Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN ANAK I

Konsep Dasar Imunisasi Pada Anak

Disusun oleh :

Adelia Putri F : 1610711098


Agatta Surya W : 1610711088
Bunga Salsabilla R : 1610711101
Lisa Septiani : 1610711103
Miranti Nisrina N : 1610711092
Nida Auliya R : 1610711104

Dosen mata kuliah : Ns. Rokhaida, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.An


Jurusan : S-1 Keperawatan
Fakultas : Ilmu-ilmu Kesehatan

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”

Jakarta

2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga akhirnya kami dapat
membuat makalah Keperawatan Anak I.

Makalah yang berjudul “Imunisasi Pada Anak” ditulis untuk memenuhi


tugas kelas tutor B pada blok mata kuliah Keperawatan Anak I.

Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada kami dalam pembuatan makalah ini
terutama kepada :

1. Ibu Ns. Rokhaida, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.An selaku dosen tutor “Kelas B” pada
blok Keperawatan Anak I.
2. Orang tua kami yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa untuk
menyelesaikan makalah ini
3. Semua aspek yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Jakarta, 4 Februari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Tujuan Penulisan ......................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 5

A. Paradigma Keperawatan Anak .................................................... 5


B. Prinsip Keperawatan Anak .......................................................... 8
C. Peran Perawat Anak .................................................................... 9

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 12

A. Pengertian Imunisasi .................................................................. 12


B. Tujuan Pemberian Imunisasi ....................................................... 14
C. Prinsip Dasar Pemberian Imunisasi ............................................. 14
D. Macam-macam Imunisasi ........................................................... 15
E. Sasaran Imunisasi ........................................................................ 17
F. Imunologi PD3i ........................................................................... 19
G. Jenis Imunisasi ............................................................................ 21
H. Jadwal Imunisasi ........................................................................ 23

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 25

A. Kesimpulan ................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh World Health Organization
(WHO) yang telah dirumuskan dalam pertemuan Atlanta tahun 1978 adalah
mencapai sehat semua di tahun 2000, yang lebih dikenal dengan Health for all
by year 2000. Upaya untuk mencapai tujuan ini berbagai program dengan
berbasis Primary Health Care telah dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan. Beberapa indicator yang digunakan WHO untuk mengukur tingkat
keberhasilan program-program tersebut, antara lain angka kematian bayi
(AKB), angka kematian balita (AKABA), angka kematian ibu (AKI) dan angka
harapan hidup (life expectancy). Salah satu indikator Mellenium Develompent
Goals (MDGs) adalah mengurangi kematian anak dengan target menurunkan
angka kematian anak di bawah lima tahun (balita) sebesar dua per tiga
jumlahnya selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2015 artinya
menurunkan dari 97 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1000 kelahiran
hidup. Diikuti dengan indikator kesehatan dalam SDGs 2015 yang merupakan
goals ketiga yaitu jaminan kesehatan dan promosi kesehatan bagi semua umur.

Indonesia berkali-kali masuk kategori negara yang lamban dalam


mencapai MDGs. Sumber kelambanan ditunjukkan dari masih tingginya angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian balita (AKB), belum teratasinya laju
penularan HIV/AIDS, rendahnya pemenuhan air bersih dan sanitasi yang buruk,
belum adanya pengakuan inisiatif masyarakat, pemerintah RI belum pernah
mendorong rasa kepemilikan bersama MDGs kepada rakyatnya, sangat kuat
kesan bahwa pencapaian MDGs identic dengan pelaksanaan program
pemerintah.

1
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai
penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa
penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang
selaput otak, radang paru- paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi
imunisasi akan terlindungi dan terhindar dari kesakitan, kecacatan atau
kematian.

Imunisasi merupakan upaya pemerintah untuk mencapai Milennium


Development Goals (MDGs) yang salah satu tujuannya adalah untuk
menurunkan angka kematian anak (Kemenkes, 2010). Angka kematian bayi
merupakan indikator utama yang digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat baik ditingkat provinsi maupun nasional. Berdasarkan
kondisi tersebut, program – program di Indonesia menitikberatkan pada upaya
penurunan angka kematian bayi melalui imunisasi, sebab anak merupakan
investasi masa depan (Depkes, 2009).

