Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di sekitar kita saat ini, banyak sekali zat-zat adiktif yang sangat berbahaya

bagi tubuh dan menjadi masalah bagi umat manusia di berbagai belahan bumi.

Salah satunya dikenal dengan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya

(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai Narkoba

(Narkotika dan Obat Berbahaya). Seiring dengan perkembangan zaman narkoba

hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa komunitas di berbagai negara. Obat-

obatan ini digunakan untuk tujuan pengobatan, diresepkan para dokter meskipun

sudah diketahui efek sampingnya. Kemudian kasus ketergantungan meningkat

sesudah ditemukannya morphine (1804) yang diresepkan sebagai anestetik,

digunakan luas pada waktu perang di abad ke-19 hingga sekarang dan

penyalahgunaan narkoba di berbagai negara menjadi sulit untuk dikendalikan

hingga saat ini. Penggunaan obat yang terlalu sering akan menjadi kebiasaan,

setelah biasa menggunakan napza kemudian untuk menimbulkan efek yang sama

diperlukan dosis yang tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini berakhir

menjadi ketergantungan, merasa, tidak dapat hidup tanpa narkotika (Sutrisna,

Lisa, 2013).

Jumlah penyalahgunaan napza meningkat dari tahun ke tahun secara cepat,

kasusnya seperti gunung es yang mecuat kepermukaan laut, sedangkan bagian

terbesar dibawahnya tidak tampak. Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia

(WHO) jika terdata satu kasus, berarti ada sepuluh kasus disekitarnya yang tidak
2

terdeteksi, dan menurut WHO pada tahun 2012, terdapat sekitar 162-324 juta

orang didunia yang berusia antara 15-64 tahun yang pernah mengonsumsi napza.

Penyalahgunaaan napza didunia khususnya di asia tenggara sejak tahun 2006

hingga 2013 mengalami peningkatan (UNODC, 2015), secara absolut

diperkirakan ada sekitar 167 hingga 315 juta orang penyalahguna dari populasi

penduduk dunia yang berumur 15-64 tahun yang menggunakan napza minimal

sekali dalam sekali setahun ditahun 2013 (BNN, 2016)

Prevalensi penyalahguna NAPZA di Indonesia setiap tahun selalu meningkat.

Pada tahun 2011 pravalensinya sebesar 2,32%, tahun 2013 sebesar 2,56% dan

tahun 2015 sebesar 2,80% (BNN RI, 2016b). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh

BNN yang bekerjasama dengan Puslitkes Universitas Indonesia tahun 2011,

penyalahgunaan NAPZA di Indonesia pravalensi paling tinggi (2,2) berada pada

kelompok usia 10-59 tahun (BNN RI, 2016b)

Sumatera Barat berada pada peringkat 23 pengguna Napza di indonesia

tahun 2015, dengan jumlah 63.352 kasus dari 3.664.900 jiwa dari rentang usia 10-

59 tahun. Jumlah ini selalu mengalami peningkatan dan tahun 2007 sampai 2011

(Agustin H, Rahmadona, E, 2014).


Menurut Kepolisian Resor ( Polres) Pesisir Selatan melalui Satuan Narkoba

(Sat Narkoba) mengungkap sebanyak 29 kasus napza sepanjang tahun 2016 di

Kabupaten Pesisir Selatan. Jumlah ini jauh meningkat dibanding tahun 2015 yaitu

15 kasus, menurut Kapolres Pesisir Selatan, AKBP Deni Yuhasdi, SIK melalui

Kasat Narkoba, Iptu Sonedi mengatakan sepanjang tahun 2016, berhasil

mengungkap sebanyak 29 kasus napza di wilayah hukum Polres Pessel dengan 40

orang Tersangka, jumlah tersebut jauh melampui target yang ditentukan.


3

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan napza ini yaitu

adanya anggapan jika memakai napza orang akan melihat dirinya hebat, dewasa,

mengikuti mode dan sebagainya, adanya keyakinan bahwa napza dapat digunakan

untuk mengatasi ketegangan, cemas, depresi dan adanya keyakinan napza

merupakan gaya hidup modern dan mengikuti globalisasi dan awalnya ingin coba-

coba dan dipengaruhi oleh teman dan akhirnya kecanduan dan terus menggunakan

napza, penyebab yang lain yaitu pergaulan bebas, adanya masalah keluarga yang

membuat seorang remaja ingin menghibur diri sendiri dengan cara mengonsumsi

napza demi memenuhi kesenangan sesaat (Sutrisna,2013)

Menurut Penelitian Nafikadini, F dkk, pada tahun 2014, yang mana

dijelaskan pada penelitiannya seseorang mulai menyalahgunakan Napza sejak

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan informan utama menggunakan ganja.

Informan utama menggunakan bahasa khusus untuk berkomunikasi dengan

penyalahguna napza dan memiliki konsep diri negatif setelah menjadi

penyalahguna napza. Hasil penelitian Kolibu, F K dkk tahun 2016 di Manando,

menyatakan bahwa faktor usia, pengetahuan, sikap memberikan pengaruh yang

paling besar terhadap individu yang menyebabkan terjadinya penggunaan

narkoba, terutama dikalangan remaja. Dan menurut penelitian Khalilati, N dkk

tahun 2017 menyatakan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh terhadap

seseorang menggunakan dan penyalahgunaan napza dan cukup banyak waktu

yang dihabiskan oleh remaja tanpa pengawasan dari orang dewasa untuk

berinteraksi dengan teman sebayanya yang memungkinkan terbentuknya suatu

perilaku atau sikap pada remaja akibat interaksi yang terjalin antara remaja dan

teman sebaya.
4

(Nurihsan dalam Rinekasari,R.N, et..al, 2016), menyatakan bahwa masa

remaja sebagai usia bermasalah, karena masa remaja adalah masa peralihan,

dimana remaja cenderung memiliki rasa keingintahuan yang besar dan tantangan

serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh

pertimbangan yang matang. Kondisi menyebabkan remaja menjadi terhadap

masalah-masalah perilaku berisiko, seperti melakukan hubungan seksual sebelum

menikah dan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lainnya

(NAPZA), yang keduanya dapat membawa resiko terhadap penularan Infeksi

Menular Seksual (IMS), (HIV), dan (AIDS).

Menurut Penelitian Nur’artavia, M. R (2017) Akibat yang lain dari

penyalahgunaan napza ini yaitu menyerang fungsi otak yang dapat mengakibatkan

daya ingat menurun, sulit berkonsentrasi, menimbulkan perasaan khayal, dan

kemampuan beljar merosot. Dikucilkan dalam pergaulan orang baik-baik,

keluarga menanggung malu karena memiliki anggota keluarga yang memakai

napza, kesempatan belajar hilang dan mungkin akan dikeluarkan dari sekolah dan

tidak dipercayai karena pengguna napza biasanya akan suka berbohong, dan dapat

juga mengakibatkan depresi mental pada pemakainya dan mengakibatkan

ketergantungan mental dan fisik, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada otak

karena terus mengonsumsi napza, dapat juga merusak gigi, jantung, hati, paru-

paru, ginjal dan organ reproduksi, dan dapat juga menurunkan kemampuan belajar

serta sulit membedakan mana perbuatan baik dan perbuatan buruk.


Permasalahan remaja sangatlah komplek, namun semuanya bisa di hindari

dengan menggalakkan program Generasi Berencana (GenRe) dari Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program Generasi

Berencana (GenRe) bisa menjauhkan remaja dari berbagai ancaman yang bisa
5

merusak masa depan, seperti Seks Pranikah, Pernikahan Dini, dan

Penyalahgunaan NAPZA. Salah satu upaya melalui program Generasi Berencana

(GenRe) yang diantaranya melibatkan juga anak-anak muda sebayanya melalui

pengembangan pusat informasi dan konseling Remaja (PIK R/M) di sekolah

ataupun kampus (Profil BKKBN, 2017).


Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yaitu secara bersama sama

melaksanakan pencegahan seluruh masyarakat baik melalui pencegahan berbasis

keluarga, sekolah, tempat kerja, komunitas dan profesi, memfokuskan untuk

menjadikan siswa/pelajar SLTA dan Mahasiswa memiliki pola pikir, sikap, dan

trampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dan

memprioritaskan para pekerja agar memiliki pola pikir, sikap dan trampil menolak

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, Disamping Aparat BNN (Badan

Narkotika Nasional ) sebagai leading sector, instansi pemerintah lainnya baik

pusat maupun daerah juga lembaga bisnis dan sosial maupun individu dapat

melakukan pencegahan (Rinekasari, R.N, et..al, 2016)


Atas dasar permasalahan remaja di atas, maka lembaga pemerintah yaitu

Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di bantu

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) dan

membentuk dan mengelola suatu program yang dinamakan program generasi

berencana (GenRe). GenRe adalah wadah yang sangat perlu bimbingan,

pemberian pendidikan dan pengetahuan yang diharapkan dapat menjadi menjadi

sarana yang efektif dalam membangun karakteristik remaja sehingga dapat

mengatasi dan menanggulangi permasalahan remaja (Sholihah,Q, 2013)


Permasalahan remaja sangatlah komplek, namun semuanya bisa di hindari

dengan menggalakkan program Generasi Berencana (GenRe) dari Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program Generasi


6

Berencana (GenRe) bisa menjauhkan remaja dari berbagai ancaman yang bisa

merusak masa depan, seperti Seks Pranikah, Pernikahan Dini, dan

Penyalahgunaan NAPZA. Salah satu upaya melalui program Generasi Berencana

(GenRe) yang diantaranya melibatkan juga anak-anak muda sebayanya melalui

pengembangan pusat informasi dan konseling Remaja (PIK R/M) di sekolah

ataupun kampus (Profil BKKBN, 2017).


