Anda di halaman 1dari 83

PEDOMAN PENULISAN BAHAN SEMINAR DAN SKRIPSI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

Skripsi, tesis, dan disertasi adalah karya ilmiah berdasarkan hasil penelitian

untuk mencapai gelar akademik di suatu perguruan tinggi. Skripsi adalah tugas

akhir berupa karya ilmiah dalam bentuk laporan hasil penelitian yang ditulis

oleh mahasiswa tingkat terakhir di bawah bimbingan para pembimbing, untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh derajat atau gelar sarjana strata-

1 di perguruan tinggi. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

lapangan atau di laboratorium. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian teori,

pengujian teori, atau pemecahan masalah. Jadi, penelitian adalah suatu kegiatan

penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah untuk membuktikan

kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan suatu

teori atau proses gejala alam atau sosial. Maka, skripsi harus bersifat asli,

memperbaharui dan mengembangkan ilmu serta dapat berupa penelitian dasar,

penelitian terapan atau penelitian eksperimental. Penelitian tidak boleh berupa

pengulangan semata-mata (Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988).

Tujuan utama penulisan skripsi bagi mahasiswa adalah untuk mendidik

mahasiswa sebagai calon sarjana agar dapat menulis karya ilmiah pada tingkat

profesional dan menurut aturan yang lazim berlaku. Format penulisan skripsi

1
tidaklah sama untuk semua perguruan tinggi di seluruh dunia bahkan di Indonesia

sendiri. Setiap perguruan tinggi memiliki format tersendiri yang menjadi pedoman

bagi mahasiswa di perguruan tinggi yang bersangkutan, tetapi jika diperhatikan lebih

cermat lagi ternyata bahwa setiap karya ilmiah termasuk skripsi mempunyai

persamaan yang mendasar yakni mengikuti metodologi penulisan yang baik,

sistematik, logis dan benar (Brotowijoyo, 1988; Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988).

Tesis adalah tugas akhir yang ditulis oleh mahasiswa program magister

(S-2) dan disertasi ditulis oleh mahasiswa program doktor (S-3) berdasarkan

hasil penelitian. Pada tahap penyelesaian skripsi peran pembimbing sangat

menonjol yakni sekitar 90%, karena mahasiswa program S-l melalui

penyelesaian skripsi bertujuan untuk melatih atau membekali mahasiswa agar

mampu meneliti. Dengan kata lain penyelesaian skripsi sangat tergantung pada

pembimbing sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi adalah penelitian dosen yang

dilakukan oleh mahasiswa sebagai pelaksana atau anggota tim peneliti. Melalui

skripsi belum banyak diharapkan untuk pengembangan ilmu. Sedangkan tesis sudah

merupakan penelitian mahasiswa program magister yang bersangkutan, karena

peneliti sudah bergelar sarjana (S-l) dan ketergantungan pada dosen

pembimbing kurang dari 50%. Disertasi mempunyai bobot yang lebih tinggi

(diakui pada tingkat internasional), dilakukan secara mandiri, ketergantungan

pada dosen pembimbing kurang dari 10%. Tahapan penyelesaian skripsi dan tesis

diawali dengan pengajuan usul penelitian, kemudian penyusunan bahan seminar

berdasarkan hasil penelitian dan diakhiri dengan penulisan skripsi dan tesis yang siap

2
untuk diuji. Skripsi dianggap sah sesudah selesai dipertahankan dalam ujian meja hijau

(Brotowijoyo, 1988; Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988).

Dalam buku pedoman ini diuraikan berturut-turut tentang penulisan usul

penelitian, bahan serminar hasil penelitian, skripsi dan tesis serta format yang

dianjurkan yang berlaku di Fakultas Farmasi Universias Sumatera Utara. Setiap bagian

dimulai dengan sistematika kemudian diberikan penjelasan tentang tujuan dan isi

masing-masing bagian di dalam sistematika tersebut. Penjelasan yang lebih rinci

diberikan di dalam penulisan usul penelitian khususnya tentang bab pendahuluan dan

metode penelitian.

3
BAB II
USUL PENELITIAN

Mahasiswa yang bermaksud melakukan penelitian untuk skripsi atau tesis harus

menulis sebuah usul penelitian atau proposal. P roposal penelitian adalah suatu

rencana dalam rangka pelaksanaan suatu penyelidikan. Proposal merupakan

suatu uraian lengkap dan terperinci dari suatu rencana penelitian yang memuat

informasi untuk pelaksanaannya dan pemahamannya. Proposal berfungsi

sebagai (1) informasi tentang apa yang akan dilakukan dan (2) pedoman bagi si

peneliti dalam melaksanakan penelitian (Brotowijoyo, 1988; Djuharie, 2001;

Surakhmad, 1988).

Sebelum menulis proposal, semua informasi yang lengkap dari literatur yang

relevan berhubungan dengan judul harus diperoleh secara cermat. Teori yang

dikumpulkan dari kajian pustaka akan membantu dalam penulisan proposal.

Dengan kajian pustaka yang luas, akan diperoleh peluang besar untuk mengidentifikasi

dan menyatakan masalah, membatasi ruang lingkup, dan menentukan metode-metode

dan prosedur untuk pengumpulan dan analisis data. Karena proposal dikaji

berdasarkan kajian pustaka, maka sepantasnya semua informasi yang dituliskan di

dalam proposal harus jelas sumbernya dan diacu di dalam proposal. Secara

4
sederhana unsur-unsur yang harus ada di dalam suatu usul penelitian dapat

dibedakan atas delapan unsur yakni (1) judul, (2) latar belakang, (3) perumusan

masalah, (4) hipotesis, (5) tujuan, (6) metodologi penelitian, (7) pentahapan dan

waktu kerja dan (8) lampiran, termasuk daftar pustaka (Cunning, 2004;

Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988; Wells, 2004).

Jumlah halaman sebuah usul penelitian sebaiknya tidak melebihi dari dua

puluh halaman dan sistematika dari usul penelitian adalah sebagai berikut:

 Judul

 Halaman Pengesahan

 BAB I. Pendahuluan

 BAB II. Tinjauan Pustaka

 BAB III. Metode Penelitian

 Jadwal Penelitian

 Daftar Pustaka

2.1 Judul

Judul penelitian itu selalu di depan, tetapi tidak berarti bahwa penelitian

dilakukan dimulai dari judul. Bahkan penelitian kualitatif, judul penelitian dapat

dibuat setelah penelitian selesai. Judul penelitian dibuat bertitik tolak dari masalah,

sehingga urutan dan pola pikir membuat judul penelitian adalah sebagaimana tertera

dalam Gambar I berikut. Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa judul penelitian itu

spesifik karena berangkat dari batasan masalah, dengan demikian variabel-variabel

5
penelitian yang telah dibatasi dalam proses ini yang kemudian diangkat menjadi judul

penelitian. Judul penelitian hendaknya cukup ekspresif, menunjukkan dengan tepat

masalah yang hendak diteliti, dan tidak membuka peluang untuk penafsiran yang

bermacam-macam (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

Judul harus merupakan suatu ringkasan yang pendek dan secara akurat

menggambar isi, juga harus singkat dan jelas, biasanya tidak lebih dari sepuluh

kata.

Gambar 1. Urutan dari Pola Pikir Membuat Judul Penelitian

Jika ini tidak memungkinkan, maka harus diusahakan untuk membaginya sehingga

terbentuk sebuah judul utama yang pendek diikuti oleh sub judul. Judul harus

mengandung tiga hal, yaitu:

 variabel-variabel yang akan diteliti.

 hubungan antara variabel-variabel, dan

 populasi sasaran.

6
Contoh:

”Suatu Penelitian tentang Pengaruh Jenis Antioksidan dan Lama

Pemanasan terhadap Kerusakan Minyak Kelapa Melalui Reaksi

Oksidasi”

Judul ini akan lebih baik jika diubah menjadi:

”Kerusakan Oksidatif Minyak Kelapa: Pengaruh Jenis Antioksidan dan

Lama Pemanasan”.

Tetapi akan lebih baik diubah menjadi:

”Pengaruh Jenis Antioksidan dan Lama Pemanasan terhadap Mutu

Minyak Kelapa”.

Jadi, suatu judul akan mengandung sebanyak mungkin kata kunci.

2.2 Halaman Judul Usul Penelitian

Halaman ini berisi tentang judul usul penelitian, nama mahasiswa, nomor induk,

dan logo fakultas (Lampiran 1).

2.3 Halaman Pengesahan Usul Penelitian

Halaman ini berisi tentang persetujuan Pembimbing I dan Pembimbing II serta

pengesahan Dekan (Lampiran 2).

2.4 Pendahuluan

7
Bagian pendahuluan merupakan bagian yang paling penting dalam usul

penelitian. Bagian ini menyajikan latar belakang dari penelitian dan hipotesis.

Dalam pendahuluan harus dipaparkan latar belakang penelitian yang akan dilakukan.

Selanjutnya ada uraian yang dapat menuntun pembaca menuju kepada pemikiran logis

yang berakhir pada pernyataan mengenai percobaan yang akan dilakukan, dan hasil-

hasil yang akan diharapkan. Jadi pendahuluan harus mampu memikat perhatian

pembaca dengan memuat tiga hal yang penting yakni yang pertama ”apa alasan

memilih suatu masalah dan mengapa hal itu penting dilakukan”; yang kedua dan

ketiga harus berkaitan dengan yang pertama adalah ”pemaparan tinjauan pustaka

yang mutakhir yang disajikan sedemikian rupa sehingga pembaca dapat

memahami apa masalah dan bagaimana dapat dipecahkan”. Bagian ini biasanya

terdiri dari: (1) latar belakang, (2) perumusan masalah, (3) hipotesis dan, (4) tujuan

(Anderson, dkk., 1970; Day, 1995; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

2.4.1 Latar Belakang

Maksud dari pendahuluan ialah untuk memberikan suatu gambaran singkat

kepada pembaca tentang persoalan atau masalah yang dihadapi, sifat umum dari

masalah, tujuan melakukan penelitian dan latar belakang penelitian. Penelitian

dilakukan untuk menjawab keingintahuan peneliti untuk mengungkapkan suatu

gejala/konsep/dugaan atau menerapkannya untuk suatu tujuan. Harus

dikemukakan latar belakang yakni hal-hal yang mendorong atau argumentasi

pentingnya dilakukan penelitian. Diuraikan proses dalam mengidentifikasi masalah

penelitian berdasarkan acuan pustaka terutama jurnal ilmiah yang relevan dan

8
mutakhir sehingga akan memperlihatkan urgensi (penting untuk dilakukan) dan

originalitas (asli, belum pernah dilakukan) dan aktualitas (relevan dengan isu

masa kini) masalah yang diajukan untuk diteliti. Hal ini dapat diketahui

berdasarkan rujukan yang digunakan. Misalnya rujukan yang digunakan adalah hasil

penelitian dari jurnal internasional dan nasional tahun-tahun yang terakhir.

Kalau rujukan yang digunakan hanya buku walaupun tahun terakhir, hal

ini tidak dapat menjamin aktualitas dan keaslian suatu masalah yang sedang

diajukan (Brotowijoyo, 1988; Day, 1995; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

2.4.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian suatu masalah terjadi bila: (1) tidak ada informasi yang

berakibat timbulnya kesenjangan dalam pengetahuan kita, (2) ada hasil-hasil yang

bertentangan, (3) ada kenyataan atau temuan tetapi belum diketahui penyebabnya dan

kita bermaksud untuk menjelaskannya melalui penelitian. Penelitian itu pada

prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan

penyimpangan dari apa yang seharusnya diharapkan dengan apa yang terjadi

sesungguhnya. Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan

praktik, perencanaan dan pelaksanaan dsb. Penelitian kuantitatif bertolak dari studi

pendahuluan dari objek yang diteliti untuk mendapatkan yang betul-betul masalah. Agar

peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai teori

melalui membaca berbagai referensi. Selanjutnya masalah dapat dijawab dengan

baik, maka masalah tersebut harus dirumuskan secara spesifik (Lindsay, 1988;

Brotowijoyo, 1988; Pemeger dan Hudelson, 2004).

