PENDAHULUAN
Selama ini dikenal istilah penyakit ginjal kronik (PGK) yang merupakan
sindroma klinis karena penurunan fungsi ginjal secara menetap akibat kerusakan
nefron. Proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam ini, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal (Tjokroprawiro et al, 2007).
PGK merupakan public health issue disebabkan insidensinya yang terus
meningkat dan intervensinya yang membutuhkan biaya besar. Meskipun metode
diagnosis dan penatalaksanaan penyakit ginjal kronik telah berkembang, diagnosis
yang terlambat sehingga menyebabkan kerusakan yang permanen tetap saja terjadi
(Broscious dan Kastagnola, 2006).
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit
ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini
meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta,
diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara
berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk
per tahun (Suwitra, 2006). Berdasarkan data tahun 2004 dari US Renal Data
System, jumlah pasien PGK yang mendapat pengobatan pada tahun 2002 sekitar
431284. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan 4,6% dibanding pada tahun
2001.
Etiologi PGK sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab gagal
ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia, antara lain glomerulonefritis
(46,39%), diabetes melitus (18,65%), obstruksi dan infeksi (12, 85%), hipertensi
(8,46%), sebab lain (13,65%).
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. I.N
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Kp. Tanah Baru RT 03/01
Tanggal MRS : 27 Januari 2019
Tanggal KRS :-
Tanggal Pemeriksaan : 29 Januari 2019
Ruang Rawat : Tulip
No. RM : 23.49.**.**
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada penderita tanggal 29 Januari 2019.
A. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Mual muntah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan muntah > 5 kali dalam sehari sejak 4
hari yang lalu. Pasien mengeluh meriang, batuk dengan dahak dan juga
sesak, BAK sedikit dan terasa tidak tuntas, tidak terasa nyeri, bewarna
kuning, BAB normal. Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke RSUD
Cikarang 1 tahun yang lalu dan dinyatakan oleh dokter harus menjalani cuci
2
darah. Pasien pernah menjalani cuci darah sebanyak 3 kali namun
dihentikan karena keinginan pasien ingin minum obat saja tanpa cuci darah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit jantung, tidak memiliki riwayat
batu ginjal, ada riwayat kencing manis tapi sudah tidak minum obat lagi,
dan tidak ada riwayat asam urat. Pasien juga mempunyai riwayat penyakit
flek paru 10 tahun yang lalu dan pengobatan sudah tuntas selama 6 bulan.
B. Anamnesis sistem
• Sistem serebrospinal : pusing (-), demam (-)
• Sistem kardiovaskular : berdebar-debar (-), hipertensi (-)
• Sistem pernafasan : sesak (+)
• Sistem gastrointestinal : cegukan (-), mual (+), muntah (+)
• Sistem urogenital : BAK sedikit.
• Sistem integumen : tidak ada keluhan
• Sistem musculoskeletal : nyeri pinggang (-), lemas (+), agak pucat
(+)
3
5. Kulit : Turgor kulit normal, tidak ada ikterus
6. Kelenjar Limfe : Limfonodi leher, aksila, dan inguinal tidak
terdapat pembesaran.
7. Otot : Konsistensi padat kenyal, atrofi (-), massa (-)
8. Tulang : Tidak ada deformitas, tidak ada krepitasi
9. Berat Badan : 65 Kilogram
10. Tinggi Badan : 160 Sentimeter
Kesan : Didapatkan keadaan umum pasien sedang, kesadaran
compos mentis, T = 130/80 mmHg, Nadi = 80 x/menit, RR = 32 x/mnt,
sesak(+), orthopnea (+).
B. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
• Bentuk : Bulat lonjong, simetris
• Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva anemis +/+
Sklera ikterus -/-
Odem palpebra -/-
Pupil isokor Φ 3mm/3 mm, Reflek cahaya +/+
• Hidung : Sekret (-), perdarahan (-), pernafasan cuping hidung
(-)
• Telinga : Sekret (-),perdarahan (-)
• Mulut : Sianosis (-),mukosa mulut pucat (-),
lidah pucat (-)
2. Leher :
• KGB : tidak ada pembesaran.
