LAPORAN AKHIR
DISUSUN OLEH :
SRI DEWI, S.Kep
17 3145 901 100
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena
berkatNya sehingga penulis dapatmenyelesaikan laporan akhir dengan judul
“Perawatan Luka Pada Tn.”D” Dengan Ulkus Kaki Diabetik di Rumah
Perawatan Luka ETN Center Makassar Tahun 2019” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Profesi Ners.
Laporan ini diajukan sebagai laporan akhir kegiatan praktek peminatan
perawatan luka yang telah dilaksanakan sejak 10 Desember 2018 Sampai 22
Desember 2018. Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan rasa
terimah kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya, Bapak dan Ibu
tercinta Jaenuddin dan Rosdiana yang selalu menyayangi, mendidik dan
memotivasi sampai saya bisa menjadi seperti sekarang. Serta kepada keluarga
besar dan sahabatku yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih atas segala bantuan berupa
sumbangan pikiran, arahan, dan saran. Akhirnya melalui kesempatan ini penulis
ingin menyampaiakn rasa hormat dan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak H. Alimuddin, S.H., M.H., selaku Pembina Yayasan Pendidikan Islam
(YPI) Mega Rezky Makassar.
2. Ns.Syaiful, S.Kep., M.Kep., WOC (ETN) selaku direktur ETN Centre yang
telah mengizinkan melaksanakan kegiatan peraktek peminatan Perawatan
luka.
3. Ayu Lestari, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua Prodi program STIKes Mega Resky
Makassar dan seluruh staf prodi Ners Stikes Mega Rezky Makassar yang telah
memberi ilmu dan perhatian kepada kami.
4. Ns. Muhammad Yusuf, S Kep.,ETN selaku pembimbing institusi di ETN
Center dan Home Care.
5. Eryati Asri, CWCC, selaku pembimbing lahan di ETN Center yang selalu
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam praktek peminatan perawatan luka.
iii
6. Ns. Marhamah, S.Kep., CWCC, selaku pembimbing institusi di Lontara 2 atas
depan (Digestif), dan atas belakang (Bedah Tumor).
7. Staf ETN centre yang telah meluangkan waktu, pikiran dan arahan selama
kegiatan praktek baik secara langsung maupun tidak langsung dalam praktek
peminatan perawatan luka.
8. Teman – teman Angkatan VIII (delapan) Gelombang III (tiga) Profesi Ners
STIKes Mega Rezky Makassar yang selalu memberikan motivasi, terutama
teman – teman peminatan perawatan luka.
Praktek pemintan ini merupakan awal dari proses melangkah menuju masa
depan dan proses ini merupakan proses berdialetika dalam menerapkan praktek
perawatan luka dalam dunia keperawatan. Dengan segala keterbatasan dan
kemampuan yang ada kami menyadari bahwa tugas akhirini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan
harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Indentitas............................................................................................... 45
B. Riwayat Keluhan dan Kesehatan................................................. 45
C. Pengkajian Luka.................................................................................. 46
D. Implementasi ...................................................................................... 56
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 66
B. Saran ..................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas
menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebebkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (WHO, 2012)
Menurut International of Diabetic Federation (IDF, 2015) tingkat
prevelensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari
keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014
menjadi 387 juta kasus. Indonesia merupakan Negara menepati urutan ke-7
dengan penderita DM sejumlah 4,5 kuta penderita setelah India, Cina,
Amerika Serikat, Federasi Rusia, Jepang dan Brazil.
Di Indonesia, menurut Purwanti (2013), terdapat 1785 penderita DM
yang mengalami komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati
(7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki diabetik (15%).
Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan, maka tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan oleh penderita DM untuk mencegah timbulnya komplikasi,
yaitu dengan melakukan kontrol kadar gula darah, patuh dalam diet rendah
gula, pemeriksaan rutin gula darah, latuhan jasmani, konsumsi obatt anti
diabetik, dan prawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh penderita
diabetes mellitus (Arisman, 2011).
Salah satu komplikasi diabetes mellitus yang telah disebutkan di atas
adalah ulkus kaki diabetik. Ulkus kaki diabetik sebanyak (15%). Dan 855
merupakan penyebab terjadinya amputasi pada pasien diabetes mellitus
(Clayton, 2006).
Dilihat bahwa sebagian besar kasus diabetes mellitus disertai
timbulnya luka terutama luka kaki, maka diperlukan pencegahan dan
penanganan yang benar dan tepat untuk penyembuhan luka sehingga mampu
mengurangi kasus amputasi dan meningkatkan morbilitas penderita diabetes
2
B. Rumusan Masalah
Tidak sedikit Rumah Sakit di Indonesia yang masih menggunakan balutan
konvensional, yaitu menggunakan kasa steril sebagai balutan utama balutan.
Setidaknya, baru 25 dari 1000 lebih Rumah Sakit, khususnya di Pulau Jawa
yang telah menerapkan manajemen perawatan luka modern. Konsep lembab
(Moist) pada perawatan luka modern diketahui sangat baik untuk
mempercepat repitalisasi, menjaga kelembapan akan menurunkan infeksi,
dasar luka yang lembab dapat merangsang pengeluaran growth factor yang
mempercepat proses penyembuhan luka sehingga penulis tertarik untuk
membuat laporan kasus manajemen perawatan luka modern pada kasus luka
kaki diabetes.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah observasi perwaatan luka modern, mahasiswa mampu mengetahui
dan memahami tentang perawatan luka ulkus kaki diabetik dengan
menggunakan konsep TIME MANAGEMENT serta Modern Dressing
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menilai perkembangan pada luka pasien ulkus kaki
diabetik setelah dilakukan TIME MANAGEMENT dan penggunaan
Modern Dressing
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6. Patofisiologi
Diabetes Mellitus
Neuropati
Agregasi sel darah
merah meningkat
Hipoksia/ nekrosis
jaringan
Ulkus diabetik Infeksi
2. Klisifikasi luka
luka diklasifikasi dengan berbagai macam cara diantaranya:
a. Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi:
1) Luka superfisial; terbatas pada lapisan epidermis.
2) Luka “partial thickness”; hilangnya jaringan kulit pada lapisan
epidermis dan lapisan bagian tas dermis.
3) Luka full thickness; jaringan kulit yang hilang pada lapisan
epidermis, dermis , fasia, tidak mengenai otot.
4) Luka mengenai otot, tendon dan tulang. (Maryunani , 2015)
b. Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu
penyembuhan/waktu kejadianya, luka dapat dibagi menjadi luka akut
dan luka kronik:
1) Luka akut:
a) Luka baru, mendadak dan waktu penyembuhannya sesuai
dengan waktu yang diperkiraka.
b) Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
c) Luka akut merupakan luka trauma yang biasanya segera
mendapat penaganan dan dapatsembuh dengan baik bila tidak
terjadi komplikasi. Contohnya: luka sayat, luka bakar, luka
tusuk, crush injury.
d) Luka operasi dapat dianggap luka akut yang dibuat oleh ahli
bedah. Contohnya: luka jahit dan skin graft.
e) Dapat disimpulkan bahwa luka akut adalah luka yang
mengalami proses penyembuhan, yang terjadi akibat proses
integritas fungsi dan anatomi secara terus menerus, sesuai
dengan tahap dan waktu yang normal.
9
2) Luka kronis
Pengantar:
a) Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen atau endogen.
b) Luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak
berespon abaik terhadap terapai dan punya tendensi untuk
timbul kembali.
c) Luka yang berlangsung lama atau sering rekuren dimana terjadi
ganggauan pada proses penyembuhan yang biasanya
disebabkan oleh masalah multifactor dari penderita.
d) Dapat disimpulkan bahwa luka kronik adalah luka yang gagal
melewati proses perbaikan untuk mengembalikan integritas
fungsi dan anatomi sesuai dengan tahap dan waktu yang
normal.
Krakteristik luka kronik
a) Luka kronik disebabkan inflamasi kronik yang ditandai dengan
siklus aktivitas sel yang tidak mendukung penyembuhan.
b) Aktifitas proteolitik dapat tidak adekuat (i.e melapaui periode
bermanfaat) sehingga berperan dalam kronisitas luka.
c) Kadar matrix metalloproteinase dan protease serine meningkat
dibandingkan cairan luka akut.
d) Kadar laktat pada luka kronik semakin menurun selama masa
penyembuhan.
e) Pada luka kronik, kadar albumin, protein total, dan glukosa
semakin meningkat menuju masa penyembuhan.
f) Beberpa spesies bakteri bertahan dalam luka kronik yang
lembab sehingga menghambat penyembuhan luka.
Contoh: leg ulcer/ulkus kaki, pressure sores/luka tekan/decubitus,
diabetic ulcer/luka diabetis, malignant ulcer/luka kanker, luka
bakar yang terinfeksi. (Maryunani , 2015).
10
b. Tingkat luka
1) Tingkat I: kemerahan (perubahan warna), teraba hangat, bengkak
atau teraba lebih keras.
2) Tingkat II: luka lebih dalam melibatkan sebagian jaringan kulit.
3) Tingkat III: luka melibatkan seluruh jaringan kulit dan bagian
dibawahnya termasuk lemak tetapi tidak menembus fascia.
4) Toingkat IV: luka lebih dalam melibatkan otot atau tulang dan
jaringan di sekitarnya. (Maryunani , 2015).
5) Kondisi luka ini adalah luka yang terkontaminasi atau dapat pula
terinfeksi dan merupakan luka pada keadaan lembab dan jaringan
avaskularisasi.
6) Yang penting diperhatikan bahwa semua jenis luka kronis
merupakan luka yang terkontaminasi namun belum tentu terinfeksi.
7) Luka terinfeksi juga dapat dinilai dengan adanya peningkatan
jumlah leukosit darah dalam tubuh dan peningkatan suhu tubuh.
8) Jaringan nekrotik yang berwarna kuning ini harus dibersihkan
sebelum perbaikan dan penyembuhan jaringan dapat terjadi.
c. Luka hitam/black
1) Adalah luka dengan dasar luka berwarna hitam, hitam kecoklatan,
hitam kehijauan. Sering disebut dengan nekrosis atau jaringan
mati.
2) Nekrosis berhasil dari Bahasa Yunani (mati) adalah nama yang
diberikan untuk sel dan jaringan hidup yang mati secara tidak
wajar.
3) Luka tertutup oleh jaringan nekrosis atau eschar, radiasi, yang
merupakan jaringan avaskularisasi yang tidak terdapat perdarahan.
4) Eschar tampak seperti jaringan berkulit kering, tebal, dan mungkin
hitam.
5) Jaringan yang mati (jaringan nekrotik) yang menghambat
peyembuhan luka.
6) Nekrosis merupakan kondisi yang irreversible. Berbeda dengan
apoptosis, yaitu pembersihan sel debris oleh fagosit dengan system
imun, secara umum lebih sulit dilakukan.
7) Jaringan nekrosis dapat berbentuk lunak atau dapat membetuk
jaringan parut.
8) Metode destruksi sel dengan neksrosis ini umunya tidak
mengirimkan sinyal ke fagosit terdekat untuk memakan sel yang
mati.tidak adaanya pemberian sinyal ini mempersulit system imun
15
untuk mencari dan mendaur ulang sel yang telh mati melalui
nekrosis dibandingkan sel yang mengalami apoptosis.
9) Pelepasan kandungan intra sel setelah kerusakan membrane sel
adalah penyebab inflamasi pada nekrosis
10) Jaringan nekrotik ini harus di bersihkan sebelum perbaikan dan
penyembuhan jaringan dapat terjadi
11) Penyebab nekrosis
a) Ada banyak sebab terjadinya nekrosis antara lain paparan
terhadap cedera yang cukup lama, infeksi, kanker, infark,
keracunan, dan inflamasi.
b) Nekrosisi dapat terjadi karena perawatan luka yang tidak
sempurna,neksrosi di sertai pelepasan enzim-enzim khusus
yang disimpan oleh lisosos,yang mampu mencerna komponen
sel atau seluruh sel itu sendiri.
c) Cedera yang dialami sel dapat merusak membrane lisosom,atau
dapat mencetuskan reaksi berantai yang tidak terorganisir yang
menyebabkan pelepasan enzim.
d) Tidak seperti asoptosis,sel yang mati akibat nekrosisdapat
melepaskan zat kimia berbahaya yang dapat merusak sel
lain.neksrosis pada materi biopsy di hentikan dengan fiksasi
atau pembekluan.
e) Kerusakan pada salah satu system penting dalam sel
menyebabkan kerusakan sekunder pada system lain,yang di
sebut cascade of effects. (Maryunani , 2015).
8. Pencucian luka
a. Pengertian pencucian luka
Berukut ini adalah beberapa pengertian tentang pencucian luka/wound
cleansing:
1) Pencucian luka adalah mencuci dengan menggunakan cairan non-
toksik terhadap jaringan kulit/tubuh.
2) Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat
proses penyembuhan luka serta menghidari kemungkinan
terjadinya infeksi.
17
2) Irigasi
Pengertian irigasi dan hal – hal yang berkaitan dengan irigasi;
a) Irigasi merupakan metode/Teknik yang paling umum
digunakan untuk memberikan cairan /larutan pada permukaan
luka.
b) Irigasi adalah Teknik yang paling sering digunakan dan banyak
riset yang mendukung Teknik ini.
c) Luka – luka dengan nekrotik dan terinfeksi seharusnya
dibersihkan dengan tekanan tinggi, sementara itu luka yang
bergranulasi dibersihkan dengan irigasi bertekanan rendah.
Keuntungan Teknik Irigasi
a) Dengan Teknik tekanan yang cuckup dengan mengangkat
bakteri yang terkolonisasi.
b) Mengurangi terjadinya trauma.
c) Mencegah terjadinya infeksi silang.
g. Jenis cairan pencuci luka
1) Cairan normal saline (NaCl 0,9%)
5) Herbal Astreingen
a. Rebusan Daun Sirih
9. Debridement Luka
d. Defenisi
Debridement adalah kegiatan mengangkat atau menghilangkan
jaringan mati, jaringan infeksi dan benda asing dari dasar luka
sehingga dapat ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi baik
(Arisanty,2014).
e. Teknik Debridement
Ada berbagai macam cara melakukan debridement yaitu dengan cara
chemical debridement, mechanical debridement, autolysis
debridement, conservative sharp wound debridement (CSWD),dan
surgical debridement (Arisanty,2014).
1) Chemical Debridement
Yaitu debridement yang menggunakan enzim dan biolysis.
Enzimatik debridement menggunakan tumbuhan seperti enzim
papain pada pepaya dan bromelain pada nanas. Sedangkan
biolysis menggunakan maggots (belatung).
27
2) Mechanical Debridement
Menggunakan kasa atau pingset atau irigasi dengan tekanan
tinggi. Tekhnik ini sudah jarang digunakan, namun masih
digunakan pada luka dengan biofilm.
3) Autolysis Debridement
Tubuh memiliki enzim proteolitik yang berperan dalam
pembersihan. Proses pembersihan ini dapat terjadi pada suasana
lembab. Dengan suasana lembab pada luka maka dapat
mendukung proses autolysis.
4) Conservative Sharp Wound Debridement (CSWD)
CSWD merupakan tindakan mengangkat jaringan mati yang tidak
mudah berdarah dan tidak menimbulkan rasa sakit sehingga tidak
memerlukan anastesi, dengan menggunakan kasa, pingset, dan
gunting. CSWD dikenal juga dengan istilah nekrotomi, dan hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tersertifikasi khusus.
5) Surgical Debridement
Merupakan tindakan pembedahan yang hanya boleh dilakukan
oleh dokter bedah, jaringan yang diangkat berupa jaringan mati
maupun jaringan sehat yang cenderung rusak.
Indikasi
(1) Untuk mendukung proses kelembaban
(2) Cocok untuk semua tahap jenis luka (nekroik,slough,granulasi,
epitalisasi)
Kontraindikasi : Tidak dapat menyerap eksudat
2) Metcovazine
(a) Metcovazine Reguler
36
Indikasi .
a) Membantu proses penyembuhan luka nekrotik dan semua
jenis luka.
b) Memberikan suasana lembab serta mendukung autolysis.
c) Menghindari trauma saat buka balutan.
d) Untuk luka dengan warna dasar luka: hitam, kuning, hijau,
merah.
e) Bahan dasar: Zinc, Vaselin, Chitosan
(b) Metcovazine Red
37
Indikasi
a) Topical therapy atau salep luka untuk jaringan yang
granulasi merah, karena ada kandungan hydrocoloid.
b) Bahan aktif :Metcovazin Reguler plus Hydrocoloid.
b. Hydrocolloid
Indikasi:
1) Luka dengan sedikit eksudat – sedang
2) Luka akut atau kronik
38
3) Luka dangkal
4) Jaringan granulasi
5) Abses
6) Luka dengan epitalisasi luka yang terinfeksi grade 1 dan 2
c. Hydroactive gel
Indikasi:
1) Menciptakan lingkungan luka yang tetap lembab
2) Lembut dan fleksibel untuk segala jenis luka
3) Melunakkan dan menghancurkan jaringan nekrotik, tanpa merusak
jaringan sehat.
4) Mengurangi rasa sakit karena mempunyai efek pendingin
Manajemen Eksudat (E)
a. Transparent film
Indikasi:
1) Dresing primer dan sekunder
39
Indikasi:
1) Luka dengan eksudat sedang- banyak
2) Menghentikan perdarahan minor
3) Berubah menjadi sel ketika bercampur dengan cairan luka
4) Luka akut atau kronik
5) Luka yang dalam sehingga berlubang
c. Foam
Indikasi :
1) Digunakan pada luka full thickness
40
Indikasi
Cadexomer Iodine, sebuah kombinasi Iodine dan polisakarida
kompleks, seperti Iodoflex dan Iodosorb , yang dapat digunakan
sebagai antiseptik, khususnya di luka berongga. Iodine jenis ini dapat
menyerap eksudat, dan melepaskan ion Iodine secara bertahap,
memungkinkan efek antiseptik Iodine bertahan lebih lama dan
memerlukan lebih sedikit penggantian balutan pada luka. Efek
samping Cadexomer Iodine yaitu rasa nyeri seperti terbakar pada area
luka, kemerahan dan eczema. Studi mengenai keamanan Iodine
menunjukkan resiko minimal pada fungsi tiroid. Cadexomer
Iodine berguna saat mengobati luka yang terinfeksi dengan jumlah
eksudat sedang hingga basah. Kemampuannya untuk melepaskan ion
Iodine secara perlahan menyebabkan Iodine jenis ini dianjurkan untuk
digunakan pada luka kronis di mana tidak diperlukan penggantian
balutan yang sering.
b. Hydrophobic
42
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. BIODATA
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn “D”
b. Umur : 58 tahun
c. Alamat : Maros
d. Jenis Kelamin : Laki-Laki
e. Status perkawinan : Menikah
f. Agama : Islam
g. Suku : Bugis
h. Pendidikan : S1
i. Pekerjaan : PNS
j. Tanggal pengkajian : 19/12/2018
k. Sumber informasi : Klien
B. RIWAYAT KLIEN
1. Keluhan utama :
Luka pada kaki kiri (betis depan, mata kaki dan tumit).
2. Riwayat Keluhan Utama :
Klien memiliki 3 luka. Masing-masing luka klien terjadi akibat
melepuh. Setelah 4 hari yang lalu luka yang pertama nampak bengkak
dan bernanah. Berdasarkan informasi dari teman kerjanya klien
mengunjungi ETN CENTER untuk dilakukan perawatan lukanya.
3. Riwayat Penyakit masa lalu :
Klien telah menderita DM sejak ± 10 tahun. Riwayat luka klien
sebelumnya, Luka klien yang pertama dialami sejak ± 1 minggu yang
lalu. Luka klien yang kedua dialami sejak ± 1 bulan yang lalu. Dan
luka yang ketiga dialami sejak 6 bulan yang lalu.
47
C. PENGKAJIAN LUKA
L. 1
L. 3
L. 2
DEPAN BELAKANG
48
6. 25 cm ≤ 36 cm2
7. 36 cm ≤ 49 cm2
8. 49 cm ≤ 64 cm2
9. ≥ 64 cm2
3 Penilaian Di bawah ini di jelaskan system
penilaian luka kaki diabetes yang
Ukuran
di pakai untuk mengevaluasi
proses penyembuhan. Silahkan
lakukan istruksi cara perhitungan
berikut
1. Jika seluruh ibu jari terluka,
maka perhitungan ukuranya
adalah “ 1 + 1 = 2
2. A-H : angka yang terdapat pada
lingkaran yang merupakan nilai
relatif. Anggaplah bahwa angka 5
merupakan nilai maximum atau
jumlah dari keseluruhan jari yang
pada kaki, lalu berikan penilaian
keseluruhan jari dari 1 hingga 5
menurut hasil observasi anda.
Sebagai contoh, jika luka meliputi
kseleuruhan jempol kaki dan 2 1
meliputi 3/5 ( 60% ) dari tulang
metatarsal pertama. Penilaianya
adalah “ 1 + 1 + 3 = 5” jika anda
menemukan penurunan penilaian
sekitar 2/5 ( 40% ) dari tulang
metartasal pertama maka
hitunglah dengan cara “ 1 + 1 + 2
= 4
3. Anda tidak perlu meniai warna
kemerah merahan (undermining)
yang ada di sekitar luka.
4. Nilai tidak boleh melampui 50
% keseluruhan luka yang di ukur.
52
FOTO LUKA
Luka 1
Luka 2
Luka 3
56
Luka 1
Luka 2
Luka 3
57
IMPLEMENTASI
(TIME MANAGEMENT)
No. Tanggal Time Management Keterangan
Implementasi
1. 19/12/2018 A. Tissue Luka 1: dilakukan teknik CSWD
Management (Conservative Sharp Wound
(Manajemen Debridement) dalam pengambilan
Jaringan)
jaringan mati (Debridement).
Selain itu, juga dilakukan
Mechanical Debridement serta
Autolysis Debridement yang
didukung oleh dengan
penggunaan Zinc Thopical
Therapy (Epitel Wound Zalf).
Luka 2 & 3: tidak dilakukan
debridement karena tidak terdapat
jaringan mati.
B. Infection/Inflamat Pada semua luka dilakukan
ion Control pencucian luka dengan
(Manajemen menggunakan air mineral dan
Infeksi dan
sabun khusus luka. Selain itu,
Inflamation)
setelah dicuci dan debridement
disiram dengan cairan
PHMB/Poly Hexa Methyl
Biguanide (sterobac) selain
disiram, juga dilakukan
pengompresan dengan cairan
PHMB ± 15 menit. Selain itu,
Zinc Thopical Therapy (epitel
wound zalf) yang juga berfungsi
58
IMPLEMENTASI
(TIME MANAGEMENT)
No. Tanggal Time Management Keterangan
Implementasi
1. 22/12/2018 A. Tissue Luka 1: dilakukan teknik
Management Mechanical Debridement serta
(Manajemen Autolysis Debridement yang
Jaringan)
didukung dengan penggunaan
Zinc Thopical Therapy dan
Cadexomer Iodine (Iodosorb
Powder).
Luka 2 & 3: tidak dilakukan
debridement karena tidak terdapat
jaringan mati.
B. Infection/Inflamat Pada semua luka dilakukan
ion Control pencucian luka dengan
(Manajemen menggunakan air mineral dan
Infeksi dan
sabun khusus luka. Selain itu,
Inflamation)
setelah dicuci dan debridement,
setelah itu, dilakukan
pengompresan dengan cairan
PHMB/Poly Hexa Methyl
Biguanide (sterobac) ± 15 menit.
Selain itu, cadexomer iodine yang
juga berfungsi untuk menangani
infeksi pada luka pertama,diberi
cadexomer iodine
C. Mouisture Pada luka 1 digunakan Foam
Balance dressing, sedangkan luka 2 & 3
Manajemen
60
BAB IV
PEMBAHASAN
diangkat adalah slough pada luka pertama klien. Namun, CSWD (Conservative
Sharp Wound Debridement) tidak dilakukan pada luka kedua dan ketiga.
CSWD (Conservative Sharp Wound Debridement), teknik ini
menggunakan benda tajam untuk mengangkat atau menghilangkan jaringan mati
(Slough), misalnya gunting, pincet serta kasa dan dilakukan tanpa berdarah
(Arisanty, 2013).
Mechanical Debridement juga dilakukan pada luka klien. Teknik ini
menggunakan kasa dan pinset. Teknik Mechanical Debridement ini menggunakan
kasa dan pincet untuk membersihkan sisa kotoran pada luka klien agar
memudahkan pertumbuhan granulasi baru. (Bettes-Jensen, Barbara. M 2017
diakses oleh Wahyuni, 2018).
Pada luka pertama klien, juga terjadi autolysis debridement. menurut
Wahyuni (2018), Autolysis debridement adalah pengangkatan jaringan mati
sendiri oleh tubuh dengan menciptakan kondisi lembab pada luka. Luka hitam dan
kuning akan melunak dan mudah diangkat, bahkan hilang diserap oleh absorbent
dressing. Tubuh mengeluarkan enzim proteolitik endogen yang berperan penting
selama proses autolysis berlangsung. Pada luka klien, juga digunakan zinc
thopycal therapy (Epitel Wound zalf) untuk mendukung autolysis debridement.
Setelah tissue management, selanjutnya dilakukan infection/inflamation
control.
Infection/inflamation control Yaitu kegiatan mengatasi perkembangan
jumlah kuman pada luka.Semua luka yang terkontaminasi, namun tidak selalu ada
infeksi (Arisanty I. P., 2013).
Pada luka klien, unruk mengontrol infeksi/inflamasi dilakukan pencucian
luka. Pencucian luka menggunakan air mineral dan sabun khusus luka. Teknik
pencucian luka di mulai dari area kulit sekitar luka, kasa yang telah di gunakan
dibuang dan selanjutnya di lakukan pencucian pada jaringan luka, selanjutnya
luka di bilas dengan air mineral hingga bersih dan dikeringkan dengan kasa.
Setelah itu luka dibilas dan dikompres dengan menggunakan cairan PHMB (Poly
hexa methyl biguanide) (stero-bac) selama ± 15 menit.
63
Pada proses pencucian luka, menggunakan air mineral dan sabun khusus
luka.
Air mineral atau air matang mampu membersihkan luka atau kotoran yang
menempel pada luka (Arisanty I. P., 2013). Air mineral dapat dilakukan untuk
mencuci luka, karena aman untuk diminum, juga aman untuk jaringan granulasi
pada luka klien.
Sabun khusus luka yang digunakan antara lain mengandung chlorhexidine.
Sabun pencuci luka (Chlorexidine) adalah antiseptik yang sangat baik.
tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian.
Keuntungannya yaitu antimikrobial spectrum luas, secara kimiawi aktif paling
sedikit 6 jam dan dapat menghilangkan biofilm (Maryunani, 2015).
Selain dilakukan pencucian, untuk mengontrol infeksi/inflamasi, juga
dilakukan pembilasan dan pengompresan menggunakan cairan pencuci luka yang
mengandung PHMB (Poly hexa methyl biguanide). Pembilasan dengan
menggunakan cairan PHMB (sterobac) bertujuan untuk membersihkan dan
melembutkan lapisan luka, sedangkan pengompresan bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi, melembabkan jaringan kulit pada luka dan membantu
penyembuhan luka debridement. pengompresan dilakukan selama ± 15 menit.
Cairan PHMB (Poly hexa methyl biguanide) sterobac berfungsi untuk
membersihkan, dan melembabkan jaringan kulit pada luka akut dan kronis,
membantu proses penyembuhan, mencegah terjadinya infeksi pada luka akut dan
kronis, membantu penyembuhan luka debridement, menghilangakan rasa sakit
pada saat penggantian perban (Georgina Casey.2015)
Moisture Balance Management pada perawatan luka klien bertujuan untuk
melindungi kulit sekitar luka, menyerap eksudat, mempertahankan kelembabpan,
mendukung penyembuhan luka dengan menentukan jenis dan fungsi balutan yag
akan digunakan (Arisanty I. P., 2013).
Mempertahankan atau menciptakan kelembapan ideal padaa luka klien
dengan menggunakan Low Adherent (Melolin) dressing dan kasa steril. Low
Adherent (Melolin) dressing digunakan pada luka pertama, yang berfungsi untuk
menyerap cairan luka dalam jumlah sedikit hingga sedang, tetapi tidak dapat
64
membunuh kuman dan jamur (Arisanty I. , 2014). Pada luka yang kedua dan
ketiga digunakan kasa steril. Kasa sterile pada luka klien berfungsi untuk menutup
luka. Kasa steril adalah kain kasa yang bebas dari kuman-kuman penyakit.
Penggunaan kasa steril yaitu untuk membersihkan luka, menutup luka membalut
luka (Arisanty I. , 2014).
Manajemen perawatan luka yang terakhir adalah Ephitalitation
Advancement Management (manajemen tepi luka).
Ephitalitation Advancement Management (manajemen tepi luka)
merupakan Tepi luka yang siap melakukan proses penutupan (epitalisasi) adalah
tepi luka yang halus, bersih, tipis, menyatu, dengan dasar luka dan lunak (Arisanty
I. P., 2013).
Zinc thopycal therapy yang digunakan dalam Ephitalitation Advancement
Management adalah epitel wound zalf. Zinc Thopical therapy ini dioleskan agak
tebal pada luka pertam sedangkan luka kedua dan ketiga dioleskan secara tipis.
Pada luka pertama, thopical therapy dioleskan agak tebal bertujuan untuk
melindungi tepi luka dan kulit sekitar luka dari kerusakan akibat kontaminasi
cairan luka. Sedangkan luka kedua dan ketiga dioleskan agak tipis dengan tujuan
agar tepi luka tidak terlalu basah akibat banyaknya salep yang dioleskan. Pada
kondisi basah, tepi luka dapat mengalami kerusakan. Tepi luka yang sehat yaitu
tepi luka yang halus, bersih, tipis, menyatu, dengan dasar luka dan lunak (Arisanty
I. P., 2013).
Epitel wound zalf dioleskan pada area luka dan sekitar luka. mengandung:
Lanolin, Zinc oxicide, Metronidazole, Vit. A dan Vit. E yang berfungsi untuk
membantu proses penyembuhan luka nekrotik dan semua jenis luka. memberikan
suasana lembab serta mendukung autolysis debridemet. Mempercepat terjadinya
proses sintesis kolagen, sehingga pembentukan jaringan granulasi sangat cepat,
dan mempercepat proses pembentukan epitelisasi (Islam Cahaya).
Setelah zinc thopycal therapi (epitel wound zalf) dioleskan dan LA
dressing serta kasa steril dipasang. Selanjutnya, dilakukan fiksasi balutan dengan
menggunakan adhesive tape dan cohesive bandage.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan perawatan luka pada klien dengan Ulkus Kaki
Dibetik di Rumah Perawatan Luka ETN-Centre Makassar maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
Setelah menjalani perawatan sebanyak dua kali, terdapat perubahan pada
luka klien. Pada kunjungan pertama pada tanggal 19 Desember 2018,
diperoleh hasil. Penampilan klinis pada luka menunjukkan slough 75% dan
granulasi 25%. Luka kedua Penampilan klinis pada luka menunjukkan
granulasi 100%. Luka ketiga Penampilan klinis pada luka menunjukkan
granulasi 100%.
Sedangkan pada kunjungan kedua pada tanggal 22 Desember 2018, Luka
pertama Penampilan klinis pada luka menunjukkan slough 15% dan granulasi
85%. Luka kedua Penampilan klinis pada luka menunjukkan granulasi 20%
dan epitelisasi 80%. Luka ketiga Penampilan klinis pada luka menunjukkan
granulasi 90% dan epitelisasi 10%. Hal ini, didukung dengan penerapan TIME
MANAGEMENT dan modern dressing pada luka klien. Dressing yang
digunakan yaitu Low adherent (Melolin) dressing dan kasa steril yang
berfungsi untuk menyerap cairan luka (eksudat) sedikit hingga sedang, serta
menggunakan Foam dressing yang berfungsi untuk menyerap cairan luka
sedang hingga banyak. Dressing antimikrobialnya menggunakan zinc thopycal
therapy (Epitel wound zalf) dan cadexomer iodine yang berfungsi untuk
membunuh bakeri dalam luka klien.. Selain itu, juga didukung oleh klien
karena klien menjaga balutannya tidak terkena air, menjaga pola makannya
dan klien juga menggunakan sendal diabetik (sendal khusus penderita
diabetes).
68
B. Saran
Untuk Mahasiswa
a. Hendaknya dalam melakukan pengkajian luka mahasiswa yang
bersangkutan harus menguasai format pengkajian dan mengusai materi
yang bersangkutan dengan perawatan luka.
Untuk Klien
a. Menjaga balutan luka agar tidak basah
b. Menganjurkan klien memakai sendal diabetik baik didalam maupun diluar
rumah.
c. Menganjurkan klien untuk mempertahankan asupan nutrisi terutama
protein untuk mendukung penyembuhan luka.
d. Menganjurkan klien untuk mengontrol gula darah, karena kadar gula darah
yang tinggi dapat menghambat proses penyembuhan luka.
e. Manganjurkan klien untuk tidak banyak berjalan untuk menghindari
tekanan pada luka yang dapat menghambat proses penyembuhan luka.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. (2011). Diabetk Mellitus Dalam: Arisma, Ed Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas,
Clayton. (2006). Tinjauan Umum Perawatan Luka. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Medika.
International of Diabetic Federation (IDF). (2015). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition.
http://www.idf.org/sites/default/file/atlas-poster-2015_EN.pdf.
Lutviandhitarani, G., Harjanti, D. W., & Wahyono, F. (2015). Green Antibiotic Daun Sirih
Mastitis.
Rezki. (2015). Faktor Risiko Terjadinya Ulkus Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus
yang Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang.
Tarwoto, dkk. (2012). Keperawatan Medical Bedah Gangguan Sistem Endokrin . Jakarta:
Wahyuni, E. T. (2018). Laporan Akhir Case Study Pada Perawatan Luka Tn. "S" Dengan
Ulkus Kaki Diabetik Di Rumah Perawatan Luka ETN CENTER. Makassar: STIKes
Peranan Pencucian Luka Terhadap Penurunan Kolonisasi Bakteri Pada Luka Kaki
Diabetes
INFORMASI ABSTRACT
72
Korespo Diabetic ulcer is a major complication of diabetes and is the main cause
ndensi: of infection. One of the efforts or interventions to reduce infection by
doing wound cleansing, but research on the effects of wound cleansing
nbaya2 on bacterial colonization is still limited. The purpose of this literature
585@g study was to determine the effectiveness of using a type of wound
mail.co cleansing on changes in bacterial colonization in DM wounds. The
m data base used in making this review literature is Pubmed, Science Direct,
Google Scholar and Cochrane. there are 144 articles identified and
published from 2010-2018. Of the 144 articles 8 articles that met the
inclusion criteria. Various wound cleansing solutions are used to
optimize the wound healing process and the effect is quite good in
decreasing bacterial colonies in DM wounds. Conclusion: wound
cleansing type ESWA has a bactericidal effect, is effective in reducing
bacterial colonization, and economically it is expected to be a concern in
the treatment process injury, research is needed as to whether ESWA
washing types can be used to reduce bacterial coloniza- tion in DM
wounds.
Keywor
ds:
Nurses
Bacteria
l Coloni-
zation;
Diabetic
Ulcers;
Wound
cleansin
g
73
74
buah dan sayuran segar, unggas per- oxide on graft take in the
dan makanan laut. Selain itu juga chronic-colonized burn wounds ; a
digunakan pada sektor pertanian randomized controlled clin- ical trial.
(Hao, Li, Wan, & Liu, 2015), Burns, 39(6), 1131–1136. https://doi.
perternakan (Mans- ur, Nku, Kim, org/10.1016/j.burns.2013.01.019
& Oh, 2015) dan kesehatan Alexiadou, K., & Doupis, J. (2012).
sebagai cairan irigasi (Chen et al., Management of diabetic foot ulcers.
2013; Cheng et al., 2016). ESAW Diabetes Therapy, 3(1), 1–15.
juga sangat ekologis karena hanya https://doi.org/10.1007/s13300-012-
berisikan saline dan sedikit gas 0004-9
chloride disamping itu ESAW juga Arisanty, I. P. (2013). Konsep Dasar ;
sangat ekonomis karena hanya MANAJEMEN PERAWATAN
membutuhkan Tap Water dan LUKA. (P. E. Karyuni, Ed.). Ja-
sedikit garam untuk karta: EGC.
memproduksin- ya (Kubota et al., Arjunan, S. P., Tint, A. N., Aliahmad, B.,
2015) Kumar, D.
K., Shukla, R., Miller, J., … Ekinci,
KESIMPULAN E. I. (2018). High-Resolution
Studi literatur ini menunjukkan Spectral Analysis Accurate- ly
bahwa Jenis pencu- cian luka yang Identifies the Bacterial Signature in
memiliki efek bakterisid dan Infected Chronic Foot Ulcers in
efektif dalam menurunkan People With Diabetes.
kolonisasi bakteri adalah Elek- https://doi.org/10.1177/15347346187
trolyzed strong water acid bersifat 85844
asam dengan PH 2,3-2,7, Arya, A. K., Tripathi, R., Kumar, S., &
keuntungan lain dari jenis Tripathi, K. (2014). Recent advances
Pencucian ini karena sangat on the association of apoptosis in
ekologis dan ekonomis dibanding- chronic non healing diabetic
kan jenis pencucian lain yang
sudah menjadi golden standar,
namun kedepannya perlu
dilakukan pene- litian yang
membuktikan apakah jenis
pencucian ESWA dapat digunakan
untuk menurunkan kolo- nisasi
pada luka DM.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., Morteza, S., Jafari, S.,
Kiasat, M., Reza, M., &
Ahrari, I. (2013). Efficacy of
debridement and wound
cleansing with 2 % hydrogen
80
M., Kawahara, H., … Hirano, shelf life extension of fresh pork, 47,
K. (2015). Effica- cy and 277–284. https://doi.org/10.1016/j.
safety of strong acid foodcont.2014.07.019
electrolyzed water for Queirós, P., Santos, E., Apóstolo, J.,
peritoneal lavage to prevent Cardoso, D., Cunha, M., &
surgical site in- fection in Rodrigues, M. (2014). The effec-
patients with perforated tiveness of cleansing solutions for
appendici- tis. Surgery Today, wound treat- ment: a systematic
45(7), 876–879. https://doi. review. JBI Database of Sys- tematic
org/10.1007/s00595-014- Reviews and Implementation
1050-x Reports, 12(10), 121–151.
Kubota, A., Nose, K., Yonekura, https://doi.org/10.11124/jbis- rir-
T., Kosumi, T., Yamauchi, K., 2014-1746
& Oyanagi, H. (2009). Effect Shiratori, T., Sowa-Osako, J., Fukai, K., &
of electrolyzed strong acid Tsuruta,
water on peritoneal irrigation D. (2017). Severe stomatitis with a
of experimental perforated deep buc- cal ulcer associated with
peritoni- tis. Surgery Today, an allergic reaction to methyl
39(6), 514–517. https://doi. methacrylate used for dental
org/10.1007/s00595-008- treatment. Contact Dermatitis, 77(6),
3914-4 406–407. https://doi.
Kurnia, S., Sumangkut, R., & org/10.1111/cod.12742
Hatibie, M. (2017). Wattanaploy, S., Chinaroonchai, K.,
Perbandingan kepekaan pola Namviri- yachote, N., & Muangman,
kuman ulkus dia- betik P. (2017). Ran- domized Controlled
terhadap pemakaian PHMB Trial of Polyhexanide / Betaine Gel
gel dan NaCl gel secara klinis. Versus Silver Sulfadiazine for Par-
Jurnal Biomedik, 9(1), 38–44. tial-Thickness Burn Treatment.
Retrieved from https://doi.
https://ejournal.unsrat.ac.id/in- org/10.1177/1534734617690949
dex.php/biomedik/article/view Wilkins, R. G., & Unverdorben, M.
/15318 (2013). Wound cleaning and wound
Lopes, L., Setia, O., Aurshina, A., healing: a con-
Liu, S., Hu, H., Isa- ji, T., …
Dardik, A. (2018). Stem cell
therapy for diabetic foot ulcers
: a review of preclinical and
clinical research, 1–16.
Mansur, A. R., Nku, C., Kim, G., &
Oh, D. (2015).
Combined effects of slightly
acidic electrolyzed water and
fumaric acid on the reduction
of food- borne pathogens and
82
cise review.
Advances in Skin &
Wound Care, 26(4),
160–3.
https://doi.org/10.10
97/01.
ASW.0000428861.2
6671.41
Wolcott, R. D., &
Fletcher, J. (2014).
Technology up- date:
Role of wound
cleansing in the
manage- ment of
wounds. Wounds
UK, 10(2), 58–63.
83
84
A. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Sri Dewi, S.Kep
2. Nama Panggilan : Dewi
3. NIM : 17 3145 901 100
4. Tempat / Tgl : Allu, 04 Desember 1995
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl. Antang Raya
7. Anak : 2 dari 6 bersaudara
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Ayah : Jaenuddin
a. Pekerjaan : Karyawan PT. Lonsum
b. Alamat : Allu Desa Tamatto, Bulukumba
2. Ibu : Rosdiana
a. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Alamat : Allu Desa Tamatto, Bulukumba
3. Saudara : Amaluddin, Ambar Wati, Irfan Syaputra, Nurul
Cahaya dan Aisyah Kharimatunnisa.
C. PENDIDIKAN
1. SDN 22 ALLU (2002 - 2007)
2. SMPN 3 Ujung Loe (2007 - 2010)
3. SMK Keperawatan Muhammadiyah Bulukumba (2010 - 2013)
4. S1 Keperawatan Mega Rezky Makassar (2013-2017)
5. Sementara Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners Universitas Mega
Rezky Makassar sejak tahun 2018.