9
Dalam perumusan masalah, dirumuskan dengan jelas dan tegas permasalahan

yang ingin diteliti sehingga mudah diketahui ruang lingkup masalah dan arah kegiatan

yang akan dilakukan. Harus jelas variabel (peubah) bebas yakni sifat atau karakteristik

yang mengakibatkan atau mempengaruhi hasil atau kriteria yang juga diukur atau

disebut sebagai variabel terikat. Merumuskan masalah yang akan diteliti, walaupun

tidak selalu tetapi biasanya dalam bentuk pertanyaan, misalnya; ”Bagaimana

pengaruh jenis antioksidan dan lama pemanasan akan mempengaruhi stabilitas

oksidatif minyak kelapa?". Dalam hal ini, jenis antioksidan dan lama pemanasan

adalah variabel bebas, sedangkan stabilitas atau mutu minyak kelapa adalah variabel

terikat yang tergantung pada variabel bebas. Rumusan masalah yang diajukan ini

adalah berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Dalam jurnal penelitian terdahulu

ditemukan bahwa pengaruh berbagai antioksidan terhadap kerusakan oksidatif

telah dilakukan dalam satu penelitian, sedangkan dalam penelitian yang lain

telah dilakukan penyelidikan pengaruh lama pemanasan, tetapi penyelidikan untuk

mengetahui interaksi dari kedua variabel di atas sekaligus melalui satu penelitian belum

pernah dilakukan. Sebenarnya banyak lagi faktor lain yang mempengaruhi stabilitas

minyak kelapa, tetapi dari banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas minyak, hanya

dua variabel yang disebut di atas yang akan diteliti karena belum pernah diteliti

sebelumnya (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

2.4..3 Hipotesis

Hipotesis (hipo = di bawah; thesis = pernyataan yang telah dibuktikan melalui

penelitian) adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti mengenai hubungan antara

10
variabel-variabel dalam masalah penelitian berdasarkan hasil penelitian dan data yang

telah ada dalam literatur dan jurnal yang terbaru. Hipotesis bukanlah pernyataan

mengenai fakta, melainkan pernyataan yang akan membawa kita kepada fakta yang

belum kita ketahui, tetapi kita harapkan dapat dicari melalui urutan fakta-fakta yang

dapat diterima akal. Hipotesis harus mempunyai dua sifat agar berguna dalam

penyelidikan ilmiah: (1) harus cocok dengan fakta-fakta yang telah diketahui dan (2)

harus dapat diuji. Untuk dapat memenuhi syarat yang pertama, perlu membaca pustaka

untuk mengumpulkan fakta dari publikasi ilmiah yang mutakhir. Untuk memenuhi syarat

yang kedua kita harus melakukan penelitian. Kalau masalah dalam bentuk pertanyaan

maka suatu hipotesis adalah suatu pernyataan yang paling spesifik. Dengan kata lain

hipotesis adalah pernyataan yang didukung data yang telah ada tetapi masih memerlukan

pembuktian melalui penelitian (Brotowijoyo, 1988; Lindsay, 1988; Sevilla, dkk., 1993).

Maka, dari contoh di atas dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

"Jenis antioksidan dan lama pemanasan akan mempengaruhi stabilitas oksidatif

minyak kelapa".

Karakteristik hipotesis yang baik adalah:

 dapat diteliti,

 menunjukkan hubungan antara variabel-variabel,

 harus dapat diuji.dan

 harus mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.

Hipotesis berfungsi untuk:

 Membimbing alur pikiran peneliti dalam memulai penelitian.

11
 Menentukan tahapan atau prosedur penelitian.

 Membantu menetapkan format dalam menyajikan, menganalisis

dan menafsirkan data dalam skripsi.

Hipotesis dapat dibagi atas:

 Hipotesis nol mengandung arti tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi,

tidak ada hubungan, atau tidak ada perbedaan.

 Hipotesis alternatif adalah pernyataan operasional dari hipotesis

penelitian. Bila hipotesis alternatif berdasarkan teori maka disebut hipotesis

deduktif. Bila hipotesis alternatif berdasarkan pengamatan disebut hipotesis

induktif.

 Hipotesis non-directional tidak menunjukkan suatu arah. Untuk itu

digunakan uji dua pihak.

 Hipotesis directional memperlihatkan arah pengaruh atau arah perbedaan.

Ini mensyaratkan uji satu pihak.

Beberapa skripsi tidak menggunakan bentuk pertanyaan spesifik dalam rumusan

masalah, dan sebagai gantinya adalah hipotesis, dan sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas tersirat bahwa adanya langkah sistematis dalam

memecahkan masalah. Atas dasar itu penelitian adalah penelaahan terkendali yang

melibatkan (i) adanya logika proses berpikir dan (ii) adanya informasi yang

dikumpulkan secara empirik. Jadi penelitian melibatkan gabungan dari (i) berpikir

rasional atau berpikir deduktif dan (ii) berpikir empiris (berpikir induktif)

berdasarkan fakta. Oleh karena itu berpikir ilmiah adalah gabungan dari cara berpikir

12
deduktif dan induktif. Hasil dari berpikir secara logis dan menurut data yang berasal dari

kepustakaan adalah hipotesis yang perlu dibuktikan melalui data empiris yang diperoleh

melalui penelitian (lihat Gambar 2).

Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang tersedia di

perpustakaan dirumuskan melalui jawaban sementara (hipotesis) atas permasalahan

yang akan diteliti. Hipotesis berfungsi untuk: (1) membantu merancang penelitian,

metode, analisis statistik yang dipilih (2) dasar untuk menentukan asumsi, (3) dasar

untuk menjelaskan dan membahas data yang dikumpulkan, dan (4) dasar untuk rumusan

simpulan (Pemeger dan Hudelson, 2004; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

Teori

Berpikir Kesimpulan Hipotesis Berpikir


Induktif Deduktif

Observasi/Percobaan
Verifikasi data empiris

Gambar 2. Bagan dari Berpikir Ilmiah

Apakah hipotesis suatu yang wajib? Tidak semua laporan hasil penelitian

berdasarkan pengujian hipotesis. Beberapa penelitian melaporkan hasil survei atau

penelitian deskriptif mengenai bahan baru atau bidang baru, akan tetapi, pasti ada

alasan mengapa dilakukan penelitian dan harapan ditemukannya sesuatu. Harapan akan

penemuan sesuatu itu adalah hipotesis. Tidak menjadi soal betapa lemahnya harapan

tersebut, pemikiran di belakang tindakan yang dilakukan adalah latar belakang yang

13
hasilnya akan dinilai oleh para pembaca. Misalnya, dilakukan skrining fitokimia dalam

satu tanaman tertentu untuk menentukan kelompok senyawa. Laporan penelitian

tidak akan menarik jika tidak mengemukakan harapan yang ingin dicapai. Apa

sebenarnya alasan dilakukannya penelitian itu? (Surakhmad, 1988; Sevilla, dkk., 1993;

Nana, dkk., 2004).

Barangkali peneliti berpendapat bahwa kelompok senyawa yang ditemukan

membantu mengisi informasi antibakteri dari tanaman tersebut? Mungkin akan

ditemukan ratio kelompok senyawa yang bersifat sinergistik dalam aktivitas tertentu?

Setiap butir di atas merupakan hipotesis yang mungkin, dan akan memberikan maksud

dan arah kepada pokok masalah. Jadi, dapat dikatakan bahwa suatu penelitian

harus selalu mempunyai hipotesis. Akan tetapi hipotesis dari penelitian deskriptif

adalah suatu pernyataan yang menunjukkan harapan yang mungkin atau ingin

ditemukan, jadi bukan untuk pembuktian (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

2.4.4 Tujuan

Dengan adanya rumusan masalah dan hipotesis yang sudah jelas maka akan

mudah menyatakan tujuan penelitian, dan dari contoh di atas maka dapat ditulis

"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis antioksidan dan

lama pemanasan terhadap stabilitas oksidatif minyak kelapa".

2..5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka, kerangka pikir, dan hipotesis merupakan tiga hal berkaitan

yang bertutrut-turut harus dikembangkan dalam menyusun usul penelitian.

14
Tanpa kajian pustaka terlebih dahulu, seseorang pengusul tidak akan mampu

membangun kerangka berpikir yang baik, apalagi untuk merumuskan hipotesis.

1. Tinjauan pustaka memuat uraian singkat dan jelas atas pustaka yang

menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian.

2. Bagian ini memuat cuplikan bahan pustaka meliputi dasar teori dan data

yang tersedia dari hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan erat dengan

masalah yang diajukan.

3. Uraian harus menjurus kepada perumusan hipotesis atau fenomena yang

akan dijelaskan.

4. Hal ini penting artinya dalam memberikan justifikasi yang berkaitan

dengan tujuan penelitian serta mengarahkan pendekatan atau metode yang

akan digunakan.

5. Tinjauan pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan,

dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi sehingga merupakan

justifikasi masalah dan hipotesis penelitian (Brotowijoyo, 1988; Sevilla, dkk.,

1993; Nana, dkk., 2004).

Perpustakaan biasanya merupakan sumber utama dari kepustakaan konsepsi

dan kepustakaan hasil penelitian. Kepustakaan konsepsi meliputi artikel-artikel

tinjauan atau buku-buku yang ditulis oleh para ahli yang memberikan pendapat,

pengalaman, teori-teori atau ide-ide tentang apa yang baik dan yang buruk, hal-hal yang

diinginkan dan yang tidak di dalam bidang masalah. Sedangkan kepustakaan penelitian

meliputi laporan-laporan penelitian yang telah diterbitkan dalam majalah atau jurnal

ilmiah yang terbit secara berkala. Setelah memperoleh kepustakaan, selanjutnya

15
perhatian diarahkan pada pertanyaan tentang kesesuaiannya dengan masalah

penelitian. Baik kepustakaan yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak

langsung dengan topik, dianjurkan untuk mencatatnya. Kadangkala kepustakaan yang

tidak langsung berhubungan tersebut dibutuhkan dalam pembahasan selanjutnya

(Brotowijoyo, 1988; Lindsay, 1988).

Tinjauan pustaka mempunyai beberapa fungsi yaitu:

 Menyediakan kerangka konsepsi atau teori untuk penelitian yang

direncanakan.

 Menyediakan informasi tentang penelitian-penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Memberikan rasa

percaya diri sebab melalui kajian pustaka semua informasi yang

mendukung dan yang berhubungan dengan penelitian yang diajukan

tersedia.

 Memberikan informasi mengenai metode-metode penelitian yang

digunakan, populasi dan sampel, instrumen dalam pengumpulan data

dan perhitungan-perhitungan statistik yang dipergunakan pada

penelitian yang dilakukan sebelumnya.

 Menyediakan temuan-temuan, kesimpulan-kesimpulan penyelidikan yang

dapat dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan kita.

 Membantu dan memandu peneliti dalam menyusun rancangan

penelitiannya, khususnya dalam:

a) merumuskan pertanyaan penelitian,

16
b) merumuskan asumsi dan hipotesis,

c) merumuskan kerangka pikir,

d) memilih dan menerapkan metode penelitian,

e) memilih dan menerapkan teknik penarikan sampel,

f) memilih dan /atau menyiapkan dan memvalidasi instrumen

penelitian untuk pengumpulan data,

g) memilih dan menerapkan metode statistik,

h) menganalisis, mengatur, menyiapkan, dan menafsirkan data,serta

i) merumuskan ringkasan temuan, simpulan dan rekomendasi.

Kerangka pikir (juga disebut pendekatan studi) sebenarnya merupakan latar

belakang penelitian juga, sehingga tidak perlu dituliskan secara eksplisit dalam suatu

bab kerangka pikir. Bagian ini dapat diletakkan setelah pendahuluan atau sesudah

tinjauan pustaka atau pada bagian pertama bab metode. Isinya dapat berupa langkah

kerja yang logis, metode yang dipilih beserta alasannya, kurun waktu penelitian serta

alasannya, dan lainnya, sedangkan bab metode lebih menonjolkan prosedur kerja.

(Nazir, 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004). Cara penulisan sumber pustaka

dalam teks dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.6 Metode Penelitian

Bab metode penelitian ini dimulai dengan menyebutkan jenis penelitian yang akan

ditempuh, misalnya penelitian deskriptif, eksperimental dengan menggunakan rancangan

faktorial seperti rancangan acak lengkap (RAL) atau salah satu dari metode penelitian

yang lain. Perlu dijelaskan alasan pemilihan metode yang dipilih tersebut. Selanjutnya

17
diuraikan semua yang berkaitan dengan bahan dan prosedur penelitian yang terdiri atas:

(1) bahan-bahan, dan (2) alat-alat, (3) prosedur yang diterapkan serta digunakan dalam

penelitian. Metode penelitian harus ditulis sejelas mungkin sehingga percobaan dapat

diulang oleh peneliti lainnya jika diperlukan. Jadi ukuran bahwa metode penelitian telah

memenuhi syarat ialah bahwa percobaan dapat diulang oleh peneliti lain setelah membaca

metode penelitian tanpa perlu bertanya kepada penulisnya (Sevilla, dkk., 1993; Nana,

dkk., 2004).

2.6.1 Pemilihan Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu proses penyelidikan berdasarkan metode

ilmiah dengan (1) mengamati situasi, fenomena berdasarkan bukti-bukti faktual

secara objektif, dan (2) penggunaan data empiris secara sistematis untuk

memecahkan masalah atau untuk menjawab hipotesis penelitian.

Metode ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan

penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga

terjangkau penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu

dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan

mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan

dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai

kriteria tertentu dan valid. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang

sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui alat

18
atau instrumen yang digunakan untuk mengukurnya (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk.,

2004).

Adapun dasar pertimbangan pemilihan metode penelitian yang akan

diterapkan adalah: (1) tujuan penelitian, (2) sifat masalah yang digarap, dan (3)

strategi yang paling efektif untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan

penelitian.