Bimbingan pendidikan dan pengetahuan perlu didukung oleh berbagai pihak

yaitu orang tua dan sosial para remaja seperti teman sebaya. Hal tersebut

melatarbelakangi program GenRe dilaksanakan melalui dua arah, yaitu

pendekatan langsung kepada remaja dengan bantuan pendidik sebaya dan

konselor sebaya melalui Ektrakulikuler Pusat Informasi dan Konseling (Eskul

PIK- R/M) yang berada di Sekolah dan Universitas, dan pendekatan secara tidak

langsung kepada orang tua remaja melalui Bina Keluarga Remaja (BKR) (BKKN,

2014a, hlm. 92)


Survei awal pada tanggal 2 Januari 2018 di SMAN Negeri 1 Bayang

Kabupaten Pesisir Selatan dengan teknik wawancara, peneliti dengan guru BK

diperoleh informasi bahwasanya di SMAN 1 Bayang sudah ada siswa yang

melakukan perbuatan terhadap napza yaitunya penggunaan zat adiktif seperti

rokok sebanyak 10 orang, pengaruh awalnya coba-coba dalam menggunakannya

dan setelah merasa kenikmatan dari mengonsumsinya dan terus-menerus

menggunakannya, dan kurangnya pendekatan orang tua terhadap anak-anaknya

sehingga mereka dapat leluasa melakukan tindakan kriminal tersebut, dan

pengaruh era globalisasi dan teknologi pada saat ini, dan kurangnya pengetahuan

akan bahayanya penggunaan napza tersebut. Selain itu, peneliti juga melakukan

wawancara dengan 10 orang siswa SMAN 1 Bayang mengenai napza bahwa


7

60% diantaranya kurang mengetahui tentang napza dan penggunaan napza

diantaranya jenis – jenis napza, dampak penggunaan napza dan bahaya napza,

40% yang cukup mengetahui tentang napza mendapat pengetahuan tentang napza

dan penggunaan napza melalui televisi dan pesantren ramadhan yang dilakukan

setiap bulan ramadhan.


Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk

meneliti dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Resiko

Penggunaan NAPZA pada Siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Negeri 1 Bayang”

B. Rumusan Masalah
Pentingnya mencegah perilaku remaja penggunaan Napza yang beresiko

terhadap masa depan remaja, banyak upaya yang dilakukan namun masih

tinggi angka pengguna Napza. Maka rumusan masalah penelitian yaitu

Faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko penggunaan napza pada

siswa Kelas X dan Kelas XI Sma Negeri 1 Bayang.


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perilaku remaja tentang resiko

penggunaan NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 1

Bayang pada tahun 2018.


2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang resiko

penggunaan NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri

1 Bayang pada tahun 2018.


b. Diketahui distribusi frekuensi sikap remaja tentang resiko

penggunaan NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri

1 Bayang pada tahun 2018.


8

c. Diketahui distribusi frekuensi teman sebaya tentang resiko

penggunaan NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri

1 Bayang pada tahun 2018.


d. Diketahui distribusi frekuensi resiko pengguna NAPZA pada siswa

kelas X dan kelas XI SMA Negeri 1 Bayang pada tahun 2018.


e. Diketahui hubungan pengetahuan remaja dengan resiko

penggunaan NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri

1 Bayang pada tahun 2018.


f. Diketahui hubungan sikap remaja dengan resiko penggunaan

NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 1 Bayang

pada tahun 2018.


g. Diketahui hubungan teman sebaya dengan resiko penggunaan

NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 1 Bayang

pada tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi SMA Negeri 1 Bayang khususnya kepala

sekolah dan guru - guru bidang studi bimbingan konseling dan agama

untuk melakukan fungsi sekolah sebagai tempat peningkatan

pengetahuan dan pembentukan sikap yang positif terhadap resiko

penggunaan Napza serta penanganan masalah Napza dikalangan

remaja.

2. Institusi pendidikan
9

Sebagai tambahan referensi bacaan untuk perpustakaan di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Mercubaktijaya Padang terkait dengan resiko

pengunaan Napza serta penanganan masalah napza dikalangan remaja.

3. Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian kesehatan untuk mengaplikasikan riset

keperawatan yang telah diperoleh pada perkuliahan.

4. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian

berikut dengan variabel dan desain yang berbeda - beda.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengkaji tentang hubungan perilaku remaja

tentang penggunaan NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 1

Bayang pada tahun 2018, meliputi variabel independen yaitu pangetahuan, sikap

dan teman sebaya. Variabel dependen yaitu pengguna Napza.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa, yang

ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama,

kognitif dan sosial (Latifah, 2008). Sebagai akibat dari bekerjanya hormon -

hormon, seorang anak sejak memasuki usia remaja (lebih kurang usia 12

tahun) mulai menunjukkan perbedaan - perbedaan tubuh yang tidak terdapat

pada anak - anak yang lebih kecil, sejak usia remaja itu kita bisa langsung

membedakan pria dari wanita, misalnya dari kumis, suaranya yang berat,

jakunnya, otot - otot yang kuat dan lain - lain (pada pria), pada wanita bisa
11

ditandai dengan panggulnya yang besar, payudaranya, suara lembut, dan

lain - lain (Sarwono, 2010).

World Health Organitation (WHO) membagi usia remaja dalam dua

bagian, yaitu remaja awal 10 - 14 tahun dan remaja akhir 15 - 20 tahun. Di

Indonesia, batasan remaja adalah kurun usia 15 - 24 tahun. Namun, dalam

jangka waktu yang berbeda - beda antara satu peneliti dan lainnya. Ada yang

menyatakan usia remaja antar 10 - 20 tahun (Papalia, Olds & Feldman,

2007). Selain itu ada yang menyatakan antara usia 10 - 12 tahun dan 18 - 22

tahun (Santrock, 2002), usia 12 - 21 tahun (Monks dkk, 2000), usia 12 - 23

tahun (Stanley Hall dalam Santrock, 2002).

2. Perkembangan Remaja
a. Perkembangan fisik remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak - anak ke dewasa,

bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan

perubahan - perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala

primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan - perubahan fisik

tersebut adalah sebagai berikut:


1) Pada anak perempuan : pertumbuhan tulang - tulang,

pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan lurus

berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan

ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, bulu

kemaluan menjadi keriting, haid (menstruasi), tumbuh bulu -

bulu ketiak.
12

2) Pada anak laki – laki : pertumbuhan tulang - tulang, testis

(buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus,

lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi

(keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting,

pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap

tahunnya, tumbuh rambut – rambut halus di wajah (kumis,

jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut

- rambut di wajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu

dada ( Sarwono, 2010 ).

b. Perkembangan intelegensi remaja


Perkembangan intelegensi ditandai dengan bertambahnya

kemampuan kecerdasan yang terkait dengan gerakan anggota tubuh,

kecerdasan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain,

kemampuan yang terkait dengan kata - kata lisan maupun tulisan,

kemampuan abstraksi dan angka, kemampuan introspeksi dan refleksi

diri, kemampuan yang tinggi dalam mengambil keputusan, kecerdasan

musical, dan kecerdasan naturalistik (Sarwono, 2010).


c. Perkembangan peran sosial remaja
Gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya

disebabkan antar lain oleh adanya konflik peran sosial. Disatu pihak ia

sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak ia masih

harus terus mengikuti kemauan orang tua, pola harapan orang tua di

Indonesia yang menekankan agar anak selalu menurut kepada orang


13

tua mungkin adalah dalam rangka agar anak menjadi orang yang

seperti di cita - citakan oleh orang tua. Akan tetapi, mengharapkan

prestasi sekolah yang tinggi dengan cara mendidik anak agar menuruti

orang tua ternyata adalah tindakan yang kurang tepat, karena meurut

penelitian anak - anak yang berprestasi tinggi di sekolah justru

mendapat latihan untuk mandiri dan mengurus dirinya sendiri pada

usia yang lebih awal dari pada anak - anak yang berprestasi di

sekolah lebih rendah ( Sarwono, 2010 ).

d. Perkembangan moral dan religi remaja


Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam

jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa

mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa sehingga ia

tidak melakukan hal – hal yang merugikan atau bertentangan dengan

kehendak atau pandangan masyarakat. Disisi lain tiadanya moral dan

religi ini sering kali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya

kenakalan remaja (Sarwono, 2010).


3. Tugas Perkembangan Remaja
Pada usia remaja, tugas - tugas perkembangan yang harus dipenuhi

adalah sebagai berikut:


a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih akrab dengan teman

sebaya baik sesame jenis maupun lawan jenis


b. Mencapai peran sosial laki - laki maupun perempuan
c. Menerima perkembangan fisik dan dapat mempergunakan secara

efektif
d. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya
e. Mengembangkan kemampuan dan konsep - konsep intelektual

untuk tercapainya kompetensi sebagai warga Negara


14

f. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggung

jawabkan secara sosial


g. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman

perilaku (Dyana, 2010).


