Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN HALUSINASI


PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1 CENGKARENG
Jl. Kemuning Raya No.17, RT.14/RW.5, Cengkareng Barat, Cengkareng, Kota Jakarta
Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11730

Disusun Oleh
SANTI SRI HARTINI
1610711120

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

I.1 Pengertian Halusinasi


Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang bermakna secara
mental mengembara atau menjadi linglung. Jardi, dkk. (2013) menegaskan “the
term hallucination comes from the latin “hallucination”: to wander mentally or to
be absent-minded”. Halusinasi di definisikan sebagai impresi atau pengalaman
yang salah . Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons
neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami distorsi sensorik sebagai
hal yang nyata dan meresponnya. Pada halusinasi tidak ada stimulus eksternal atau
internal yang diidentifikasi. Halusinasi dapat muncul dari salah satu panca indera
(Stuart & Laraia, 2016).
Menurut varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai tergantungnya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang
paling sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds),
penglihatan (Visual-seeing prsons or thing),penciuman (Olfactory-smelling odors),
pengecapan (Gustatory-experiencing tastes).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan
suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan sensori
persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan,
misalnya klien melihat suatu bayangan menakutkan, padahal tidak ada bayangan
tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul adalah halusinasi membuat klien tidak
dapat memenuhi kehidupannya sehari-hari. Halusinasi merupakan salah satu dari
sekian bentuk psikopatologi yang paling parah dan membingungkan. Secara
fenomenologis, halusinasi adalahgangguan yang paling umum dan paling penting.
Selain itu, halusinasi di anggap sebagai karakteristik psikosis.
I.2 Etiologi
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, stress
berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend,
M., 1998 dalam Wijayaningsih, 2015). Menurut Carpetino, L.J, (1998:381) isolasi
sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut
Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998:423) Isolasi sosial menarik diri merupakan
usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu
merasakan kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam
berpikir, berperasaan. Berprestasi atau selalu dalam kegagalan.
Isolasi sosial menarik diri sering ditujukan adanya perilaku (Carpentino, L.J
1998:382 dalam Kartika Sari,2015)

Skizofrenia
Skizofrenia adalah salah satu dari gangguan jiwa. Gangguan jiwa lainnya
termasuk gangguan skizofreniform, gangguan skizoafektif, gangguan waham,
gangguan psikotik singkat dan gangguan psikotik induksi zat (American
Psychiatric Association, 2013 dalam Stuart, 2016).
Pengkajian melibatkan pemahaman cara di mana otak memproses
informasi dari indera dan respons perilaku yang dihasilkan. Perilaku ini akan
disusun dalam kategori :
1. Kognitif
Adalah tindakan atau proses mengetahui, melibatkan kesadaran dan
penilaian yang memungkinkan otak untuk memproses informasi dengan cara
menyediakan akurasi, penyimpanan, dan pengambilan.
Orang-orang dengan skizofernia sering tidak dapat menghasilkan
pemikiran yang logis yang kompleks atau mengungkapkan kalimat yang
koheren karena neurotransmisi pada system pengolahan informasi otak rusak.
Deficit kognitif sering hadir pada klien yang secara klinis beresiko tinggi
gangguan jiwa sebelum timbulnya gangguan jiwa (carrion et al,2011 dalam
stuart,2016)
2. Persepsi
Adalah identifikasi dan interpretasi stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui penglihatan, suara, rasa, sentuhan, dan penciuman.
Masalah persepsi adalah gejala pertama yang sering terjadi pada banyak
penyakit otak.
3. Emosi
Emosi dijelaskan dalam hal suasana hati dan afek. Suasana hati adalah
nada perasaan yang luas dan berkelanjutan yang dapat dialami selama beberapa
jam atau selama bertahun tahun dan memengaruhi pandangan dunia sekarang.
Afek mengacu pada perilaku tangan, gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan nada
suara yang dapat diamati ketika seseorang mengekspresikan dan mengalami
perasaan dan emosi.
4. Perilaku dan Gerakan
Definisi perilaku dan gerakan “normal” didasarkan pada budaya,
kesesuaian usia, dan penerimaan social. Respons maladaptif neurobiologis
menyebabkan perilaku dan gerakan yang aneh, tidak sedap dipandang,
membingungkan, sulit untuk mengola, disfungsional , dan membingungkan
orang lain. Istilah agresi, agitasi, dan potensi kekerasan sering digunakan untuk
menggambarkan seseorang dengan gangguan skizofernia. Namun, orang yang
mengalami gangguan jiwa tidak selalu melakukan kekerasan. Mereka yang
menjadi perilaku kekerasan biasanya berhenti minum obat atau telah
menyalahgunakan zat
5. Sosialisasi
Adalah kemampuan untuk membentuk hubungan kerjasama dan saling
tergantung dengan orang lain. Masalah social dapat mengakibatkan penyakit
secara langsung
Maupun tidak langsung. Efek langsung terjadi ketika gejala mencegah
orang dari bersosialisasi dalam norma-norma social budaya diterima atau ketika
motivasi memburuk, sehingga terjadi penarikan social dan isolasi dari kegiatan
hidup.efek tidak langsung terjadi adalah konseskuensi sekunder dari penyakit.
Contohnya harga diri rendah yang berhubungan dengan prestasi akademik dan
social yang buruk. Ketidaknyamanan social yang tidak signifikan dan isolasi
social lebih mungkin terjadi.
6. Kesehatan Fisik
Orang dengan Skizofernia memiliki morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi dari pada penyakit fisik. (Lawrence et al,2010;Platt et al, 2010;Jetse
et al,2011 dalam stuart,2016)

