebelumnya
Berdasarkan hasil observasi yang maka peneliti mencoba mengadakan
dilakukan di TK Melati Payangan Gianyar suatu penelitian tindakan kelas melalui
pada kelompok B, dalam proses penerapan metode demonstrasi melalui
pembelajaran ditemukan banyak anak kegiatan melukis dengan cara
yang kurang terampil menggunakan inkonvensional untuk meningkatkan
motorik halus. Ini terjadi karena keterampilan motorik halus pada anak
pembelajaran yang kurang menarik dan kelompok B di TK Melati Payangan
dapat memotivasi anak untuk dapat Gianyar, tahun pelajaran 2013/2014.
berkreasi membuat suatu hasil karya yang Berdasarkan latar belakang masalah
menarik dalam kegiatan pembelajaran. tersebut maka dapat diajukan rumusan
Berdasarkan hasil wawancara masalah sebagai berikut. Apakah
yang telah dilakukan dengan guru kelas penerapan metode demonstrasi melalui
kelompok B di TK Melati Payangan kegiatan melukis dengan cara
Gianyar pada hari Senin 5 November inkonvensional dapat meningkatkan
2013 dengan guru kelompok B, bahwa keterampilan motorik halus pada anak
hambatan yang sering ditemui ataupun kelompok B di Taman Kanak-kanak Melati
dihadapi guru dalam kegiatan Payangan Gianyar?
pembelajaran melukis adalah sulitnya Berdasarkan rumusan masalah yang
memvariasikan kegiatan melukis yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan
diberikan pada anak karena alat yang penelitian ini adalah sebagai berikut.
digunakan untuk kegiatan melukis Untuk meningkatkan keterampilan motorik
hanyalah krayon. Serta kurangnya media halus pada anak kelompok B di Taman
yang digunakan untuk menunjang proses Kanak-kanak Melati Payangan Gianyar
pembelajaran. Selain hal yang bersifat dengan penerapan metode demonstrasi
eksternal, beberapa faktor yang dijadikan melalui kegiatan melukis dengan cara
penyebab anak sulitnya meningkatkan inkonvensional.
kemampuan motorik halus yaitu berupa
faktor internal yang berupa bakat, METODE
kemampuan awal, kecerdasan, kecepatan Penelitian ini dilakukan pada
belajar dan berupa faktor eksternal lain semester II tahun pelajaran 2013/2014.
seperti gaya mengajar guru, metode yang Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
digunakan, motivasi, kurangnya aktivitas pada kelompok B di TK Melati Payangan
siswa. Gianyar.
Berdasarkan hasil temuan Subjek penelitian ini adalah anak
tersebut, maka penulis mengadakan suatu TK pada kelompok B semester II
upaya untuk meningkatkan keterampilan sebanyak 27 orang yang terdiri dari 12
motorik halus anak dengan menerapkan orang anak perempuan dan 15 orang anak
metode pembelajaran yang tepat. Dalam laki-laki yang bertempat di TK Melati
hal ini keterampilan motorik halus dan Payangan Gianyar, tahun pelajaran
kreatifitas anak dapat dilihat pada kegiatan 2013/2014. Objek yang ditangani dalam
melukis dengan cara inkonvensional penelitian ini adalah keterampilan motorik
dengan menggunakan metode halus anak TK Melati Payangan Gianyar,
demonstrasi. Penerapan metode tahun pelajaran 2013/2014 pada semester
demonstrasi melalui kegiatan melukis II dalam kegiatan melukis.
dengan cara inkonvensional akan mampu
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

Penelitian ini tergolong penelitian bintang ( ), menentukan jadwal kegiatan.


