Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN

DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1


CENGKARENG

Jl. Kemuning Raya No.17, RT.14/RW.5, Cengkareng Bar., Cengkareng, Kota


Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11730

Disusun Oleh :

Nama :

NIM :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

TAHUN AJARAN 2018/2019


II.1 Pengertian Perawatan Diri (Personal Hygiene)
Perawatan diri (personal hygiene) mencakup aktivitas yang dibutuhkan
untuk mengetahui kebutuhan sehari-hari, yang biasa dikenal dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari (ADLs). Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan
menjadi kebiasaan seumur hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya
melibatkan apa yang harus dilakukan (kebersihan, mandi, berpakaian, toilet,
makan), tetapi juga berapa, kapan, dimana, dengan, siapa, dan bagaimana
(Miller dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
disebut dengan defisit kehidupan sehari-hari. Tidak ada kelainan klien untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
nafas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan klien dikucilkan, baik dalam keluarga
maupun masyarakat.
(Sutejo,2017)

II.2 Etiologi
Menurut Potter dan Perry (2009), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
personel hygine, yaitu :
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri. Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu
individu untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Status ekonomi sosial
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus
menentukan apakah pasien dapat mencukup perlengkapan perawat diri
yang penting, seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan sampo. Selain
itu,hal yang perlu diperhatikan adalah apakah penggunaan ssuai dengan
kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial pasien.
3. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan
dapat mempengaruhi praktik perawatan diri.
4. Variabel budaya
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang yang berbeda mengikuti
praktik kesehatan yang berbeda pula. Disebagian masyarakat, misalnya,
ada yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi masyarakat dengan
lingkup yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien
dengan kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak
melakukan perawat diri.
(Sutejo,2017)

II.3 Lingkup Defisit Perawatan Diri


1. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau
badan, bau nafas,dan penampilan tidak rapi.
2. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir
rambut, dan mencukur kumis.
3. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa
makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan
dari piring.
4. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan
defekasi atau berkemih tanpa bantuan.
(Sutejo,2017)

