Halusinasi
Halusinasi
Disusun Oleh
SANTI SRI HARTINI
1610711120
Skizofrenia
Skizofrenia adalah salah satu dari gangguan jiwa. Gangguan jiwa lainnya
termasuk gangguan skizofreniform, gangguan skizoafektif, gangguan waham,
gangguan psikotik singkat dan gangguan psikotik induksi zat (American
Psychiatric Association, 2013 dalam Stuart, 2016).
Pengkajian melibatkan pemahaman cara di mana otak memproses
informasi dari indera dan respons perilaku yang dihasilkan. Perilaku ini akan
disusun dalam kategori :
1. Kognitif
Adalah tindakan atau proses mengetahui, melibatkan kesadaran dan
penilaian yang memungkinkan otak untuk memproses informasi dengan cara
menyediakan akurasi, penyimpanan, dan pengambilan.
Orang-orang dengan skizofernia sering tidak dapat menghasilkan
pemikiran yang logis yang kompleks atau mengungkapkan kalimat yang
koheren karena neurotransmisi pada system pengolahan informasi otak rusak.
Deficit kognitif sering hadir pada klien yang secara klinis beresiko tinggi
gangguan jiwa sebelum timbulnya gangguan jiwa (carrion et al,2011 dalam
stuart,2016)
2. Persepsi
Adalah identifikasi dan interpretasi stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui penglihatan, suara, rasa, sentuhan, dan penciuman.
Masalah persepsi adalah gejala pertama yang sering terjadi pada banyak
penyakit otak.
3. Emosi
Emosi dijelaskan dalam hal suasana hati dan afek. Suasana hati adalah
nada perasaan yang luas dan berkelanjutan yang dapat dialami selama beberapa
jam atau selama bertahun tahun dan memengaruhi pandangan dunia sekarang.
Afek mengacu pada perilaku tangan, gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan nada
suara yang dapat diamati ketika seseorang mengekspresikan dan mengalami
perasaan dan emosi.
4. Perilaku dan Gerakan
Definisi perilaku dan gerakan “normal” didasarkan pada budaya,
kesesuaian usia, dan penerimaan social. Respons maladaptif neurobiologis
menyebabkan perilaku dan gerakan yang aneh, tidak sedap dipandang,
membingungkan, sulit untuk mengola, disfungsional , dan membingungkan
orang lain. Istilah agresi, agitasi, dan potensi kekerasan sering digunakan untuk
menggambarkan seseorang dengan gangguan skizofernia. Namun, orang yang
mengalami gangguan jiwa tidak selalu melakukan kekerasan. Mereka yang
menjadi perilaku kekerasan biasanya berhenti minum obat atau telah
menyalahgunakan zat
5. Sosialisasi
Adalah kemampuan untuk membentuk hubungan kerjasama dan saling
tergantung dengan orang lain. Masalah social dapat mengakibatkan penyakit
secara langsung
Maupun tidak langsung. Efek langsung terjadi ketika gejala mencegah
orang dari bersosialisasi dalam norma-norma social budaya diterima atau ketika
motivasi memburuk, sehingga terjadi penarikan social dan isolasi dari kegiatan
hidup.efek tidak langsung terjadi adalah konseskuensi sekunder dari penyakit.
Contohnya harga diri rendah yang berhubungan dengan prestasi akademik dan
social yang buruk. Ketidaknyamanan social yang tidak signifikan dan isolasi
social lebih mungkin terjadi.
6. Kesehatan Fisik
Orang dengan Skizofernia memiliki morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi dari pada penyakit fisik. (Lawrence et al,2010;Platt et al, 2010;Jetse
et al,2011 dalam stuart,2016)
Rentang respons
Adaptif Maladaptif
Mengkaji Waktu
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh klien. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi. Selain itu, pengkajian tersebut digunakan
untuk menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga
klien tidak larut dengan halusinasi nya. Pengetahuan tentang frekuensi terjadinya
halusinasi dapat dijadikan landasan perencanaan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
I.6 Pengkajian
Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan dengan mengunakan
konsep stres adaptasi Stuart (2013) yang meliputi stresor dari faktor predisposisi
dan presipitasi.(Sutejo,2017).
Faktor Predisposisi
Skizofrenia adalah gangguan perkembangan saraf otak.
Skizofrenia adalah gangguan neurobiologis kompleks sirkuit otak
neurotransmiter, defisit neuroanatomikal, kelainan neuroelektrikal dan
disregulasi neurosirkulatori.
Genetik
Skizofrenia memainkan peran pada skizofrenia tetapi sulit untuk
memisahkan pengarus genetik dan lingkungan. Tujuan dari penelitian
genetik adalah untuk memetakan kerentanan genetik yang dapat
mengembangkan skizofrenia dan kemudian mengembangkan tindakan
genetik sebagai modalitas tritmen.
Skizofrenia disebabkan oleh interaksi berbagai mekanisme
biologis, lingkungan dan pengalaman. Anak-anak yang memiliki orang
tua biologis dengan skizofrenia dan diadopsi pada saat lahir oleh sebuah
keluarga tanpa kejadian gangguan memiliki risiko yang sama seperti jika
orang tua biologis mereka telah mengangkat mereka.
Neurobiologi.
Penelitian menunjukkan bahwa korteks prefrontal dan korteks
limbik mungkin tidak sepenuhnya berkembang pada otak orang dengan
skizofrenia. Dua hasil penelitian neurobiologis yang paling konsisten
dalam skizofrenia adalah penurunan volume otak dan perubahan sistem
neurotransmiter.
Studi neurotransmiter. Teori ini menyampaikan area mesolimbik
memiliki jalur dopamin di area prefrontal mesokortikal yang hipoaktif,
dan ketidakseimbangan terjadi di antara sistem neurotransmiter dopamin
dan serotonin (dan mungkin antara yang lain juga
Dopamin penting dalam respon terhadap stres dan memiliki
banyak koneksi ke sistem limbik. Korteks prefrontal memiliki beberapa
reseptor dopamin sendiri, tapi mungkin mengatur dopamin di sirkuit lain
di otak. Dopamin hadir pada tingkat tinggi di otak selama masa remaja
akhir, ketika skizofrenia biasanya pertama kali muncul.
Dopamin ditemukan dalam tiga bagian otak :
- Substansia nigra motor tengah, yang memengaruhi gerakan
dan koordinasi
- Otak tengah, yang melibatkan emosi dan memori.
- Koneksi hipotalamus-pituitari, yang melibatkan respon
emosional dan pola koping stres
Dopamin memiliki empat jalur utama di otak :
1. Jalur Mesokortikal : innervates lobus frontal
a. Fungsi : insight, penilaian, kesadaran sosial,
penghambatan, tingkat tertinggi, aktivitas kognitif
(penalaran, motivasi, perencanaan, pengambilan
keputusan)
b. Fungsi abnormal/gejala negatif : afek datar atau tumpul,
miskin berbicara atau isi pembicaraan, blocking, perawatan
yang buruk, kurangnya motivasi, anhedonia, penarikan
sosial, cacat kognitif, defisit perhatian
2. Jalur Mesolimbik : innervates sistem limbik
a. Fungsi : berhubungan dengan memori, bau, efek visceral
otomatis, dan perilaku emosional
b. Fungsi abnormal/gejala positif : halusinasi, waham, bicara
tidak teratur, dan perilaku aneh
3. Jalur Tuberoinfundibular : berasal dari hipotalamus dan
menjorok ke hipofisis.
a. Fungsi : fungsi endokrin, lapar, haus, metabolisme, kontrol
suhu, pencernaan, gairah seksual, dan ritme sirkadian.
b. Fungsi abnormal : beri implikasi pada beberapa kelainan
endokrik pada skizofrenia dan beberapa efek samping obat
anti psikotik, seperti hiperprolaktinemia.
4. Jalur Nigrostriatal : berasal dari substansia nigra dan berakhir
di inti berekor – putamen kompleks (neostriatum)
a. Fungsi : innervates sistem motor dan ekstrapiramidal
b. Fungsi abnormal : berimplikasi pada beberapa gerakan
efek samping obat anti psikotik, seperti tardif diskinesia,
akatisia, dan reaksi distonik.
Serotonin juga berimplikasi pada skizofrenia. Serotonin
memiliki efek modulasi pada dopamin. Generasi pertama obat
antipsikotik antipikal adalah kombinasi serotonin/agen yang
menghalangi dopamin, menjelaskan keberhasilan perbaikan dengan
antipsikotik. Memblokir serotonin dalam sistem limbik meningkatkan
dopamin frontal dengan efek menggantungkan yaitu meningkatkan
gejala negatif.
Glutamat adalah neurotransmiter utama dalam otak . penelitian
tentang pengaruh PCP (phencyclidine), sebuah obat yang tampaknya
meniru gejala skizofrenia pada volunteers normal, telah menyebabkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana glutamat berinteraksi
dengan dopamin. Fungsi kompleks reseptor utama glutamat yaitu N-
metil-d aspartat (NMDA) terganggu oleh PCP. Sistem komunikasi otak
yang penting telah ditemukan menjadi abnormal pada korteks prefrontal
dan talamus dalam studi postmortem orang dengan skizofernia.
Teori Virus dan Infeksi
Bukti menunjukkan bahwa paparan virus influenza pada saat
prenatal, terutama selama trimester pertama, mungkin menjadi salah satu
faktor etiologi skizofrenia pada beberapa orang, tetapi tidak pada orang
lain (Brown dan Derkits, 2010 dalam Stuart, 2016).
Infeksi virus lebih sering terjadi pada tempat-tempat yang ramai
serta di musim dingin dan awal musim semi; infeksi virus dapat terjadi
intra uterin atau pada anak usia dini, anak yang rentan. Penelitian telah
menemukan bahwa wanita dengan tingkat antibodi toksoplasma
memiliki risiko lebih tinggi secara signifikan mengembangkan
gangguan spektrum skizofrenia. (Pedersen et al, 2011 dalam
Stuart,2016).
2. Data Objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi melakukan hal-hal tersebut :
a. Berbicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Mengarahkan telinga ke arat tertentu
d. Menutup telinga
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
h. Menutup hidung
i. Sering meludah
j. Muntah
k. Mengaruk-garuk permukaan kulit.
Gejala Positif dan Negatif Dari Skizofrenia
(Stuart,2016)
GEJALA POSITIF :
GEJALA NEGATIF :
- Waham
- Afek datar
- Halusinasi
- Alogia
- Gangguan pemikiran
- Avolition/apatis
- Bicara kacau
- Anhedonia/asosialitas
- Perilaku bizar
- Defisit perhatian
- Afek tidak tepat
DISFUNGSI
SOSIAL/KERJA
-Pekerjaan/aktivitas
-Hubungan
Interpersonal
-Perawatan Diri
-Mortalitas/Morbiditas
GEJALA KOGNITIF :
-Perhatian GEJALA SUASANA
-Memori HATI :
Fungsi eksekutif : abstraksi, - Distoria
pembentukan konsep, - Bunuh diri
pemecahan masalah, -Keputusasaan
pengambilan keputusan
Gambar 17-2 Kelompok gejala utama dari skizofrenia. (Dimodifikasi dari Eli
Lilly:Schizophrenia and related disorders : a comprehensive review and
bibliography slide kit, Indianapolis, 1996, Lily Neuroscience.)
I.6.4 Sumber Koping
Gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan sangat
menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh klien dan
keluarga. Sumberdaya keluarga, seperti pemahaman orangtua tentang
penyakit, ketersediaan keuangan, kertersediaan waktu dan tenaga, dan
kemampuan untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan,
memengaruhi jalannya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi.
Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terdiri dari empat tahap dan
dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun (Moller dan
Zauszniewsky,2012. Dalam Stuart,2016:307) :
a. Disonansi Kognitif (gangguan jiwa aktif) : disonansi kognitif
melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk menurunkan
gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilah
kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama. Hal ini dapat
memakan waktu 6-12 bulan.
b. Pencapaian Wawasan (Attaining Insight) : permulaan wawasan
terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan terhadap
kenyataan yang dapat dipercaya. Hal ini memakan waktu 6-18 bulan
dan tergantung pada kerberhasilan pengobatan dan dukungan yang
berlanjut.
c. Kognitif Yang Konstan (stabilitas di segala aspek kehidupan) :
kognitif konstan (cognitive constancy) termasuk melanjutkan
hubungan intrapersonal yang normal dan kembali terlibat dalam
kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan
bekerja. Fase ini berlangsung 1-3 tahun.
d. Bergerak Menuju Prestasi Kerja atau Tujuan Pendidikan
(kebiasaan kehidupan / ordinariness) : tahap ini termasuk kemampuan
untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang sesuai usia
hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan jiwa. Fase ini
berlangsung minimal 2 tahun.
No No DIAGNOSA PERENCANAAN
DX
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
(TUK/TUM) EVALUASI
Gangguan perubahan TUM : 1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1 Bina hubungan Saling percaya Hubungan saling
sensori persepsi: Klien tidak menjunkan rasa senang, ada dengan mengemukakan prinsip percaya merupakan
Halusinasi dengar mencederai diri kontak mata, mau berjabat komunikasi terapetik : dasar untuk
(auditori) a. Sapa klien dengan ramah memperlancar
sendiri, orang lainn tangan, mau menyebutkan
baik verbal maupun non interaksi yang
dan lingkungan. nama, mau menjawab salam, verbal
klien mau duduk selanjutnya akan di
b. Perkenalkan diri dengan
lakukan
TUK 1: berdampingan denga sopan
perawat, mau mengutarakan c. Tanyakan nama lengkap
Klien dapat masalah yang dihadapinya. klien dan nama pangilan
membina hubungan yang disukai klien
saling percaya d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
f. Beri perhatian kepada klien
dan perhatian kebutuhan
dasar klien
TUK 2: 1. Klien dapat 1.1 Adakan kontak sering dan singkat Selain untuk
Klien dapat menyebutkan waktu, isi, secara bertahap membina
mengenal dan frekuensi timbulnya 1.2 Observasi tingkah laku klien yang hubungan saling
halusinasi tekait dengan halusinasinya :
halusinasinya percaya, kontak
bicara dan tertawa tanpa stimulus
dan memandang sering dan singkat
kekiri/kanan/depan seolah-olah akan memutus
ada teman bicara halusinasi
1.3 Bantu klien mengenal
halusinasinya dengan cara: Mengenal prilaku
a. Jika menemukan klien sedang klien pada saat
berhalusinasi: tanyakan
halusinasi terjadi
apakah ada suara yang
didengarnya dapat memudahkan
b. Jika klien menjawab ada, perawat dalam
lanjutkan: apa yang di katakan melakukan
suara itu. Katakan bahwa intervensi
perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun Mengenal
perawat sendiri tidak
halusinasi
mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh memungkinkan
atau menghakimi) klien menghindari
c. katakan bahwa klien lain juga faktor timbulnya
ada yang seperti klien halusinasi
d. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
Mengidentifikasi
2.2 diskusikan dengan klien tentang pengaruh
apa yang dirasakannya jika terjadi halusinasi pada
halusinasi (marah, takut, sedih, klien
dan senang), beri kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan
perasaannya
TUK 3 1. klien dapat menyebutkan 1.1 Bersama klien, identifikasi Usaha untuk
Klien dapat tindakan yang biasanya tindakan yang dilakukan jika memutuskan
mengkontrol dilakukan untuk terjadi halusinasi (tidur, marah, halusinasi, sehinga
menyibukan diri, dll)
halusinasinya mengendalikan halusinasi tidak
halusinasinya muncul kembali
4 Klien dapat mengikuti 4.1 Anjurkan Klien untuk mengikuti Stimulasi persepsi
aktivitas kelompok terapi aktivitas kelompok, dapat mengurangi
orientasi realita, stimulasi perubahan
persepsi. interpretasi realitas
akibat adanya
halusinasi.
Dengan
mengetahui
efeksamping , klien
akan tahu apa yang
harus dilakukan
setelah minum
obat.
Dengan
mengetahui
efeksamping,
keluarga akan tahu
apa yang harus
dilakukan setelah
minum obat.
Keterangan :
* Halusinasi dengar : bicara dan tertawa tanpa stimulus , memandang kekanan/kekiri/kedepan seolah – olah ada teman bicara
* Halusinasi lihat : menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
* Halusinasi penghidu : menyatakan mencium sesuatu, terlihat mengengdus
* Halusinasi Raba : Menyatakan merasa sesuatu berjalan di kulitnya, mengosok – gosok tangan/kaki/wajah dll
* Halusinasi Kecap : menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah
DAFTAR PUSTAKA
Stuart.2016.Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Ed. 1. Singapore :
Elsevier
Sutejo.2017. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa :
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press