tindakan kelas (PTK). Menurut Agung 2) pelaksanaan/observasi adalah upaya
(2010:2) menyatakan “PTK sebagai suatu yang dilaksanakan oleh guru / peneliti
bentuk penelitian yang bersifat reflektif untuk melakukan perbaikan atau
dengan melakukan tindakan-tindakan peningkatan yang diinginkan. Kegiatan
tertentu agar dapat memperbaiki dan atau yang dilakukan pada rancangan
meningkatkan praktek pembelajaran di pelaksanaan ini adalah mengadakan
kelas secara lebih profesional”. observasi untuk mengamati kemampuan
Sedangkan menurut Mills (dalam anak dalam kegiatan pengembangan
Wardhani 2009:1.4) menyatakan bahwa keterampilan motorik halus, memberikan
“penelitian tindakan kelas sebagai perlakuan berupa metode demonstrasi
systematic inquiry yang dilakukan oleh melalui kegiatan melukis dengan cara
guru, kepala sekolah atau konselor inkonvensional dalam meningkatkan
sekolah untuk mengumpulkan informasi keterampilan motorik halus anak,
tentang berbagai praktik yang mendokumentasikan hal-hal penting yang
dilakukannya”. Pendapat lain mengenai menyangkut kegitan melukis selama
PTK dari Wardhani (2009:1.4) yang proses pembelajaran berlangsung. 3)
menyatakan bahwa “penelitian tindakan Evaluasi, evaluasi dilakukan untuk
kelas adalah penelitian yang dilakukan mengetahui hasil dari pembelajaran,
oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui pakah hasil pembelajaran sudah
refleksi diri, dengan tujuan untuk memenuhi kriteria yang akan dicapai atau
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, tidak. Kegiatan yang dilakukan pada
sehingga hasil belajar siswa menjadi rancangan evaluasi ini adalah penilaian
meningkat. tugas individu, penilaian keaktifan dalam
Dari beberapa pendapat ahli di melaksanakan kegiatan. 4) Refleksi,
atas dapat disimpulkan bahwa penelitian refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji
tindakan kelas adalah suatu penelitian dan mempertimbangkan dampak tindakan
yang dilakukan oleh seorang Guru, Kepala yang telah diberikan. Kegiatan yang
Sekolah atau Konselor di dalam kelasnya dilakukan pada rancangan refleksi ini
melalui serangkaian tindakan-tindakan adalah peneliti mengkaji dan
untuk memecahkan suatu permasalahan merenungkan hasil penilaian terhadap
dan memperbaiki atau meningkatkan pelaksanaan tindakan tersebut dengan
kinerjanya sebagai guru dalam praktek- maksud jika terjadi hambatan, akan dicari
praktek pembelajaran dikelas, sehingga pemecahan permasalahanya untuk
hasil belajar siswa menjadi meningkat. direncanakan tindakan pada siklus
Adapun beberapa tahapan dalam selanjutnya.
penelitian ini adalah: 1) perencanaan yaitu Adapun rancangan penelitian
perencanaan yang dilakukan untuk tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
memperbaiki, meningkatkan proses berikut.
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan
pada rencana tindakan ini adalah Perencanaan
menyusun peta konsep, menyusun RKM
(Rencana Kegiatan Mingguan),
Refleksi Siklus I Pelaksanaan
merencanakan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan RKH / Observasi
(Rencana Kegiatan Harian), menyiapkan
alat dan media pembelajaran dalam Evaluasi
kegiatan melukis dengan cara
inkonvensional, menyusun instrumen Gambar 1 Rencana Penelitian Tindakan
penelitian berupa indikator-indikator yang Kelas (dimodifikasi dari
digunakan dalam kegiatan melukis, Arikunto, 2010 : 16)
mengkonsultasikan instrumen dengan Dalam suatu penelitian semua
guru kelompok B dan dosen pembimbing, objek dalam penelitian disebut variabel.