II.4 Pengakajian
Defisit perawatan diri pada klien terjadi akibat adanya perubahan proses pikir,
yang menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan individu
merawat kebersihan diri, makan, berhias, dan eliminasi (buang air besar atau
buang air kecil) secara mandiri.
1. Batasan karateristik
NANDA (2016) menjelaskan batasan karateristik yang terdapat pada
lingkup defisit perawatan diri. Batasan karateristik pada tiap lingkup
tersebut meliputi:
a. Defisit perawatan diri: mandi (Bathing self-care deficit)
Hal ini merupakan gangguan kemampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas mandi untuk diri sendiri. Batasan
karateristik meliputi:
1) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh
2) Gangguan kemampuan unutk mengakses kamar mandi
3) Gangguan kemampuan unutk mengakses air
4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan
mandi
5) Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6) Gangguan kemampuan untuk membasuh tubuh
b. Defisit perawatan diri: berhias/berpakaian (Dressing self deficit)
Defisit perawatan diri: berhias/berdandan merupakan gangguan
kemampuan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian untuk diri sendiri.
1) Ketidakmampuan memilih pakaian
2) Ketidakmampuan memadupadankan pakaian
3) Ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang
memuaskan
4) Ketidakmampuan mengambil pakaian
5) Ketidakmampuan mengenakan pakaian dibawah bagian
tubuh
6) Ketidakmampuan mengenakan pakaian dibagian atas
tubuh
7) Ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian (mis:
kemeja, kaus kaki)
8) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis:
kemeja, kaus kaki, sepatu)
9) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu alat
10) Ketidakmampuan menggunakan resleting
11) Ketidakmampuan mengancingkan pakaian
c. Defisit perawatan diri: makan (feeding self-care deficit)
Defisit perawatan diri: makan merupakan gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan (self-
feeding) (NANDA, 2016). Batasan karateristik defisit perawatan
diri meliputi:
1) Ketidakmampuan mengambil dan memasukkan
makanan ke mulut
2) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu
3) Ketidakmampuan mengunyah makanan
4) Ketidakmampuan memanipulasi makanan di mulut
5) Ketidakmampuan membuka kontainer/wadah makanan
6) Ketidakmampuan mengambil cangkir
7) Ketidakmampuan meletakkan makanan ke alat makanan
8) Ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan
9) Ketidakmampuan makan dengan tata cara yang bisa
diterima
10) Ketidakmampuan menelan makanan
11) Ketidakmampuan menelan jumlah makanan yang
memadai
12) Ketidakmampuan memegang alat makan
13) Ketidakmampuan menghabiskan makanan secara
mandiri
2. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya suatu kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri
meliputi:
a. Faktor psikologi
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien, sehingga klien menjadi begitu bergantung dan
perkembangannya inisiatifnya terganggu. Pasien gangguan jiwa,
misalnya, mengalami defisit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitias yang kurang. Hal ini menyebkan klien
tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya, termasuk
perawatan diri.
b. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien
tidak mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawat diri
disebabkan n oleh adanya penyakit fisik dan mental yang
menyebakan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi penyebab.
c. Fakor sosial
Fakor sosial faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya
dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya.
3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi defisit keperawatan diri, meliputi kurangnya motivasi,
kerusakan kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami
klien.
a. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang nampak pada klien dengan gangguan
defisit perawatan diri, antara lain:
1) Data subjektif
Klien mengatakan tentang:
a) Malas mandi
b) Tidak mau menyisir rambut
c) Tidak mau menggosok gigi
d) Tidak mau memotong kuku
e) Tidak mau berhias atau berdandan
f) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat
mandi atau kebersihan diri
g) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat
makan dan minum
h) BAB dan BAK sembarangan
i) Tidak membersihkan diri dan tidak
membersihkan tempat BAB dan BAK setelah
BAB dan BAK
j) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
1) Badan klien bau,kotor,berlaku,rambut kotor,gigi kotor,
kuku panjang
2) Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan
tidak mandi dengan benar
3) Rambut kusut, berantakan, kunis dan jenggot tidak rapi,
serta tidak mampu berdandan
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil,
memakai, mengencangkan dan memindahkan pakaian.
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam
berpakaian, misalnya memakai pakaian berlapis-lapis,
penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak
menggunakan alat makan, tidak mampu menyiapkan
makanan, memindahkan makanan ke alat makan (dari
panci ke piring atau mangkok, tidak mampu
menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-
alat makan), memegang alat makan, membawa makanan
dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan
secara aman dan menghabiskan makanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya. Klien tidak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK serta tidak
mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet
setelah BAB atau BAK.
c. Sumber Koping
Sumber koping defisit perawatan diri mencakup kemampuan
personal (personal ability) akan:
1) Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri
secara mandiri
2) Berhias dan berdandan secara baik
3) Melakukan makan dengan baik
4) Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
5) Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang
maladaptif
6) Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif.
(Sutejo,2017)
II.5 Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua (Stuart
& Sunden, 2000) yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladtif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecahkan
petumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

II.6 Diagnosa Keperawatan

Gangguan pemeliharaan
III.5
kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh,


kurangnya motivasi

(Sutejo,2017)

II.7 Pohon Masalah


Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosis masalah keperawatan dalam
gangguan defisit perawatan diri meliputi kebersihan diri, berhias, makan, dan
eliminasi.
(Sutejo,2017)

