PEMBAHASAN
Heterozygous
Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan.
Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena
Genotip ayah dan ibu terlihat, tetapi gen maternal gagal mempengaruhi janin
sehingga hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparental jarang
ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13. Presentasi klinis
yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat didiagnosis pada trimester
pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul. Gejala yang paling sering terjadi
pada mola sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua
dan menyebabkan perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang
jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi
pada 97% kasus mola hidatidosa. Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang
Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia, tremor, dan kulit hangat.
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin
tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung
lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien
dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola
sempurna.
Pasien ini biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi
inkomplit
atau missed abortion yakni Perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin,
Pada
mola parsial, jaringan fetus biasanya didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus
pada
69,XXX atau 69,XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi
kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga
biasa
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan
biasanya
terjadi pada minggu ke 14 – 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan
biasa,
pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah
darah
beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala
a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS
b. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar):
MANIFESTASI KLINIS
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
h. Gejala Tirotoksikosis
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
seperti
laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat
tanda dan
a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan
gelap bisa
b. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
yang hangat.
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum
terjadi
onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi
tinggi.
Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya
adanya perdarahan vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari
pemeriksaan fisik
pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai
dengan
besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini
disebabkan
oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus.
Didapatkan
pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik
hipertensi
( TD > 140/90 mmHg), protenuria (> 300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia.
Kejadian
kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya
berukuran
> 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba
pada
pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini
berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta HCG dan akan langsung
regresi
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal.
Bila
juga pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum
inhibin A dan
activin.
kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm)
yang
massa intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah
terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau
46,XY.
termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada
plasenta yang
normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.
PENATALAKSANAAN
Evakuasi
b. Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap. Bila Kanalis
servikalis
sisa jaringan.
e. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun,
paritas 4
atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.
Pengawasan Lanjutan
a. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
b. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap minggu pada
Triwulan
pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan kedua, setiap bulan pada 6 bulan
berikutnya,
1x per 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka
harus
kavum uteri.
Penyebab
Gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena obstruksi mekanis pada
jalan yang
melewati tuba uteri. Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan
di
ovarium.
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirkan, sering unilateral (abortus tuba),
hebat
dan akut (rupture tuba), ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar. Kavum
douglas
a. Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian bawah, lebih jarang pada abdomen
bagian
atas.
b. Abdomen tegang.
c. Mual.
d. Nyeri bahu.
Jika terjdi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan darah di bawah 100
mmHg,
Diagnosis
Ditegakkan melalui adanya amenore 3-10 minggu, jarang lebih lama, perdarahan
per vagina
Penanganan
mungkin dikeluarkan.
yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG
b. Atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi.
Sisa-sisa
Terapi
Terapi untuk gangguan ini adalah dengan infuse ekspander plasma (Haemaccel,
Macrodex)
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus
Etiologi
Mengapa Plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat
diterangkan,
persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta previa tidak selalu benar,
karena
tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada
penderita
dengan paritas fungsi, memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke
plasenta
tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta
yang
b. Perdarahan berulang
Diagnosis
nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
b. Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul
mengelak ke
berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta
d. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak
langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.
Ultrasonagrafi
penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan
bahaya
radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut
plasenta
letak rendah.
perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat
banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO
sebagai
Klasifikasi
a. Plasenta Previa otalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan Plasenta
c. Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir Plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
d. Plasenta Letak Rendah, Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus
oksigen, memasang infuse, member ekspander plasma atau serum yang diawetkan.
c. Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karena plasenta previa totalis
atau
parsialis, segera lakukan seksio sesaria; karena plasenta letak rendah (plasenta tidak
terlihat jika lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm), pecahkan selaput ketuban dan
berikan
forsep atau ekstraksi vakum; jika perdarahan tidak berhenti lakukan seksio sesaria.
Terapi
Terapi atau tindakan terhadap gangguan ini dilakukan di tempat praktik. Pada kasus
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi
Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti. Meskipun
demikian ada
b. pre-eklampsia
d. trauma
uterus yang sangat mengecil ( hidramnion pada waktu ketuban pecah, kehamilan
ganda
a. umur lanjut
b. multiparitas
f. mioma uteri
Klasifikasi
Pada solusio placenta, darah dari tempat pelepasan mencari jalan keluar antara
selaput janin
dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks dan terjadilah solusio placenta
dengan
tetap tersembunyi.
Gejala klinis
a. Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.
b. Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya
darah
yang keluar.
c. Uterus keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi uterus bertambah
dengan darah
g. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi uterus
bertambah
Diagnosis
uterus yang tegang dan nyeri. Setelah plasenta lahir, ditemukan adanya impresi
(cekungan)
Gambaran klinik
Ruptura sinus marginalis sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun
jumlahnya sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit atau terus menerus agak
tegang. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan
menjadi
lebih tegang karena perdarahan terus menerus. Bagian bagian janin masih mudah
teraba.
Plasenta telah lepas lebih dari seperempatnya tapi belum sampai duapertiga luas
ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang disusul
dengan
perdarahan telah mencapai 1000ml. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan
nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar diraba. Bila janin masih hidup,
bunyi
Tanda-tanda persalinan biasanya telah ada dan akan selesai dalam waktu 2 jam.
Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun biasanya
terjadi
Plasenta telah lepas lebih dari duapertiga permukaannya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam syok dan janin telah meninggal. Uterus sangat
tegang
seperti papan, sangat nyeri, perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan keadaan
syok
perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka penderita dapat
atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta bertambah luas, maka
pengakhiran
kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila janin hidup, dilakukan sectio
caesaria.
Sectio caesaria dilakukan bila serviks panjang dan tertutup, setelah pemecahan
ketuban
dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila janin mati,
ketuban
Umum :
a. Transfusi darah.
Transfusi darah harus segera diberikan tidak peduli bagaimana keadaan umum
penderita
waktu itu. Karena jika diagnosis solusio placenta dapat ditegakkan itu berarti
perdarahan
b. Pemberian O2
c. Pemberian antibiotik.
Khusus :
selanjutnya jika perlu 100.000 iu / jam dalam infus. Pemberian 1 gram fibrinogen
akan
Jadi apabila kadar fibrinogen sangat rendah atau tidak ada sama sekali, diperlukan
150mg%.
Biasanya diperlukan 4-6 gram fibrinogen yang dilarutkan dalam glucosa 10%,
diberikan IV
Untuk merangsang diuresis : manitol, diuresis yang baik lebih dari 30-40cc/jam.
dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam. Apabila persalinan tidak selesai atau
diharapkan
tidak akan selesai dalam waktu 6 jam setelah pemecahan selaput ketuban dan infus
Histerektomi dilakukan bila ada atonia uteri yang berat yang tidak dapat diatasi
dengan
Alasan :
b. Perdarahan bertambah
Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir spontan dan tidak
yakin
a. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan
dan tidak
efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan
constriction ring.
c. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang
tidak
perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak
ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan serviks
kontraksi uterus.
a. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh melekat lebih dalam.
Perdarahan tidak akan terjadi jika plasenta belum lepas sama sekali dan akan terjadi
miometrium.
serosa.
b. Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi
(plasenta inkarserata)
Penanganan
berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau
larutan
ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan
darah
dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil
pemeriksaan darah.
b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau
NaCl
0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan
drips
d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi
manual
plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio
plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti
forsep
tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali
pusat
putus.
tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran
sisa
hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
Terapi
oleh usaha pengeluaran secara hati-hati dengan tekanan pada fundus. Jika plasenta
tidak
lahir, usahakan pengeluaran secara manual setelah 15 menit. Jika ada keraguan
tentang
7. Ruptur Uteri
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh dinding uterus
dan isi
uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen (komplet), atau dapat pula ruptur hanya
meluas
Klasifikasi
Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR. Jenis inilah yang
terbanyak.
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti seksio
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR tambah lama
3) Serviks Uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi dan ekstraksi,
4) Kolpoporeksis-Kolporeksis
terdapat hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya
peritonitis.
Robekan otot rahim tetapi peritoneum tidak ikut robek. Perdarahan terjadi
d. Menurut etiologinya
manual
b) Karena peregangan yang luar biasa pada rahim, misalnya pada panggul sempit
atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin penderita DM, hidrops
c) Rupture uteri vioventa (traumatika), karena tindakan dan trauma lain seperti
(3) Embriotomi
(7) Curetase
Etiologi
b. ketidakseimbangan fetopelvik,
f. kecelakaan.
1) Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh dukun atau
bidan,
3) Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan,
5) Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged laboura), yaitu mutut
6) His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus menerus.
7) Ligamentum rotundum teraba seperrti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras
8) Pada waktu datangnya his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan sbr
bertambah lama bertambah tinggi, menunjukkan sbr yang semakin tipis dan
teregang.sering lingkaran bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh
untuk itu lakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya sbr
didinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa. Misalnya terjadi pada
10) Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang
keatas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi
ada hematuria
11) Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).
12) Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi, seperti
edema
Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit
seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar
3) Syok nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak teratur
5) Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ketungkai bawah dan dibahu.
b. Palpasi
1) Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan
2) Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari PAP
3) Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada dirongga perut, maka teraba
c. Auskultasi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah
rupture, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk kerongga perut.
d. Pemeriksaan dalam
1) Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun kebawah, dengan mudah dapat
didorong keatas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak
2) Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan
kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi maka dapat diraba usus,
4) Catatan
b) Rupture uteri yang terjadi oleh karena cacat uterus biasanya tidak didahului
c) Sangat penting untuk diingat lakukanlah selalu eksplorasi yang teliti dan hati-
dan lain-lain
PENATALAKSANAAN
pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila
keadaan umum
operasi:
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adala :
nekrosis
MANAJEMEN
a. Segera hubungi dokter, konsultan, ahli anestesi, dan staff kamar operasi
b. Buat dua jalur infus intravena dengan intra kateter no 16 : satu oleh larutan
elektrolit,
misalnya oleh larutan rimger laktat dan yang lain oleh tranfusi darah. ( jaga agar
jalur ini
c. HUBUNGI bank darah untuk kebutuhan tranfusi darah cito, perkiraan jumlah
unit dan
d. Berikan oksigen
8. Perdarahan Pascapersalinan
Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan pervaginam 500 ml
atau lebih
sesudah anak lahir. Penyebab gangguan ini adalah kelainan pelepasan dan
kontraksi, rupture
serviks dan vagina (lebih jarang laserasi perineum), retensio sisa plasenta, dan
koagulopati.