menyiapkan format penilaian berupa skor Menurut Kerlinger (dalam Agung, 2012:41)
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

“variabel sebagai sebuah konsep seperti lapangan perlu adanya metode


halnya laki-laki dalam konsep jenis pengumpulan data yang tepat. Metode
kelamin, insaf dalam konsep kesadaran”. dalam penelitian ini adalah metode non tes
Menurut Sutrisno Hadi (dalam Agung, yaitu metode observasi. Menurut Agung,
2012:41) “variabel merupakan gejala yang (2012:61) “observasi adalah suatu cara
bervariasi misalnya jenis kelamin, karena memperoleh data dengan jalan
jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki, mengadakan ‘pengamatan dan pencatatan’
perempuan; berat badan, karena ada secara sistematis tentang suatu objek
berat 20 kg, 50 kg, dan sebagainya”. tertentu”. Dalam literatur metodologi
Sedangkan menurut Suryabrata (dalam observasi mempunyai dua arti, yaitu (1)
Agung, 2012:41) “variabel adalah segala observasi merupakan cara mengumpulkan
sesuatu yang akan menjadi objek data dengan pengamatan oleh para peneliti
pengamatan penelitian” Dari pendapat seperti yang dilakukan oleh antropolog, (2)
para ahli yang disebutkan sebelumnya observasi merupakan informasi atau data
dapat disimpulkan bahwa variabel yang dikumpulkan dalam penelitian.
penelitian adalah segala sesuatu yang (Asmawati, 2010 : 12.9).
akan menjadi objek dalam pengamatan Instrumen yang digunakan dalam
penelitian. penelitian ini adalah lembaran observasi.
Dalam penelitian ini hanya Dalam instrumen penelitian ini terdapat 6
menggunakan satu variabel bebas dan indikator dan 4 capaian perkembangan
satu variabel terikat. Variabel bebas dalam yang diambil dari Permendiknas Nomer 58
penelitian ini adalah metode demonstrasi Tahun 2009. Adapun pedoman penilaian
melalui kegiatan melukis dengan cara yang digunakan dalam lembar observasi
inkonvensional, dan keterampilan motorik adalah penilaian berupa tanda bintang,
halus sebagai variabel terikat. yaitu (*) belum berkembang, (**) mulai
Dalam penelitian ini, data yang berkembang, (***) berkembang sesuai
diteliti adalah keterampilan motorik halus harapan, (****) berkembang sangat baik.
anak. Dalam menganalisis data ini Adapun indikator yang digunakan dalam
digunakan metode analisis statistik penelitian ini yaitu memakai 6 indikator
deskriptif dan metode analisis deskriptif sebagai berikut : mencetak dengan
kuantitatif berbagai media (jari, kuas, pelepah
Dalam penerapan metode analisis pisang, daun, bulu ayam) dengan lebih
statistik deskriptif ini, data yang diperoleh rapi, permainan warna dengan berbagai
dari hasil penelitian dianalisis dan media, kegiatan kolase dengan berbagai
disajikan kedalam: (1) tabel distribusi media, kegiatan mozaik dengan berbagai
frekuensi;( 2) menghitung mean; (3) media, melukis dengan jari, melukis
menghitung modus; (4) menghitung dengan berbagai media (kuas, bulu ayam,
median; (5) menyajikan ke dalam grafik daun-daunan, pelepah pisang,dll)
polygon. Selain menggunakan teknik Untuk mencari rata-rata persen (M %)
analisis statistik deskriptif, penelitian ini perkembangan keterampilan motorik halus anak
juga menggunakan teknik analisis pada setiap siklus dihitung dengan rumus:
deskriptif kuantitatif. Metode analisis M x 100%
M (%) =
deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk
menentukan tingkat keterampilan motorik SMI (Agung, 2010:9)
halus anak Taman Kanak-kanak melalui Keterangan:
kegiatan melukis dengan cara M (%) = Rata-rata persen
inkonvensional yang dikonvensikan ke M = Rata-rata skor
dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) SMI = Skor maksimal ideal
skala lima.