Imunisasi dasar sangat penting diberikan pada bayi berusia 0 – 12 bulan


untuk memberikan kekebalan dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) antara lain Tuberkolosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio,
Hepatitis B dan Campak (Depkes, 2005). Sementara itu, berdasarkan indikasi
pencegahan penyakit, hak anak Indonesia untuk mendapatkan imunisasi juga
masih belum sepenuhnya optimal.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, cakupan Universal Child


Immunization (UCI) pada tahun 2010 adalah 75,3 %. Sedangkan pada tahun
2011, pencapaian UCI turun menjadi 74,1% (Kemenkes, 2010). Fakta tersebut
juga diperkuat oleh laporan yang disampaikan organisasi medis kemanusiaan
dunia, Medicines Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas, yang
menyebutkan bahwa Indonesia termasuk 1 dari 6 negara yang teridentifikasi
memiliki jumlah tertinggi anak – anak yang tidak terjangkau imunisasi.
Menurut MSF, sebanyak 70% dari anak – anak yang tidak terjangkau program

2
imunisasi rutin tersebar di Kongo, India, Nigeria, Ethiopia, Indonesia dan
Pakistan. Oleh karena itu, semua proses tumbuh kembang harus mendapatkan
perhatian dan penanganan yang lebih serius (Fida & Maya, 2012).

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang sangat penting bagi


makhluk hidup yaitu sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan melestarikan keturunan.

Pertumbuhan danperkembangan secara umum memiliki pengertian yang


sama namun secara khusus keduanya berbeda (Yuniarti, 2015). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Prayogo (2009) didapatkan bahwa angka cakupan
kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0 – 1 tahun 47,1 %. Rendahnya
hasil kelengkapan imunisasi dasar pada penelitian ini antara lain dapat
disebabkan tidak lengkapnya pencatatan imunisasi pada buku KIA ataupun
KMS. Pada penelitian ini juga terdapat hubungan yang bermakna antara urutan
anak dan jumlah anak dengan kelengkapan imunisasi dasar. Hasil penelitian
juga yang dilakukan oleh Winarsih (2013) berdasarkan hasil penelitian dari 47
responden menunjukkan bahwa bayi mayoritas mendapatkan imunisasi dasar
tidak lengkap.

Penelitian berbeda juga dilakukan oleh Sambuari (2013) menunjukkan


status gizi anak usia 5 tahun di TK Tunas Bhakti Manado berdasarkan Indeks
Berat Badan Menurut Umur (BB/U) pada umumnya kategori gizi baik, dan
mempunyai perkembangan sosial yang baik. Maka terdapat hubungan status
gizi anak dan perkembangan yang terjadi pada anak. Berdasarkan wawancara
awal yang dilakukan di Puskesmas Kembes kepada 5 orang Ibu yang salah
satunya memiliki bayi berumur 5 bulan dengan berat badan 10 kg menunjukkan
bahwa bayi tersebut memiliki gizi baik (-2 SD s/d 2 SD), dan perkembangannya
sesuai dengan usia karena itu juga peran dari Ibu yang membawa anaknya
secara tepat waktu untuk mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap dan
memberikan gizi yang sesuai. Berbeda dengan salah seorang Ibu yang memiliki

3
bayi berumur 11 bulan dengan berat badan 5 kg dan hasilnya bayi tersebut
tergolong gizi kurang (-3 SD s/d <-2 SD) dan perkembangannya meragukan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami
konsep dasar imunisasi agar mampu berkembang dalam penyuluhan
maupun praktisial.

2. Tujuan Khusus
Setelah memahami materi, Diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan pengertian imunisasi pada anak, dimulai bayi, batita,
balita, anak sekolah, maupun WUS (wanita usia subur)
2) Menjelaskan macam-macam imunisasi sesuai dengan tahapan usia
tumbuh kembang anak

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam


penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut terdiri dari empat
komponen, di antaranya manusia dalam hal ini anak, keperawatan, sehat-sakit
dan lingkungan yang dapat digambarkan berikut ini:

1. Manusia (Anak)

Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak yang
diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 (delapan belas) tahun
dalam masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam
satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.
Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola
koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak mungkin
pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula pada perkembangan kognitif
adakalanya cepat atau lambat. Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi

5
akan tetapi belum terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan
seiring bertambahnya usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk sejak bayi di
mana bayi akan menangis saat lapar.

Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai


bayi seperti anak mau diajak orang lain. Sedangkan respons emosi terhadap
penyakit bervariasi tergantung pada usia dan pencapaian tugas perkembangan
anak, seperti pada bayi saat perpisahan dengan orang tua maka responsnya akan
menangis, berteriak, menarik diri dan menyerah pada situasi yaitu diam.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu diutamakan,


mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses
kematangan yang berbeda dibanding orang dewasa karena struktur fisik anak
dan dewasa berbeda mulai dari besarnya ukuran hingga aspek kematangan fisik.
Proses fisiologis anak dengan dewasa mempunyai perbedaan dalam hal fungsi
tubuh dimana orang dewasa cenderung sudah mencapai kematangan.
Kemampuan berpikir anak dengan dewasa berbeda dimana fungsi otak dewasa
sudah matang sedangkan anak masih dalam proses perkembangan. Demikian
pula dalam hal tanggapan terhadap pengalaman masa lalu berbeda, pada anak
cenderung kepada dampak psikologis yang apabila kurang mendukung maka
akan berdampak pada tumbuh kembang anak sedangkan pada dewasa
cenderung sudah mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.

2. Sehat-Sakit
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan
pelayanan keperawatan pada anak adalah suatu kondisi anak berada dalam
status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis
dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang
bersifat dinamis dalam setiap waktu. Selama dalam batas rentang tersebut anak
membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung,
seperti apabila anak dalam rentang sehat maka upaya perawat untuk
meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan baik fisik,

6
sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya apabila anak dalam kondisi kritis
atau meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan pada
keluarga.
Jadi batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan.

3. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah
lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam perubahan status
kesehatan anak. Lingkungan internal seperti anak lahir dengan kelainan bawaan
maka di kemudian hari akan terjadi perubahan status kesehatan yang cenderung
sakit, sedang lingkungan eksternal seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara,
teman sebaya dan masyarakat akan mempengaruhi status kesehatan anak.

4. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
dengan melibatkan keluarga. Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan
langsung pada keluarga mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang
anggotanya dapat dirawat secara efektif dan keluarga sangat berperan dalam
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan, di samping keluarga
mempunyai peran sangat penting dalam perlindungan anak dan mempunyai
peran memenuhi kebutuhan anak. Peran lainnya adalah mempertahankan
kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan
mensejahterakan anak untuk mencapai masa depan anak yang lebih baik,
melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak (Wong, 2009).

7
B. Prinsip Keperawatan Anak

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda


dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan-perbedaan yang
diperhatikan dimana harus disesuaikan dengan usia anak serta pertumbuhan dan
perkembangan karena perawatan yang tidak optimal akan berdampak tidak baik
secara fisiologis maupun psikologis anak itu sendiri. Perawat harus
memperhatikan beberapa prinsip, mari kita pelajari prinsip tersebut. Perawat
harus memahami dan mengingat beberapa prinsip yang berbeda dalam
penerapan asuhan keperawatan anak, dimana prinsip tersebut terdiri dari:

1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,
artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja
melainkan sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan
dan perkembangan menuju proses kematangan.
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
tahap perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak memiliki
berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh
kembang. Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan, aktivitas,
eliminasi, tidur dan lain-lain, sedangkan kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak adalah penerus generasi
bangsa.
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Dalam
mensejahterakan anak maka keperawatan selalu mengutamakan
kepentingan anak dan upayanya tidak terlepas dari peran keluarga sehingga
selalu melibatkan keluarga.

8
5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).
6. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai
makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan
masyarakat. Upaya kematangan anak adalah dengan selalu memperhatikan
lingkungan yang baik secara internal maupun eksternal dimana kematangan
anak ditentukan oleh lingkungan yang baik.
7. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus
pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek
kehidupan anak.

C. Peran Perawat Anak

Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan anak dan
orang tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek dalam memberikan
pelayanan kesehatan dan bekerjasama dengan anggota tim lain, dengan
keluarga terutama dalam membantu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan perawatan anak. Mari kita bahas secara jelas tentang peran perawat
anak. Perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan
anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat, meliputi:

1. Sebagai pendidik.
Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan memberi
penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun secara tidak langsung
dengan menolong orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan
anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup
pengertian dasar penyakit anaknya, perawatan anak selama dirawat di rumah

9
sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang ke rumah. Tiga domain
yang dapat dirubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah
pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga dalam hal kesehatan khususnya
perawatan anak sakit.

2. Sebagai konselor
Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis
berupa dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat
memberikan konseling keperawatan ketika anak dan keluarganya
membutuhkan. Hal inilah yang membedakan layanan konseling dengan
pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan segala keluhan, melakukan
sentuhan dan hadir secara fisik maka perawat dapat saling bertukar pikiran dan
pendapat dengan orang tua tentang masalah anak dan keluarganya dan
membantu mencarikan alternatif pemecahannya.

3. Melakukan koordinasi atau kolaborasi.


Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan
kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan tujuan terlaksananya
asuhan yang holistik dan komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk
menjadi koordinator pelayanan kesehatan karena 24 jam berada di samping
pasien. Keluarga adalah mitra perawat, oleh karena itu kerjasama dengan
keluarga juga harus terbina dengan baik tidak hanya saat perawat membutuhkan
informasi dari keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian proses perawatan
anak harus melibatkan keluarga secara aktif.

4. Sebagai pembuat keputusan etik.


Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik
dengan berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan penekanan pada
hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan
pasien dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan

10
pasien. Perawat juga harus terlibat dalam perumusan rencana pelayanan
kesehatan di tingkat kebijakan. Perawat harus mempunyai suara untuk didengar
oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Perawat yang paling mengerti tentang
pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus dapat meyakinkan
pemegang kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan keperawatan
yang diajukan dapat memberi dampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan anak.

5. Sebagai peneliti.
Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam
upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti,
melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan hasil penelitian
kesehatan/keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan kualitas
praktik/asuhan keperawatan pada anak. Pada peran ini diperlukan kemampuan
berpikir kritis dalam melihat fenomena yang ada dalam layanan asuhan
keperawatan anak sehari-hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan
serta menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang
ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus dapat melaksanakan
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan
anak.

11
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody, yang dalam


bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai
antigen). Secara khusus, antigen merupakan bagian dari protein kuman atau
protein racunnya. Bila antigen pertama kalinya masuk ke dalam tubuh manusia,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun kuman
yang disebut antibody.

Imunisasi berarti mengebalkan, memberi kekebalan pasif (diberi antibodi)


yang sudah jadi seperti Hepatitis B imunoglobin pada bayi yang lahir dari ibu
dengan Hepatitis B. Sedangkan vaksinasi berasal dari kata “ vaccine ” yaitu zat
yang dapat merangsang timbulnya kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DPT,
Hepatitis B dan lain-lain (Sunarti.2012).

Imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima


jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan
5 jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar
lengkap.

Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit


yang sedang mewabah atau berbahaya bagi sesorang. Dengan pengertian lain,
imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu Antigen. Sehingga, ia apabila terpapar pada Antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit.

12
Menurut Rizema, P. (2012 ) ada 3 manfaat imunisasi bagi anak, keluarga
dan negara adalah sebagai berikut :

1. Manfaat untuk anak adalah untuk mencegah penderitaan yang di sebabkan


oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Manfaat untuk keluarga adalah untuk menghilangkan kecemasan dan biaya
pengobatan apabila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila orang tua
yakin menyalani masa kanak-kanak dengan aman.
3. Manfaat untuk negara adalah untuk mamperbaiki tingkat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia diantara
segenap bangsa di dunia.

Data dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, dan Kesehatan


Matra, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 mei 2011 menunjukkan
angka cakupan imunisasi di tahun 2010 adalah campak 89,5%, DTP-3 90,4%,
polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Dari data yang ada, terlihat
angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia sudah cukup tinggi, namun pada
beberapa daerah masih ditemukan angka cakupan di bawah standar nasional.

13
2. Tujuan Pemberian Imunisasi

Secara umum imunisasi mempunyai dua tujuan berikut ini.

1. Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang


Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).

2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di
seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013.
c. Eradikasi polio pada tahun 2015.
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management).

3. Prinsip Dasar Pemberian Imunisasi

Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah:

1. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasite) memasuki tubuh maka
tubuh akan berusaha menolaknya tubuh membuat zat anti berupa antibody
atau anti toxin.
2. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan
lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang terbentuk.
3. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah
mulai lebih mengenal jenis antigen tersebut.

14
4. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tetap kebal, perlu diberikan
antigen/suntikan/imunisasi ulang.
5. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk
terserang penyakit.

D. Macam-macam Imunisasi

Imunisasi aktif, merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara


menyuntikan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan
membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi
aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif.

Imunisasi pasif, Disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi
tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikan bahan atau serum
yang telah mengandung zat anti, atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu
pada saat dalam kandungan.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pemberian vaksin dalam kaitannya


dengan imunisasi:

1. Vaksin Polio

Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus. Vaksin yang


digunakan oleh banyak negara adalah vaksin hidup (yang telah dilemahkan),
vaksin ini berbentuk cair, kemasannya sebanyak 1 cc atau 2 cc dalam flakon
yang dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Pemberian secara oral
sebanyak 2 tetes langsung dari botol ke mulut bayi dengan tanpa menyentuh
mulut bayi.

2. Vaksin campak

Bibit penyakit yang menyebabkan campak (meales) adalah virus. Vaksin


yang digunakan adalah vaksin hidup yang sudah dilemahkan. Kemasan dalam

15
flakon adalah berbentuk gumpalan-gumpalan yang beku dan kering untuk
kemudian dilarutkan dalam 5 cc cairan, vaksin ini mudah rusak oleh panas.

3. Vaksin BCG (Bacillus Calmet Guirnet)

Vaksin BCG melindungi anak terhadap tuberculosis (TBC), dibuat dari bibit
penyakit hidup yang telah dilemahkan. Vaksin ini berasal dari bakteri,
bentuknya beku kering seperti campak, kalau sudah dilarutkan harus segera
digunakan max 3 jam, mudah rusak jika terkena sinar matahari langsung,
sehingga kemasannya terbuat dari botol yang berwarna gelap.

4. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

Terdiri dari toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, dapat
disimpan dalam suhu 2-8 derajat celcius. Kemasan yang digunakan adalah 5 cc
untuk DPT 5 cc untuk TT dan 25 cc untuk DT.

5. Vaksin Toxoid Difteri

Merupakan bagian dari vaksin DPT atau DT, vaksin ini dibuat dari toxoid
yang merupakan racun yang telah dilemahkan dan ini akan rusak jika
dibekukkan dan juga bisa rusak oleh panas.

16
E. Sasaran Imunisasi

Sasaran dalam pelayanan imunisasi rutin adalah sebagai berikut:

1. Sasaran imunisasi pada bayi


( 0-7 bulan sampai dengan 9 bulan ).
Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Interval
Pemberian Pemberian
Hepatitis B 0-7 Hari 1 -
BCG 1 Bulan 1 -
Polio/IPV 1,2,3,4 Bulan 4 4 Minggu
DPT-HB-Hib 2,3,4 Bulan 3 4 Minggu
Campak 9 Bulan 1 -

2. Sasaran imunisasi pada anak balita


( 18 bulan dan 24 bulan ).
Jenis Pemberian Usia Pemberian Jumlah
Pemberian
DPT-HB-Hib 18 Bulan 1
Campak 24 Bulan 1

3. Sasaran imunisasi pada anak sekolah dasar SD/Sederajat


( kelas 1 – 3 SD, dilakukan pada waktu BIAS/Bulan Imunisasi Anak
Sekolah).
Sasaran Jenis Pemberian Waktu Keterangan
Pemberian
Kelas 1 SD Campak Bulan Agustus BIAS
Kelas 1 SD DT Bulan November BIAS
Kelas 2 & 3 SD Td Bulan November BIAS

17
4. Sasaran Imunisasi pada wanita usia subur/WUS
Pemberian imunisasi pada WUS disesuaikan dengan hasil skrining
terhadap status T.
Jenis Pemberian Usia Pemberian Masa
Perlindungan
TT1 - -
TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4 25 Tahun