I.3 Rentang Respon Neurobiologi Halusinasi


Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori sehinga halusinasi
merupakan gangguan dari respons neurobiologi. Oleh karnanya secara
keseluruhan, rentang respon halusinasi mengikuti kaidah rentang respons
neurobiologi.
Rentang respons neurobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis,
pesepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan
terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Sementara itu, respons maladaptif
meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, prilaku tidak
terorganisasi, dan isolasi sosial: menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang
respons neurobiologi. (Sutejo, 2017: 10)

Rentang respons

Adaptif Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang 1. Gangguan proses pikir:


2. Persepsi akurat menyimpang waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
dengan 3. Emosi tidak stabil 3. Ketidak mampuan
pengalaman 4. Prilaku aneh untuk mengalami emosi
4. Perilaku sesuai 5. Menarik diri 4. Ketidakteraturan
5. Hubungan sosial 5. Isolasi sosial
(sumber: stuart, 2016)

I.4 Jenis Halusinasi


Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70%
halusinasi yang di alami klien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar/suara, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidung, pengecapan, dan
perabaan. Pengkajian dapat dilakukan dengan mengobservasi prilaku klien dan
menanyakan secara verbal apa yang sedang di alami klien.
Halusinasi di klasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi pendengara,
halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan, halusinasi penghidung, halusinasi
perabaan. Data objektif dikaji dengan cara mengobservasi prilaku klien, sedangkan
data subjektif dikaji melalui wawancara dengan klien berikut ini merupakan
deskripsi kelima jenis halusinasi (Sutejo, 2017: 14) :
Tabel. Jenis, data objektif, data subjektif halusinasi
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi Dengar /  Mengarahkan telinga pada  Mendengar suara atau


Suara (Auditory sumber suara bunyi gaduh
hearing voices or  Marah-marah tanpa sebab  Mendengar suara
sounds yang jelas yang menyuruh untuk
Hallucinations)  Bicara atau tertawa sendiri melakukan sesuatu
 Menutup telinga yang berbahaya
 Mendengar suara
yang mengajak
bercakap-cakap
 Mendengar suara
yang sudah meningal
Halusinasi  Ketakutan pada sesuatu  Melihat makhluk
Penglihatan (Visual atau objek yang dilihat tertentu, bayangan,
Hallucinations)  Tatapan mata menuju seseorang yang sudah
tempat tertentu meningal, sesuatu
 Menuju arah tertentu yang menakutkan
atau hantu, cahaya
Halusinasi  Adanya tindakan  Klien seperti sedang
Pengecapan mengecap sesuatu, merasakan makanan
(Gustatory gerakan mengunyah, atau rasa tertentu,
Hallucinations) sering meludah, atau atau mengunyah
muntah sesuatu
Halusinasi  Adanya gerakan cuping  Mencium dari bau-
Penghidung hidung karena mencium bauan tertentu, seperti
(Olfactory sesuatu gerakan bau mayat, masakan,
Hallucinations) mengunyah, sering feses, bayi, atau
meludah, atau muntah parfum
 Klien sering
mengatakan sering
menyertai klien
demensia, kejang,
atau penyakit
serebrovaskular
Halusinasi Perabaan  Mengaruk-garuk  Klien mengatakan
(Tactile permukaan kulit ada sesuatu
Hallucinations)  Klien terlihat menatap menggerayangi
tubuhnya dan terlihat tubuh, seperti
merasakan sesuatu yang tanggan, seranga, atau
aneh seputar tubuhnya makhluk halus
 Merasakan sesuatu di
permukaan kulit,
seperti rasa yang
sangat panas dan
dingin, atau rasa
tersengat aliran listrik