Berdasarkan ciri permasalahan, metode penelitian dapat dibagi atas:

(1) penelitian historis,

(2) penelitian deskriptif,

(3) penelitian eksperimen,

(4) penelitian kausal komparatif,

(5) penelitian kasus atau lapangan,

(6) penelitian korelasional,

(7) penelitian tindakan, dan

(8) penelitian partisipatori (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

Tujuan utama dalam menggunakan metode penelitian deskriptif adalah untuk

menggambarkan sifat dari suatu keadaan secara sistematis atau bidang minat secara

faktual dan akurat pada waktu penelitian dilakukan dan menjelajahi penyebab dari

gejala-gejala tertentu. Ada beberapa jenis penelitian deskriptif yaitu: studi kasus, survey,

penelitian pengembangan, penelitian lanjutan, analisis dokumen, analisis

kecenderungan, dan penelitian korelasi. Dalam penelitian deskriptif, pengertian

populasi dan sampel harus difahami. Metode sampling harus dilakukan dengan cermat

agar hasil yang diperoleh dengan meneliti sampel dapat mewakili semua populasi,

19
sehingga dapat dilakukan generalisasi.(Brotowijoyo; 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana,

dkk., 2004)

Contoh judul penelitian deskriptif jenis survey " Pemeriksaan Kadar Nitrit

dan Nitrat dari Air Sumur Sumber Air Minum di Daerah Sumatera Utara".

Walaupun penentuan kadar dilakukan di laboratorium bukan berarti bahwa penelitian

ini termasuk eksperimental, tetapi untuk mengetahui kadar (karakteristik) sampel

dilakukan di laboratorium. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara maupun

dengan memakai kuesioner memang sering dilakukan di dalam penelitian survey (Nana,

dkk., 2004).

Studi kasus mempelajari secara intensif latar belakang, status kini, dan

interaksi lingkungan unit sosial tertentu; perseorangan, kelompok, institusi dan

komunitas. Disebut kasus karena berlaku untuk kelompok kecil dan belum tentu

berlaku untuk kelompok atau orang lain. Biasanya studi kasus tidak lazim memiliki

hipotesis (karena belum ada di dalam literatur) dan tidak akan menghasilkan suatu

generalisasi dalam pengambilan kesimpulan. Penelitian kasus sebaliknya akan dapat

menghasilkan suatu hipotesis, artinya kemungkinan berlaku bagi kelompok atau orang

lain. Survey mempelajari data dari sampel yang diamati dari suatu populasi untuk

generalisasi. Penelitian kasus perkembangan menggunakan metode longitudinal dan

metode cross-sectional. Dalam metode longitudinal sampel peserta diteliti pada kurun

waktu yang sangat panjang pada satu partisipan yang sama dalam penelitian,

sementara metode cross-sectional menenliti partisipan dari berbagai karakteristik pada

waktu yang sama. Misalnya, pada metode longitudinal, diteliti perkembangan anak

20
dengan mengumpulkan data dari satu kelas yang sama mulai dari kelas satu sampai

mereka duduk di kelas enam, berarti diikuti perkembangannya selama enam tahun. Pada

metode cross-sectional, cukup pada waktu yang sama, data diperoleh dari kelas satu, kelas

dua sampai dengan kelas enam secara serentak pada saat yang sama (Sevilla, dkk., 1993;

Nana, dkk., 2004).

Penelitian lanjutan dilakukan untuk menyelidiki perkembangan lanjutan para

peserta setelah diberikan perlakuan tertentu atau setelah keadaan tertentu. Analisis

dokumen meliputi pengumpulan data melalui pengujian arsip-arsip dan dokumen.

Penelitian korelasi dirancang untuk menyelidiki sejauh mana variasi dalam satu faktor

berkaitan dengan variasi dalam satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi

(Sevilla, dkk., 1993).

Penelitian eksperimen (eksperimental) bertujuan untuk mencari pengaruh

variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol ketat. Dalam

penelitian eksperimental, peneliti memanipulasi sekurang-kurangnya satu variabel

bebas, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengamati pengaruh dari satu atau

lebih variabel bebas terhadap variabel terikat (parameter). Dalam penelitian

eksperimental terdapat dua kelompok yaitu satu sebagai kelompok eksperimen dan

lainnya sebagai kelompok kontrol (hal ini tidak terdapat dalam penelitian

deskriptif). Manipulasi langsung satu variabel bebas adalah salah satu karakteristik

yang membedakan penelitian eksperimnetal dengan semua metode penelitian lain.

Kontrol diartikan sebagai bagian dari upaya dalam penelitian untuk memindahkan

atau meniadakan pengaruh beberapa variabel (selain variabel bebas yang akan diteliti)

yang dapat mempengaruhi penampilan variabel terikat. Perlakuan atau percobaan

21
kontrol penting dibuat atau diadakan agar perobahan yang teramati hanya karena

pengaruh dari variabel bebas yang sedang diteliti. Dalam penelitian eksperimental,

sampel atau bahan yang diteliti harus homogen karena sampel yang heterogen akan

mempengaruhi efek dari variabel bebas yang sedang diteliti. Sampling di sini bukan

dimaksudkan untuk mewakili populasi (seperti pada penelitian deskriptif) tetapi

untuk memperoleh bahan yang homogen (Sevilla, dkk.,1993; Nana, dkk., 2004).

Contoh Judul penelitian eksperimental "Pengaruh Jenis Antioksidan dan Lama

Pemanasan terhadap Mutu Minyak Goreng" Percobaan dirancang untuk melihat

pengaruh variabel bebas yakni (1) jenis antioksidan, dan (2) lama pemanasan. Dalam

percobaan ini diupayakan supaya bahan hanya satu jenis agar homogen dan dilakukan

kelompok kontrol. Dan kemudian dirancang eksperimental design (rancangan

percobaan). Maka dapat dikatakan bahwa pada metode penelitian eksperimental tidak

diperlukan metode sampling. Tetapi yang diperlukan adalah memilih bahan yang

homogen untuk penelitian (Surakhmad, 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

Penelitian Kausal-komporatif atau ex post facto diartikan sebagai suatu

penyelidikan yang menguji hubungan variabel yang terwujud sebelumnya (sudah

terjadi). Ex post facto "setelah kejadian". Secara sederhana, dalam penelitian ini,

peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variabel-

variabel. Variabel terikat dalam penelitian ini segera dapat diamati dan persoalan

utama peneliti selanjutnya adalah menemukan penyebab (variabel bebas) yang

menimbulkan akibat tersebut. Jenis pendekatan penelitian ini seringkali digunakan

dalam bidang pendidikan, psikologis dan sosiologis, karena sebagian besar variabel yang

diselidiki dalam bidang-bidang tersebut tidak secara langsung dapat dimanipulasi.

22
Dalam metode penelitian ini, peneliti berusaha untuk menentukan sebab, atau alasan

adanya perbedaan tingkah laku atau status kelompok individu dll. Jadi tujuan

penelitian kausal komparatif adalah untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan

kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kejadian tersebut. Untuk memahami lebih jauh, pada Tabel 1 berikut

dapat dilihat berbagai metode penelitian yang biasa digunakan dalam beberapa

penelitian (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

Tabel 1. Ciri-ciri dan Tujuan dari Beberapa Metode Penelitian

Metode Penelitian Maksud Ciri-ciri


Deskriptif Memberikan deskripsi secara Tidak ada dilakukan
sistematis suatu situasi, populasi kontrol. Mengukur apa
atau bidang minat secara faktual yang ada. Tidak ada
dan akurat. manipulasi kondisi
(variabel bebas).
Survey Mempelajari data dari sampel yang Mengukur gejala-gejala
diambil dari suatu populasi untuk (di lapangan atau di
generalisasi. laboratorium) tanpa mencari
penyebabnya. Sampling
dilakukan (disebut sensus, jika
semua populasi diukur)

23
Kasus Mempelajari secara intensif latar Biasanya tanpa hipotesis,
belakang, status kini, dan interaksi sebaliknya menghasilkan
lingkungan unit sosial tertentu: hipotesis. Tidak ada
perseorangan, kelompok, institusi generalisasi dan tanpa
atau komunitas. sampling.
Korelasi Mendeteksi tingkat pertalian variasi Menentukan tinggi rendahnya
dalam satu faktor berkaitan dengan saling hubungan, bukan
variasi dalam satu atau lebih faktor mencari ada tidaknya hubungan
lain berdasarkan koefisien korelasi. seperti pada eksperimenal. Tidak
ada manipulasi kondisi.
Eks perimental Mencari pengaruh variabel tertentu Menggunakan kelompok
(bebas) terhadap variabel lain (terikat) kontrol sebagai pembanding
dalam kondisi yang terkontrol terhadap kelompok
eksperimental. Dilakukan
pengaturan variabel-variabel
dan kondisi percobaan secara
ketat baik terhadap kontrol
atau manipulasi. Bahan yang
diteliti harus homogen.
Metode sampling tidak
perlu.
Kausal Meneliti peristiwa yang telah Tidak ada kontrol pada
komparatif atau terjadi dan kemudian merunut ke variabel bebas, tidak ada
post ex facto belakang untuk mengetahui faktor- penetapan subjek secara
faktor yang dapat menimbulkan acak.
kejadian tersebut. Mengambil satu atau lebih
akibat sebagai variabel
terikat, kemudian data itu
ditelusuri mencari penyebab.

Sumber: Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004.

24
2.6.2 Bahan-bahan

Bagian ini menguraikan semua bahan yang digunakan dalam penelitian yang

meliputi sampel atau bahan dan reagensia. Uraian ini meliputi sumber dan spesfikasi

lengkap dari bahan dan reagensia yang digunakan. Penjelasan yang dikemukakan

harus cukup rinci sehingga jika peneliti lain mengulang percobaan dengan menggunakan

bahan dan kemurnian reagensia yang sama diharapkan akan memberi hasil yang sama

pula. Bagian ini disusun dalam bentuk kalimat, bukan dengan membuat daftar bahan

dari atas ke bawah (Day, 1995).

2.6. 3 Alat-alat atau Instrumentasi

Pada tahap ini peneliti harus dapat menentukan atau memilih teknik atau

instrumen-instrumen yang sesuai untuk mengukur variabel-variabel tersebut. Dalam

kaitan ini proses pemilihan atau pengembangan alat pengukuran dan metode yang

sesuai untuk masalah yang dievaluasi dikenal dengan istilah instrumentasi. Dengan

proses yang demikian akan diperoleh instrumen yang dapat digunakan sebagai alat

untuk mengumpulkan data dan mengukur nilai variabel yang diamati (Nana, dkk.,

2004).

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu pengetahuan

alam (IPA) telah banyak tersedia dan telah teruji keterandalannya (reliabilitas) dan

kesahihannya (validitasnya). Panas dapat diukur denga termometer, panjang dapat

diukur dengan meteran, dan berat badan dengan timbangan berat. Tetapi timbangan

dengan skala kecil gram tentu saja berbeda dengan penggunaan dan ketelitiannya

25
dengan timbangan berskala terkecil milligram. Alat ukur yang digunakan dalam suatu

pengukuran, sedapat mungkin alat itu harus dapat menghasilkan data kuantitatif.

Dengan skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu

dapat dinyatakan dalam angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.

Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang arti sebenarnya yang diukur.

Validitas berkenaan dengan keterkaitan data yang diperoleh dengan sifat atau

karakter variabel yang diteliti. Setiap alat memiliki limit of detection (LOD) yakni

nilai yang terkecil yang masih dapat dideteksi atau diukur. Kriteria tertentu untuk

menilai instrumen yang baik dapat dievaluasi melalui proses validasi (Ermer dan

Miller, 2005; Nana, dkk., 2004).

Validasi

Tujuan validasi dari suatu prosedur analisis adalah untuk membuktikan

bahwa metode tersebut sesuai untuk tujuan penggunaannya, yang ditentukan

untuk mengukur seperangkat parameter di laboratorium.

Parameter yang dievaluasi antara lain :

 akurasi (recovery),

 presisi (repitibilitas),

 selektivitas,

 batas deteksi (limit of detection),

 batas kuantitasi (limit of quantitation) dan

 keliniearan.

26
Reliable berarti dapat dipercaya, stabil dan dapat diramalkan. Ketepatan atau stabilitas

tidak cukup menghasilkan reliabilitas. Suatu tes dapat menghasilkan ketepatan tetapi

mungkin kurang akurat atau teliti. Misalnya, penimbangan secara pas menghasilkan

ukuran yang sama untuk objek yang sama (reliabel) tetapi bisa tidak menghasilkan

ukuran yang benar atau tepat (valid) (Oktavia, 2006; Ermer dan Miller, 2005; Sevilla,

dkk., 1993; Nana, dkk., 2004). Misalnya, penentuan kadar analit (zat yang dianalisa)

di dalam suatu sampel dengan metode yang berbeda dapat memberikan hasil yang

berbeda. Bahkan dengan metode yang sama untuk sampel yang berbeda belum tentu

memberikan hasil yang sama ketepatannya karena perbedaan matriks bahan yang

dianalisis. Untuk mengetahui kadar yang sebenarnya analit di dalam sampel harus

dilakukan uji validitas metode tersebut dengan menentukan parameter validitas

misalnya dengan recovery analysis (analisa perolehan kembali). Recovery analysis

dilakukan dengan menambahkan zat murni (bahan baku) yang diketahui jumlahnya ke

dalam sampel, kemudian prosedur analisa dilakukan sama seperti pada sampel.

Kemudian ditentukan persen recovery dengan rumus:

Persen Recovery = T - S x 100%.


B
T= jumlah total analit sesudah penambahan bahan baku;

S=jumlah analit dalam sampel sebelum penambahan bahan baku, dan

B = jumlah bahan baku analit yang ditambahkan.