Metode dalam pengumpulan data Tingkat keterampilan motorik halus
merupakan hal penting yang harus anak Taman Kanak-kanak dengan metode
diperhatikan dalam penelitian. Agar demonstrasi melalui kegiatan melukis
memperoleh data yang tepat dan akurat dengan cara inkonvensional dapat
serta dapat dipertanggungjawabkan di
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

ditentukan dengan membandingkan (M %) 10


atau rata-rata persen ke dalam PAP skala
8
lima dengan kriteria sebagai berikut.
6
Tabel 1.Pedoman PAP Skala Lima 4
Tentang Kemampuan Motorik
Halus 2
Persentas Kriteria Penilaian 0
e (%) Kemampuan Motorik Halus 30,5 34,5 38,5 42,5 46,5 50,5
Anak
90 – 100 Sangat Tinggi
80 – 89 Tinggi
65 – 79 Sedang Gambar 2. Grafik tentang keterampilan
55 – 64 Rendah motorik halus anak TK Melati
0 – 54 Sangat rendah Payangan Gianyar pada
(Agung, 2010 : 9) siklus I
Sebagai tolak ukur dalam Berdasarkan perhitungan dan grafik
penelitian ini akan polygon di atas terlihat M > Md > Mo
ditetapkan indikator ( 39,68 > 38,75 > 36), sehingga dapat
keberhasilan. Adapun indikator disimpulkan bahwa sebaran data-data
keberhasilan tersebut adalah sebagai keterampilan motorik halus anak pada
berikut. siklus I merupakan kurve juling positif.
1. Keterampilan motorik halus anak Dengan demikian dapat diinterpretasikan
melalui metode demonstrasi minimal bahwa skor keterampilan motorik halus
sampai mencapai kategori tinggi. anak-anak TK kelompok B semester II
2. Keberhasilan minimal yang diharapkan tahun pelajaran 2013/2014 di TK Melati
pada penelitian ini adalah keterampilan Payangan Gianyar cenderung rendah.
motorik halus berada pada kategori Untuk menentukan tingkat
tinggi yaitu rentangan 80-89. keterampilan motorik halus pada anak
dapat dihitung dengan membandingkan
HASIL DAN PEMBAHASAN rata-rata persen (M %) dengan kriteria
Data keterampilan melukis dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima,
cara inkonvensional pada penelitian siklus diperoleh M % = 39,68% yang
I disajikan dalam bentuk tabel distribusi dikonversikan ke dalam PAP skala lima
frekuensi, menghitung mean (M), median berada pada tingkat penguasaan 0-54%
(Md), modus (Mo), grafik polygon dan yang berarti bahwa keterampilan motorik
membandingkan rata-rata atau mean halus anak kelompok B di TK Melati
dengan model PAP skala lima. Dari hasil Payangan Gianyar pada siklus I berada
observasi yang dilaksanakan pada saat pada kriteria sangat rendah.
penerapan metode demonstrasi melalui Dari hasil observasi dan temuan
kegiatan melukis dengan cara penulis selama pelaksanaan tindakan
inkonvensional dengan menggunakan 6 pada siklus I terdapat beberapa masalah
indikator yang muncul dalam proses yang menyebabkan keterampilan motorik
pembelajaran akan diberi bobot yaitu **** halus anak kelompok B pada TK Melati
dengan bobot 4 (sangat baik), *** dengan Payangan Gianyar berada pada kriteria
bobot 3 (baik), ** dengan bobot 2 (cukup sangat rendah, sehingga dari hasil
baik), * dengan bobot 1 (kurang mampu). keterampilan motorik halus itu masih perlu
Skor total yang diperoleh masing-masing ditingkatkan pada siklus II.