Mengkaji Waktu
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh klien. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi. Selain itu, pengkajian tersebut digunakan
untuk menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga
klien tidak larut dengan halusinasi nya. Pengetahuan tentang frekuensi terjadinya
halusinasi dapat dijadikan landasan perencanaan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.

Mengkaji Respons Terhadap Halusinasi


Dalam tujuannya untuk mengetahui dampak halusinasi pada klien dan respons
klien ketika halusinasi itu muncul, perawat dapat menanyakan kepada klien hal
yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat juga dapat
menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat klien. Selain itu, perawat dapat
mengobservasi dampak halusinasi terhadap klien jika gangguan tersebut muncul.
I.5 Fase-fase halusinasi
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai tingkat I hingga tingkat IV.
(Sutejo, 2017: 11)
Tabel. Tingkat, karakteristik, dan prilaku halusinasi
Tingkat Karakteristik Perilaku Klien
Halusinasi
Tingkat I  Mengalami ansietas  Tersenyum
Memberi rasa nyaman kesepian, rasa  Menggerakan bibir
Tingkat ansietas sedang bersalah, dan tanpa suara
Halusinasi merupakan ketakutan  Menggerakan mata
suatu kesenangan  Mencoba berfokus dengan cepat
pada pikiran yang  Respons verbal yang
dapat menghilangkan lambat
ansietas  Diam dan konsentrasi
 Pikiran dan
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontrol kesadaran
(jika ansietas
dikontrol).
Tingkat II  Pemgalaman sensori  Peningkatan sistem
Menyalahkan menakutkan saraf otak, tanda-tanda
Tingkat ansietas berat  Mulai merasa ansietas, seperti
Halusinasi menyebabkan kehilangan kontrol peningkatan denyut
rasa antipati  Merasa dilecehkan jantung, pernafasan,
oleh pengalaman dan tekanan darah
sensori tersebut  Rentang perhatian
 Menarik diri dari menyempit
orang lain  Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
NON PSIKOTIK  Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dari realita.
Tingkat III  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi
Mengontrol tingat menerima ditaati
ansietas berat pengalaman  Sulit berhubungan
pengalaman sensori tidak sensorinya dengan orang lain
dapat ditolak lagi.  Isi halusinasi menjadi  Rentang perhatiannya
atraktif hanya beberapa detik
 Kesepian bila atau menit
pengalaman sensori  Gejala ansietas berat
berakhir : berkeringat, tremor,
dan tidak mampu
PSIKOTIK mengikuti perintah.
Tingkat IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik
Menguasain tingkat menjadi ancaman  Berpotensi untuk
ansietas panik yang  Halusinasi dapat membunuh atau
diatur dan dipengaruhi berlangsung selama bunuh diri
oleh waham. beberapa jam atau  Tindakan kekerasan
hari. agitasi, menarik diri,
atau katatonia
 Tidak mampu
merespons perintah
yang kompleks
 Tidak mampu
merespons terhadap
lebih dari satu orang.

I.6 Pengkajian
Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan dengan mengunakan
konsep stres adaptasi Stuart (2013) yang meliputi stresor dari faktor predisposisi
dan presipitasi.(Sutejo,2017).

I.6.1 Faktor Predisposisi


Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah :
1. Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter
gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat pengunaan NAPZA.
2. Faktor psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan, kekurangan kasih
sayang atau overprotektif.
3. Sosiobudaya dan lingkungan
Klien dengan halusinasi didapat sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian,
hidup sendiri), serta tidak berkerja

Faktor Predisposisi
Skizofrenia adalah gangguan perkembangan saraf otak.
Skizofrenia adalah gangguan neurobiologis kompleks sirkuit otak
neurotransmiter, defisit neuroanatomikal, kelainan neuroelektrikal dan
disregulasi neurosirkulatori.
Genetik
Skizofrenia memainkan peran pada skizofrenia tetapi sulit untuk
memisahkan pengarus genetik dan lingkungan. Tujuan dari penelitian
genetik adalah untuk memetakan kerentanan genetik yang dapat
mengembangkan skizofrenia dan kemudian mengembangkan tindakan
genetik sebagai modalitas tritmen.
Skizofrenia disebabkan oleh interaksi berbagai mekanisme
biologis, lingkungan dan pengalaman. Anak-anak yang memiliki orang
tua biologis dengan skizofrenia dan diadopsi pada saat lahir oleh sebuah
keluarga tanpa kejadian gangguan memiliki risiko yang sama seperti jika
orang tua biologis mereka telah mengangkat mereka.

Neurobiologi.
Penelitian menunjukkan bahwa korteks prefrontal dan korteks
limbik mungkin tidak sepenuhnya berkembang pada otak orang dengan
skizofrenia. Dua hasil penelitian neurobiologis yang paling konsisten
dalam skizofrenia adalah penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter.
Studi neurotransmiter. Teori ini menyampaikan area mesolimbik
memiliki jalur dopamin di area prefrontal mesokortikal yang hipoaktif,
dan ketidakseimbangan terjadi di antara sistem neurotransmiter dopamin
dan serotonin (dan mungkin antara yang lain juga
Dopamin penting dalam respon terhadap stres dan memiliki
banyak koneksi ke sistem limbik. Korteks prefrontal memiliki beberapa
reseptor dopamin sendiri, tapi mungkin mengatur dopamin di sirkuit lain
di otak. Dopamin hadir pada tingkat tinggi di otak selama masa remaja
akhir, ketika skizofrenia biasanya pertama kali muncul.
Dopamin ditemukan dalam tiga bagian otak :
- Substansia nigra motor tengah, yang memengaruhi gerakan
dan koordinasi
- Otak tengah, yang melibatkan emosi dan memori.
- Koneksi hipotalamus-pituitari, yang melibatkan respon
emosional dan pola koping stres
Dopamin memiliki empat jalur utama di otak :
1. Jalur Mesokortikal : innervates lobus frontal
a. Fungsi : insight, penilaian, kesadaran sosial,
penghambatan, tingkat tertinggi, aktivitas kognitif
(penalaran, motivasi, perencanaan, pengambilan
keputusan)
b. Fungsi abnormal/gejala negatif : afek datar atau tumpul,
miskin berbicara atau isi pembicaraan, blocking, perawatan
yang buruk, kurangnya motivasi, anhedonia, penarikan
sosial, cacat kognitif, defisit perhatian
2. Jalur Mesolimbik : innervates sistem limbik
a. Fungsi : berhubungan dengan memori, bau, efek visceral
otomatis, dan perilaku emosional
b. Fungsi abnormal/gejala positif : halusinasi, waham, bicara
tidak teratur, dan perilaku aneh
3. Jalur Tuberoinfundibular : berasal dari hipotalamus dan
menjorok ke hipofisis.
a. Fungsi : fungsi endokrin, lapar, haus, metabolisme, kontrol
suhu, pencernaan, gairah seksual, dan ritme sirkadian.
b. Fungsi abnormal : beri implikasi pada beberapa kelainan
endokrik pada skizofrenia dan beberapa efek samping obat
anti psikotik, seperti hiperprolaktinemia.
4. Jalur Nigrostriatal : berasal dari substansia nigra dan berakhir
di inti berekor – putamen kompleks (neostriatum)
a. Fungsi : innervates sistem motor dan ekstrapiramidal
b. Fungsi abnormal : berimplikasi pada beberapa gerakan
efek samping obat anti psikotik, seperti tardif diskinesia,
akatisia, dan reaksi distonik.
Serotonin juga berimplikasi pada skizofrenia. Serotonin
memiliki efek modulasi pada dopamin. Generasi pertama obat
antipsikotik antipikal adalah kombinasi serotonin/agen yang
menghalangi dopamin, menjelaskan keberhasilan perbaikan dengan
antipsikotik. Memblokir serotonin dalam sistem limbik meningkatkan
dopamin frontal dengan efek menggantungkan yaitu meningkatkan
gejala negatif.
Glutamat adalah neurotransmiter utama dalam otak . penelitian
tentang pengaruh PCP (phencyclidine), sebuah obat yang tampaknya
meniru gejala skizofrenia pada volunteers normal, telah menyebabkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana glutamat berinteraksi
dengan dopamin. Fungsi kompleks reseptor utama glutamat yaitu N-
metil-d aspartat (NMDA) terganggu oleh PCP. Sistem komunikasi otak
yang penting telah ditemukan menjadi abnormal pada korteks prefrontal
dan talamus dalam studi postmortem orang dengan skizofernia.
Teori Virus dan Infeksi
Bukti menunjukkan bahwa paparan virus influenza pada saat
prenatal, terutama selama trimester pertama, mungkin menjadi salah satu
faktor etiologi skizofrenia pada beberapa orang, tetapi tidak pada orang
lain (Brown dan Derkits, 2010 dalam Stuart, 2016).
Infeksi virus lebih sering terjadi pada tempat-tempat yang ramai
serta di musim dingin dan awal musim semi; infeksi virus dapat terjadi
intra uterin atau pada anak usia dini, anak yang rentan. Penelitian telah
menemukan bahwa wanita dengan tingkat antibodi toksoplasma
memiliki risiko lebih tinggi secara signifikan mengembangkan
gangguan spektrum skizofrenia. (Pedersen et al, 2011 dalam
Stuart,2016).

I.6.2 Faktor Presipitasi


Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur
otak, kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau dimasyarakat
yang sering tidak sesuai dengan klien serta konfik antar masyarakat.
Stresor Presipitasi
Biologis
Salah satu stresor yang mungkin adalah gangguan dalam umpan
balik otak yang mengatur jumlah infromasi yang dapat diproses dalam
waktu tertentu. Jika terlalu banyak informasi yang dikirim sekaligus
atau jika informasi tersebut rusak, lobus frontal mengirimkan pesan
yang berlebihan pada gaglia basalis.
Penurunan fungsi lobus frontal menganggu kemampuan untuk
melakukan umpan balik ini. Kemampuan untuk mengatur ganglia
basalis menjadi menurun, dan akhirnya transmisi pesan melambat dan
transmisi ke lobus frontal tidak pernah terjadi. Hasilnya adalah
pengolahan informasi berlebihan.
Stresor biologis lain yang mungkin adalah mekanisme gating
yang tidak normal mungkin terjadi pada skizofrenia. Gating adalah
proses listik yang melibatkan elektrolit. Hal ini berhubungan dengan
hambatan dan rangsangan pada potensial aksi saraf serta umpan balik
yang terjadi di dalam sistem saraf yang berhubungan dengan
penyelesaian transmisi saraf.
Gejala Pemicu
Stres tertentu sering mendahului episode baru dari penyakit.
Kata pemicu digunakan untuk mengambarkan stres tersebut. Pemicu
umum respon neurobiologis berkaitan dengan kesehatan, lingkungan,
sikap dan perilaku. Klien dengan skizofrenia dapat belajar mengenali
pemicu yang biasanya direspon sangat reaktif dan mereka dapat
diajarkan untuk menghindarinya, jika mungkin, dan menghubungi
perawat penanggung jawab kesehatan jiwanya untuk membantu jika
mereka tidak dapat mengatasinya.