Berdasarkan uraian diatas, tidak semua remaja dapat memenuhi tugas

perkembangannya dengan baik, ada beberapa masalah yang dialami remaja

dalam memenuhi tugas - tugas tersebut, yaitu:


1) Masalah pribadi, yaitu masalah - masalah yang berhubungan

dengan situasi dan kondisi dirumah, disekolah, kondisi fisik,

penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai - nilai


2) Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang

tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian,

kesalahpahaman atau penilaian


3) Remaja yang mengalami stress yang datang dari perubahan sosial

yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang

menginginkan remaja melakukan peran dewasa sebelum mereka

siap secara psikologis untuk menghadapinya. Maka dari itu,

tekanan - tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan

disekolah, penyalahgunaan narkoba, depresi, dan bunuh diri

(Dyana, 2010).
4. Problem Remaja
1) Problem Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul

secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga ia merasa puas

terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya. Kegagalan dalam

penyesuaian diri dapat disebabkan oleh adanya faktor-aktor

pengalaman terdahulu yang pernah dialami seseorang. Jika individu

dimasa kanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan


15

kegagalan, frustasi (kekecewaan) dan konflik (pertentangan batin)

yang pernah dialaminya dulu itu merupakan penyebab dari kegagalan

penyesuaian diri waktu dewasa. Demikian pula sebaliknya, jika

seorang banyak mendapat keberhasilan dan kebahagian dimasa kanak-

kanak dalam penyesuaian dirinya, maka ia akan memandang positi

dan optimis terhadap segalan masalah baru yang dihadapi.


2) Problema Beragama
Masalah agama pada remaja sebenarnya terletak pada tiga hal :
a. Keyakinan dan Kesadaran Beragama
Keyakinan dan kesadaran beragama harus ditumbuhkan dengan

sengaja sejak anak masih kecil. Pada masa remaja kebiasaan-

kebiasaan yang telah ditanamkan diwaktu akan mengalami

tantangan dengan adanya pemikiran rasional dan adanya kenyataan

hidup orang dewasa yang dilihatkannya amat bertentangan dengan

keyakinan yang telah ia terima. Hal ini menimbulkan kekaburan

nilai-nilai yang telah dia terima diwaktu kecil.


b. Pelaksanaan Ajaran Agama secara teratur
Jika keyakinan beragama atau kesadaran beragama sudah tumbuh

dengan subur, untuk melaksanakan ajaran agama dengan

konsekuen akan lebih mudah. Terutama sekali harus dibina disiplin

menjalankan ajaran agama semenjak anak usia dini, sehingga di

masa remaja kebiasaan itu mudah berkembang.

c. Perubahan Tingkah Laku karena Ajaran Agama


Tingkah laku yang perlu ditumbuhkan kepada remaja ialah

berbuat sesuatu adalah karena Allah, karena mengharapkan ridha

Allah semata. Jika pengaruh-pengaruh negati lebih dominan,

maka motif berbuat karena Allah akan dikalahkan. Misalnya ada


16

usaha sekelompok umat islam untuk meningkatkan dakwah dan

pendidikan Islam dan sudah ada pengaruhnya kepada anak-anak

muda didesa itu. Namun kemudian secara sengaja atau tidak

dimasukkan pula berbagai kebudayaan asing (Barat) melalui ilm-

ilm cabul (porno). Maka dakwah untuk pemuda yang sudah

dirintis itu akan dikalahkan oleh pengaruh film tadi. Dalam hal ini

logikanya ialah karena media film dan TV dengan akting bintang-

bintang cantik lebih mengesankan dari pada dakwah agama.


3) Problema Kesehatan
Problema kesehatan ialah masalah yang dihadapi sehubungan dengan

kesehatan jasmani dan rohaninya. Khususnya di masa remaja, masalah

kesehatan sering menjadi pusat pemikiran. Remaja ingin sehat, cerdas

dan tangkas. Remaja puteri ingin memiliki kulit yang halus, badan

yang menarik dan sebagainya. Untuk mencapai semuanya itu maka

kesehatan diperlukan. Remaja yang kurang sehat jasmani disebabkan

sesuatu penyakit, akan merasa rendah diri. Untuk menghadapi hal

seperti itu kepada remaja yang demikian memerlukan bimbingan dan

penyuluhan agar supaya rasa rendah dirinya jangan berlarut-larut.

Sebab jika berlarut-larut akan mengakibatkan gangguan pula terhadap

kesehatan mental.
4) Problem Ekonomi dan Mendapatkan Pekerjaan
Masalah mendapatkan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi

merupakan masalah yang cukup menggelisahkan para remaja. Seorang

remaja kelas II SMA mengeluh bahwa dia ingin bekerja menghasilkan

uang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan membantu meringankan


17

beban orang tuanya. Ia ingin bekerja sambil ingin melepaskan diri dari

orang tua untuk mencapai otonomi dibidang ekonomi dan keuangan.


5) Problem Perkawinan dan Hidup Berumah Tangga
Problem ini didasarkan atas kebutuhan seksual yang amat menonjol

pada masa remaja, sehubungan dengan kematangan organ seksual.

Pada masa ini kadang-kadang timbul konflik antara dia dengan orang

tuanya dalam soal pemilihan jodoh. Konflik ini akan terselesaikan jika

orang tua lebih banyak berdialog dengan remaja secara baik tanpa

paksaan, tanpa memperlihatkan kekuasaan. Sikap orang tua yang

demikian akan terasa oleh anak sebagai suatu toleransi yang tinggi, di

mana orang tua menghargai pendapatnya, walaupun misalnya

pendapat itu mungkin keliru. Penghargaan orang tua itu

menumbuhkan kepercayaan pada dirinya untuk berbuat dan berbakti

lebih banyak kepada orang tua.


6) Problem Ingin Berperan di Masyarakat
Keinginan berperan di masyarakat bersumber dari motif ingin

mendapatkan penghargaan (motif sosial). Kadang-kadang orang

dewasa atau anggota masyarakat tidak menghiraukan keinginan

berperan pada anak dan remaja. Keinginan berperan di dalam

masyarakat adalah suatu dorongan sosial yang terbentuk karena

tuntutan kemajuan teknologi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan pada

umunya.
7) Problem pendidikan
Problem ini berhubungan dengan kebutuhan akan ilmu pengetahuan

yang diperlukan para remaja dalam mencapai kepuasan ingin

mengetahui/meneliti hal-hal yang belum terungkapkan secara ilmiah.


18

Kebutuhan ini juga berguna bagi tercapainya masa depan yang

gemilang dan kaitanya dengan status ekonomi mereka nantinya.


Sulitnya memasuki lembaga-lembaga pendidikan menengah dan

perguruan tinggi merupakan problem yang sulit diatasi. Hal ini

bersangkut-paut dengan soal biaya sekolah/kuliah. Karena ketiadaan

biaya maka orang tua mengalami hambatan untuk menyekolahkan

anak dan remajapun mengalami kesulitan untuk menambah ilmu.

Karena terbentur biaya atau sulitnya memasuki lembaga pendidikan

yang agak bermutu, akhirnya remaja tidak bersekolah atau tidak

melanjutkan ke perguruan tinggi. Mungkin juga melanjutkan studi

tanpa motivasi yang kuat, dengan asal belajar saja disembarang

perguruan. Hal ini akan mempercepat proses putus sekolah. Masalah

putus sekolah dan penggangguran merupakan sumber dari kenakalan

remaja.

8) Problem Mengisi Waktu Terluang


Waktu terluang (senggang) ialah sisa waktu yang kosong setelah habis

belajar dan bekerja. Waktu terluang ini relatif panjang dar-dari pada

waktu bekerja dan belajar. Ambil saja sebuah contoh seorang murid

SMP, waktu belajar di sekolah adalah antara jam 7.30-12.30 yaitu lima

jam. Pulang kerumah, kadang-kadang ada pekerjaan rumah membantu

orang tua, dan lain-lain. Semuanya paling banyak dua jam, sisanya

sampai malam amat panjang. Waktu terluang yang paling jelas ialah

waktu libur sekolah. Disini anak-anak betul-betul bersenang-senang.

Ada yang dya minggu, ada yang lebih dari itu, bergantung keadaan.