II.8 Intervensi Defisit Perawatan Diri


Diagnosa
Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tuk/Tum
Defisit TUM: Pasien Bina hubungan saling Kepercayaan
perawatan diri: Pasien dapat menunjukan percaya dengan prinsip dari pasien
kebersihan memlihara atau tanda tanda komunikasi terapeutik, merupakan hal
diri, merawat dapat membina yaitu: yang akan
berdandan, kebersihan hubungan saling 1.1 Sapa pasien dengan memudah
makan, sendiri secara percaya dengan ramah baik verbal perawat dalam
BAK/BAB mandiri. perawat, yaitu: maupun nonverbal. melakukan
a. Ekpresi 1.2 Perkenalkan diri pendekatan
TUK 1: wajah dengan sopan. keperawatan
Pasien dapat bersahab 1.3 Tanyakan nama atau intervensi
membina at. lengkap pasien dan selanjutnya
hubungan saling b. Pasien nama panggilan. terhadap
percaya. menunju 1.4 Jelaskan tujuan pasien.
kan rasa pertemuan.
senang. 1.5 Jujur dan menepati
c. Pasien janji.
bersedia 1.6 Tunjukan sikap
berjabat empati dan
tangan. menerima pasien
d. Pasien apa adanya.
bersedia 1.7 Beri perhatian pada
menyebu pemeuhan
tkan kebutuhan dasar
nama. pasien.
e. Ada
kontak
mata.
f. Pasien
berseia
duduk
berdampi
ngan
dengan
perawat.
g. Pasien
bersedia
mengutar
akan
masalah
yang
dihadapi
nya
TUK 2: Kriteria Melatih pasien cara-cara Pengetahuan
Pasien mampu Evaluasi: perawatan diri dengan tentang
melakukan Pasien dengan cara: pentingnya
kebersihan diri aman 2.1 Menjelaskan perawatan diri
secara mandiri. melakukan pentingnya dapat
(kemampuan kebersihan diri. meningkatkan
maksimum) 2.2 Menjelaskan alat- motivasi
aktivitas alat untuk menjaga pasien.
perawatan diri kebersihan diri. Menyiapkan
secara mandiri. 2.3 Menjelaskan cara- untuk
cara melakukan meningkatkan
kebersihan diri. kemandirian.
2.4 Melatih pasien
mempraktikan cara Bimbingan
menjaga perawat akan
kebersihan diri. mempermudah
pasien
melakukan
perawatan diri
secara mandiri.
TUK 3: Kriteria 3.1 Melatih pasien
Pasien mampu Evaluasi: berdandan, dengan Membiasakan
melakukan Pasien dengan rincian: diri untuk
tindakan aman a. untuk pasien melakukan
perawatan, melakukan laki-laki latihan perawatan diri
berupa berhias (kemampuan meliputi: sendiri.
atau berdan dan maksimum) atau 1) Berpakai
secara baik. mempertahanka an Bimbingan
n aktivitas 2) Menyika perawat akan
perawatan diri t rambut mempermudah
berupa berhias 3) Bercukur pasien
dan berdandan. b. Untuk pasien melakukan
Pasien berusaha wanita, latihan perawatan diri
untuk meliputi: secara mandiri.
memelihara 1) Berpakai
kebersihan diri, an Penguatan
seperti mandi 2) Menyisir (reinforcement
pakai sabun dan rambut ) dapat
di siram dengan 3) Berhias meningkatkan
air sampai 3.2 Memantauan motivasi
bersih, kemampuan pasien pasien.
mengganti dalam berpakian
pakaian brsih dan berhias.
sehari-hari, dan 3.3 Memonitor
merapikan mengidentifikasi
penampilan. adanya
kemunduran
sensori, kognitif,
dan psikomotor
yang menyebabkan
pasien mempunyai
kesulitan dalam
berpakaian dan
berhias.
3.4 Diskusikan dengan
pasien
kemungkinan
adanya hambatan
dalam berpakaian
dan berhias.
3.5 Menggunakan
komunikasi/
instruksi yang
mudah dimengerti
pasien untuk
mengakoodasi
keterbatasan
kognitif pasien.
3.6 Sediakan baju
bersih, dan sisir,
jika mungkin
bedak,parfum,dsb
3.7 Dorong pasien
untuk mengenakan
baju sendiri dan
memasang kancing
dengan benar.
3.8 Memberikan
bantuan kepada
pasien jika perlu.
3.9 Evaluas perasaan
pasien setelah
mampu berpakaian
dan berhias.
4.0 Berikan
reinforcementatau
pujian atas
keberhasilan
pasien berpakaian
dan berhias.
TUK 4: Kriteria 4.1 Memantau Identifikasi
Pasien mampu Evaluasi: kemampuan pasien mengenai
melakukan Kebutuhan makan. penyebab
kegiatan maka personal hygine 4.2 Identifikasi pasien tidak
dengan baik. pasien bersama pasien mau makan
terpenuhi. faktor-faktor menentukan
Pasien mampu penyebab pasien intervensi
melakukan tidak mau makan. perawat
kegiatan makan 4.3 Identifikasi adanya selanjutnya.
secara mandri hambatan makan.
dan tepat dengan a. Fisik: Pengetahuan
mengungkapkan kelemahan, tentang-
kepuasan isolasi, pentingnya
makan. keterbatasa perawatan diri
n, meningkatkan
extermitas, motivasi.
dll.
b. Emosi: Pasien
depresi, mungkin
manik, kesulitan
penurunan dalam
mempersiapka
nafsu n, mengambil
makan. makanan
c. Intelektual: sendiri, dan
Curiga merapikan
d. Sosial: peralatan.
Curiga
e. Spiritual Menambah
4.4 Diskusikan dengan wawasan
pasien akibat pasien tentang
kurang/ tidak mau personal
makan. hygine: makan.
4.5 Diskusikan dengan
pasien fugsi Penguatan
makanan bagi (reinforcement
kesehatan. ) dapat
4.6 Menjelaskan cara meningkatkan
memperiaspkan motivasi
makan kepada pasien.
pasien.
4.7 Menjelaskan
tentang personal
hygine tentang pola
makan.
4.8 Menjelaskan cara
makan yan tertib.
4.9 Menjelaskan cara
merapikan
peralatan makan
setelah makan.
4.10 Praktik makan
disesuaikan
dengan tahapan
makan yang baik.
4.11 Evaluasi perasaan
pasien setelah
makan. Berikan
penguatan
(reinforcement)
terhadap kemajuan
pasien (misalnya:
peningkatan porsi
makan).

TUK 5: Mampu Kriteria 5.1 Mengkaji budaya Mengetahui


melakukan Evaluasi: pasien ketika kebiasaan
BAB/BAK Pasien dapat mempromosikan pasien dalam
secara mandiri. melaksanakan aktivias perawatan toileting dapat
perawatan diri diri. membantu
secara mandiri 5.2 Bantu pasien ke perawat
dalam hal toilet. melakukan
BAB/BAK, 5.3 Berikan intervensi
seperti: pengetahuan selanjutnya.
a. Mampu tentang personal
duduk hygine dalam Hambatan
dan turn kaitannya dengan mobilitas
dari toileting. menyebabkan
toilet. 5.4 Menjelaskan pasien tidak
b. Mampu tempat BAB/BAK mampu
members yang sesuai. melakukan
ihkan 5.5 Menjelaskan cara perawatan
diri membersihkan diri secara mandiri.
setelah setelah BAB/BAK.
eliminasi Mengetahui
secara penting nya
mandiri/ 5.6 Menjelaskan cara personal
dibantu membersihkan hygine bagi
tempat BAB/BAK. pasien.

Meemberikan
kesempatan
jepada
keluarga untuk
membantu
pasien.
TUK 6: Kriteria 6.1 Diskusikan dengan Memberikan
Keluarga Evaluasi: akeluarga tentang kesempatan
mampu merawat Keluarga dapat fasilitas kebersihan kepada
anggota mengetahui diri yang keluarga untuk
keluarganya defisit dibutuhkan oleh membantu
yang mengalami perawatan diri pasien untuk pasien dan
masalah kurang pasien dan cara menjaga perawatan memberikan
perawatan diri. memberikan diri pasien. motivasi.
dukungan dalam 6.2 Anjurkan keluarga
memberikan untuk terlibat Keluarga
dukungan pada dalam merawat diri sebagai sistem
pasien dalam pasien dan penduung
melakukan membantu berperan
perawatan diri. meningkatkan penting dalam
pasien dalam membantu
merawat diri pasien.
(sesuai dengan
yang telah di
sepakati).
6.3 Anjurkan keluarga
untuk memberikan
pujian atas
keberhasilan pasien
dalam merawat
diri.
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Anda mungkin juga menyukai