darah 500 ml atau lebih berarti bahaya syok. Perdarahan yang terjadi bersifat
mendadak
sangat parah (jarang), perdarahan sedang (pada kebanyakan kasus), dan perdarahan
sedang
Klasifikasi Klinis
persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca
persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan
lahir
b. Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau
diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang
tertinggal.
Gejala Klinis
Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir.
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.
Penderita tanpa disadari dapat kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat
bila
Diagnosis
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum lahir
biasanya
disebabkan oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah plasenta lahir, biasanya
disebabkan
oleh atonia uteri. Atonia uteri dapat diketahui dengan palpasi uterus ; fundus uteri
tinggi di
atas pusat, uterus lembek, kontraksi uterus tidak baik. Sisa plasenta yang tertinggal
dalam
kavum uteri dapat diketahui dengan memeriksa plasenta yang lahir apakah lengkap
atau
tidak kemudian eksplorasi kavum uteri terhadap sisa plasenta, sisa selaput ketuban,
atau
plasenta suksenturiata (anak plasenta). Eksplorasi kavum uteri dapat juga berguna
untuk
mengetahui apakan ada robekan rahum. Laserasi (robekan) serviks dan vagina
dapat
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun
usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pascapersalinan
yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih
dari
yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang
pertama
Tujuan umum antenatal care adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan
mental ibu
serta anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga angka morbiditas
dan
kematian maternal dapat diturunkan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya
antenatal
care tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat dideteksi dan ditanggulangi
dengan cepat.
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin
dibawah
nilai normal. Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Perdarahan
ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang tepat dan akurat akan
mengakibatkan
infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan banyak kelak
bisa
dengan atrofi alat alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak, penurunan
metabolisme
a. Hentikan perdarahan, cegah/atasi syok, ganti darah yang hilang dengan diberi
infus
1) Beri Syntocinon (oksitosin) 5-10 unit IV, tetes oksitosin dengan dosis 20 unit
atau
9. Syok Hemoragik
Semua keadaan perdarahan diatas, dapat menyebabkan syok pada penderita,
khususnya syok
hemoragik yang di sebabkan oleh berkurangnya volume darah yang beredar akibat
akut.
metabolic, kekurangan oksigen jaringan dan penimbunan hasil sisa metabolik yang
menyebabkan cidera sel yang semula reversibel kemudian tidak reversibel lagi.
c. Gangguan mikrosirkulasi.
kulit, dan membrane mukosa perbedaab suhu antara bagian pusat dan perifer badan;
pengisian daerah kapiler setelah kuku ditekan; dan ekskresi urin tiap jam.
Pada syok hemoragik tindakan yang esensial adalah menghentikan perdarahan dan
c. Sampai diperoleh persediaan darah buat transfusi, pada penderita melalui infuse
segera
diberi cairan dalam bentuk larutan seperti NaCI 0,9%, ringer laktat, dekstran,
plasma dan
sebagainya.
d. Jika dianggap perlu kepada penderita syok hemoragik diberi cairan bikarbonat
natrikus
Penyebab gangguan ini adalah masuknya endotoksin bakteri gram negative (coli,
proteus,
Clostridium welchii) lebih jarang terjadi. Pada abortus septic, sering terjadi
amnionitis atau
suhu dalam beberapa jam, jarang terjadi hipotermi. Tanda lain adalah takikardia
dan
hipotensi yang jika tidak diobati hamper selalu berlanjut ke syok yang tidak
reversible.
setempat dan keparahan keadaan umum. Jika ada gagal ginjal akut dapat berlanjut
ke anuria.
Terapi
Terapi untuk gangguan ini adalah tindakan segera selama fase awal. Terapi
tambahan untuk
adalah terapi infuse secepat mungkin yang diarahkan pada asidosis metabolik.
Terapi untuk
Definisi
Suatu komplikasi pada kehamilan lebih dari 22 minggu dijumpai :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diasnolis > 110 mmhg
d. Edema pulmonum
g. Trobosisfeni
Pengelolaan kejang:
oksigen)
e. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko
aspirasi
f. Berikan O24-6 liter/menit
Pengelolaan umum
a. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik
b. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
g. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
h. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan
tanda
adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan
diuretik
i. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi
setelah 7
Anti konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
pada
preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko
terjadinya
depresi neonatal.
https://www.scribd.com/document/128842048/Kegawatdaruratan-Obstetri