anak dibagi dengan bobot maksimal Adapun kendala-kendala yang
dikalikan 100. dihadapi peneliti saat penerapan siklus I
Dari hasil observasi yang dilakukan, antara lain: a) Beberapa anak masih
diperoleh rata-rata (mean) = 39,68, modus banyak yang kurang fokus dalam
(Mo) = 36, dan median (Md) = 38,74 yang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan,
selanjutnya disajikan ke dalam grafik sehingga pekerjaan yang dibuat kurang
polygon.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

maksimal, b) Beberapa anak masih belum B di TK Melati Payangan Gianyar pada


mengerti dengan metode demonstrasi siklus II berada pada kriteria tinggi.
yang diterapkan oleh peneliti ketika Melalui proses perbaikan kegiatan
mengerjakan tugas. pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
Adapun solusi yang bisa dilakukan siklus I maka pada pelaksanaan siklus II
untuk mengatasi kendala-kendala di atas telah tampak adanya peningkatan proses
adalah sebagai berikut: a) Memberikan pembelajaran yang diperlihatkan melalui
motivasi pada anak baik berupa pujian peningkatan keterampilan motorik halus
dan hadiah agar bisa fokus mengerjakan anak TK Melati Payangan Gianyar.
tugas yang diberikan, serta senantiasa Adapun temuan-temuan yang
mendampingi dan membimbing anak diperoleh selama tindakan pelaksanaan
dalam proses pembelajaran, b) Peneliti siklus II adalah : a) Proses pembelajaran
menjelaskan kembali metode demonstrasi dapat berjalan seperti yang telah
dan media yang digunakan dalam proses direncanakan sehingga keterampilan
pembelajaran serta menjelaskan setiap motorik halus anak meningkat sesui
langkah-langkah tugas yang akan harapan, b) Anak-anak sudah mulai bisa
dilaksanakan disertai memberikan contoh fokus terhadap kegiatan yang diberikan
langsung cara membuatnya, yang sehingga pekerjaan yang telah dibuat
kemudian disertai dengan membuat dapat memberikan hasil yang
bersama-sama. memuaskan, c) Dalam pelaksanaan
Siklus II dilakukan sama dengan siklus proses pembelajaran terhadap
I. Hasil analisis data pada siklus II, keterampilan motorik halus anak sudah
diperoleh rata-rata (mean)= 87,4, modus meningkat yang awalnya sangat rendah
(Mo) =86,2, dan median (Md) =86,53, menjadi aktif, d) Didalam mengerjakan
yang selanjutnya disajikan ke dalam grafik tugas-tugas yang diberikan, anak menjadi
polygon. lebih mampu mengerjakan karena peneliti
15 mendemonstrasikan terlebih dahulu
langkah-langkah pembelajaran dan
memberikan contoh nyata.
10 Secara umum proses kegiatan
pembelajaran dengan penerapan metode
5 demonstrasi melalui kegiatan melukis
dengan cara inkonvensional berjalan
dengan baik, hal ini terlihat dari adanya
0
peningkatan rata-rata persentase (M%)
84 87 90 93 96 99 keterampilan motorik halus anak dari
siklus I ke siklus II, sehingga peneliti
Gambar 3. Grafik tentang keterampilan memandang penelitian ini cukup sampai di
motorik halus anak TK Melati Payangan siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus
Gianyar pada siklus II berikutnya.
Berdasarkan perhitungan dan grafik Melalui proses perbaikan kegiatan
polygon di atas terlihat M > Md > Mo (87,4 pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
> 86,53 > 86,2), sehingga dapat siklus I maka pada pelaksanaan siklus II
disimpulkan bahwa sebaran data-data telah tampak adanya peningkatan proses
keterampilan motorik halus anak pada
pembelajaran yang diperlihatkan melalui
siklus II merupakan kurve juling positif.
peningkatan keterampilan motorik halus
Untuk menentukan tingkat keterampilan
anak TK Melati Payangan Gianyar.