• Tiroid : tidak ada pembesaran
• Kaku kuduk : (-)
• Peningkatan JVP : (-)
3. Thorax
4
• Cor : I = Ictus cordis tidak tampak
P = Ictus cordis tidak teraba
P = Redup di ICS IV PSL dextra s/d di ICS V AAL
sinistra
A = S1S2 tunggal (+), reguler
• Pulmo :
Anterior Posterior
Inspeksi : Inspeksi :
• Simetris +/+ • Simetris +/+
• Retraksi +/+ • Retraksi +/+
• Ketertinggalan gerak -/- • Ketertinggalan gerak -/-
P: Palpasi : P: Palpasi :
• Fremitus raba +/+ normal • Fremitus raba +/+ normal
P: Perkusi : Perkusi :
• Sonor +/+ • Sonor +/+
Auskultasi : Auskultasi :
• Vesikuler +/+, rh +/+, wh-/- • Vesikuler +/+, rh +/+, wh-/-
4. Abdomen :
• Inspeksi = cembung
• Auskultasi = BU (+) N
• Palpasi = Supel, hepar/lien/ren tidak teraba, nyeri tekan +
• Perkusi = hipertimpani, pekak hepar +, nyeri ketok ginjal
-/-
5. Genital : tidak dilakukan pemeriksaan
5
6. Ekstremitas :
Superior = Akral hangat +/+ , Pitting Oedema -/-
Inferior = Akral hangat +/+ , Pitting Oedema -/-
Pada pemeriksaan fisik khusus didapatkan : (1) Pulmo: terdapat Rhonki
pada lapang paru kanan dan kiri; (2) Mata : Conjungtiva anemis +/+
Hematokrit 30,7
Trombosit 116
SEROLOGI / IMUNOLOGI
HBs-Ag -
Anti HCV -
URINE LENGKAP
Warna Kuning
pH 6,0
BJ 1025
Glukosa Negatif
Bilirubin Negatif
Nitrit Negatif
Eritrosit 11-12
Darah Samar Positif 3
6
Leukosit 3-4
Epitel Skuamos Gepeng +1
KIMIA DARAH
SGPT 18
FAAL GINJAL
Kreatinin 4,77
KADAR GULA DARAH
Sewaktu 120
ELEKTROLIT
Natrium 131,86
Kalium 6,55
Chlorida 100,05
Gambaran EKG :
Terdapat old MCI di Lead V1-
V3
8
RESUME
9
Pada pemeriksaan laboratorium : (1)Hematologi : Hb (9,9); Eritrosit (3,91)
faal ginjal didapatkan kenaikan pada kreatinin (4,77). Pada pemeriksaan elektrolit
didapatkan hyponatremia dan hiperkalemia.
Hasil thorax foto didapatkan gambaran mengarah TB paru disertai
gambaran effuse pleura dan cardiomegali.
V. Diagnosis Kerja
Chronic Kidney Disease stage V.
VI. Penatalaksanaan
o Infus NaCl 0,9% 100 cc per 24 jam
o Inj. Ondancentron 3 x 4mg
o Ranitidin 2 x 1 amp
o Furosemid 5 mg per jam dalam syringe pump
o Inj. Levofloxacin 1 x 750 mg
o Ambroxol syr 3 x CI
o PCT tab 4 x 500 mg
o Amlodipin tab 1 x 5 mg
o Kalitake 3 x 2 sachet
o Aspilet tab 1 x 80mg
o TTD 3 x 1
o Sukralfat 6 x CI
o Inhalasi Ventolin : Bisolvon = 4 : 1
VII. Prognosis
Dubia ad Malam
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Berdasarkan anamnesis, dapat diperkirakan perjalanan klinis yang
menggambarkan terjadinya renal damage pada penderita > 3 bulan. Selain itu, dari
perhitungan GFR diperoleh :
GFR (tanggal 27 Januari 2019) = 13,35
Sehingga tergolong ke dalam Gagal Ginjal Kronik Stadium 5
Tabel 2. Penyebab Terbanyak Terjadinya PGK (Current Medical Diagnosis and
Treatment, 2008).