I.6.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi di nilai dari hasil observasi terhadap klien
serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah
(Sutejo,2017:13) :
1. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi mengatakan bahwa klien :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
c. Mendengarkan suata yang menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
d. Melihat bayangan sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau moster
e. Mencium bau-bau seperti bau darah, urine, atau feses
f. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

2. Data Objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi melakukan hal-hal tersebut :
a. Berbicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Mengarahkan telinga ke arat tertentu
d. Menutup telinga
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
h. Menutup hidung
i. Sering meludah
j. Muntah
k. Mengaruk-garuk permukaan kulit.
Gejala Positif dan Negatif Dari Skizofrenia
(Stuart,2016)

GEJALA POSITIF :
GEJALA NEGATIF :
- Waham
- Afek datar
- Halusinasi
- Alogia
- Gangguan pemikiran
- Avolition/apatis
- Bicara kacau
- Anhedonia/asosialitas
- Perilaku bizar
- Defisit perhatian
- Afek tidak tepat

DISFUNGSI
SOSIAL/KERJA
-Pekerjaan/aktivitas
-Hubungan
Interpersonal
-Perawatan Diri
-Mortalitas/Morbiditas

GEJALA KOGNITIF :
-Perhatian GEJALA SUASANA
-Memori HATI :
Fungsi eksekutif : abstraksi, - Distoria
pembentukan konsep, - Bunuh diri
pemecahan masalah, -Keputusasaan
pengambilan keputusan

Gambar 17-2 Kelompok gejala utama dari skizofrenia. (Dimodifikasi dari Eli
Lilly:Schizophrenia and related disorders : a comprehensive review and
bibliography slide kit, Indianapolis, 1996, Lily Neuroscience.)
I.6.4 Sumber Koping
Gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan sangat
menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh klien dan
keluarga. Sumberdaya keluarga, seperti pemahaman orangtua tentang
penyakit, ketersediaan keuangan, kertersediaan waktu dan tenaga, dan
kemampuan untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan,
memengaruhi jalannya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi.
Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terdiri dari empat tahap dan
dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun (Moller dan
Zauszniewsky,2012. Dalam Stuart,2016:307) :
a. Disonansi Kognitif (gangguan jiwa aktif) : disonansi kognitif
melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk menurunkan
gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilah
kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama. Hal ini dapat
memakan waktu 6-12 bulan.
b. Pencapaian Wawasan (Attaining Insight) : permulaan wawasan
terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan terhadap
kenyataan yang dapat dipercaya. Hal ini memakan waktu 6-18 bulan
dan tergantung pada kerberhasilan pengobatan dan dukungan yang
berlanjut.
c. Kognitif Yang Konstan (stabilitas di segala aspek kehidupan) :
kognitif konstan (cognitive constancy) termasuk melanjutkan
hubungan intrapersonal yang normal dan kembali terlibat dalam
kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan
bekerja. Fase ini berlangsung 1-3 tahun.
d. Bergerak Menuju Prestasi Kerja atau Tujuan Pendidikan
(kebiasaan kehidupan / ordinariness) : tahap ini termasuk kemampuan
untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang sesuai usia
hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan jiwa. Fase ini
berlangsung minimal 2 tahun.

II.6.5 Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan
halusinasi meliputi : (Sutejo, 2017)
a. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang di
gunakan unuk menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk
aktivitas-sehari-hari tinggal sedikit, sehingga klien menjadi malas
beraktivitas sehari-hari.
b. Proteksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang di alami oleh klien.
I.7 Pohon Masalah
Berikut merupakan pohon masalah diagnosis gangguan sensori persepsi
halusinasi

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi: halusinasi

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


kronik
(sumber: keliat, 2006)

I.8 Diagnosis Keperawatan


Berdasarkan data yang di peroleh, ditetapkan bahwa diagnosis keperawatan
halusinasi adalah : gangguan sensori persepsi: Halusinasi
I.9 INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Nama Klien : DX. Medis :


RM.NO : Ruangan :