motorik halus pada anak dapat dihitung
Adapun temuan-temuan yang
dengan membandingkan rata-rata persen
diperoleh selama tindakan pelaksanaan
(M %) dengan PAP skala lima diperoleh M
siklus II adalah sebagai berikut: a)Proses
% = 87,4% yang dikonversikan ke dalam
pembelajaran dapat berjalan seperti yang
PAP skala lima berada pada tingkat
telah direncanakan sehingga keterampilan
penguasaan 80-89% yang berarti bahwa
motorik halus anak meningkat sesui
keterampilan motorik halus anak kelompok
harapan, b) anak-anak sudah mulai bisa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

fokus terhadap kegiatan yang diberikan Melakukan kegiatan melukis dengan cara
sehingga pekerjaan yang telah dibuat inkonvensional, menyebabkan anak akan
dapat memberikan hasil yang memperoleh beberapa cara melukis yang
memuaskan, c) dalam pelaksanaan menarik dan menyenangkan seperti
proses pembelajaran terhadap melukis menggunakan jari tangan, melukis
keterampilan motorik halus anak sudah dengan cara menempel (mozaik, kolase),
meningkat yang awalnya sangat rendah melukis dengan sedotan, melukis dengan
menjadi aktif, d) didalam mengerjakan cara mengecap dan lainnya. Sehingga
tugas-tugas yang diberikan, anak menjadi dengan memvariasikan kegiatan
lebih mampu mengerjakan karena peneliti pembelajaran anak akan merasa senang
mendemonstrasikan terlebih dahulu dan tidak merasa jenuh ataukah bosan.
langkah-langkah pembelajaran dan Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai
memberikan contoh nyata. dengan kajian-kajian teori yang
Secara umum proses kegiatan mendukung dalam pelaksanaan penelitian
pembelajaran dengan penerapan metode ini, demonstrasi merupakan suatu metode
demonstrasi melalui kegiatan melukis pembelajaran yang dirasa tepat
dengan cara inkonvensional berjalan mendukung kegiatan pembelajaran di
dengan baik, hal ini terlihat dari adanya kelas.
peningkatan rata-rata persentase (M%) Berdasarkan hasil penelitian dan
keterampilan motorik halus anak dari uraian tersebut, ini berarti bahwa dengan
siklus I ke siklus II, sehingga peneliti penerapan metode demonstrasi melalui
memandang penelitian ini cukup sampai di kegiatan melukis dengan cara
siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus inkonvensional dapat meningkatkan
berikutnya. keterampilan motorik halus pada anak
Berdasarkan hasil analisis statistik kelompok B semester II di TK Melati
deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif Payangan Gianyar, dan oleh karenanya
diperoleh rata-rata persentase strategi pembelajaran yang demikian
kemampuan motorik halus anak melalui sangat perlu dilakukan secara intensif dan
kegiatan melukis dengan cara berkelanjutan.
inkonvensional pada kelompok B
semester II di TK Melati Payangan pada SIMPULAN DAN SARAN
siklus I sebesar 39,68% dan rata-rata Berdasarkan hasil penelitian dan
persentase kemampuan motorik halus pembahasan yang telah diuraikan
anak melalui kegiatan melukis dengan sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai
cara inkonvensional pada kelompok B berikut: Bahwa penerapan metode
semester II di TK Melati Payangan pada demonstrasi melalui kegiatan melukis
siklus II sebesar 87,4% ini menunjukkan dengan cara inkonvensional dapat
adanya peningkatan rata-rata persentase meningkatkan keterampilan motorik halus
keterampilan motorik halus anak dari pada anak kelompok B di Taman Kanak-
siklus I ke siklus II sebesar 47,72% dan kanak Melati Payangan Gianyar tahun
berada pada kategori tinggi. pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat
Terjadinya peningkatan keterampilan dari adanya peningkatan keterampilan
motorik halus pada anak saat penerapan motorik halus pada setiap siklus.
metode demonstrasi melalui kegiatan Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran
melukis dengan cara inkonvensional yang pada siklus I, dapat diketahui pencapaian
menyenangkan dalam Penelitian Tindakan keterampilan motorik halus anak yaitu
Kelas (PTK) disebabkan oleh kegiatan 39,68% yang berada pada kategori sangat
yang menarik dan didukung oleh kegiatan rendah, dan mengalami peningkatan pada
yang bervariasi sehingga keterampilan siklus II menjadi 87,4% yang berada pada
motorik halus anak semakin meningkat. kategori tinggi.