Bila anak dan remaja ini dibiarkan sendiri mengatur waktu


19

terluangnya tanpa ada bimbingan orang tua, guru dan pemerintah,

disinilah pokok pangkal terjadinya hal-hal yang kurang diingini oleh

masyarakat. Bagi remaja sendiri mengisi waktu yang kosong itu

merupakan problem yang sulit juga, karena mereka belum dapat

mengatur diri sendiri dengan disiplin yang ketat. Untuk itu sekolah

hendaknya mempunyai program tertentu misalnya adanya proyek

sekolah, atau terluangnya tanpa ada bimbingan orang tua, guru dan

pemerintah, di sinilah pokok pangkal terjadinya hal-hal yang kurang

diingini oleh masyarakat. Bagi remaja sendiri mengisi waktu yang

kosong itu merupakan problema yang sulit juga, karena mereka belum

dapat mengatur diri sendiri dengan yang sulit juga, karena mereka

belum dapat mengatur diri sendiri dengan disiplin yang ketat. Untuk

itu sekolah hendaknya mempunyai program tertentu misalnya adanya

proyek sekolah, atau kegiatan-kegiatan lain yang bukan belajar, akan

tetapi hanya sekedar penambahan pengalaman praktis anak-anak dan

remaja.
9) Problema Pekerjaan dan Pengangguran
“Pengangguran orang terdidik”. Berita seperti itu muncul di media

massa, ceramah para ustadz, dan juga dikumandangkan di seminar-

seminar bertara nasional dan internasional. Keadaan itu memang amat

mengkhawatirkan kita semua. Menurut penulis ada beberapa faktor

penyebab terjadinya pengangguran kaum terdidik di negeri ini dengan

jumlah lapangan kerja yang tersedia. Pengertian tidak sesuai adalah

karena jumlah lapangan kerja lebih sedikit dari pada jumlah lulusan,
20

jurusan-jurusan yang ada di PT berbeda dengan jenis pekerjaan yang

tersedia (Sofyan S, 2014)


5. Upaya-upaya Menanggulangi Permasalahan Remaja
a. Upaya Preventif
Upaya preventif merupakan kegiatan yang dilakukan secara

sistematis, berencana, dan terarah untuk menjaga agar kenakalan

remaja tidak timbul. Upaya preventif lebih besar manfaatnya dari pada

upaya kuratif, karena jika kenakalan itu sudah meluas, amat sulit

menanggulanginya (Sofyan, 2014).


1) Di rumah (Keluarga)
a. Orang tua Menciptakan Kehidupan Rumah Tangga yang

Beragama

Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga

,menjadi kehidupan yang tat dan taqwa kepada Allah di dalam

kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan sholat

berjama;ah, pengajian Al-Qur’an keteladanan akhlak mulia,

ucapan-ucapan serta do’a-do’a tertentu misalnya mengucapkan

salam ketika akan masuk rumah dan pergi, membaca basmalah

akan melakukan perbuatan baik, dan sebagainya. Hal ini dapat

berhasil jika orang tua memberikan pimpinan dan teladan setiap

hari dan tingkah laku orang tua hendaklah merupakan

manifestasi dari didikan agama pada dirinya yang sudah

mendarah daging. Jika hal ini dapat dilakukan maka anak-anak

pun akan bertingkah laku seperti apa yang dilakukan orang tua

mereka (Sofyan, 2014).

b. Menciptakan Kehidupan Keluarga yang Harmonis


21

Dimana hubungan antara ayah, ibu, dan anak tidak terdapat

percekcokan atau pertentangan. Hal ini dapat dilakukan dengan

memberikan waktu terluang untuk berkumpul bersama anak-

anak. Orang tua sebaiknya langsung berdialog dengan anak

tentang hal yang menjadi keluhannya. Biasanya waktu berdialog

adalah sesuai sholat berjama’ah atau sedang berkumpul di ruang

keluarga, dimana saat istirahat semua anggota keluarga berada

disana. Orang tua seharusnya tidak mengucapkan kata-kata

kasar dan rahasia didepan mereka karena hal tersebut semuanya

akan menurunkan kewibawaan orang tua (Sofyan, 2014).

c. Memberikan Kasih Sayang Secara Wajar Kepada Anak-Anak


Kasih sayang yang wajar bukanlah dalam rupa materi

berlebihan, akan tetapi dalam bentuk hubungan psikologis

dimana orang tua dapat memahami perasaan anaknya dan

mampu mengantisipasinya dengan cara-cara eukatif. Orang tua

yang terlalu sibuk tidak akan dapat memberikan kasih sayang

yang wajar kepada anak-anaknya. Anak akan mencari

kompensasi kasih sayang itu diluar rumah, misalnya dalam

kelompok anak-anak nakal. Kasih sayang diberikan orang tua

berupa hubungan emosional yang akrab akan menimbulkan rasa

aman pada diri anak. Rasa aman tersebut akan menjamin

terdapatnya suasa yang tenang dan dapat membantu ke arah

perkembangan anak yang wajar dan sehat jasmani serta rohani

(Sofyan, 2014).
22

d. Memberikan Pengawasan Secara Wajar Terhadap Pergaulan

Anak Remaja di Lingkungan Masyarakat


Hal-hal yang perlu diawasi ialah teman-teman bergaulnya

disiplin waktu, pemakaian uang dan ketaatan melakukan ibadah

kepada Tuhan. Mengenai teman bergaul banyak hubungannya

dengan berhasil tidaknya upaya orang tua mendidik anak. Sebab

jika teman bergaul anak kita adalah orang yang baik, maka

upaya-upaya mendidik akan berhasil baik, sebaliknya jika teman

bergaulnya adalah anak-anak yang nakal, maka upaya kita

mendidik anak akan gagal karena pergaulan yang kurang sehat

akan merusak upaya pendidikan (Sofyan, 2014).


2) Upaya di Sekolah
Upaya preventif disekolah terhadap timbulnya kenakalan remaja

tidak kalah pentingnya dengan upaya di keluarga. Hal ini

disebabkan karena sekolah merupakan tempat pendidikan yang

kedua setelah keluarga. Hanya bedanya bahwa sekolah

memberikan pendidikan formal dimana kegiatan belajar anak

diatur sedemikian rupa dan jangka waktu yang jauh lebih singkat

jika dibanding dengan lamanya pendidikan di Keluarga. Rata-rata

sekolah hanya mengatur pendidikan anak-anak sekitar lima jam

saja. Tetapi waktu yang pendek itu cukup menentukan pembinaan

sikap dan kecerdasan anak didik. Jika proses belajar mengajar tidak

berjalan dengan sebaik-baiknya, akan timbul tingkah laku yang

tidak wajar pada anak didik (Sofyan, 2014).


Permasalahan remaja sangatlah komplek, namun semuanya bisa

di hindari dengan menggalakkan program Generasi Berencana


23

(GenRe) dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN). Program Generasi Berencana (GenRe) bisa

menjauhkan remaja dari berbagai ancaman yang bisa merusak

masa depan, seperti Seks Pranikah, Pernikahan Dini, dan

Penyalahgunaan NAPZA. Salah satu upaya melalui program

Generasi Berencana (GenRe) yang diantaranya melibatkan juga

anak-anak muda sebayanya melalui pengembangan pusat informasi

dan konseling Remaja (PIK R/M) di sekolah ataupun kampus

(Profil BKKBN, 2017).


b. Upaya Kuratif
Yang dimaksud dengan upaya kuratif dalam menanggulangi

masalah kenakalan remaja adalah upaya antisipasi terhadap gejala-

gejala kenakalan, supaya kenakalan itu tidak meluas dan merugikan

masyarakat. Upaya kuratif secara formal dilakukan oleh Polri dan

Kejaksaan Negeri Sebab jika terjadi kenakalan remaja berarti sudah

terjadi suatu pelanggaran hukum yang dapat berakibat merugikan diri

mereka dan masyarakat (Sofyan, 2014)


c. Upaya Pembinaan
Mengenai upaya pembinaan remaja dimaksudkan ialah :
1) Pembinaan terhadap remaja yang tidak melakukan kenakalan

dilaksanakan dirumah, sekolah, dan masyarakat.


2) Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah laku

kenakalan atau yang telah menjalani sesuatu hukuman karena

kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi

lagi kenakalannya (Sofyan, 2014).


B. Prgram GenRe (Generasi Berencana)
1. Pengertian Program GenRe
24

Program GenRe adalah suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya

Tegar Remaja, yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko Triad

KRR, menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan

berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta

menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.

GenRe adalah remaja/mahasiswa yang memiliki pengetahuan, bersikap dan

berperilaku sebagai remaja/mahasiswa, untuk menyiapkan dan

perencanaan yg matang dalam kehidupan berkeluarga. Remaja atau

Mahasiswa GENRE yang mampu melangsungkan jenjang-jenjang

pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana,

dan menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus Kesehatan

Reproduksi.

2. Arah Program GenRe

Program Generasi Berencana diarahkan untuk dapat mewujudkan remaja

yang berperilaku sehat, bertanggungjawab, dan dilaksanakan melalui dua

pendekatan, yaitu :

1) Pusat Informasi dan Konseling Remaja / Mahasiswa (PIK R/M)

Suatu wadah dlm program GenRe yang dikelola dari, oleh dan

untuk remaja/mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi da

konseling tentang kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan

penunjang lainnya

2) Kelompok Bina Keluarga Remaja Adalah Suatu Kelompok / wadah

kegiatan yang terdiri dari keluarga mempunyai remaja usia 10 – 24


25

tahun yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku orang tua remaja dalam rangka pembinaan tumbuh

kembang remaja dalam rangka memantapkan kesertaan, pembinaan

dan kemandirian ber-KB bagi PUS anggota kelompok

3. Tujuan Program GenRe

Adapun tujuan dari program GenRe adalah :


1) Tujuan Umum
Memfasilitasi remaja belajar memahami dan mempraktikan

perilaku hidup sehat dan berakhlak (healthy and ethical life

behaviors) untuk mencapai ketahanan remaja (adolescent

resilience) sebagai dasarmewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera
2) Tujuan Khusus
a) Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup sehat dan

berakhlak
b) Remaja memahami dan mempraktikan pola hidup yang

berketahanan
c) Remaja memahami dan mempersiapkan diri menjadi Generasi

Berencana Indonesia

4. Sasaran Program GenRe

Sasaran dalam Program GenRe antara lain :

a) Remaja (10-24 tahun) dan belum menikah

b) Mahasiswa/mahasiswi belum menikah

c) Keluarga / Keluarga yang punya remaja


26

d) Masyarakat peduli remaja

5. Kebijakan dan strategi Program GenRe

Dalam pelaksanaan Program GenRe, maka diperlukan beberapa

kebijakan antara lain :

a) Peningkatan jejaring kemitraan dalam Program GenRe.

b) Peningkatan SDM pengelola dalam melakukan advokasi,

sosialisasi, promosi dan desiminasi Program GenRe pada mitra

kerja dan stakeholder.

c) Pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa (Centre of Excellence)

untuk dapat berperan

a. Sebagai pusat pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa

b. Sebagai pusat rujukan remaja/mahasiswa

c. Sebagai percontohan/model

1. Adapun strategi Program GenRe adalah

a) Memberdayakan SDM pengelola dan pelayanan program

Gen Re melalui orientasi, workshop dan pelatihan, serta

magang.

b) Membentuk dan mengembangkan PIK Remaja/Mahasiswa

dan BKR

c) Mengembangkan materi program GenRe (4 substansi)

d) Meningkatkan kemitraan program GenRe dengan

stakeholder dan mitra kerja terkait


27

e) Meningkatkan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara

berjenjang

2. Strategi Operasional Program GenRe :


a) Strategi Pendekatan

Yaitu strategi dengan melakukan pendekatan-pendekatan

kepada sasaran, yang terdiri dari

a. Sasaran pertama : para remaja yang tergabung dalam

Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R/M)

dan para orang tua remaja yang tergabung dalam Bina

Keluarga Remaja (BKR).

b. Sasaran kedua : para pembina, pengelola dan anggota

dari lingkungan dekat PIK-R/M dan BKR, yaitu

Keluarga, Kelompok Sebaya, Sekolah/Perguruan

Tinggi, dan Organisasi Pemuda dll.

c. Sasaran ketiga : para pemimpin dari lingkungan jauh

PIK-R/M dan BKR, yaitu Pemerintah, DPR, DPRD,

Partai Politik, Perusahaan, Organisasi Professi, dan

Lembaga Swadaya Masyarakat dll.

b) Strategi Ramah Remaja/Mahasiswa

a. Pengelolaan PIK R/M yang bercirikan dari, oleh dan

untuk remaja/mahasiswa.
28

b. Pelayanan PIK R/M yang bernuansa dan bercita rasa

remaja/mahasiswa.

c. Fasilitasi dan pembinaan PIK R/M yang berasaskan

kemitraan dengan remaja – mahasiswa

c) Strategi Pembelajaran

a. Introspeksi Diri

b. Mengambil keputusan – keputusan hidup atas dasar

kebenaran (truth) dan kejujuran (sincerity)

c. Menjalin hubungan baik di lingkungan dekat

d. berkembang dengan sehat serta berperilaku yang baik.

d) . Strategi Pelembagaan

a. Mempromosikan PIK R/M melalui :

1) Pencitraan PIK R/M yang posistif oleh para Juara

Duta Mahasiswa pada semua tingkatan wilayah

2) Pemberian reward kepada para pengelola PIK

R/M Juara lomba PIK R/M Nasional

3) Partisipasi R/M dalam event – event program

KKB tingkat Nasional dan daerah

b. Membentuk PIK R/M baru di lingkungan :


29

1) Sekolah/Perguruan Tinggi

2) Lembaga Swadaya Masyarakat

c. Strategi Pencapaian
d. Mengembangkan Prototype materi Program GenRe
e. Adanya mekanisme regenerasi pengelola disesuaikan

dengan basis pengembangan


f. Mengembangkan TOT bagi mitra kerja
g. Mengintegrasikan kegiatan PIK Remaja dengan

kegiatan Kelompok

6. Nilai-Nilai Karakter GenRe


1. Olah Pikir
Cerdas, kristis, kreaatif, inovati, ingin tahu, berpikir terbuka,

produktif, berorientasi, ipteks dan efektif.


2. Olah Raga
Bersih dan sehat, disiplin, sporti, tangguh, andal, berdaya tahan,

bersahabat, kooperatif, determinati, kompetitif, ceria dan gigih.


3. Olah Hati
Beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab,

berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela

berkorban, dan berjiwa patriotik.


4. Olah Rasa/Karsa

Ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong,

gotong royong, nasional, kosmopolt, mengutamakan kepentingan

umum, bangga menggunakan bahasa dan produk indonesia,

dinamis, kerja keras, dan beretas kerja.

7. Cita-Cita GenRe
Menjadi Generasi Emas Bangsa Seperti :
a. Pola hidup sehat sehar-hari
30

b. Pendidikan setinggi mungkin


c. Pekerjaan kompetitif
d. Menikah terencana
e. Aktif dalam kehidupan masyarakat
C. NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adaptif lainnya)
1. Pengertian Napza

Napza adalah singkatan dari narkotika alkohol psikostropika dan zat

adikti lainnya. Napza ini kadang kala disebut dengan istilah “NARKOBA”

singkatan dari kata narkotika dan obat berbahaya. Napza maupun

NARKOBA dua istilah yang sekarang marak dipergunjingkan orang dan

menyerang masyarakat kita terutama generasi mudanya (Sutrisna, 2013)

Narkotika adalah zat yang menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka

yang menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam

tubuhnya, pengaruh tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit

rangsangan, semangat dan halusinasi. Dengan timbulnya efek halusinasi

inilah yang menyebabkan kelompok masyarakat terutama dikalanan remaja

ingin menggunakan narkotika meskipun tidak menderita apa-apa. Narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiktif)

(Sutrisna, 2013).

Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari

bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara ermentasi

dan distilasi atay ermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan

perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak,

maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol


31

atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol (Sutrisna,

2013)

Psikotropika adalah zat atau obat alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoakti melalui pengaruh selekti pada susunan

syara pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku. Zat Adikti lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau

psikotropika yang penggunannya dapat menimbulkan rangsangan

(Sutrisna,2013

2. Jenis-jenis Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif


a. Narkotika
1) Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan.
Contohnya : ganja, heroin, kokain, opium
2) Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai

pilihan berakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.


Contohnya : morfina, pentanin, petidin, dan turunannya
3) Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan atau tujuam pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan.’
Contohnya : kodein dan turunanya, metadon, naltrexon dan

sebagainya (Sutrisna, 2013).


b. Psikotropika
32

1) Golongan I
Adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.


Contohnya : MDMA/ekstasi, LSD dan STP. MDMA/Ecstasy

LSD (Lysergic Acid Diethylamide)


2) Golongan II
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan.
Contohnya : ametamin, metilfenidat atau ritalin.
3) Golongan III
Adalah psikotropika yang bekhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma

ketergantungan.
Contohnya : lumibal, buprenorsina, pentobarbital, flunitrazepam
4) Golongan IV
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.


Contohnya : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam

(Sutrisna, 2013).
c. Bahan Adiktif
Contohnya : rokok, alkohol, thinner, lem kayu, penghapus cair,

aseton, cat, bensin dan lain sebagainya (Sutrisna, 2013)


3. Tanda – tanda Remaja Dengan Resiko Tinggi Penggunaan Narkoba
Tanda - tanda remaja yang mempunyai resiko tinggi dalam

penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut :


a. Meninggalkan ibadah, remaja yang biasanya rajin menjalankan

ibadah mulai malas sampai tidak menjalankan ibadah sama sekali


33

b. Bolos sekolah. remaja yang biasanya rajin sekolah atau kuliah

mulai malas, sering bolos sekolah, begitu besar angka absensi

sehingga dikeluarkan dari sekolah


c. Sifat bohong, remaja yang biasanya jujur mulai berbohong dari hal

yang kecil sampai hal yang besar bahkan manipulatif


d. Minggat dari rumah, mereka yang semula betah dirumah, sering

keluar rumah, pulang larut malam, pulang dini hari bahkan sampai

tidak pulang sama sekali


e. Pergaulan bebas, seringkali terlibat pergaulan bebas (free sex). Seks

bebas ini disebabkan hilangnya hambatan dorongan agresivitas

seksual akibat Naza, sehingga yang bersangkutan lepas kendali,

tidak mampu menahan dorongan seksualnya dan tidak ada rasa

malu
f. Sifat mencuri, menjual barang, terlibat hutang, dan tindakan

kriminal lainnya
g. Prestasi belajar merosot tajam
h. Seringkali melanggar disiplin di rumah, disekolah atau di kampus,

sehingga yang bersangkutan seringkali mendapat teguran atau

peringatan, skorsing, sampai dikeluarkan


i. Seringkali merusak barang
j. Melawan otoritas orang tua atau guru
k. Pemalas, tidak mau mandi, tidak mau merawat diri, sampai lusuh,

kumuh dan kurus


l. Suka mengancam, terlibat tindak kekerasan dan perkelahian
m. Seringkali mengalami kecelakaan lalu lintas (Hawari, 2009).
4. Tahapan Penggunaan Napza
Secara umum terdapat 5 tahapan pengguna napza, yaitu:
a. Tahap eksperimen (tahap mencoba-coba), dengan pengertian

pernah sekali atau beberapa kali mencoba memakai narkoba dalam

waktu relatif singkat untuk kemudian berhenti. Biasanya motif

pada tahap ini adalah rasa keingintahuan yang tinggi dan ingin
34

mendapatkan pengalaman yang luar biasa seperti yang diceritakan

oleh teman-temannya
b. Tahap rekreasi (tahap rekreasi sosial), pemakaian lebih sering dan

menggunakan satu atau beberapa macam obat secara sendirian atau

bersama-sama dalam satu kelompok, yang waktunya disepakati

terlebih dahulu secara bersama-sama. Di tahap ini mulai tumbuh

rasa setia kawan dan teman sependeritaan sesama pengguna

narkoba.

c. Tahap situasional (pada situasi dan keadaan tertentu), biasanya

pemakaian dalam situasi tertentu, biasanya dalam keadaan stres

yang meningkat seperti menghadapi ujian, kecewa karena gagal

ujian, untuk menghilangkan rasa kantuk, untuk meningkatkan

prestasi sekolah dan olahraga, menghilangkan rasa malu dan ragu-

ragu.

d. Tahap abuse (tahap penyalahgunaan), biasanya pemakaian sudah

dalam jangka waktu yang lama, motif utamanya biasanya untuk

mengurangi perasaan tidak enak terutama cemas, kekecewaan,

kesedihan dan kemurungan. Stresor yang dialami oleh pengguna

biasanya sudah berlangsung lama dan kemungkinan sudah terdapat

adanya komorbiditas (diagnosis ganda) seperti depresi.

e. Tahap adiksi (tahap ketagihan), penderita sudah sulit untuk

menghentikan pemakaian narkoba karena sudah terjadi adiksi yang

berlangsung lama. Ketergantungannya baik berupa fisik maupun


35

psikis, dan terdapat okupasi untuk mendapatkan obat dalam jumlah

yang cukup untuk mengurangi gejala tidak enak (sakau) yang

dialaminya apabila pemakaian obat dihentikan (Hilary, 2007).

5. Dampak Narkoba dan Psikotropika Secara Umum Terhadap

Kesehatan
Pengaruh narkoba secara umum ada tiga :
1) Depresan
a. Menekan atau memperlambat fungsi system saraf pusat

sehingga dapat mengurangi aktivitas fungsional tubuh.


b. Dapat membuat pemakai merasa tenag, memberikan rasa

melambung tinggi,memberi rasa bahagia dan bahkan

membuat tertidur atau tidak sadarkan diri.


2) Stimulan
a. Merangsang system sara pusat dan meningkatkan

kegairahan (segar dan bersemangat) dan kesadaran.


b. Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah,

mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung,

tekanan darah dan pernaasan.


3) Halusinogen
a. Dapat mengubaha rangsangan indera yang jelas serta

merubah perasaan dan pikiran sehingga menimbulkan kesan

palsu atau halusinasi (Sutrisna, 2013).

Narkotika dan obat terlarang serta zat adikti psikotropika dapat

menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Dampak

yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi

kesehatan mental dan fisik.Meskipun demikian terkadang beberapa

jenis obat masih dipakai dalam dunia kedokteran, namun hanya

diberikan bagi pasien-pasien tertentu, bukan untuk dikonsumsi secara


36

umum dan bebas oleh masyarakat. Oleh karena itu obat dan narkotik

yang disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai akibat yang

beraneka ragam, yaitu

1) Dampak Tidak Langsung Narkoba yang disalah gunakan


a. Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan

perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat racun.


b. Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain

itu biasanya tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.


c. Kelurga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang

memakai zat terlarang.


d. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari

sekolah atau perguruan tinggi alisa DO/ Drop Out.


e. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu

narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.


f. Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiba Tuhan serta

menjalani kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.


g. Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita/ penjara yang sangat

menyiksa lahir batin (Sutrsina, 2013)

2) Dampak Langsung Narkoba Bagi Jasmani/Tubuh Manusia


a. Gangguan pada system sara (neurologis) seperti kejang-kejang,

halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syara tepi.


b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti :

ineksi akut otor jantung, gangguan peredaran darah.


c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses), alergi,

dan eksim.
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner ) seperti penekanan fungsi

pernapasan, kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru-paru.


e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh

meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.


37

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada

endokrin sepeti : penurunan ungsi hormon reproduksi (estrogen,

progesteron, testosteron), serta gangguan ungsi seksual.


g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara

lain perubahan periode menstruasi, ketidakaturan menstruasi dan

amenorhoe (tidak haid).


h. Bagi pengguna narkoba melalu jarum suntik khususnya pemakainnya

jarum suntik secara bergantian resikonya adalah tertular penyakit

seperti hepatitis B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat atal ketika terjadi Over Dosis

yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk

menerimanya. Over Dosis bisa menyebabkan kematian (Sutrisna,

2013).
3) Dampak Langsung Narkoba Bagi Kejiwaan/ Mental Manusia
a. Menyebabkan depresi mental
b. Menyebkan gangguan jiwa berat/psikotik.
c. Menyebabkan bunuh diri.
d. Menyebabkan melakukan tindak kejahatan kekerasan dan

pengrusakan.
e. Dampak psikis :
1. Lamban kerja, ceroboh kerja,sering tegang dan gelisah.
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
3. Agitati, mejadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh

diri.
f. Dampak sosial :
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Sutrisna,

2013).
b. Bahaya Penggunaan Narkoba
a. Bagi diri sendiri
1) Dapat merusak kepribadian pelaku secara drastis
2) Dapat menimbulkan sifat apatis
38

3) Semangat belajar menurun, malas, hidup tidak teratur, tidak

peduli dengan masa depan


4) Menimbulkan kecenderungan untuk melakukan pemaksaan

seksual seperti pemerkosaan, tidak memperdulikan resiko untuk

mendapatkan obat
5) Komplikasi medik seperti : gangguan pada jantung, gangguan

pada hemoprosik, gangguan pada traktur urinarius, gangguan

pada otak, gangguan pada tulang, gangguan pada pembuluh

darah, gangguan pada endorin, gangguan pada kulit, gangguan

pada sistem saraf, gangguan pada paru – paru, gangguan pada

sistem pencernaan, dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya

seperti HIV/AIDS, hepatitis, herpes, TBC, dan lain – lain.


6) Bahaya kejiwaan seperti: depresi mental, gangguan jiwa berat,

dapat menyebabkan bunuh diri, dapat melakukan tindak

kejahatan, kekerasan, pengrusakan (Organisasi.org Komunitas &

perpustakaan online Indonesia, 2008).


b. Bahaya bagi keluarga
1) Menimbulkan perbuatan kriminal yang dapat merusak hubungan

dan tali persaudaraan baik terhadap keluarga, family dan kerabat


2) Dalam pergaulan keluarga, dapat kehilangan kontrol dan

melupakan norma dan etika


3) Mencemarkan nama baik keluarga
c. Bahaya bagi masyarakat
1) Rusaknya citra lingkungan masyarakat
2) Timbulnya kerawanan sosial dibidang keamanan dan penduduk
3) Timbulnya keresahan dan ketakutan masyarakat akibat kegiatan

- kegiatan yang melanggar norma, etika, dan hukum yang

berlaku
d. Bahaya bagi bangsa dan Negara
1) Suramnya masa depan Bangsa dan Negara apabila

penyalahgunaan narkoba melanda generasi muda secara luas


39

2) Teramcamnya sistem keamanan, ekonomi, politik, budaya

masyarakat apabila suatu Negara telah dijadikan pasar gelap

narkoba internasional oleh jaringan pengedar narkotika


D. Rokok
Merokok adalah salah satu fenomena abad kedua puluh ini, walaupun

sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Pada hakekatnya Columbus

memperkenalkan Tembakau kepada Dunia Barat pada merokok. Pada

mulanya pria saja yang merokok, kemudian turut juga kaum wanita

(Lubis,A, 2015)
Walaupun sudah diinformasikan melalui berbagai media bahwa

merokok membahayakan kesehatan, namun jumlah prokok di Indonesia

menempati posisi tertinggi didunia yaitu sebesar 1.634 triliun batang.

Negara-negara maju memiliki jumlah yang lebih rendah misalnya China

sebanyak 451 milyar batang. Amerika serikat sebanyak 328 milyar batang.

Jepang sebanyak 286 milyar batang dan Rusia sebanyak 215 milyar batang

(Ikhsan, H, 2012)

Banyaknya konsumsi merokok di Indonesia berdampak pada

presentase perokok. Di Jawa Tengah presentase meroko setiap hari bagi

penduduk umur di atas 10 tahun secara nasional, sebanyak 24.3

persen/.Pravalensi perokok saat ini 30.7 persen dengan rerata jumlah rokok

yang dihisap 8,9 batang perhari. Usia mulai merokok tiap hari yaitu pada

rentan usia 15-19 tahun. Penduduk yang merokok 83.8 persen juga merokok

didalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga (Ikhsan, H, 2012)

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Remaja


40

Menurut Green (1980) di kutip dalam Franciska, Y & Novita, N tahun

2011 perilaku remaja dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:


1. Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku

yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk dalam

faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma

sosial, dan pengalaman.


2. Faktor pendukung merupakan faktor anteseden terhadap perilaku

yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang

termasuk dalam faktor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau

prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat.


3. Faktor penguat merupakan faktor penyerta perilaku atau yang datang

sesudah perilaku itu ada. Hal-hal yang termasuk dalam faktor ini

adalah keluarga, teman, petugas, kesehatan, dan sebagainya.


1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).


Pengetahuan remaja tentang narkoba merupakan hasil tahu remaja

mengenai narkoba. Menurut remaja, narkoba dapat membuat seseorang

merasa enak dan nyaman. Pengguna narkoba akan bisa melupakan

masalah dan menjadi berani, tetapi jika digunakan berlebihan dapat

menyebabkan penyakit bahkan kematian. Karena itu, seseorang yang


41

sudah kecanduan akan meninggal lebih cepat dan jika tidak meninggal

akan hilang ingatan. Menurut remaja, ciri – ciri fisik pengguna narkoba

antara lain lunglai, mata kehitam – hitaman, kurus, kehilangan nafsu

makan, gigi keropos, pucat, lemah, pendiam, tubuhnya kedinginan dan

kehilangan semangat. Ciri – ciri lain yaitu kadang – kadang hiperaktif,

tertutup, stress, lemah mental, dan menarik diri dari pergaulan (Laili,

2005)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan

(Notoatmodjo, 2007 ).
2. Sikap
Sikap merupakan evaluasi umum yang di buat manusia terhadap

dirinya sendiri, orang lain, obyek atau issue (Azwar S, 2005). Sedangkan

menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah merupakan reaksi atau respon

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

Newcom, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.


Sikap remaja terlihat kekanak - kanakan seperti mementingkan diri

sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan diri pada orang lain,


42

menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol

perbuatannya, harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain,

berdiri sendiri, menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan

mengontrol perbuatannya sehingga tidak merugikan diri sendiri dan

orang lain (Yanen,2007)


Remaja yang mempunyai sikap dan kepribadian yang kuat tidak

akan menggunakan narkoba, tetapi sebaliknya remaja yang mempunyai

kepribadian yang lemah akan cenderung terlibat dalam menggunakan

narkoba. Jika remaja memiliki sikap yang wajar, tidak mengikuti

pergaulan yang menyimpang, maka akan dapat terbebas dari jeratan

narkoba (Laili, 2005).


Sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu pertama kepercayaan

(keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, yang kedua

kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan

kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-

smaa membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting

(Notoatmodjo, 2007).
Berbagai tingkatan sikap yang pertama yaitu menerima, ini diartikan

bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek). Misalnya sikap orang tehadap gizi dapat dilihat dari kesedian

dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi, yang

kedua merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari


43

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut, Selanjutnya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi

(Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya, bagaimana

pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit Cipto? Secara

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya, apabila rumah ibu

luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan posyandu? Atau, saya akan

menikah apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju, tidak

setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 2007).


3. Teman Sebaya
Mu’tadin tahun 2002 menjelaskan bahwa teman sebaya adalah

kelompok orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok sosial

yang sama, seperti teman sekolah atau teman kerja. Teman sebaya

sebagai sebuah kelompok sosial sering didefenisikan sebagai semua

orang yang memiliki kesamaan ciri-ciri seperti kesamaan tingkat usia,

orang tua berkurang dan beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi

kebutuhan akan kelekatan (attachment).


Hubungan yang baik diantara teman sebaya akan sangat membantu

perkembangan aspek sosial secara normal. Anak pendiam yang ditolak

oleh teman sebayanya dan merasa kesepian beresiko menderita depresi.

Anak-anak yang agresif terhadap teman sebaya berisiko pada


44

perkembangannya sejumlah masalah seperti kenakalan dan drop out dari

sekolah.
Berndt (1990) mengakui bahwa tidak semua teman dapat

memberikan keuntungan bagi perkembangan. Perkembangan individu

akan terbantu apabila anak memiliki teman yang secara sosial terampil

dan bersifat suportif. Sedangkan teman-teman yang suka memaksakan

kehendak dan banyak menimbulkan konflik akan menghambat

perkembangan (Santrock, 2004)

F. Faktor Penyalahgunaan Narkoba


Penyalahgunaan narkoba ada beberapa faktor, yaitu :
1. Lingkungan sosial
a. Motif ingin tahu : di masa remaja seseorang lazim mempunyai

rasa ingin lalu setelah itu ingin mencobanya, misalnya dengan

mengenal narkotika, psykotropika maupun minuman keras atau

bahan berbahaya lainnya.


b. Adanya kesempatan : karena orang tua sibuk dengan kegiatannya

masing-masing, mungkin juga karena kekurangan rasa kasih

sayang dari keluarga ataupun karena akibat dan broken home.


c. Sarana dan prasarana: karena orang tua berlebihan memberikan

fasilitas dan uang yang berlebihan, merupakan sebuah pemicu

untuk menyalahgunakan uang tersebut untuk membeli narkotika

untuk memuaskan rasa keingintahuan mereka.


2. Kepribadian
a. Rendah diri : perasaan rendah diri di dalam pergaulan di

masyarakat ataupun di lingkungan sekolah, kerja dsb, mereka

mengatasi masalah tersebut dengan cara menyalahgunakan

narkotik, psykotropika maupun minuman keras yang dilakukan


45

untuk menutupi kekurangan mereka tersebut sehingga mereka

memperoleh apa yang diinginkan seperti lebih akti dan berani


b. Emosional dan mental : Pada masa-masa ini biasanya mereka

ingin lepas dari segala aturan-aturan dari orang tua mereka. Dan

akhirnya sebagai tempat pelarian yaitu dengan menggunakan

narkotik, psikotropika dan minuman keras lainnya. Lemahnya

mental seseorang akan lebih mudah dipengaruhi oleh perbuatan-

perbuatan negatif yang akhirnya menjurus ke arah penggunaan

narkotik, psikotropika dan minuman keras lainnya (Sutrisna,

2013)
46

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori
Menurut Green (1980) di kutip dalam Franciska, Y & Novita, N tahun

2011 perilaku remaja dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi

merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi

bagi perilaku, yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman. Faktor pendukung

merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu

motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam faktor ini adalah

keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang

memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Faktor penguat

merupakan faktor penyerta perilaku atau yang datang sesudah perilaku itu ada.

Hal-hal yang termasuk dalam faktor ini adalah keluarga, teman, petugas,

kesehatan, dan sebagainya.

Faktor Predisposisi :
Bagan 3.1 Kerangka Teori
(Sumber : Franciska, Y & Novita, N tahun, 2011)
Kepercayaan
Tradisi
Norma Sosial
Pengalaman
Pengetahuan
Sikap
47

Faktor Pendukung :
Perilaku
Ketersediaan Kesehatan
fasilitas sarana
prasarana
Keterampilan
Individu
Ketergantungan
sumber

Faktor Penguat :

Teman Sebaya
Keluarga
Petugas
Dll

Keterangan: : diteliti

: tidak diteliti

B. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep yang dapat peneliti gambarkan sebagai berikut :
Bagan 3.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan siswa
48

Resiko Pengguna
Sikap siswa
NAPZA

Teman sebaya

C. Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konsep dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
H1 : Terdapat hubungan pengetahuan siswa kelas X dan XI dengan
penggunaan napza di SMA Negeri 1 Bayang tahun 2018
H2 : Terdapat hubungan sikap siswa kelas X dan XI dengan penggunaan
napza di SMA Negeri 1 Bayang tahun 2018
H3 : Terdapat hubungan teman siswa kelas X dan XI dengan penggunaan
napza di SMA Negeri 1 Bayang tahun 2018

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian cross

sectional study dimana variabel independen dan dependen dikumpulkan

secara bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko penggunaan

NAPZA pada siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 1 Bayang tahun 2018.
49

Variabel independen adalah pengetahuan, sikap, dan teman. Sedangkan

variabel dependen adalah siswa pengguna napza.


B. Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Januari tahun 2018 sampai

bulan Juli tahun 2018. Pengumpulan Data dilakukan di SMA Negeri 1

Bayang selama 1-2 hari.


C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid kelas X dan XI SMA

Negeri 1 Bayang yang berada di SMA Negeri 1 Bayang tahun ajaran

2017/2018 berjumlah 481 orang. Kelas X berjumlah 140 orang terdiri

dari laki-laki 80 orang dan perempuan 60 orang, kelas XI berjumlah 159

orang terdiri dari laki-laki 80 orang dan perempuan 79 orang.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto,2006). Sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan rumus:

N
n=
1 + N (d²)

Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar Sampel
d2 = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang diinginkan (0,01)

300
n=
1 + 300 (0,01)

300
=
4

= 75 Orang
50

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 orang. Teknik

pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (stratifikasi

random sampling) yaitu dengan cara jumlah responden dalam satu kelas

dibagi dengan besar populasi kemudian dikalikan dengan jumlah sampel.