No No DIAGNOSA PERENCANAAN
DX
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
(TUK/TUM) EVALUASI
Gangguan perubahan TUM : 1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1 Bina hubungan Saling percaya Hubungan saling
sensori persepsi: Klien tidak menjunkan rasa senang, ada dengan mengemukakan prinsip percaya merupakan
Halusinasi dengar mencederai diri kontak mata, mau berjabat komunikasi terapetik : dasar untuk
(auditori) a. Sapa klien dengan ramah memperlancar
sendiri, orang lainn tangan, mau menyebutkan
baik verbal maupun non interaksi yang
dan lingkungan. nama, mau menjawab salam, verbal
klien mau duduk selanjutnya akan di
b. Perkenalkan diri dengan
lakukan
TUK 1: berdampingan denga sopan
perawat, mau mengutarakan c. Tanyakan nama lengkap
Klien dapat masalah yang dihadapinya. klien dan nama pangilan
membina hubungan yang disukai klien
saling percaya d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
f. Beri perhatian kepada klien
dan perhatian kebutuhan
dasar klien
TUK 2: 1. Klien dapat 1.1 Adakan kontak sering dan singkat Selain untuk
Klien dapat menyebutkan waktu, isi, secara bertahap membina
mengenal dan frekuensi timbulnya 1.2 Observasi tingkah laku klien yang hubungan saling
halusinasi tekait dengan halusinasinya :
halusinasinya percaya, kontak
bicara dan tertawa tanpa stimulus
dan memandang sering dan singkat
kekiri/kanan/depan seolah-olah akan memutus
ada teman bicara halusinasi
1.3 Bantu klien mengenal
halusinasinya dengan cara: Mengenal prilaku
a. Jika menemukan klien sedang klien pada saat
berhalusinasi: tanyakan
halusinasi terjadi
apakah ada suara yang
didengarnya dapat memudahkan
b. Jika klien menjawab ada, perawat dalam
lanjutkan: apa yang di katakan melakukan
suara itu. Katakan bahwa intervensi
perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun Mengenal
perawat sendiri tidak
halusinasi
mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh memungkinkan
atau menghakimi) klien menghindari
c. katakan bahwa klien lain juga faktor timbulnya
ada yang seperti klien halusinasi
d. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien

2. Klien dapat mengungkapkan 2.1 Diskusikan dengan klien: Pengetahuan


bagaimana perasaannya a. Situasi yang menimbulkan tentang waktu, isi,
terhadap halusinasi tersebut atau tidak menimbulkan dan frekuensi
halusinasi (jika sendiri, munculnya
jengkel atau sedih) halusinasi dapat
b. Waktu dan frekuensi mempermudah
terjadinya halusinasi (pagi,
perawat
siang, sore, dan malam: terus
menerus atau sewaktu-waktu)

Mengidentifikasi
2.2 diskusikan dengan klien tentang pengaruh
apa yang dirasakannya jika terjadi halusinasi pada
halusinasi (marah, takut, sedih, klien
dan senang), beri kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan
perasaannya

TUK 3 1. klien dapat menyebutkan 1.1 Bersama klien, identifikasi Usaha untuk
Klien dapat tindakan yang biasanya tindakan yang dilakukan jika memutuskan
mengkontrol dilakukan untuk terjadi halusinasi (tidur, marah, halusinasi, sehinga
menyibukan diri, dll)
halusinasinya mengendalikan halusinasi tidak
halusinasinya muncul kembali

1.2 diskusikan manfaat dan cara yang Penguatan


digunakan klien. Jika bermanfaat (reinforcement)
beri pujian kepada klien dapat
meningkatkan
harga diri klien.
2. klien dapat menyebutkan 2.1 Diskusikan dengan klien tentang Memberikan
cara baru mengontrol cara baru mengontrol alternatif pilihan
halusinasi halusinasinya: untuk mengontrol
a. menghardik atau mengusir halusinasi
atau tidak memedulikan
halusinasinya
b. bercakap-cakap dengan orang
lain jika halusinasinya muncul
c. lakukan kegiatan sehari-hari

3. Klien dapat 3.1.Beri contoh cara menghardik Meningkatkan


mendemonstrasikan cara halusinasi: “pergi ! saya tidak mau pengetahuan klien
menghardik / mengusir / mendengarkan kamu, saya mau dalam memutus
tidak memedulikan mencuci piring atau halusinasi
halusinasinya bercakap-cakap dengan
suster” Harga diri klien
3.2 Beri pujian atas keberhasilan meningkat
klien
3.3 Minta klien mengikuti contoh Memberi klien
yang diberikan dan minta klien kesempatan untuk
mengulanginya mencoba cara yang
3.4 Susun jadwal latihan klien dan di pilih
minta klien untuk mngisi jadwal
kegiatan (self-evaluation) Memudahkan klien
dalam
mengendalikan
halusinasi nya

4 Klien dapat mengikuti 4.1 Anjurkan Klien untuk mengikuti Stimulasi persepsi
aktivitas kelompok terapi aktivitas kelompok, dapat mengurangi
orientasi realita, stimulasi perubahan
persepsi. interpretasi realitas
akibat adanya
halusinasi.