Penerapan metode demonstrasi Berdasarkan simpulan dalam
dilakukan dalam beberapa proses penelitian ini, dapat dikemukakan
pembelajaran yang dapat meningkatkan beberapa saran bagi yang bersangkutan
keterampilan motorik halus anak. kepada : 1) siswa hendaknya selalu bisa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)

fokus terhadap segala sesuatu yang Kuantitatif). Singaraja:


dijelaskan guru sehingga jika diberikan Pascasarjana, Universitas
tugas-tugas dapat mengerjakan dengan Pendidikan Ganesha.
baik dan dapat memberikan hasil yang
optimal, 2) guru seharusnya lebih kreatif di Masitoh. 2008. Strategi Pembelajaran Di
dalam memvariasikan pembelajaran, TK. Jakarta : Universitas
inovatif didalam menggunakan media dan Terbuka.
memilih metode pembelajaran yang tepat
sehingga dapat mengembangkan Pamadhi, Hajar, dkk. 2010. Seni
keterampilan motorik halus anak, seperti Keterampilan Anak. Jakarta:
dengan menggunakan metode Universitas Terbuka.
demonstrasi melalui kegiatan melukis
dengan cara inkonvensional, 3) Kepala Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
Sekolah setidaknya dapat lebih Republik Indonesia Nomer 58
memperhatikan fasilitas penunjang Tahun 2009, tentang Standar
pembelajaran di kelas seperti media- Pendidikan Anak Usia Dini.
media dan sarana pembelajaran sehingga Jakarta: Direktorat Pendidikan
dapat menunjang proses pembelajaran, 4) Anak usia Dini.
Peneliti lain dapat memilih metode
demonstrasi untuk dikaji dalam membuat Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik Di
suatu penelitian sehingga kegiatan belajar Taman Kanak-kanak. Jakarta :
mengajar dapat berlangsung dengan baik. Litera.
Dengan adanya penelitian ini, semoga
dapat dijadikan pembanding dalam Saputra,Dewa Nyoman Alit. 2010.
melakukan suatu penelitian berikutnya. Penerapan Metode Demonstrasi
Berbantuan Media Benda Asli
DAFTAR RUJUKAN Untuk Meningkatkan Prestasi
Agung, A.A. Gede. 2010. Bahan Kuliah Belajar Sains Pada Siswa Kelas
Statistika Deskriptif. Singaraja: V Semester II di SD No. 2
fakultas Ilmu Pendidikan Belatungan Kecamatan Pupuan
Universitas Pendidikan Ganesha Tahun Pelajaran 2009/2010.
Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas
-------, 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan Ganesha.
Pendidikan. Suatu Pengantar.
FIP Undiksha. Susanti, Diana. 2010. Peningkatan
Kemampuan Melipat Melalui
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Metode Demonstrasi Kelompok A
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Di TK Aisyiyah Bustanul Athfal
Aksara. Jatinom Kabupaten Blitar. Skripsi
(tidak diterbitkan) Universitas
Asmawati, Luluk. 2010. Pengelolaan Negeri Malang.
Kegiatan Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta : Universitas Wardhani, Igak. 2009. Penelitian Tindakan
Terbuka. Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Gunarti, Winda,dkk. 2010. Metode
Pengembangan Perilaku dan Yus, Anita. 2011. Model Pendidikan Anak
Kemampuan Dasar Anak Usia Usia Dini. Jakarta : Kencana.
Dini. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Koyan, IW. 2007. Statistika Dasar dan


Lanjut (Teknik Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai