Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN

DENGAN HARGA DIRI RENDAH

1. Konsep Dasar Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


a. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, kepercayaan dan pandangan yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Stuart dan Sundeen, 2006; hal. 227).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
(Suliswati, 2005; hal. 89).
Gangguan konsep diri adalah suatu keadaan negatif dari perubahan
mengenai perasaan, pikiran atau pandangan tentang dirinya sendiri yang negatif.
(Carpenito,2004,hal. 883). Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu
gambaran diri, ideal diri, peran diri, identitas diri, dan harga diri(Sunaryo,
2004,hal. 33).
Harga diri adalah penilaian diri terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Suliswati, 2005; hal.
92)
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian
ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia.
(Keliat, 2005).
b. Rentang Respon
Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


c. Psikopatologi
Menurut Stuart (2005, hal. 186), berbagai faktor menunjang terjadinya
perubahan dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang
merupakan faktor pendukung harga diri rendah meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah
peran gender, tuuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang
mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan
dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. Sedangkan faktor
presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang megancam kehidupan
dan ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Pada mulanya klien merasa dirinya tidak
berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang
lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan,
ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan
emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan
rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia
berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan
dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari
penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin klien
menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan
hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah
yaitu mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, rasa bersalah,
ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, adanya
keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik diri secara
realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart & Sundeen,
1998, hal. 230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak ditanggulangi
secara intensif akan menimbulkan distress spiritual, perubahan proses pikir
(curiga), perubahan interaksi sosial (menarik diri) dan resiko terjadi amuk.
d. Penatalaksanaan Medis
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini
sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud
meliputi :
1) Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut :
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat.
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti.
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasidandependensi.
h) Tidak menyebabkan lemas otot.
i) Dan kalau mungkin pemakainanya dosis tunggal.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
2) Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231)
3) Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia
yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
4) Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
(Kaplan dan Sadock,1998,hal.728)
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005,hal.49)
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Adapun data yang diperoleh dari klien dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah yaitu:
1) Data Subjektif
Mengkritik diri sendiri/orang lain, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,
perasaan negatif mengenai diri sendiri, klien mengatakan bersedih dan
kecewa, klien mengatakan pesimis dalam menghadpi kehidupan,
mengatakan hal-hal yang negatif tentang keadaan tubuhnya.
2) Data Objektif
Gangguan dalam berhubungan, pandangan bertentangan terhadap penolakan
kemampuan personal, menarik diri secara personal, menarik dir secara
sosial, menarik diri secara realitas, merusak diri sendiri dan orang lain,
produktivitas menurun,bengong dan putus asa.
Harga diri rendah merupakan karakteristik skizofrenia dimana pada lien
skizofrenia harus dikaji riwayat keluarga karena salah satu faktor yang
berperan serta bagi munculnya gejala tersebut adalah faktor genetik atau
keturunan (Hawari,2001).
Dari data yang muncul diatas dianalisa dan pada umumnya dapat
dirumuskan masalah keperawatan diantaranya yaitu:
a) Kerusakan interasi sosial: menarik diri
b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c) Koping individu tak efektif
3) Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri akibat

Gangguan konsep diri : harga diri rendah core problem

Tidak efektifnya koping individu penyebab


b. Diagnosa Keperawatan
a) Kerusakan interaksi sosial.
b) Harga diri rendah
c. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan rencana tindakan keperawatan ( Keliat, 2002, hal.13)
1) Tujuan Umum: klien tidak mengalami harga diri rendah
2) Tujuan Khusus:
a) Klien dapat membina berhubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien
mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah
yang dihadapi
Intervensi :
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik: Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal
maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama
lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan
tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap
menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada kllien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi
selanjutnya.
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
Daftar kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah, sekolah dan tempat
kerja., daftar positif keluarga klien, daftar positif lingkungan klien
Intervensi :
(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
buat daftarnya.
Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai
realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai
dasar asuhan keperawatannya.
(2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
(3) Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek
positif klien.
Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan
kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Kriteria evaluasi :
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit, klien
menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah
Intervensi Keperawatan :
(1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama
sakit
Rasional : Diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasyarat untuk berubah
(2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan kemampuannya di
rumah sakit
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri
memotivasi untuk tetap mempertahankan kemampuannya.
(3) Berikan pujian
Rasional : Pujian dapat meningkatkan harga diri klien
d) Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih, klien mencoba, susun
jadwal harian
Intervensi Keperawatan :
(1) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di
rumah sakit.
Rasional : Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri
(2) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional : Sebagai motivasi tindakan yang akan dilakukan oleh klien

(3) Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah


dilatih.Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai semuanya
selesai
Rasional : Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
(4) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan,
Rasional : Contoh peran yang dilihat klien akan memotovasi klien
untuk melaksanakan kegiatan.
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuanya.
Kriteria Evaluasi :
Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan bantuan atau
tergantung), klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri
Intervensi Keperawatan :
(1) Beri kesempatan pada untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
(2) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
(3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional : Dapat mengetahui perkembangan dan keaktifan klien
dengan keluarga
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang
ada
Kriteria Evaluasi :
Keluarga dapat memberi dukungan dan pujian, klien termotivasi untuk
melakukan therapi, keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien.
Intervensi Keperawatan :
(1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
denga harga diri rendah.
Rasional : Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam
mempercepat proses penyembuhan klien
(2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan
(3) Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah
Rasional : Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat
kien dirumah.
(4) Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil
Rasional : memberikan pujian dapat meningkata harga diri klien
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana
keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat
dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada
situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena
perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien
dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi
dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai
kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang telah
dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat, 2002, hal 15).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan. Evaluasi dilakukan perdiagnosa keperawatan
dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir. Evaluasi yang dicapai
yaitu :
1). Klien tidak menarik diri dan mau berhubungan dengan orang lain
2). Klien dapat menunjukkan peningkatkan rasa harga diri
3). Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
( Keliat, 2002, hal. 15).
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga


University Press

Townsend, Mary C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri


(Edisi 3). Jakarta : EGC

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. ( 2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperewatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, B.A. dan Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC

Keliat, B.A. (2002). Gangguan Konsep Diri Pada Klien Gangguan Jiwa. Jakarta :
EGC

Kaplan, M.D. dan Sadock,M.D. (1998). Sinopsis Psikiatri (Edisi 7). Jakarta : Bina
Rupa Aksara
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
PROGRAM NON REGULER
2009

Anda mungkin juga menyukai