Jika persen perolehan kembali 100%, berarti metode yang digunakan adalah

valid, tetapi jika tidak, berarti jelas bahwa kadar yang diperoleh tidak sesuai dengan

yang sebenarnya. Meramalkan kadar analit yang sebenarnya di dalam sampel dapat

dihitung atau dikoreksi dengan memakai faktor konversi persen recovery yang telah

27
diperoleh. Misalnya, dengan menggunakan suatu metode analisis, jumlah analit di

dalam sampel 50mg, dan jika recovery ternyata 90%, jelas bahwa kadar yang

sebenarnya bukanlah 50mg, tetapi lebih dari 50mg. Jadi untuk meramalkan jumlah zat

yang sebenarnya di dalam sampel (jika persen recovery 90 %) adalah 50 mg dikalikan

dengan 100/90 = 55,55 mg (Harmita, 2004; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004;

Ermer dan Miller, 2005). Apabila jumlah tersebut (50 mg) adalah batas maksimum yang

diperbolehkan menurut peraturan, jelas bahwa metode analisis ini dengan recovery 90%,

tidak dapat digunakan untuk produk bersangkutan.

Dalam penelitian sosial, berbagai instrumen untuk mengukur variabel juga

tersedia dan telah teruji, misalnya instrumen untuk mengukur prestasi, mengukur sikap,

mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain. Tetapi belum tersedia instrumen lainnya

dan relatif sukar untuk menemukan instrumen yang dapat digunakan dalam mengukur

variabel dalam ilmu sosial, sedangkan instrumen dalam ilmu pengetahuan alam banyak

tersedia dan relatif mudah diperoleh. Walaupun instrumen dalam ilmu sosial telah

tersedia dan telah teruji keterandalan dan kesahihannya, bila digunakan dalam setting

yang berbeda atau tempat atau lingkungan tertentu mungkin saja tidak andal dan

sahih. Hal ini dapat dimaklumi karena gejala atau fenomena sosial cepat berubah dan

sulit dicari kesamaannya. Oleh karena itu, para peneliti di bidang sosial sering harus

menyusun sendiri instrumen penelitian yang akan digunakan dan menguji

kesahihannya. Sebagai contoh, jika variabel yang diteliti adalah tingkat kekayaan,

maka dapat dibuat indikator kekayaan seperti jumlah dan kualitas rumah yang

dimiliki, tempat berbelanja dan lain lain (Nana, dkk., 2004).

28
Maka dalam bagian alat-alat dan instrumentasi ini perlu menyebutkan semua

alat yang digunakan terutama alat elektronik yang kepekaannya sangat tinggi. Alat-

alat sederhana seperti alat gelas tidak perlu disebutkan buatan atau merek misalnya

"Pyrex", cukup dengan menyebutkan beaker glas, erlenmeyer, dll. Alat-alat elektronik

seperti spektrofotometer, gas kromatografi, dan alat lain yang jika digunakan merek

lain mungkin dapat mempengaruhi hasil akhir, perlu disebutkan nama pabrik

pembuatnya, misalnya spektrofotometer (Shimadzu). Jika ada alat yang dirancang

secara khusus, harus diuraikan dengan jelas, bahkan gambar alat tersebut perlu

disajikan dalam lampiran.

2.6. 4 Prosedur

Bagian prosedur menguraikan tahapan penelitian yang ditempuh yang terdiri

dari: (1) metode sampling atau penyediaan bahan, (2) penyiapan sampel dan kondisi

percobaan, (3) pembuatan reagensia, dan (4) metode analisis dan pengukuran.

2.6.4.1 Metode Sampling

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan populasi adalah

kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi. Sampel adalah

"beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi". Pengambilan

sampel adalah proses yang meliputi pengambilan satu bagian kecil dari populasi,

melakukan pengamatan atas kelompok sampel, kemudian menggeneralisasikan

penemuan-penemuan pada populasi. Ukuran yang minimum yang dapat diterima

adalah sebagai berikut:

29
1. Penelitian deskriptif 10 persen dari populasi. Untuk populasi terkecil

diperlukan minimum 20 persen.

2. Penelitian korelasi 30 subjek

3. Penelitian kausal-komparatif 15 subjek per kelompok.

4. Penelitian eksperimen 15 subjek per kelompok.

Untuk menetukan ukuran sampel dari populasi, dapat digunakan rumus berikut.

n = N/l +Ne2

n = ukuran sampel; N = ukuran populasi; e = nilai kritis (batas ketelitian) yang

diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

populasi). Contoh soal. Jika dalam suatu penelitian populasi sebesar 9000 dan batas

kesalahan yang diinginkan adalah 2%, berapa ukuran sampel yang ditarik? Pada

dasarnya, pengambilan sampel dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability

sampling dan non-probability sampling (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

A. Probability Sampling

Probability sampling atau pengambilan sampel secara acak adalah suatu metode

pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi

mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang

diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama. Syarat pengambilan sampel

secara acak meliputi tiga tahapan, yaitu: (a) menetapkan populasi; (b) daftar semua

anggota populasi; dan (c) mimilih sampel melalui prosedur yang sesuai dimana setiap

anggota mempunyai peluang yang sama. Pengambilan sampel secara acak meliputi

30
tabel nomor acak dan pengambilan sampel melalui undian (Sevilla, dkk., 1993; Nana,

dkk., 2004).

B. Pengambilan Sampel Sistematis

Pengambilan sampel sistematis adalah pengambilan sampel yang hanya dibolehkan

melalui peluang dan suatu "sistem" untuk menentukan keanggotaan dalam sampel.

Sistim adalah strategi yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah

melalui pemilihan acak, misalnya setiap ke 5, setiap subjek ke-10 dan seterusnya.

(Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

C. Pengambilan Sampel Strata

Dalam strategi ini populasi dikategorikan dalam kelompok-kelompok yang

memiliki strata yang sama. Misalnya, jika ada populasi sebanyak 1000 dan kita

menginginkan 100 sampel dari beberapa strata menurut jumlah variabel, pertama

dengan mengidentifikasi perbedaan strata yang ada di dalam populasi. Jika jenis

kelamin merupakan strata pertama yang meliputi 200 wanita dan 800 pria, maka

untuk memperoleh 100 anggota sampel dari wanita = 200/1000 x 100= 20 orang; pria

= 800/1000 x 100 = 80. Jumlah sampel = 20 + 80 = 100. Dari dua kelompok tersebut

selanjutnya strata lain dapat diidentifikasi berdasarkan variabel dalam penelitian (Sevilla

dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

D. Pengambilan Sampel Kluster

Pengambilan sampel kluster berkenaan pada pemilihan anggota sampel dalam

kluster dan bukan menyeleksi individu secara terpisah. Pengambilan sampel ini

dilakukan secara kelompok, bukan secara individual yang diseleksi secara acak.

31
E. Pengambilan Sampel Non-Acak

Pengambilan sampel non-acak atau pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan diklassifikasikan dalam: pengambilan sampel purposif, pengambilan

sampel kuota, dan pengambilan sampel dipermudah.

2.6.4.2. Analisa Statistik yang Digunakan

Analisa statistik harus sudah dirancang sejak awal sebelum penelitian dilakukan.

Pada bagian akhir dari prosedur dicantumkan rumus yang digunakan untuk mengolah

data dan statistik yang digunakan. Dalam bagian prosedur tidak perlu dicantumkan

tentang hasil. Jika dianggap perlu dapat dicantumkan contoh perhitungan yang

disertakan dalam lampiran, tetapi tidak perlu menyebutkan "hasil penelitian lihat dalam

lampiran", karena hasil akan dimasukkan dalam bab hasil dan pembahasan. Lokasi,

waktu penelitian juga perlu dinyatakan, jika dilakukan di lapangan1 (Day, 1995; Sevilla

dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

2.7 Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini hendaknya ditunjukkan tahap penelitian yang dilakukan,

perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing tahap dengan

menyebutkan bulan dan tahun serta perincian kegiatan untuk masing-masing tahap.

2. 8 Daftar Pustaka

Bagian ini menyajikan daftar semua literatur yang menjadi sumber informasi

yang digunakan dalam penelitian. Daftar pustaka yang disusun harus jelas dan dapat

32
dicari dengan mudah oleh pembaca atau peneliti-peneliti lain jika peneliti tersebut ingin

membaca keseluruhan isinya. Karena itu, daftar bacaan tersebut harus berisi hat-hal berikut:

 Nama atau nama-nama pengarang buku, artikel, monograf dan lain-lain.

 Tahun penerbitan

 Judul, baik dari buku, monograf, artikel yang digunakan

 Edisi

 Volume atau nomor dari majalah, buletin dan sebagainya

 Halaman yang dikutip ataupun jumlah halaman dari artikel atau buku

Dari beberapa cara penyusunan daftar pustaka dipilih cara berikut.

Bahan pustaka disusun berturut-turut secara abjad menurut nama keluarga penulis.

Apabila seorang menulis dua atau lebih karangan dalam tahun yang sama, maka di

belakang tahun ditulis a, b, misalnya 2003a, 2003b. Demikian juga, apabila seorang

menulis lebih dari satu karangan dalam daftar pustaka disusun menurut urutan waktu. Daftar

pustaka ditulis dalam satu spasi. Dalam daftar pustaka harus dituliskan semua

nama penulis walaupun lebih dari tiga pengarang. Pedoman umum yang sering

digunakan untuk menyusun daftar pustaka adalah mengikuti urutan seperti berikut

(Anonim a, 2005; Anonim c, 2003; Djuharie, 2001). Judul buku nama jurnal ditulis

dengan huruf miring, sedangkan yang lainnya tidak.

Untuk Majalah Ilmiah atau Jurnal

33
Nama pengarang - tahun - judul artikel - nama jurnal (majalah ilmiah) - yang

memuat artikel tersebut - volume majalah atau bulan majalah tersebut diterbitkan, nomor

majalah, (kalau ada) halaman yang dikutip atau halaman artikel tersebut.

Nama pengarang diawali dengan huruf besar, dimulai dengan nama famili,

kemudian kependekan dari nama awal dan nama tengah (first name and middle name).

Judul artikel ditulis vertikal tetapi nama majalah atau jurnal ditulis dengan huruf

miring. Jika nama kota penerbitan lebih dari satu maka dituiis nama kota yang lebih

dekat dengan penulis. Penulisan nama pengarang Indonesia yang terdiri dari dua kata

atau lebih tapi salah satu di antaranya bukan marga dapat dilakukan dengan dua pilihan.

Nama yang ditulis sesuai dengan yang tertera pada sumber pustakanya atau nama

yang terakhir ditulis dan nama lain disingkat pada nama yang ada marga.

Untuk buku, nama pengarang - tahun penerbitan-judul buku - edisi - nama

kota penerbitan -nama penerbit - halaman yang dikutip. Contoh penulisan daftar pustaka

dapat dilihat pada Lampiran 4.

34
BAB III
BAHAN SEMINAR

Sistematika bahan seminar adalah sebagai berikut:

 Judul

 Halaman Pengesahan

 Abstrak

 Daftar Isi

 Daftar Tabel

 Daftar Gambar

 Daftar Lampiran

 BAB I Pendahuluan

 BAB II Metode Penelitian

 BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan

 BAB IV Kesimpulan dan Saran

 Daftar Pustaka

 Lampiran

3.1 Judul

35
Sama seperti yang diuraikan dalam usul penelitian.
.
3.2 Halaman Pengesahan
Disetujui oleh Pembimbing dan Dekan

3.3 Abstrak
Abstrak merupakan pernyataan ringkas mengenai; latar belakang,

tujuan, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian yang

mudah difahami. Penekanan adalah pada hasil dan kesimpulan. Dengan

membaca abstrak, maka pembaca dapat mengetahui dengan cepat, apakah yang

sedang dibacanya berhubungan dengan yang diperlukannya, dan apakah perlu dibaca

semua isinya atau tidak.

Abstrak harus pendek dan tidak boleh berisi tabel, grafik dan buku acuan.

Abstrak biasanya ditulis paling akhir. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris. Panjang abstrak tidak lebih dari 250-300 kata. Abstrak harus didahului

dengan judul dan nama penulis. Abstrak biasanya ditulis paling terakhir. Abstrak

dapat ditulis dalam bentuk terstruktur dan tidak terstruktur. Abstrak terstruktur artinya

dalam abstrak dituliskan unsur-unsurnya sedangkan yang tidak terstruktur tidak (Day,

1995; Cummings, dkk., 2004). Lihat contoh abstrak dalam Lampiran 5 dan Lampiran

6.

3.4 Pendahuluan

36
Pengembangan dari pendahuluan pada usul penelitian dengan penambahan

lain sesuai dengan hasil penelitian yang baru yang dipublikasikan selama penelitian

berlangsung dan hipotesis dimasukkan dalam bab ini.

3.5 Metode Penelitian

Pada prinsipnya bagian ini harus memberikan uraian yang berkaitan dengan

pelaksanaan penelitian seperti yang tertera pada usul penelitian. Jika suatu prosedur

dikembangkan selama penelitian berlangsung, maka uraian yang lengkap harus

dikemukakan

3.6 Hasil Percobaan dan Pembahasan

Urutan dari hasil yang ditampilkan harus sesuai dengan tahapan yang

dilakukan selama penelitian.

Biasanya hasil percobaan dan pembahasan disatukan dan hanya ditulis

tersendiri/terpisah apabila ada atau diperlukan pembahasan yang luas.

Pada umumnya, hasil percobaan memuat semua data yang relevan yang

diperoleh selama penelitian dan harus disusun secara sistematik.