18
F. Imunologi PD3i

Imunologi adalah ilmu yang sangat kompleks mempelajari tentang sistem


kekebalan tubuh. Perlindungan terhadap penyakit infeksi dihubungkan dengan
suatu kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

1. Sistem kekebalan

Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel yang
tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen. Antigen dapat berupa virus
atau bakteri yang hidup atau yang sudah diinaktifkan. Jenis kekebalan terbagi
menjadi kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

19
2. Klasifikasi Vaksin

3. Penggolongan Vaksin

Ada 2 jenis vaksin berdasarkan sensitivitasnya terhadap suhu, yaitu vaksin


yang sensitif terhadap beku dan sensitif terhadap panas.

20
G. Jenis Imunisasi

Ada beberapa jenis imunisasi berdasarkan sifat penyelenggaraannya di


Indonesia. Berikut ini adalah bagan pembagian jenis imunisasi.

Pada bagian selanjutnya akan diuraikan satu persatu tentang jenis imunisasi.

1. Imunisasi Wajib

Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah


untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi
khusus.

a. Imunisasi Rutin

Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara


terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan.

21
b. Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang


paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah
Backlog fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi Nasional), Sub-
PIN, Catch up Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB
(Outbreak Response Immunization/ORI).

c. Imunisasi khusus

Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan


untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi
tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umrah, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu
dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri
atas Imunisasi Meningitis Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan
Imunisasi Anti-Rabies.

22
H. Jadwal Imunisasi

Perlu Anda ketahui bahwa saat ini imunisasi yang diberikan kepada bayi
dan anak cukup banyak jumlahnya. Untuk itu, perlu diatur urutan pemberian
vaksin dalam jadwal imunisasi. Berikut ini jadwal pemberian imunisasi pada
bayi di bawah 1 tahun, usia Batita, anak usia SD, dan WUS.

1. Jadwal Pemberian imunisasi Dasar

2. Jadwal imunisasi lanjutan pada usia batita

23
3. Jadwal imunisasi lanjutan pada usia Sekolah

4. Jadwal imunisasi lanjutan tetanus toksoid ( tt )

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody, yang dalam
bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut
sebagai antigen). Secara khusus, antigen merupakan bagian dari protein
kuman atau protein racunnya. Bila antigen pertama kalinya masuk ke
dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk
zat anti terhadap racun kuman yang disebut antibody.
 Imunisasi berarti mengebalkan, memberi kekebalan pasif (diberi
antibodi) yang sudah jadi seperti Hepatitis B imunoglobin pada bayi
yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B. Sedangkan vaksinasi berasal dari
kata “ vaccine ” yaitu zat yang dapat merangsang timbulnya kekebalan
aktif seperti BCG, Polio, DPT, Hepatitis B dan lain-lain (Sunarti.2012).
 Imunologi adalah ilmu yang sangat kompleks mempelajari tentang
sistem kekebalan tubuh. Perlindungan terhadap penyakit infeksi
dihubungkan dengan suatu kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan
kekebalan pasif.
 Pada bagian selanjutnya akan diuraikan satu persatu tentang jenis
imunisasi.
1. Imunisasi Wajib
a. Imunisasi Rutin
b. Imunisasi Tambahan
c. Imunisasi Khusus

25
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 2. Graha
Ilmu : Yogyakarta. // diakses via website pada 04/02/2018.

Jurnal keperawatan, ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Februari


2016. Hubungan imunisasi dasar pada tumbang pada bayi (0-1 tahun) di
puskesmas kembes kecamatan tombulu kabupaten minahasa. // diakses via
website pada 04/02/2018.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |April 2016 - September 2016 | Vol. 10, No.
2, Hal. 123-135. Faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi
dasar lengkap pada bayi tahun 2015. // diakses via website pada 04/02/2018.

Jurnal Ilmiah Bidan, Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014. ISSN : 2339-1731.
Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan. //
diakses via website pada 04/02/2018.

Buku Ajar Imunisasi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Cetakan
II, September 2015 . ISBN 978-602-235-809-1. // diakses via website pada
04/02/2018.

26

Anda mungkin juga menyukai