5 Klien dapat 5.1 Klien dapat menyebutkan jenis, Dengan


mendemonstrasikan dosis, dan waktu minum obat, mengetahui prinsip
kepatuhan minum obat serta manfaat obat tersebut penggunaan obat,
untuk mencegah halusinasi.
(prinsip 5 benar : benar orang, maka kemandirian
benar obat, benar dosis, benar klien dalam hal
waktu, dan benar cara pemberian) pengobatan dapat
5.2 Diskusikan dengan klien tentang ditingkatkan.
jenis obat yang diminum (nama,
warna, dan besarnya) : waktu Dengan
minum obat (jika 3x : pukul 07.00,
menyebutkan
13.00, dan 19.00) dosis, cara
5.3 Diskusikan proses minum obat : dosis, frekuensi
a. Klien meminta obat dan caranya, klien
kepada perawat (jika melaksanakan
dirumah sakit), kepada program
keluarga (jika dirumah) pengobatan.
b. Klien memeriksa obat
sesuai dosisnya
c. Klien meminum obat Menilai
pada waktu yang tepat kemampuan klien
5.4 Anjurkan klien untuk bicara dalam
dengan dokter mengenai manfaat
pengobatannya
dan efek samping obat yang
dirasakan sendiri.

Dengan
mengetahui
efeksamping , klien
akan tahu apa yang
harus dilakukan
setelah minum
obat.

TUK 4 1. Keluarga dapat 1.1 Diskusikan dengan keluarga (pada Untuk


Keluarga dapat menyebutkan pengertian, saat berkunjung/saat kunjungan meningkatkan
merawat klien tanda, dan tindakan untuk rumah): pengetahuan
mengendaliakan halusinasi.
dirumah dan a. Gejala halusinasi yang dialami seputar halusinasi
menjadi sistem klien dan perawatannya
pendukung yang b. Cara yang dapat dilakukan pada pihak
klien dan keluarga untuk
efektif untuk klien keluarga
memutuskan halusinasi
c. Cara merawat anggota
keluarga dengan gangguan
halusinasi dirumah: beri
kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama,
berpergian bersama, jika klien
sedang sendiri dirumah,
lakukan kontak dengan dalam
telepon.
d. Beri informasi tentang tindak
lanjut (follow up) atau kapan
perlu mendapatkan bantuan:
halusinasi tidak terkontrol dan
resiko mencederai orang lain.

2. Keluardga dapat 2.1 Diskusikan dengan keluarga Dengan


menyebutkan jenis, dosis, tentang jenis, dosis, waktu menyebutkan
waktu pemberian, manfaat, pemberian, manfaat, dan efek dosis, frekuensi,
serta efeksamping obat. samping obat dan caranya,
2.2 Anjurkan kepada keluarga untuk keluarga
berdiskusi dengan dokter tentang melaksanakan
manfaat dan efek samping obat program
pengobatan.

Dengan
mengetahui
efeksamping,
keluarga akan tahu
apa yang harus
dilakukan setelah
minum obat.
Keterangan :
* Halusinasi dengar : bicara dan tertawa tanpa stimulus , memandang kekanan/kekiri/kedepan seolah – olah ada teman bicara
* Halusinasi lihat : menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
* Halusinasi penghidu : menyatakan mencium sesuatu, terlihat mengengdus
* Halusinasi Raba : Menyatakan merasa sesuatu berjalan di kulitnya, mengosok – gosok tangan/kaki/wajah dll
* Halusinasi Kecap : menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah
DAFTAR PUSTAKA
Stuart.2016.Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Ed. 1. Singapore :
Elsevier

Sutejo.2017. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa :
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Wijayaningsih, Kartika S. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan


Jiwa. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai