TUGAS EVALUASI
OLEH :
EKNESYA
NIM 1610204009
A. Pengertian Evaluasi
Ada beberapa pengertian evaluasi. Wand dan Brown (1957)
mendevenisikan evaluasi sebagai ”... refer to act or process to determining the
value of something” evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan
nilai sesuatu yang dievaluasi. (Sanjaya, Wina: 2008: 335)
Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendevenisikan
evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan (evaluand).
Pendapat Hamih Hasan (dalam Sanjaya, Wina: 2008: 335) Sesuatu yang
dipertimbangkan itu bisa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan
tertentu.1
Dari konsep tersebut di atas, ada dua hal yang menjadi karakteristik
evaluasi. Pertama, evaluasi merupakan suatu proses. Artinya daam suatu
pelaksanaan evaluasi mestinya terdiri dari macam tindakan yang harus dilakukan.
Dengan demiakian evaluasi bukanlah hasil atau produk, akan tetapi rangkaian
kegiatan. Kegiatan dilakukan untuk memberikan makna atau nilai sesuatu yang di
evaluasi.
Kedua, evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya,
berdasarkan hasil pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau
tidak. Dengan kata lain evaluasi adapat menunjukkan kualitas yang dinilai.
1
Purwanto, Ngalim. 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.h. 8
2
2
B. Jenis-Jenis Evaluasi
1. Tes
Tes merupakan alat untuk menaksir kemampuan seseorang secara
tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus. Bentuk-
bentuk tes :
a. Tes Objektif
Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari
butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih
salah satu atau lebih jawaban di antara beberapa kemungkinan jawaban yang
telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan
(mengisikan) jawaban berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada
tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan. Tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan yaitu :
a) Tes objektif bentuk benar salah
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan
yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu
huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti
pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah
pernyataan tersebut benar atau salah.
Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah :
B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah.
B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara
b) Tes objektif bentuk menjodohkan
Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap
pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan
untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan
mempunyai jawaban yang benar.
c) Tes objektif bentuk isian
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian
yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian
3
yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.
Contoh:
1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah
…..
2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak
berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,
tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan
ada beda pendapat. Aliran ……………….. beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran
……………, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan
itu, baik yang batin, maupun yang inderawi.
kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar. Berdasarkan hasil tes,
pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga
selanjutnya ia dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan yang diperbuatnya
dan atau memberi reinforcement bagi yang prestasinya baik.
Bagi guru atau pengajar meskipun umumnya jarang dilakukan
seharusnya hasil penilaian para siswanya itu dipergunakan untuk “mawas diri”
sehingga ia dapat mengetahui di mana letak kelemahan dan kekurangannya.
Mungkin metode mengajar kurang tepat, atau bahan pelajaran terlalu sukar dan
tidak sistematis cara penyajiannya, atau sikap pengajar yang tidak selalu
menburu-buru setiap tugas yang telah diberikan. Ini semua akan dapat
dilakukan dengan baik jika guru atau pengajar benar-benar ikhlas dan
beriktikad baik untuk meningkatkan profesinya. Ia menyadari bahwa kegagalan
siswa, setidak-tidaknya menyadari bahwa kegiatan belajar-mengajar itu pada
hakikatnya adalah suatu proses komunikasi dua arah, bahwa di dalam proses
belajar-mengajar, baik siswa maupun pengajar sama-sama belajar.
5. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya setelah tahap pengukuran yang
menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki
skor yang sama harus dilakukan secara adil, jangan sampai terjadi
penganakemasan atau penganaktirian. Penilaian yang tidak adil mudah
menimbulkan frustasi pada siswa dan mahasiswa, dan selanjutnya dapat
merusak perkembangan psikis siswa sehingga pembentukan efektif dirusak
karenanya.
6. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan pengajar
sendiri. Sumber ketidakberesan dalam penilaian terutama adalah tidak jelasnya
sistem penilaian itu sendiri bagi para guru atau pengajar. Apa yang dinilai
serta macam skala penilaian yang dipergunakan dan makna masing-masing
skala.
D. Langkah-langkah evaluasi
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan evaluasi
belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut :
6
a. Pokok bahasan bidang studi / subbidang studi /mata pelajaran yang akan
dinilai
b. Taraf-taraf penguasaan aspek-aspek yang akan diukur kognitif
(ingatan/recall, pemahaman /comprehension,penerapan
/application),afektif dan psikomotor.
c. Jumlah item yang akan disusun beserta alat evaluasi yang akan dipenuhi.
d. Jumlah item setiap aspek dari setiap pokok bahasan.besarnya ditentukan
oleh guru berdasarkan tingkat penguasaan/ aspek-aspek yang akan
dinilai. Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersebut.
3. Telaah atau “review dan Revesi” Soal.
Langkah ini merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena
seringkali kekurangan yang terdapat pada suatu soal tidak terlihat oleh
penulis soal. Review dan Revesi soal ini idealnya dilakukan oleh orang lain
yang berkopeten (bukan si penulis soal) dan terdiri dari suatu tim penelaah
yang terdiri dari ahli-ahli bidang studi,pengukuran dan bahasa.