Kelas Jumlah siswa


X 38 orang
XI 39 orang
Total 75 orang

Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi dan

eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target terjangkau dan akan diteliti. Kriteria eksklusi

adalah menghilangkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi

karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Bersedia menjadi responden


b. Berada di lokasi saat penelitian berlangsung
c. Mampu berkomunikasi dengan baik

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: Menolak berpartisipasi

atau tidak bersedia menjadi responden


51

D. Defenisi Operasional
Tabel 4.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1 Resiko Segala sesuatu Kuesioner Menyebarkan Diketegorik Ordinal
Pengguna yang berhubungan angket an atas:
napza dengan resiko kuesioner 1.Beresiko
pengguna napza dengann 10 dengan
oleh siswa meliputi pertanyaan mean ≥ 5
resiko yang akibat dan skor bila
pengguna napza jawaban ya 2.Tidak
diberi nilai 1 beresiko
dan bila dengan
jawaban tidak mean< 5
diberi nilai 0

2 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Memberikan Dikategorik Ordinal


siswa kelas yang diketahui angket yang an atas:
X dan XI siswa kelas X dan berisi 10 1.Tinggi
SMA Negeri XI SMA Negeri 1 pertanyaan, dengan
1 Bayang Bayang meliputi: dengan mean ≥
pengertian napza jawaban, 60%,
jenis - jenis napza, apabila benar
bahaya penggunaan diberi nilai 1 2.Rendah
napza serta dampak dan salah dengan
penggunaan napza diberi nilai 0 mean <
60%

3 Sikap siswa Segala sesuatu Kuesioner Menggunaka Dikategorik Ordinal


kelas X dan yang diketahui n pernyataan an atas:
XI SMA siswa kelas X dan dari 10
Negeri 1 XI SMA Negeri 1 pernyataan, 5 1.Positif
Bayang Bayang baik pernyataan dengan
positif maupun positif dan 5 mean ≥
negatif dalam pernyataan 25
52

menyikapi negatif
penggunaan napza -Positif 2.Negatif
meliputi reaksi atau SS = 4 dengan
respon, S=3 mean <
pengalaman TS= 2 25
pribadi, dan STS= 1
pengaruh teman -Negatif
SS = 1
S=2
TS = 3
STS = 4
-
4 Teman Kelompok orang- Kuesioner Memberikan Dikategorik Ordinal
sebaya kelas orang yang seumur angket yang an atas:
X dan XI dan mempunyai berisi 10
SMA Negeri kelompok sosial pertanyaan 1.Baik
1 Bayang yang sama seperti dengan dengan
teman sekolah atau jawaban, mean ≥
teman kerja dengan apabila benar 5
penggunaan napza diberi nilai 1
meliputi pengaruh dan salah 2.Buruk
teman saat melihat diberi nilai 0 dengan
narkoba,psikotropi mean < 5
ka, dan zat adiktif,
saat melihat teman
memakai narkoba,
psikotropika dan
zat adiktif saat
teman mengajak
memakai narkoba,
psikotropika dan
zat adiktif

E. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini instrument penelitian terdiri

dari bagian 5 yaitu :


a) Intrumen A tentang karakteristik responden yang terdiri dari nama,

kelas, tempat/tanggal lahir dan alamat


b) Instrument B tentang pengetahuan siswa SMAN 1 Bayang memilih

jawaban yang dianggap benar.


53

c) Instrument B tentang sikap siswa SMAN 1 Bayang memilih jawaban

yang dianggap benar menggunakan memilih jawaban dengan Skala

SS, S, TS, STS.


d) Instrument B tentang teman sebaya siswa SMAN 1 Bayang memilih

jawaban yang dianggap benar memilih jawaban iya atau tidak.


e) instrument B tentang resiko penggunaan napza siswa SMAN 1

Bayang memilih jawaban yang dianggap benar.


F. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan

langsung pada sumbernya melalui kuesioner. Pengambilan data yang

dilakukan melalui kuesioner untuk variabel dependen dan independen.

Untuk variabel penelitian terdiri dari 4 variabel dengan variabel

dependen yaitu resiko penggunaan narkoba dan variabel independen

yaitu pengetahuan, sikap, dan teman.


b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari SMA Negeri 1 Bayang berupa data siswa

yang pernah menggunakan napza dan data jumlah siswa SMA Negeri

1 Bayang .
2. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data terdiri dari:
a. Mengurus surat izin meneliti dari institusi pendidikan Sekolah

Tinggi Mercubaktijaya Padang


b. Mengurus surat izin meneliti dari Dinas Pendidikan Provinsi
c. Mengambil data dari siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1

Bayang
d. Peneliti melakukan pengambilan data dilakukan selama 2 hari

dengan menggunakan format pengumpulan data, menggunakan

angket di SMAN 1 Bayang. penelitian dilakukan pada tanggal 11

Mei 2018 – 12 Mei 2018 dengan riincian sebagai berikut :


a) Tanggal 11 Mei 2018 sebanyak 38 responden
54

b) Tanggal 12 Mei 2018 sebanyak 39 responden


e. Melakukan pengumpulan data melalui angket, dengan

menggunakan kuesioner dimana semua jawaban disediakan dan

responden tinggal memilih dan mengisi jawaban yang sudah

tersedia dengan teknik pengisian langsung oleh responden dan

dibimbing oleh peneliti


G. Teknik Pengolahan Data
Cara pengolahan data terdiri dari:
a. Menyunting Data (Editing)

Peneliti melakukan pengecekan pada semua pertanyaan di kuesioner,

dengan mengecek pertanyaan sudah terjawab dengan baik untuk

persiapan pengolahan selanjutnya.


b. Mengkode Data (Coding)
Apabila proses editing telah selesai dilakukan, maka hasil jawaban

kuesioner diberi kode dengan cara merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan pengolahan.

Dalam hal ini variabel yang dilakukan pengkodean adalah variabel

pengetahuan, apabila jawaban dari responden benar maka diberi

kode (1), jika salah maka diberi kode (0). Untuk variabel sikap

menggunakan skala likert yaitu bila pernyataan positif, SS nilai (4),

S nilai (3), TS nilai (2), STS nilai (1), bila pernyataan negatif, SS

nilai (1), S nilai (2), TS nilai (3), STS nilai (4). Untuk variabel

teman, apabila jawaban dari responden benar diberi kode (1), jika

salah maka diberi kode (0). Untuk variabel resiko pengguna napza,

apabila jawaban dari responden benar diberi kode (1), jika salah

maka diberi kode (0).


c. Memasukkan Data (Entry)
55

Setelah semua kegiatan pengkodean selesai dilakukan, maka langkah

selanjutnya adalah memasukkan semua data yang berbentuk numerik

kedalam master tabel dengan menggunakan bantuan komputerisasi..


d. Membersihkan Data (Cleaning)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan kembali data yang

telah terkumpul untuk melihat adanya kesalahan pada kode masing-

masing variabel sehingga tidak terdapat kesalahan setelah tabel

diperiksa.
H. Etika Penelitian
Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilaksanakan penelitian dengan

memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian yaitu sebagai

berikut :
a. Lembar Persetujuan (Informed consent)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan,

dengan memberikan lembar persetujuan (Informed consent). Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan dari

Informed consent agar partisipan mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya, jika partisipan bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia untuk direkam dan

jika partisipan tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak

partisipan.
b. Tanpa Nama (Anonimity)
Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang disajikan.


c. Kerahasiaan (Confidentiality)
56

Merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasian dari

hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

partisipan yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.


d. Menghormati orang (respect for person)
 Peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam terhadap

kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian.


 Perlu Perlindungan terhadap subyek penelitian yang rentan

terhadap bahaya penelitian.


e. Manfaat (benefience)
Keharusan untuk mengusahakan manfaat sebesar-besarnya dan

memperkecil kesalahan penelitian. Dalam deklerasi Helsinki menyatakan

melarang pelaksanaan yang mendatangkan resiko. Subyek sifatnya

sukarela yang dihormati.


f. Tidak membahayakan subyek penelitian (non-maleficience)
g. Keadilan (justice)
Adanya keseimbangan manfaat dan resiko yang mungkin dialami

oleh subyek atau relawan meliputi fisik (biomedis), psikologis (mental)

dan sosial. Hal ini terjadi karena akibat penelitian, pemberian obat.
I. Analisa Data
Data dianalisa dengan menggunakan software komputer melalui :
1. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi

dan proposi dari masing-masing variabel yang diteliti. Hasil perhitungan

presentase dimasukkan dalam kriteria standar objektif yaitu berdasarkan

teori dari setiap aspek dan kriteria standar kualitatif. Analisa univariat

pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

variabel independent yaitu pengetahuan, sikap, dan teman dengan

variabel dependen yaitu pengguna napza. Menurut Silalahi (2012) rumus

untuk distribusi frekuensi yaitu :


57

P= X 100%

Ket : P = Nilai presentase responden


F = Frekuensi atau jumlah data
N = Jumlah seluruh responden

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan kedua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariat dalam penelitian

ini menggunakan uji statistik Chi-square dengan tingkat kepercayaan

95% atau p value = 0,05. Jika nilai p value ≤ 0,05 maka hasil statistik

dinilai bermakna artinya ada hubungan antara dua variabel. Jika P value

> value 0,05 maka hasil


perhitungan statistik tidak ada hubungan antara dua variabel.

X2

Ketentuan apabila dalam tabel terdapat nilai E < dari 5 maka digunakan
rumus :

X2= ∑

Keterangan :

X2 = Nilai Chi-square

∑ = Jumlah baris dalam kolom

O = Nilai observasi

E = Nilai expected (harapan)

Hasil uji statistik bermakna apabila X hitung ≥ X2 tabel pada tingkat

kepercayaan 95% (α< 0,05) maka Ha diterima artinya terdapat hubungan yang
58

bermakna, sebaliknya jika X hitung ≤ X2 tabel maka Ha ditolak artinya tidak

terdapat hubungan yang bermakna.

Anda mungkin juga menyukai