Data dibagi atas data mentah dan data yang telah diolah. Misalnya,

volume titran dalam penentuan kadar suatu analit dalam sampel adalah data mentah,

tetapi kadar analit yang diperoleh melalui titrasi tadi dalam sampel adalah data yang

37
telah diolah dengan rumus perhitungan yang telah ada tercantum dalam Bab bahan

dan metode.

Data mentah lazimnya dimasukkan dalam lampiran, sedangkan data

yang telah diolah dimasukkan dalam hasil dan pembahasan untuk selanjutnya

dibahas.

Walaupun demikian, data mentah juga dapat dimasukkan dalam bagian ini

jika memang dibahas, misalnya seperti kromatogram.

Data disusun dalam kelompok dan kategori tertentu yang sesuai dengan

masalah yang dihadapi yang ingin dipecahkan dan disusun dalam bentuk tabel, grafik,

ataupun histogram.

Penyajian data diurutkan berdasarkan tahapan percobaan yang ditempuh;

disusun sedemikian rupa sehingga mengarah kepada kesimpulan yang menjawab

hipotesis.

Data yang telah tersusun dianalisis, didiskusikan dan dibandingkan

dengan hasil penelitian sebelumnya tetapi yang baru atau mutakhir (Lindsay,

1988; Sevilla, dkk., 1993; Day, 1995; Brotowijoyo, 1998; Surakhmad, 1988).

Gambar dan Tabel harus lengkap serta dapat dimengerti dengan jelas

walaupun terpisah dari teksnya dan biasanya disajikan sesudah pertama kalinya

disebut di dalam teks bagian ini sehingga mudah melihatnya seperti contoh pada

Lampiran 7 dan 8. Jika semua hasil penelitian dinyatakan dalam tabel, maka harus

disertai dengan uraian ringkas tentang hal-hal yang penting sehingga pembaca dapat

melihat apa yang ingin disampaikan penulis untuk disimak oleh pembaca dari hasil

penelitian.

38
Pembahasan merupakan kesempatan bagi para pembaca untuk menilai

akan kemampuan penulis menafsirkan dan memberikan faham baru, atau

dengan kata lain, kemampuan penulis sebagai ilmuwan.

Pembahasan sekurang-kurangnya mencakup hal-hal sebagai berikut

(Ebel, dkk., 1987; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).:

 Nalaran hasil penelitian secara teoritik dan atau empirik, sehingga dapat

menjelaskan rumusan masalah yang diajukan.

 Rumusan teori yang dihasilkan dalam penelitian.

 Paduan temuan penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya serta

bagaimana kaitannya dengan penelitian ini.

 Pemahaman keterbatasan penelitian yang dilakukan sehingga dapat

memberikan saran bagi penelitian selanjutnya.

Dalam pembahasan harus dikemukakan teori yang masih berlaku (up to

date) dan temuan-temuan hasil penelitian yang mutakhir dari jurnal ilmiah yang

relevan.

Pustaka memegang peranan penting dalam pembahasan, dan dicerminkan

dalam penggunaan dan pengutipannya.

Pernyataan seperti "Terdapat kesesuaian bahwa....." atau "Si A mengemukakan

bahwa....." harus mencantumkan sumbernya.

Setiap pernyataan harus didukung oleh hasil penelitian kita sendiri, hasil

penelitian orang lain, atau pernyataan bersifat otoritas dari hasil penelitian orang lain.

39
Setiap pernyataan di dalam pembahasan harus ada dasarnya. Jika suatu

pernyataan tidak ada rujukannya dari literatur berarti pernyataan tersebut adalah fakta

hasil penelitian yang diperoleh (Lindsay, 1988; Sevilla, dkk., 1993).

Dalam ilmu modern, prinsip dan pendapat selalu diperbaharui dengan adanya

bukti baru yang ditemukan. Karangan mungkin mengemukakan bukti yang dimaksud.

Penulis harus yakin bahwa prinsip yang menjadi dasar pemikiran penulis masih

berlaku dan dikenal atau aktual Sekiranya penulis keberatan terhadap acuan yang

akan dikutip dan penulis tak menemukan pilihan lain, beberapa alasan dapat

dimodifikasi untuk menjelaskan masalah ini. Jika belum ada data sebelumnya

sedangkan data yang diperoleh memperlihatkan suatu kecenderungan yang menarik,

maka penjelasan spekulatif dapat dikemukakan dan hal ini menjadi dasar hipotesis

untuk penelitian selanjutnya. Akhirnya, manfaat dari hasil penelitian dalam bidang

tertentu harus dicatat dan diperhatikan. Misalnya, jika hasil penelitian mempunyai

aplikasi dalam industri, maka diajukan saran berdasarkan hasil yang diperoleh

(Sevilla, dkk., 1993; Lindsay, 1988).

3.7 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan yang dikemukakan dalam

pendahuluan.

Berdasarkan analisis di atas diambil kesimpulan yang menjurus kepada

pembuktian hipotesis dan bukan merupakan laporan data dalam bentuk angka lagi.

Bagi pembaca untuk mengetahui isi sebuah skripsi dengan cepat, akan

membaca juga kesimpulan setelah abstrak.

40
Oleh karena itu, kesimpulan akan berfungsi untuk mengemukakan

penemuan dalam konteks yang benar, sebab dalam sebuah abstrak hal seperti

ini tidak dapat dicakup, maka kesimpulan dapat dianggap sebagai

pengembangan dari sebuah abstrak.

Dalam bab ini, berdasarkan hasil yang diperoleh, peneliti dapat

mengemukakan saran atau rekomendasi tentang apa yang harus diperbuat selanjutnya

(Nana, dkk., 2004; Sevilla, dkk., 1993; Lindsay, 1988).

3.8 Daftar Pustaka

Daftar pustaka seperti yang diuraikan di dalam usul penelitian.

3.9 Lampiran

Lampiran merupakan bagian yang menyajikan keterangan-keterangan atau

angka tambahan yang berfungsi untuk melengkapi uraian yang telah disajikan dalam

skripsi.

Lampiran atau apendiks ditempatkan di bagian belakang bahan seminar atau

skripsi yang merupakan tempat yang cocok untuk memuat berbagai hal yang meliputi

metode analisis, data mentah dan evaluasi data secara statistik, dan hal lain seperti

contoh perhitungan yang berfungsi untuk melengkapi uraian yang disajikan dalam

bagian ini.

Jadi lampiran bukan tempat data yang dibahas dalam bab hasil dan

pembahasan.

41
Sekiranya ada data mentah yang harus dibicarakan di dalam pembahasan,

berarti data tersebut seharusnya ditempatkan di dalam hasil dan pembahasan bukan di

dalam lampiran.

Jika ada lampiran harus selalu dirujuk dalam bagian pembahasan untuk

mendukung/sebagai bukti yang merupakan landasan dari informasi data yang telah

diolah dalam pembahasan (Surakhmad, 1988; Djuharie, 2001).

Lampiran dapat berupa gambar, tabel, foto, kromatogram, dll.

Judul dari semua lampiran ditulis di bagian atas sebagai judul lampiran

termasuk gambar.

Gambar, tabel atau foto yang sudah termasuk dalam kategori lampiran/sebagai

lampiran tidak boleh lagi dimasukkan dalam daftar gambar, daftar tabel. Contoh

membuat Lampiran (lihat Lampiran 9 dan 10).

42
BAB IV
SKRIPSI

Skripsi adalah bukti tertulis dari penelitian yang dilakukan seorang mahasiswa

selama enam bulan sampai satu tahun.

Skripsi yang baik mengandung semua unsur karangan ilmiah dan tinjauan

(tinjauan pustaka).

Jika dilihat dari unsur-unsur dari usul penelitian dan bahan seminar hasil

penelitian, maka skripsi merupakan gabungan dari keduanya.

Tetapi di dalam skripsi, tinjauan pustaka perlu dilengkapi dan di update

dengan publikasi yang muncul selama penelitian berlangsung.

Maka peneliti perlu secara terus-menerus mengikuti dan membaca publikasi

yang terbaru agar tinjauan pustaka dan pembahasan jangan sampai ketinggalan

dengan fakta aktual.

43
Pada umumnya, sistematika dari skripsi terdiri atas semua atau beberapa unsur

pokok yang disusun menurut urutan yang lazim seperti di bawah ini (Surakhmad,

1988; Lindsay, 1988):

 judul

 halaman Judul

 halaman Pengesahan

 kata pengantar

 abstrak

 daftar isi

 daftar tabel

 daftar gambar

 daftar lampiran

 BAB I Pendahuluan

 BAB II Tinjauan Pustaka

 BAB III Metode Penelitian

 BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan

 Kesimpulan dan Saran

 Daftar Pustaka

 Lampiran

4.1 Judul

44
Judul skripsi seperti yang diuraikan dalam usul penelitian. Tidak tertutup

kemungkinan judul dapat sedikit berubah sesudah dilakukan penelitian.

4.2 Halaman Judul

Pada halaman judul dicantumkan judul skripsi, nama penulis dan tujuan pengajuan
skripsi yang sedang diajukan (Lampiran 11).

4.2 Halaman Pengesahan


Pada halaman pengesahan dicantumkan judul, nama penulis, tanggal ujian dan

pengesahan oleh pembimbing, penguji dan Dekan setelah mahasiswa dinyatakan

lulus (Lampiran 12).

4.3 Kata Pengantar

Kata pengantar merupakan pernyataan pribadi penulis secara ringkas dan

biasanya mengemukakan: (1) rasa syukur atas rampungnya skripsi yang dibuat, (2)

maksud dilaksanakannya penelitian, (3) uraian singkat mengenai latar belakang, (4)

tujuan penelitian, (5) sifat penelitian, (6) harapan berdasarkan hasil penelitian, (7)

ucapan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang membantu. Di bawah

isi kata pengantar, sebelah kanan, disebutkan kota dan tahun skripsi diterbitkan

dengan jarak empat single space dari akhir isi kata pengantar. Kemudian dengan jarak

dua single space di bawah kota dan tahun penerbitan ditulis kata penulis. Pada jarak

satu single space di bawahnya ditulis nama penulis (Djuharie, 2001) (contoh kata

pengantar lihat Lampiran 13).

4.4 Abstrak

45
Abstrak sama seperti yang disajikan dalam bahan seminar hasil penelitian.

4.5 Daftar Isi

Daftar isi mengandung outline yang terdiri dari bab, bagian, sub bagian

dengan halaman. Pada umumnya tidak boleh lebih dari dua atau tiga tingkat

pembagian sub bagian di dalam satu bab.

Contoh:

Bab III

Sub bab 3.1

Seksi 3.1.1

Sub seksi 3.1.1.1

Tidak lazim membuat pendahuluan pada setiap bab yang akan diikuti oleh sub

bagian. Setiap sub bagian sebaiknya tidak lebih dari 5-8 halaman ketik. Dalam setiap

bab, sub-bab, seksi maupun sub-seksi, harus dihindari rujukan pustaka, singkatan dari

sub-bab dalam kurung, misalnya, Adenosin Tripospat (ATP).

4.6 Pendahuluan

Pendahuluan seperti yang ada pada bahan seminar hasil penelitian.

4.7 Tinjauan Pustaka

Uraian ini merupakan pengembangan dari tinjauan pustaka yang tertera pada

usul penelitian. Sumber pustaka yang diacu dan telah dipublikasikan, termasuk

publikasi yang terbaru selama penelitian sedang berlangsung, harus dimasukkan di

46
dalam pembahasan sebagai pembanding terhadap hasil penelitian. Tinjauan pustaka

merupakan satu bagian yang penting dari skripsi dan penulis harus mampu membaca

dengan cermat dan mengevaluasinya sehingga materi yang disajikan hanya informasi

yang akan mendukung (berkaitan erat dengan) program penelitian. Tinjauan pustaka

harus memuat latar belakang masalah penelitian dan uraian ringkas dari usaha-usaha

mengatasi masalah yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam bidang

tersebut terutama mengenai pendekatan yang bersifat teknis, kelemahan dan

keunggulan dari setiap penelitian. Maka bagian ini bukan semata-mata berupa sebuah

koleksi dan ringkasan, tapi merupakan ikhtisar untuk memudahkan dan mengevaluasi

penelitian sebelumnya. Dengan membaca tinjauan pustaka, para pembaca dapat

mengetahui apa yang telah diketahui mengenai topik yang sedang diteliti.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tinjauan pustaka (Lindsay, 1988;

Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004) adalah sebagai berikut.

 Mempertentangkan pandangan dari berbagai penulis dan peneliti dan

 Kemudian mengaitkannya satu sama lain.

 Pernyataan arah setiap penelitian harus berhubungan dengan judul penelitian

yang dilakukan.

 Menghindari duplikasi penempatan pustaka-pustaka yang menyatakan hal

yang sama.

 Menunjukkan bagaimana pustaka dihubungkan dengan hipotesis penelitian.

Beberapa kesalahan yang harus dihindari pada saat menulis tinjauan pustaka:

47
a) Penulisan yang hanya sebagai daftar hasil penelitian atau pendapat para ahli

tanpa dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan.

b) Penulisan semua pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Harus

dilakukan beberapa pilihan dalam menentukan pustaka apa yang harus

dimasukkan. Jika jumlah halaman tinjauan pustaka terlalu banyak

maka tidak akan ada pembaca yang ingin membacanya.

c) Penulisan sumber pustaka yang sudah usang.

Seharusnya, tinjuan pustaka dari suatu tesis (mungkin juga skripsi) harus

sejajar bobot ilmiahnya dengan artikel tinjauan (review article) yang akan dimuat

untuk suatu journal ilmiah tingkat internasional.

4.8 Metode Penelitian

Metode penelitian seperti yang tertera pada bahan seminar hasil penelitian.

4.9 Hasil Percobaan dan Pembahasan

Sama seperti hasil dan pembahasan yang diuraikan pada bahan seminar yang

dikembangkan berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian baru yang

dipublikasikan dan berkembang selama penelitian dilakukan. Selama mengumpulkan

data, mengolah dan menabulasinya, peneliti telah membentuk sejumlah pemikiran

yang mungkin dapat dikembangkan dalam pembahasan. Pemikiran yang berkembang

ini dinamakan argumen atau pendapat yang harus dibenarkan sesuai dengan yang

telah diketahui dalam pokok penelitian dengan keterbatasan-keterbatasan sejujur

mungkin. Pembahasan kemudian menjadi kumpulan pendapat (argumen) dalam hal

48
relevansi, kegunaan dan kemungkinan atau keterbatasan mengenai penelitian yang

telah dilakukan serta hasilnya (Lindsay, 1988; Nana, dkk., 2004; Sevilla, dkk., 1993).

Teknik mengembangkan pendapat sama dengan membuat paragraf yang baik.

Paragraf mengandung seluruh bagian pembahasan dan memberi gambaran jelas

kepada pembaca untuk memahami beberapa hal satu demi satu. Unsur-unsur suatu

paragraf yang baik dalam menyampaikan pendapat kita terdiri dari: (1)

kalimat topik (pokok), (2) perkembangan logika, dan (3) kesimpulan atau

ringkasan dari pengembangan pemikiran yang ada, apabila akan dilanjutkan

dengan pemikiran baru yang berkaitan.

Paragraf dimulai dengan ringkasan kecil mengenai apa yang akan dibahas.

Kalimat ini dinamakan kalimat pokok. Kalimat pokok dapat dengan sendirinya

menceritakan hal-hal pokok yang akan dikemukakan dalam paragraf. Dengan

demikian kalimat pokok akan menarik perhatian pembaca dan mengarahkan daya

pembaca untuk menerima pemikiran logis yang akan diuraikan pada kalimat

berikutnya. Setelah merangsang semangat pembaca, pembahasan dilanjutkan dengan

menggunakan fakta dari hasil penelitian dan menghubungkannya dengan fakta atau

teori lain untuk membangun pendapat kita. Tujuannya ialah mengambil kesimpulan

dengan cara deduksi, induksi, atau kombinasi keduanya. Setiap pendapat bersifat khas

dan didukung oleh seperangkat fakta. Kesimpulan harus diutarakan sesuai dengan

data yang menunjangnya. Jika tak ada bukti nyata, jangan mengungkapkannya

dengan "Mungkin sekali bahwa...(atau lebih buruk lagi) "Barangkali

bahwa ......" yang langsung menyiratkan bahwa kita tidak mempercayai data

kita sendiri. Jika ada perbedaan yang kecil saja antara plot perlakuan dan kontrol

49
belum meyakinkan kita untuk mengemukakan: "Ada indikasi yang jelas… " Dalam

hal seperti ini lebih baik tak mengembangkan argumen di luar nilai-nilai aktual.

Akhirnya kalimat kesimpulan dapat dibuat dengan membulatkan argumen dan

paragraf melalui penekanan dengan butir-butir kunci yang sedang dikembangkan

(Lindsay, 1988; Sevilla dkk., 1993).

Spekulasi dalam pembahasan yang tetap tinggal tak diuji akan mengundang

kritik. Jika spekulasi dikembangkan dari hasil penelitian sama halnya dengan

hipotesis, dan mempunyai kriteria yang sama dengan hipotesis. Maka spekulasi tidak

saja dapat diterima dalam pembahasan, bahkan diinginkan. Spekulasi ditolak hanya

apabila tidak cocok dengan fakta yang diketahui, atau spekulasi tak dapat diuji

dengan teknologi yang ada. Penolakan spekulasi dapat merangsang peneliti lain untuk

menumbuhkan gagasan baru dan sangat berharga sebagai sumber ilmiah (Lindsay,

1988).

4.10 Kesimpulan

Kesimpulan seperti yang tertera pada bahan seminar hasil penelitian.

4.11 Daftar Pustaka

Daftar pustaka seperti yang tertera pada usul penelitian.

4.12 Lampiran

Lampiran seperti yang tertera pada bahan seminar.

50
PENGETIKAN DAN FORMAT SKRIPSI

Kertas

Harus digunakan kertas putih (HVS) ukuran A4 (21 x 29,7 cm) berat 80

gram. Kertas duplikator atau kertas komputer bagian depan saja (tidak timbal balik).

Pengetikan

Kualitas Pengetikan

51
Semua skripsi diketik dua spasi. Ketikan satu spasi diperbolehkan untuk

membuat judul, tabel yang panjang, daftar pustaka dan catatan kaki. Pengetikan

dengan komputer, digunakan hanya satu jenis bentuk ketikan pika, elit atau eksekutif.

Tulisan/huruf skrip (condong bersambung) tidak dibenarkan. Cetakan komputer harus

mempunyai standar kualitas yang minimum yaitu Time New Roman. Ukuran huruf

untuk semua skripsi adalah 12 poin (12 huruf dalam 1 inci). Lambang atau tanda

khusus yang tidak dijumpai pada mesin ketik atau pada komputer, harus ditulis

dengan alat mekanis menggunakan tinta cina hitam atau tinta yang sejenis.

Bilangan dan Satuan

- Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat, misalnya: 10 g

bahan ........; harus ditulis: Sepuluh gram bahan ............

-Bilangan desimal ditandai dengan koma, bukan dengan titik, misalnya: berat sampel

10,5 g.

-Satuan dinyatakan dengan singkatan resminya tanpa titik di belakangnya (jika tidak

pada akhir kalimat), misalnya: m, cm, kg, mg, mcg, mm, °C.

Baris Pinggir

Baris pinggir (margin) untuk semua teks skripsi ditetapkan sebagai berikut:

- pinggir sebelah atas : 3 cm

- pinggir sebelah bawah : 3 cm

- pinggir sebelah kanan : 3 cm

- pinggir sebelah kiri : 4 cm

Selain yang disebut di atas, pedoman berikut harus dipatuhi:

52
1. Jangan mengetik lebih dari satu baris di bawah baris pinggir. Seandainya yang

sebaris perlu juga diketik, ini diperkenankan hanya untuk melengkapkan

catatan kaki atau baris terakhir sesuatu bab, sub-sub atau keterangan gambar.

2. Semua tabel, skema dan gambar termasuk keterangan harus menurut format

baris pinggir.

3. Paragraf baru pada bagian bawah dari suatu halaman harus terdiri dari

sekurang-kurangnya dua baris ketikan lengkap, jika tidak dapat dibuat

demikian, harus dimulai pada halaman yang baru. Paragraf baru dimulai

pada ketikan yang ke-6 dari batas pinggir kiri dengan jarak tetap dua

spasi.

4. Bilangan dan lambang yang memulai suatu kalimat harus ditulis dalam bentuk

kalimat, misalnya: sepuluh ekor mencit disuntik secara...........

Penomoran Halaman

Semua nomor halaman naskah diberi nomor unit angka Arab, dicetak tanpa

tanda bacaan kira-kira 1,5 cm dari batas bawah di pertengahan baris teks tersebut.

Bagian permulaan (preliminary) diberi huruf kecil secara berurutan (i, ii, iii, dst.).

Halaman judul pada halaman depan skripsi dianggap sebagai halaman i, tetapi

nomornya tidak diketik. Huruf kecil ii terletak pada halaman pertama sesudah

halaman judul.

Tabel

Tabel melintang lazim dimuat dalam skripsi. Semua tabel harus terletak di

tengah-tengah halaman pada baris pinggir yang telah ditentukan. Setiap tabel harus

53
mempunyai nomor angka Arab dan keterangan. Perkataan "Tabel" atau 'TABEL",

nomor dan keterangan dicetak pada sebelah atas tabel tersebut. Apabila suatu tabel

harus bersambung pada halaman berikutnya, maka pada baris atas halaman

baru harus berbunyi (sebagai contoh: Tabel 2, sambungan). Keterangan tabel tidak

perlu diulang, tetapi setiap kolom tabel diberi nomor unit. Apabila suatu tabel

merupakan kutipan, kepustakaan asal harus dituliskan dibawah tabel. Apabila ada

keterangan tentang tabel, dituliskan di bawah tabel. Judul dan keterangan tabel ditulus

dalam satu spasi.Contoh pembuatan tabel lihat pada Lampiran 7.

Gambar

Gambar adalah gambar foto, skema, illustrasi, atau grafik yang dilekatkan

pada halaman naskah, dan tidak merupakan skrip ataupun tabel. Perkataan gambar,

nomor (dalam angka Arab) dan keterangan dilelakkan di bawah gambar.

Umumnya suatu gambar tidak lebih dari satu halaman. Apabila gambar tersebut harus

bersambung pada halaman berikutnya, caranya sama seperti pada tabel. Gambar

dapat disatukan menjadi kelompok dan diberi nomor secara berurut. Contoh lihat

Lampiran 8. Gambar foto yang lebih kecil dari ukuran satu halaman harus dilekatkan

dengan menggunakan pelekat/lem yang baik pada kertas yang sama untuk skripsi itu.

Apabila memungkinkan, gambar foto dapat dicetak sebesar kertas yang digunakan

untuk skripsi. Judul dan keterangan gambar ditulis dalam satu spasi.

Bahasa

1. Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku (ada subjek dan

predikat, serta supaya lebih sempurna ditambah dengan objek dan keterangan). Untuk

54
jelasnya mengacu pada Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Untuk

mengetahui dan memastikan apakah kata yang digunakan (terutama yang berasal dari

bahasa asing) sudah resmi atau tidak pemakaiannya di dalam bahasa Indonesia maka

kita harus merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

2. Bentuk kalimat

Kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang kedua (saya, aku,

kami, kita, dan engkau), tetapi harus dalam bentuk pasif dan titik pandang ketiga.

Kata-kata saya pada ucapan terima kasih dalam kata pengantar, diganti dengan

kata penulis.

3. Istilah

Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau istilah yang telah di

Indonesiakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jika terpaksa harus

menggunakan istilah asing harus diketik miring (italic).

4. Kesalahan yang sering terjadi

1. Kata penghubung, misalnya: sehingga dan sedangkan, tidak boleh dipakai

untuk memulai suatu kalimat baru.

2. Kata depan, misalnya pada, sering dipakai tidak pada tempatnya, misalnya

diletakkan di depan subjek, sehingga merusak susunan kalimat.

3. Kata di mana dan dari selalu kurang tepat pemakaiannya, dan diperlakukan

sesuai seperti kata where dan of dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa

Indonesia bentuk demikian tidak baku dan jangan dipakai.

4. Awalan ke dan di harus dibedakan dengan kata depan ke dan di.

5. Tanda baca harus dipergunakan dengan tepat.

55
5. Kutipan

a. Kutipan langsung

Mengutip secara langsung dilakukan dengan cara menyalin kata demi kata yang sama

bunyinya dan ejaannya. Kutipan pendek, yaitu kutipan yang tidak lebih dari lima

baris, maka dapat ditulis langsung pada teks dengan tanda kutip di antara bagian yang

dikutip. Contoh: Permenkes No. 168 tahun 2005 tentang prekursor farmasi pasal 1

butir 3, menyebutkan "Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun

sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku". Kutipan panjang (lebih dari lima baris), ditulis tanpa tanda kutip, tetapi

dimulai baris baru 6 ketuk baris pertama dan 3 ketuk untuk baris selanjutnya dengan

hanya satu spasi.

Contoh: Permenkes No. 168 tahun 2005 tentang prekursor farmasi pasal 1 butir 2,

menyebutkan:

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang atau yang kemudian ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

b. Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dibuat bila penulis mengutip karangan

yang diolah memakai bahasa sendiri (tanpa memasukkan kalimat pribadi penulis).

Ditulis tanpa menggunakan tanda kutip. Pernyataan tentang suatu masalah yang

56
sama dapat mengacu dari beberapa sumber, sepanjang isi, maksud dan jiwa yang

dikutip sama. Setiap kutipan harus disebut sumbernya.

Contoh:

Inhibitor kompetitif nitric oxide synthase (NOS) telah diidentifikasi yakni derivat

arginin seperti N-monometil-L-argmin, dimetil arginin, merupakan bahan dan alat

yang penting dalam meneliti peran nitrogen oksida dalam sistem biologis

(Moncada, 2002; Ruscittz, dkk., 2000; Adachi dan Belardinelli, 1997).

6. Tanda Baca

Tanda baca yang umum dipakai adalah titik ( . ), koma ( , ), titik koma ( ; ), titik dua

( : ), tanda tanya ( ? ), tanda seru ( ! ), tanda hubung ( - ), dan tanda pisah ( -- )

Djuharie, 2001).

6.1. Titik (.)

Titik hendaklah selalu dipakai pada:

 Akhir suatu kalimat pernyataan.

 Beberapa singkatan tertentu (M.Sc., gb., him., )

 Di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (3.1,

3.1.1, 3.1.2, dst.)

 Sebagai pemisah bilangan angka ribuan dan kelipatannya yang

menunjukkan jumlah (7.000.000; 25.234 )

Titik tidak dipakai untuk:

57
 Menyatakan pecahan desimal (untuk itu dipakai koma sehingga setengah

ditulis 0,5 bukan 0.5)

 Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik.

Contoh: pukul 21.15.10

 Memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menyatakan

jumlah seperti tahun 1995 bukan 1.995, juga halaman 1455 bukan 1.455

 Singkatan nama unsur seperti (C,H,O) bukan (C.H.O) dan persenyawaan

seperti RNA bukan R.N.A yang lain seperti DDT bukan D.D.T

 Singkatan nama negara seperti USA bukan U.S.A. juga singkatan nama

badan seperti UNESCO bukan U.N.E.S.CO

 Satuan ukuran seperti kg bukan kg., juga cm. 1 (liter) dan oC. Satuan ini

tidak diakhiri dengan tanda baca titik.

 Pada akhir judul/anakjudul atau sirahan (urutan).

6.2. Koma (,)

Koma dipakai pada:

 Unsur-unsur sintaksis dalam kalimat.

 Butir-butir dalam suatu deret (emas, tembaga, perak dll.)

 Perangkat angka yang letaknya berdekatan seperti "Pada tahun 1935, 178

percobaan telah dilakukan."

 Menceraikan bagian-bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar

pustaka seperti J.B. Harbone ditulis Harbone, J.B.

58
 Koma hendaklah dipakai untuk menyatakan pecahan desimal (mis.

seperempat ditulis 0,25).

6.3. Titik koma (;)

Titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur sintaksis yang setara, atau

dalam deret di dalamnya sudah mengandung tanda baca lain, (saya datang; saya lihat;

saya menang).

6.4. Titik dua (:)

Titik dua dipakai untuk:

 Menandakan pengutipan yang panjang.

 Memperkenalkan senarai.

 Menandakan nisbah perbandingan.

 Menekankan pemikiran antara dua bagian kalimat yang lengkap

 Memisahkan nomor jilid dan halaman pada daftar pustaka (Floribunda 1:

15-17).

 Tahun dan halaman kalau pengacuan halaman dilakukan pada sistem

pengarang tahun dalam teks (Rifai 1968 : 234).

6.5. Tanda tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat pertanyaan langsung. Dalam tulisan

ilmiah tanda tanya juga dapat dipergunakan untuk menunjukkan keragu-raguan dalam

suatu pernyataan. Untuk kasus tertentu adakalanya tanda tanya itu diapit tanda

kurung. Misalnya: Shakespeare pindah ke London tahun 1585 (?).

59
6.6. Tanda seru (!)

Tanda seru hampir tidak pernah dipakai dalam tulisan ilmiah.

6.7. Tanda hubung (-) dan bulit (.,) tanda hubung dipakai untuk:

 Menyambung bagian-bagian tanggal yang seluruhnya ditulis dengan

angka — (17-8-1945); dalam karya ilmiah penulisan bentuk 17 Agustus

1945 lebih lazim dilakukan.

 Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai huruf kapital (mis:

se-lndonesia); ke- dengan angka (abad ke-21), angka dengan an (tahun 90-

an)

 Memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan (mis: ber-

evolusi dengan be-revolusi)

6.8. Tanda kurung ( .... )

 Dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang bukan

bagian integral pokok pembicaraan.

 Tanda kurung untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya dalam

kalimat dapat dihilangkan.

 Tanda kurung atau tanda kurung tutup ) dipakai untuk menunjukkan

penomoran yang dimasukkan dalam kalimat.

Misalnya:

Ketiga langkah itu adalah: a) mitosis, b) meiosis, dan c) penggandaan inti.

Kebutuhan dasar manusia adalah (1) pangan, (2) sandang, (3) papan, (4)

kesehatan, dan (5) pendidikan.

60
6.9 Tanda kurung siku [...]

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit:

 huruf atau kata yang ditambahkan pada kalimat kutipan untuk

memperbaiki kesalahan yang terdapat pada sumber aslinya.

 keterangan dalam kalimat yang sudah bertanda kurung.

6.10 Tanda petik ("....")

Tanda petik dipakai untuk mengapit:

 Petikan atau kutipan pembicaraan langsung

 Istilah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

6.11 Tanda petik tunggal ('....')

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit

 Petikan yang tersusun dalam petikan lain

 Makna, terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (survive

'sintas', survival 'sintasan')

6.12 Tanda garis miring (/)

Tanda garis miring dipakai untuk mengganti:

 Tanda bagi atau menunjukkan bilangan pecahan (½= 0,5)

 Kata tiap (125 ton/ha)

 Kata dan, atau di antara dua perkataan yang tidak dimaksudkan

sebagai pilihan sinonim yang diselangkan -

(permusyawaratan/perwakilan).

61
 Memisahkan bagian-bagian penanggalan yang ditulis dengan angka,

terutama dalam penulisan label (2/8/1999). Pada penulisan karya

ilmiah lazim dalam bentuk 2 Agustus 1999.

6.13 Tanda Ampersan (&)

Berfungsi sebagai pengganti kata dan bila bentuk lebih singkat diinginkan.

Tanda ini dianjurkan dipakai dalam pengacuan pada daftar pustaka sebab

membantu mengurangi pengulangan. Contoh: menurut Reid & Webster (1968),

bandingkan dengan menurut Reid dan Webster (1968). Selain itu pemakaian

ampersan memecahkan keraguan dalam menyusun penggabungan nama pengarang

tulisan berbahasa asing. Teks aslinya "menurut Reid and Webster (1968), Le Gal et

Arpin (1969) menjadi seragam dengan mempergunakan ampersan. Kata dan sebagai

terjemahan dari and (Inggris), et (Perancis), to (Jepang), und (Jerman), wa (arab), Y

(Junani). Dalam skripsi ampersan tidak digunakan, tetapi yang dipakai adalah

dan secara bertaat asas untuk menggabungkan nama-nama pengarang tanpa

memperhatikan bahasa karangan yang diacu.

6.14 Penulisan tanda baca

Selain tanda baca yang terumus yaitu: titik, titik dua, titik koma, koma, tanda

tanya, tanda seru, tanda hubung, juga dijumpai tanda sama dengan (=), tanda tambah

(+), tanda kurang (-), tanda bagi (:), lebih besar (>), dan tanda lebih kecil (<).

Beberapa pedoman penulisan tanda baca itu sebagai berikut.

(1) Titik, koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, dan tanda persen (%) diketik rapat

dengan huruf yang mendahuluinya.

62
Contoh:

Tidak baku Baku

Apa kabar ? Apa kabar?

Hal itu tidak benar ! Hal itu tidak benar!

Jumlahnya sekitar 10 % Jumlahnya sekitar 10%

Penulisan tanda baca , Penulisan tanda baca,

(2) Tanda kutip ("...") dan tanda kurung ( ) diketik rapat dengan huruf dari kata atau

frase yang diapit

Tidak baku Baku

Kelima kelompok " sepadan " Kelima kelompok "sepadan"

Tes tersebut dianggap baku Tes tersebut dianggap baku

( Standardized ) (Standardized)

(3) Tanda hubung ( - ), tanda pisah ( — ), dan garis miring (/) diketik rapat dengan

huruf yang mendahului dan mengikutinya.

Tidak baku Baku

Tidak terbelit--belit Tidak terbelit-belit

Dia tidak / belum mengaku Dia tidak/belum mengaku

Ini terjadi selama tahun 1942 - 1945 Ini terjadi selama tahun 1942-1945

(4) Tanda sama dengan ( = ), lebih besar ( > ), tanda lebih kecil ( < ), tanda

tanibah ( + ), kurang ( - ), dan bagi ( : ), diketik dengan spasi satu ketukan

sebelum dan sesudahnya.

Tidak baku Baku

p=0,05 p = 0,05

63
p<0,01 p < 0,01

a+b=c a+b=c

a:b=d a:b=d

bxc=f bxc=f

Akan tetapi tanda bagi ( : ) yang dipakai untuk memisahkan tahun penerbitan dengan

nomor halaman pada penulisan rujukan diketik rapat dengan angka yang mendahului

dan mengikutinya.

Tidak baku Baku

Menurut Rifai (1995 : 11) Menurut Rifai (1995:11)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. (2005). Pedoman Bagi Penulis. Majalah Kedokteran Indonesia. 55(7):8-9

Anonim b.(1997). Pedoman Penulisan Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas


Sumatera Utara.

Anonim c. (2003). Pedoman Penulisan Skripsi. Jurusan Farmasi. Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Anderson, J., Durston B.H., dan Poole. M (1970). Thesis and Assignment Writing.
Brisbane: John Wiley dan Sons.

64
Brotowijoyo, M.D. (1988). Penulisan Karangan Ilmiah. Edisi Pertama, Jakarta:
Akademik Pressindo
.
Cummings, P., Rivera, F.P., dan Koepsel, TD ( 2004). Writing Informative Abstracts
for Journals Articles. Arch.Pediatr Adolesc Med. Vol. 158. Nov:

Cunning, S.J (2004). How to write a Thesis. Journal of Orthodontics. Vol.31; 144-

148.

Day, R A. (1995). How to Write and Publish a Scientific Paper. 4th Ed.Cambridge
University Press. Moulbourne. Australia.

Djuharie, O.S. (2001). Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung:
Yrama Widya.

Ebel, H.F., Bliefert, C dan. Russey, W.E. (1987). The Art of Scientific Writing. New
York: VCH Verlagsgesellschaft mbH.

Ermer, J dan Miller, JHM. (2005) Method Validation in Pharmaceutical Analysis. A


Giude to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.


Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.1(3): 117-135.

Lindsay, D. (1988). Penuntun Penulisan Ilmiah. A Guide to Scientific Writing.


Penterjemah: Suminar Achmadi. Jakarta: Ul-Press.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nana, S., Dharma, S., Achmadi, S., Sofro, AS., Aswindinnor, H dan Wijaya, H.
(2004). Kumpulan Materi. Penataran dan Lokakarya Training of Trainers.
Metodologi Penelitian PTN dan PTS Tahun 2004 Diselengarakan oleh
Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Dirjen Dikti. DepdikNas. Jakarta, 26-30 April 2004.

Oktavia, E. (2006). Teknik Validasi Metode Analisis Kadar Ketoprofen Secara


Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Bulletin Teknik Pertanian. Vol.11(1):23-
28.

Pemeger, T.V, dan Hudelson, PM (2004). Writing a reseacrh article: advice to


beginners.(editorial). Int.J.Quality in Health Care. Vol.16 (3): 191-192.

Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalam, T.G., Regala, B.P., dan Uriarte, G.G. (1993).

65
Pengantar Metode Penelitian. Penterjemah: Alimuddin Tuwu., Jakarta: Ul-
Press.

Surakhmad, W. (1988). Paper, Skripsi, Tesis, Disertasi: cara merencanakan, cara


menulis, cara menilai. Bandung: Tarsito.

Wells, WA. (2004). Me write pretty one day: how to write a good scientific paper.
The Journal of Cell biology. Vol. 165 (21): 757-758.

66
Lampiran 1. Contoh Halaman Judul Usul Penelitian Skripsi.

USUL PENELITIAN

PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT


DALAM AIR SUMUR DI SEKITAR KOTA MEDAN

OLEH:
RADIATUN MARDIAH ZUHRI
NIM

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

67
Lampiran 2. Contoh Halaman Pengesahan Usul Penelitian Skripsi

USUL PENELITIAN

PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT


DALAM AIR SUMUR DI SEKITAR KOTA MEDAN

OLEH:
RADIATUN MARDIAH ZUHRI
NIM

Medan,............. 200.

Disetujui Oleh: Disahkan Oleh :


Pembimbing I, Dekan,

……………….. ………………..
NIP NIP
Disetujui oleh:
Pembimbing II,

………………..
NIP

68
Lampiran 3. Contoh Cara Penulisan Sumber Pustaka dalam Teks.

1. Nama penulis pada permulaan bagian kalimat.

Sutardi (1983) telah melakukan skrining fitokimia......

2. Nama penulis pada bagian tengah kalimat.

Leukoplas yang mengandung butir-butir amilum yang besar ditemukan oleh

Diens (1982) di dalam buluh serbuk Oenothera haskeri.

3. Nama penulis pada bagian akhir kalimat.

Alkaloida adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen pada inti

heterosikliknya yang dijumpai pada tumbuhan tinggi dan mempunyai aktivitas

fisiologis (Miller, 1975).

4. Penulis dua orang.

Jika penulis terdiri dari dua orang, maka keduanya harus disebutkan.

Hasil penelitian yang lain mengungkapkan bahwa NADPH meningkat setelah

pemberian vitamin C secara intra peritoneal pada tikus (Ghiretti dan Magalde,

1977).

5. Penulis lebih dari dua orang.

Jika penulis lebih dari dua orang, maka yang dlcantumkan hanya penulis pertama

diikuti dengan dkk., (apabila kepustakaan bahasa Indonesia) atau dkk., (apabila

kepustakaan dalam bahasa asing).

Fungsi biokimia asam askorbat belum begitu banyak diketahui, mungkin

peranannya mempertahankan zat intraseluler, tulang, tulang rawan dan dentin

(Harper, dkk., 1970).