Setelah selesai menyusun soal, selanjutnya harus menelaah soal-soal
yang telah dibuat. Dengan menelaah soal, berarti sudah menganalisis soal
tersebut secara kualitatif . Telaah soal meliputi hal-hal berikut : materi,
Konstruksi ,dan bahasa.
4. Uji coba (Try out)
Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan
impormasi empiric mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut
segala hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti tingkat kesukaran
soal pada jawaban,tingkat daya pembeda soal, pengaruh budaya ,bahasa yang
dipergunakan, dan sebagainya.
5. Penyusunan Soal
Agar skor yang diperoleh dapat dipercaya,diperlukan banyak butir
soal.sebab itu. Dalam penyajian butir-butir soal perlu disusun manjadi
suatu alat ukur yang terpadu.Hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas
8
E. Metode evaluasi
Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dibedakan dalam
dua bentuk, yaitu tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang
biasanya direalisasikan dengan tes tertulis. Tes tertulis juga dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
10
1) Tes objektif
Tes ini disebut juga alat evaluasi guna mengungkap atau menghafal
kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan
dengan item pertanyaan menghafal yang di antaranya sebagai jawaban bebas,
melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973: 19). Pertanyaan pengenalan
(recognizing question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan, yaitu soal
benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.
Tes objektif ini ada dua macam, yaitu jenis isian (supply type) dan jenis
pilihan ganda (selection type). Tes objektif jenis isian juga mencakup tiga macam
tes, yaitu tes jawaban bebas atau jawaban terbatas, tes melengkapi, dan tes
asosiasi.
Tes objektif jenis pilihan ganda dikatakan lebih efektif oleh sebagian ahli
penilaian, terutama untuk mengukur beberapa hasil belajar peserta didik. Tes ini
bervariasi dari yang sederhana misalnya jawaban dua alternatif betul-salah, item
tes menjodohkan, sampai pada item tes pilihan ganda yang dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar kompleks.
tahap akhir, yakni ujian skripsi, tesis, dan disertasi, di mana siswa dituntut untuk
menjawab pertanyaan secara komprehensip dan mendalam.
Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila dalam menjawab para
siswa hanya diminta menguraikan ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai
dengan spasi atau ruang yang disediakan oleh para evaluator. Jawaban pertanyaan
esai terbatas ini biasanya mengarah kepada jawaban yang lebih spesifik dan lebih
pasti seperti kunci jawaban yang telah dibuat evaluator.
Item tes esai dapat dikontruksi dengan menggunakan kata bantu
pertanyaan tertentu yang mengandung unsur 4W + 1H. Di samping itu,
pertanyaan esai harus direncanakan secara sistematis untuk mendorong para siswa
agar memiliki kemampuan mengekspresikan ide-ide mereka
Bentuk kedua evaluasi ialah nontes. Alat nontes ini digunakan untuk
mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Alat nontes
kadang ada yang menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang tidak
menggunakan pengukuran, sebagai contoh observasi, bentuk laporan, teknik audio
visual, dan teknik sosiometri.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket dan kuesioner. Dalam
bidang evaluasi, angket sering digunakan untuk menentukan kondisi tertentu dan
fakta tentang siswa
tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan perbaikan
belajar dan pembelajaran.
Pada proses pendidikan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk
mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan
dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran.
Evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan
produk pendidikan secara total, dan di dalamnya terakomodir tiga konsep, yaitu:
memberikan pertimbangan ( judgement), nilai ( value ), dan arti ( worth ). Dengan
demikian evaluasi pendidikan dapat berupa
1. Evaluasi context / tujuan / kebijakan
2. Evaluasi input, seperti evaluasi tehadap peserta didik, pendidik, prasarana
dan sarana, kurikulum / program, serta input lingkungan
3. Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap proses atau kegiatan
pendidikan atau pembelajaran yang sedang berlansung.
4. Evaluasi hasil / produk
5. Evaluasi “outcomes” ( dampak)
Secara keseluruhan evaluasi pendidikan akan muncul pada :
1. Awal kegiatan pendidikan.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan dan
kemampuan peserta didik sehingga memungkinkan tenaga pengajar
menyusun rancangan pendidikan sesuai dengan peserta didik, dengan selalu
berpijak pada kompetensi yang akan di capai.
2. Pada saat proses pendidikan atau belajar mengajar sedang berlangsung.
Evaluasi ini dapat merupakan evaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran dan komponen pendidikan. Evaluasi proses di awali pada tahap
pertama pembelajaran di laksanakan dan secara runtun sampai pada akhir
pendidikan. Melalaui evaluasi proses akan tampak dengan jelas apakah rencana
penddidikan yang telah di susun dapat dilaksanan dengan baik. Apakah
langkah-langkah yang disusun terlaksana dengan baik? Jika tidak faktor-faktor
13
.
14
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Evelin. dan Hartini Nara., Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2010), h.139