Glomerulopathies
Primary glomerular diseases:
Focal and segmental glomerulosclerosis
Membranoproliferative glomerulonephritis
IgA nephropathy
Membranous nephropathy
Secondary glomerular diseases:
Diabetic nephropathy
Amyloidosis
Postinfectious glomerulonephritis
HIV-associated nephropathy
Collagen-vascular diseases
Sickle cell nephropathy
HIV-associated membranoproliferative
glomerulonephritis
Tubulointerstitial nephritis
Drug hypersensitivity
Heavy metals
Analgesic nephropathy
Reflux/chronic pyelonephritis
Idiopathic
Hereditary diseases
Polycystic kidney disease
Medullary cystic disease
Alport's syndrome
12
Obstructive nephropathies
Prostatic disease
Nephrolithiasis
Retroperitoneal fibrosis/tumor
Congenital
Vascular diseases
Hypertensive nephrosclerosis
Renal artery stenosis
13
Tabel 3. Gejala dan Tanda Klinis Uremia (Current Medical Diagnosis and
Treatment, 2008).
14
3) Kegagalan fungsi hormonal : penurunan eritropoetin, penurunan
vitamin D3 aktif, gangguan sekresi renin.
a. Penurunan produksi eritropoetin : pada penderita ditemukan
konjungtiva anemis.
b. Penurunan vitamin D3 aktif.
c. Gangguan sekresi renin.
4) Gejala komplikasinya: hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (Na, K,
Cl).
Komplikasi yang terjadi yang dialami penderita berupa anemia, dan
gangguan keseimbangan elektrolit.
Keluhan dan gejala klinis yang timbul pada PGK hampir mengenai
seluruh sistem, seperti pada gambar 1.
15
4) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, cast, isostenuria.
Pada penderita diperoleh GFR 13,3; kadar Hb 9,9; hematokrit: 30,7
; kadar kreatinin 4,7;
c. Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis PGK meliputi :a) Foto polos abdomen, bisa tampak
batu radio-opak; b) Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang
mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
kalsifikasi; c) Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak
bisa melewati filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh
toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan; d) Pielografi
antegrad atau retrigrad dilakukan sesuai indikasi; e) Renografi bila ada indikasi.
Pada pasien hanya dilakukan foto thorax. Hasil thorax foto :
• Efusi pleura dextra
• kardiomegali (pembesaran chamber ventrikel sinistra dan atrium sinistra)
disertai elongasio aorta
3.1.3 Evaluasi dan Tatalaksana
Beberapa individu bisa termasuk dalam kelompok yang mempunyai
peningkatan resiko untuk menjadi PGK walaupun tanpa kerusakan ginjal dan GFR
masih dalam batas normal atau meningkat.
16
Batu saluran kemih
Obstruksi saluran kemih bawah
Keganasan
Riwayat keluarga dengan PGK
Sembuh dari GGA
Penurunan massa ginjal
Terpapar terhadap obat tertentu
Berat badan lahir rendah
17
sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah
tidak banyak bermanfaat.
Pada penderita terapi spesifik yang diperlukan berupa pengobatan diabetes
mellitus tipe II (karena sebelumnya didapatkan riwayat DM tipe II dan pasien sudah
tidak berobat lagi). Tetapi jika dilihat dari nilai GFR penderita, clinical action plan
yang sesuai : terapi pengganti ginjal.
b. Pengendalian keseimbangan air dan garam
Pemberian cairan disesuaikan dengan produksi urine, yaitu produksi urine
24 jam ditambah 500 ml. Asupan garam tergantung evaluasi elektrolit, umumnya
dibatasi 40-120 mEq (920-2760 mg). Furosemide dosis tinggi masih dapat dipakai
pada awal PGK. Penimbangan berat badan, pemantauan produksi urine serta
pencatatan keseimbangan cairan
Pada penderita diberikan Infus NaCl 100 cc per 24 jam dikarenakan keadaan
jantung pasien yang membesar dan urine masih ada setelah diberikan pengobatan
furosemide melalui syringe pump.
c. Menghambat perburukan fungsi ginjal
Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus antara lain :
1) Diet rendah protein, tinggi kalori. Pembatasan protein mulai
dilakukan pada GFR ≤60 ml/menit, di atas nilai tersebut,
pembatasan tidak selalu dianjurkan. Kelebihan protein tidak
disimpan dalam tubuh tapi dipecah menjadi urea dan substansi
nitrogen lain, yang terutama diekskresikan melalui ginjal. Sehingga
pada PGK diet tinggi protein dapat mengakibatkan uremia. Masalah
penting lain, protein overload akan mengakibatkan intraglomerulus
hyperfiltration. Kebutuhan kalori yang diberikan sebesar 30-35
kkal/kgBb/hari. Pembatasan fosfat untuk mencegah
hiperfosfatemia.
18
Tabel 7. Pembatasan Asupan Proten dan Fosfat
19
Asidosis menyebabkan keluhan mual, lemah, airhunger dan drowsiness.
Pengobatab intravena dengan NaHCO3 hanya diberikan pada keadaan asidosis
berat, jika tidak gawat dapat diberikan secara per oral.
e. Pencegahan dan pengobatan osteodistrofi renal (ODR)
1) Pengendalian hiperphosphatemia, juga dapat menghambat progresivitas
penurunan faal ginjal. Dapat diberikan kalsium karbonat 500-3000 mg
bersama makan sebagai asupan kalsium juga koreksi hipokalsemia.
Hindari makanan yang mengandung phospor.
2) Suplemen vitamin D3 aktif, kalsitriol hanya diberikan jika kadar P
normal. Batasan pemberian jika Ca x P < 65. Dosis : 0,25
mikrogram/hari.
3) Paratiroidektomi, jika proses ODR terus berlanjut.
f. Pengobatan gejala uremi spesifik
1) Mual dan muntah : diet rendah protein.
2) Anemia : eritropoetin, asam folat, Fe, dan vitamin B12.
g. Deteksi dini dan pengobatan infeksi
Disebabkan imun yang rendah, gejala klinis terkadang tidak muncul.
h. Penyesuaian pemberian obat
Menghindari obat nefrotoksik, antara lain : aminoglikosida, co-
trimoksazole, amphotericin. Menghindari diuretik K sparing.
i. Deteksi dan pengobatan komplikasi
Komplikasi yang merupakan indikasi untuk tindakan hemodialisis: 1)
ensefalopati uremik; 2) perikarditis atau pleuritis; 3) neuropati perifer prgresif; 4)
ODR progresif; 5)hiperkalemia; 6)sindrom overload; 7)infeksi yang mengancam
jiwa
j. Persiapan dialisis dan transplantasi
Terapi pengganti (TP) ginjal dilakukan pada PGK stadium 5, yaitu GFR <
15 ml/menit. Pada Gagal Ginjal Terminal (GGT) dengan GFR < 5 ml/menit1,73 m2
, apapun etiologinya, memerlukan TP. Setelah menetapkan bahwa TP dibutuhkan,
perlu pemantauan yang ketat sehingga dapat ditentukan dengan tepat kapan TP
tesebut dimulai.
20
Tabel 8. Berbagai Jenis Terapi Pengganti
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
21
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa diagnosis kasus
tersebut adalah Chronic Kidney Disease stage V
4.2 Saran
a. Penderita dengan Chronic Kidney Disease stage V, yang mana nilai
GFR- nya < 15 ml/menit, perlu dipikirkan terapi pengganti ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
22
Davey, Patrick. At a Glance Medicine. 2005. Penerbit : Erlangga. Hal : 258,
Gagal ginjal Kronis dan pasien dialisis.
Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New
York : Lange Medical Book. 2004.
23