6. Suatu pernyataan di dalam atau paragraf dapat didukung atau berdasarkan

69
berbagai sumber, maka dalam hal ini semua pustaka pendukung yang

digunakan harus disebut di dalam teks. Misalnya: Inhibitor kompetitif nitric oxide

synthase (NOS) telah diidentifikasi yakni derivat arginin seperti N-monometil-L-

argmin, dimettl arginin, merupakan bahan dan alat yang penting dalam meneliti

peran nitrogen oksida dalam sistim biologis (Moncada, 2002; Ruscittz, dkk., 2000;

Adachi dan Belardinelli, 1997).

Lampiran 4. Contoh Penulisan Daftar Pustaka

70
Journal

1 . Artikel standar

a. Vega, K.J., Pina, I., dan Krevsky, B. (1996). Heart Transplantation is associated
with an increased risk for pancreatobiliary disesase. Ann Intern Med. Jun. l:
124(II): 980-983.

Cara lain: bila jurnal tersebut mengurut halaman dalam suatu volum, maka bulan dan

nomor edisi tidak perlu dicantumkan.

b. Vega, K.J., Pina, I., dan Krevsky, B. (1996). Heart Tranplantation is associated with
an increased risk for pancreatobiliary disesase. Ann Intern Med. 124: 980-3.

2. Suatu lembaga atau organisasi sebagal penulis

The Cardiac Society of Australia and New Zealand (1996). Clinical exercise stress
testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust. 164:282-4.

3. Tanpa nama penulis

Anonim (1994). Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J. 84:15.

4. Volume dengan suplemen

Shen, H.M., dan Zhang, Q.F. (1994). Risk assessment of nickel carcinogenicity
and occupational lung cancer. Environ Health Prespect. lQ2 Suppl 1: 275-
82.

5. Volum dengan bagian

Ozben, T., Nacitarhan, S. dan Turcer N. (1995). Plasma and urine sialic acid in non-
insulin dependent diabetes meliitus. Ann Clin Biochem. 32(Pt 3): 303-6.

6. Edisi dengan bagian

Poole, G.H. dan Mills, S.M. (1990). One hundred consecutive cases of flap
lacerations of the leg in ageing patients. NZ Med J. 107(986 Pt l): 377-8.
7. Edisi tanpa volum

Tdran, I., Wredmark, T., dan Fellander-Tsai, L. (1995). Arthroscopic ankle


arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop. (320):\ 10-4.

8. Tanpa edisi atau volum

71
Browell, D.A., dan Lennard, T.W. (1993). Immunologic status of the cancer patient
and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin
Gen Surg.: 325-33.

9. Nomor halaman dalam angka Romawi

Fischer, G.A, dan Sikic, B.I. (1995). Drug resistance in clinical oncology and
hemetology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am Apr. 9(2): xi-xii.

Buku dan Monograf lain

10. Penulis perseorangan

Ringsven, M.K., dan Bond, D. (1996). Gerontology and leadership skills for
nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publisher: 4-9

11. Editor, sebagai penulis

Norman, I.J., dan Redfern, SJ. (eds). I992 Mental health care for elderly people.
New York ; Churchill Livingstone: 3-9

12. Organisasi sebagai penulis

Ditjen POM.(1990). Farmakope Indonesia Edisi Ke IV. Jakarta. Departemen


Kesehatan RI. 23-30.

13. Bab dalam buku

Phillips, S.J. dan Whisnant, J.P. (1995). Hypertension and stroke. In: Laragh, J.H.,
and Brenner BM, editors. Hypertension: patohysiology, diagnosis, and
management. 2nd ed. New York: Raven Press: 465-78.

14. Prosiding konferensi

Kimura, J., dan Shibasaki, H. (eds). (1996). Recent advances in clinical


neurophysiology. Procedings of the International Congress of EMG and
Clinical Neurophysiology; 1995: Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam:
Elsevier.

15. Makalah dalam konferensi

Bengstsson, S., dan Solheim, B.C. (1992). Enforcement of data protection, privacy
and security in medical information. Dalam: Lun, K.C., Degoulet, P., Piemme,
T.E., dan Rienhoff, O. (eds). MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World
Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland.
Amsterdam: North-Hoilan: 1561-5.

16. Disertasi (Tesis), Skripsi

72
a. Kaplan, S.J. (1995). Post-hospital home health care: the elderly/access and
utilization. Dissertation. St Louis (MO): Washington University.

b. Nainggolan, I.F. (2000). Pengaruh Jenis Antioksidan dan Lama Pemanasan


Terhadap Mutu Minyak Kelapa. Skripsi Jurusan Farmasi FMIPA USU
Medan.

17. Artikel dalam koran

a. Silalahi, J. (2001). Menurunkan Kolesterol Tanpa Mengorbankan Kelezatan


Margarin. Harian Kompas. Senin, 13 Mei. Hal. 28. Bagian Ilmu Pengetahuan.

b. Lee, G. (1996). Hospitalizations to ozone pollution: study estimates 50,000


admissions annully. The Washington Post; Jun 2I; Sect A; 3(col.5).

18. Materi audiovisual

Anonim (1995).HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO):
Mosby-Year Book.

19. Artikel jurnal dalam format elektronik

Morse, S.S.(1995). Factors in the emergence of infectious diseases. Emerg infect Dis
[serial online] Jan-Mar [diakses 5 Jun 1996]; 1 (1): [24 screens].
Diambil dari: URL: HYPERLINK.
http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm

20. Monograf dalam format elektronik

Reeves, J.R.T., Maibach. H. (1995). CDI, Clinical Dermatology Illustrated


[monograph on CD-ROM]. CMEA Multimedia Group, Producers. 2nd
ed. Version 2.0. San Diego: CMEA;

21. Arsip komputer

Anonim (1993). Hemodynamics 111 the ups and downs of hemodynamics [computer
program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational System.

22. Terjemahan

Harris, R.S., dan Karmas, E. (1989). Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan
Pangan. Penterjemah: Suminar Achmadi. Penerbit ITB: Bandung: 25-40.

73
Lampirao 5 . Contoh Penulisan Abstrak

Penentuan Kadar Nitrit dan Nitrat


Dalam Air Sumur di Sekitar Kota Medan

Abstrak

Air minum adalah salah satu sumber kontaminan nitrit dan nitrat dalam
makanan, dan kandungan nitrit dan nitrat di dalam air sumur yang digunakan sebagai
sumber air minum dipengaruhi oleh lokasi dan lingkungan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menentukan kadar nitrit dan nitrat di dalam air sumur yang digunakan
sebagai sumber air minum di lokasi yang berbeda di sekitar kota Medan
Sampel diambil dari lima lokasi yakni perkebunan kelapa sawit, daerah
persawahan, perkebunan karet, pertanian hortikultura, dan daerah tepi pantai.

74
Penentuan kadar nitrit dan nitrat dilakukan menurut metode spektrofotometri sesuai
dengan prosedur dan alat spektrofotometer DR 2000 yang digunakan di laboratorium
PAM Tirtanadi Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air sumur yang berbeda lokasi dan
lingkungannya ternyata mengandung kadar nitrit dan nitrat yang berbeda pula. Kadar
nitrit berkisar antara 0,009-0,327 mg/1, hasil ini belum melewati batas yang
diperbolehkan menurut Per Men Kes Rl No. 416 tahun I990 yakni 3,3 mg/1. Kadar
nitrat yang terendah adalah 0,324 mg/1 sedangkan yang tertinggi adalah 103,1 mg/1.
Batas maksimum 45 mg/1 yang diperbolehkan oleh DepKes RI.

Kata kunci: air sumur, air minum, penentuan kadar, nitrit, nitrat,
spektrofotometer.

Lampirao 6 . Contoh Penulisan Abstrak Bahasa Inggris

Determination of Nitrite dan Nitrate


In Well Water In Medan

Abstrak

Drinking water is one of the nitrite and nitrate contaminant sources in the diet,
and nitrite and nitrate content of well water that is used as drinking water is influenced
by location and environmental conditions. The aim of this research was to determine
nitrite and nitrate content of well water in Medan that is used as drinking water.
Sampels were obtained from five locations that is coconut palm oil plantation,
paddy field area, rubber plantation, horticultural area, and the beach area.
Quantification of nitrite and nitrate was conducted by the spectrophotometric method
using Spectrophotometer DR 2000 as described by PAM Tirtanadi Medan Laboratory.
The results of this research shows that well water from different location and
environmental conditions contain different level of nitrite dan nitrate. Nitrite levels
75
ranging from 0,009-0,327 mg/1, and this is still under the maximum level permitted
by regulation of Permenkes Rl No. 416, I990 that is 3,3 mg/1. The lowest level of
nitrate is 0,324 mg/1, where as the highest level is 103,1 mg/1. Upper maximum limit
of 45 mg/1 is allowed based on the regulation by oleh Depkes RI.

Key words: well water, drinking water, quantification, nitrite, nitrate,


spectrophotometer.

Lampiran 7. Contoh Tabel

Tabel 1. Kandungan Vitamin C yang Ditetapkan Secara Fluorometri dalam Beberapa


Buah-buahan yang Dianalisis dengan Metode Ekstraksi yang Berbeda

Nama Buah Kadar Vitamin C (mg/100 g)


(A) (B)
x SD x SD
Pepaya 56,0 0,41 55,8 0,96

Jeruk 48,4 0,80 47,0 0,40

Tomat 20,6 0,36 20,3 0,35

Keterangan: setiap ulangan ditimbang 10 g dengan tepat dan dianalisis; x


(rata-rata dari tiga ulangan; SD (simpangan baku); A (partikel
makanan diikutkan selama proses ekstraksi; B (partikel makanan
tidak diikutkan selama proses ekstraksi).

76
Lampiran 8. Contoh Pembuatan Gambar

Lama Pendiaman (menit)

Gambar 1. Grafik Pengaruh Lama Pendiaman Terhadap Aktivitas Enzim Lipase


pada Minyak Inti Sawit (-●-), Minyak Kelapa Sawit (-■-), dan Minyak
Kedele (-∆-).

Lampiran 9. Contoh Membuat Lampiran dalam Bentuk Gambar

77
Lampiran 1. Gambar Kromatogram HPLC dari satu zat A dengan fase gerak
yang berbeda

menit

Keterangan: …(jika ada keterangan dimuat disini)

Lampiran 10. Contoh Membuat Lampiran dalam Bentuk Tabel

78
Lampiran 2 Tabel dari Beberapa Insektisida Hidrokarbon Berklorinasi

Kelas Kimia Senyawa Angka ADI **


Toksisitas * mg/Kg bb/hari
DDT dan Dikloro difenil trikloroetan (DDT) 4 0,005
turunannya Metoksiklor 3 0,1
Tetraklorodifenil etan (TDE) 3 -
Benzen Benzen heksaklorida (BHC) 4 -
heksklorida Lindan 4 0,01
Siklodien Aldrin 5 0,0001
Klordan 4 0,001
Dieldrin 5 0,0001
Heptaklor 4 0,0005
Toksafen Toksafen (kamfeklor) 4 -

Keterangan:
*)Tingkat toksisitas: kemungkinan dosis letal oral manusia untuk kelas
3=500-5000 mg/kg bb; kelas 4= 50-500 mg/kg bb; kelas 5=5-50
mg/kgbb.
**)ADI(Acceptable daily intake) =asupan harian yang diperbolehkan

79
Lampiran 11. Contoh Halaman Judul Skripsi

PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT


DALAM AIR SUMUR DI SEKITAR KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
RADIATUN MARDIAH ZUHRI
NIM

FAKULTAS FARMASI
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Lampiran 12. Contoh Halaman Pengesahan Skripsi

PENGESAHAN SKRIPSI

PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT


DALAM AIR SUMUR DI SEKITAR KOTA MEDAN

OLEH:
RADIATUN MARDIAH ZUHRI
NIM

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal:..............................................

Pembimbing I, Panitia Penguji,

………………. ………………..
NIP NIP

Pembimbing II,
………………..
NIP
..........................
NIP
………………..
NIP

………………..
NIP

Medan, ............. 200...

81
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

..............................
NIP

Lampiran 13. Contoh Kata Pengantar

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penentuan Kadar Nitrit dan Nitrat Dalam Air Sumur di Sekitar Kota
Medan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Salah satu parameter mutu air minum adalah kandungan nitrit dan nitrat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar nitrit dan nitrat di dalam air
sumur sebagai air minum di lokasi yang berbeda di sekitar kota Medan. Ternyata
bahwa air sumur yang berbeda lokasi dan lingkungannya ternyata mengandung kadar
nitrit dan nitrat yang berbeda pula. Kadar nitrit tidak ada yang melewati batas
maksimum, beberapa air sumur dari lokasi tertentu, kadar nitrat melewati batas
maksimum. Hendaknya hasil penelitian ini menjadi masukan kepada Depkes tentang
mutu air minum dari air sumur bagi masyarakat pedesaan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, Apt., yang telah membimbing
dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini
berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus
kepada kedua orang tua, Ayahhanda Alm. Hasan Basri dan Ibunda Zuharti tercinta,
serta abang, kakak dan adik-adikku atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril
maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Mei 2008

82
Penulis,

Radiatun Mardiah Zuhri


NIM. 040824034

83

Anda mungkin juga menyukai