Anda di halaman 1dari 60

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit semakin diperlukan sejalan

dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan haknya sebagai penerima

jasa pelayanan sehingga mampu memilih berbagai alternatif pelayanan yang

bermutu yang dapat memberikan kepuasan bagi dirinya maupun keluarganya.

Rumah sakit akan berkompetensi secara global, sehingga upaya peningkatan

mutu rumah sakit sangatlah menjadi prioritas. Selain itu, dalam rangka

mendukung upaya rujukan dan pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah

sakit haruslah yang bermutu dan berkualitas, oleh karena itu rumah sakit perlu

terus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, tidaklah mudah

karena terkait dengan banyak hal. Tinggi rendahnya mutu sangat dipengaruhi

sumber daya rumah sakit, interaksi pemanfaatan sumber daya rumah sakit

yang digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu menghasilkan jasa atau

pelayanan. Mutu pelayanan rumah sakit harus dapat dipertanggung jawabkan

karena menyangkut banyak hal, salah satunya adalah keselamatan pasien yang

menjadi sasaran utama (Depkes, 2001).

Pelayanan kesehatan rumah sakit yang bermutu dan aman telah

menjadi fokus perhatian pemerintah yang dituangkan dalam Undang-undang

Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit mengenai

kewajiban rumah sakit dan hak pasien. Pada pasal 29 dijelaskan bahwa rumah

1
sakit berkewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti

diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian pada pasal 32 berisi pasien

berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar

profesi dan standar operasional serta memperoleh keamanan dan keselamatan

dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit.

Keselamatan pasien di rumah sakit merupakan suatu sistem dimana

rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi

penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan

risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden

dan tindakan lanjutannya serta implementasi solusi untuk meminimalkan

timbulnya risiko (Depkes, 2006).

Mengurangi atau meminimalkan angka kejadian cidera merupakan

salah satu dari sasaran keselamatan pasien atau International Patient Safety

Goal (IPSG), yang juga menjadi salah satu standar Joint Commission

International (JCI), bagian tersebut dikembangkan untuk mengidentifikasi

masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan kejadian yang tidak

diharapkan, sebagian besar standar IPSG khususnya pencegahan risiko jatuh

diterapkan oleh tenaga perawat, terutama di bagian rawat inap. Perawat

dituntut untuk selalu berinteraksi dengan pasien selama 24 jam, waktu

interaksi paling banyak dibanding tenaga kesehatan yang lain, sehingga

memiliki peranan kunci dalam menentukan keberhasilan akreditasi JCI

(Aprilia, 2011).

2
Hasil penelitian Huey & Chang (2009) menyebutkan bulan maret 2005

sampai juni 2006 telah terjadi 228 kejadian pasien jatuh dari tempat tidur dari

2.901 di rumah sakit yang berada di Taiwan medical center dikarenakan tidak

ada anggota keluarga yang mendampingi, perawat di Taiwan merawat pasien

dengan melibatkan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tanpa

memperhatikan siapa anggota keluarga tersebut, selain itu karena kunjungan

perawat kepada pasien berkurang.

Keselamatan pasien merupakan langkah kritis pertama untuk

memperbaiki kualitas pelayanan. Tercermin pada laporan Institute Of

Medicine/IOM (2000) di Amerika daerah Utah dan Colorado ditemukan

kejadian tidak diinginkan sebesar 2,9% di mana 6,6 % meninggal dunia,

sedangkan di New York sebesar 3,7% angka kejadian tidak diinginkan dengan

angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat KTD di bagian rawat inap di

seluruh Amerika berkisar 44.000 – 98.000 per tahunnya. Sewaktu kongres

Persi (perhimpunan rumah sakit seluruh Indonesia) XXI di Jakarta pada

tanggal 8 November 2012 melaporkan angka kejadian pasien jatuh pada bulan

Januari sampai September 2012 sebesar 14 %. Hal ini membuat presentasi

angka kejadian pasien jatuh termasuk dalam lima besar insiden medis

(Komariah, 2012).

Di RSUD Pamekasan diberitakan bahwa terjadi kecelakaan pasien

jatuh yang diduga karena kesalahan yang dilakukan perawat, kejadian ini

berawal ketika perawat meminta pasien untuk pindah ranjang karena akan

dibersihkan, setelah menyuruh pindah perawat pergi keluar ruangan dan ketika

3
kembali didapati pasien tersebut telah jatuh dan mengalami patah lengan kiri

(Yanuar, 2011).

Faktor risiko untuk terjadinya pasien jatuh yang terjadi di salah satu

rumah sakit di Skotlandia terjadi di unit neurologi dan unit anak dengan angka

kejadian 1,8–2,7/1000 pasien, penelitian yang dilakukan pada tahun 2010

berfokus di unit neurologi dan unit anak (Kelly, 2010).

Kejadian yang berkaitan dengan keselamatan pasien semakin banyak

masuk ke ranah hukum bahkan sampai kepengadilan. Keselamatan pasien

merupakan hak pasien yang dijamin dalam Undang-Undang No. 44 tahun

2009 tentang rumah sakit, dengan demikian pihak rumah sakit perlu

meminimalkan kesalahan yang bisa terjadi dengan cara pembentukan TKPRS

(Tim Keselamatan Pasien di Rumah Sakit) yang bertugas menganalisa dan

mengkaji kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien.

TKPRS yang di bentuk di rumah sakit Pupuk Kaltim berdasarkan surat

keputusan direktur telah menerapkan dan membentuk kebijakan tentang

pencegah risiko pasien jatuh, akan tetapi belum dilakukannya evaluasi. Rumah

sakit Pupuk Kaltim masih menggunakan akreditasi versi lama, belum

menggunakan akreditasi versi KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) tahun

2012, selain itu rumah sakit Pupuk Kaltim merupakan salah satu rumah sakit

swasta yang menjadi salah satu rumah sakit rujukan di kota Bontang, rumah

sakit Pupuk Kaltim berkomitmen pada keselamatan pasien dengan telah

memiliki SOP (Standar Prosedur Operasional). Pelaporan terhadap kejadian

pasien jatuh di rumah sakit Pupuk Kaltim tidak ditemukan selama

4
terbentuknya tim keselamatan pasien, akan tetapi tidak menutup kemungkinan

dengan angka kunjungan yang tinggi dan status rumah sakit Pupuk Kaltim

sebagai rumah sakit yang sering menjadi rujukan di kota Bontang akan

meningkatkan risiko kejadian pasien jatuh. Rumah sakit Pupuk Kaltim yang

telah terakreditasi penuh tingkat lengkap dengan 16 pelayanan sejak tahun

2005, dalam hal ini rumah sakit Pupuk Kaltim berusaha agar segera

memperoleh akreditasi terbaru versi tahun 2012 agar mutu pelayanan menjadi

lebih baik dan pengurangan risiko pasien jatuh terdapat dalam sasaran

keselamatan pasien yang menjadi salah satu bagian dalam penilaian akreditasi

suatu rumah sakit, dengan begitu peneliti mencoba untuk mengevaluasi

penerapan pencegahan pasien jatuh yang terdapat di rumah sakit Pupuk

Kaltim dan mencoba memberikan saran untuk tercapainya rumah sakit Pupuk

Kaltim terakreditasi versi KARS tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat ditarik rumusan

masalah penelitian ini yaitu. Bagaimana penerapan pencegahan pasien risiko

jatuh di rumah sakit Pupuk Kaltim?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
a. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan pencegahan

pasien risiko jatuh di RS Pupuk Kaltim.

2. Tujuan Khusus

5
a. Mengetahui penerapan proses penilaian awal atas pasien risiko jatuh

dan melakukan penilaian ulang pasien ulang bila diindikasikan.

b. Mengetahui langkah yang diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh

bagi pasien yang dianggap berisiko jatuh.

c. Mengetahui langkah dimonitor keberhasilan pengurangan cedera

akibat pasien jatuh dan dampak dari kejadiaan tidak diharapkan.

d. Mengetahui kebijakan atau dan prosedur dikembangkan untuk

pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh.

e. Mengetahui hambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko

jatuh di RS Pupuk Kaltim.

f. Mengetahui mutu pelayanan kesehatan terkait penerapan pencegahan

pasien risiko jatuh di RS Pupuk Kaltim.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Rumah Sakit Pupuk Kaltim

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

upaya pelaksanaan keselamatan pasien dalam rangka menurunkan

angka kejadian pasien jatuh.

2. Manfaat Bagi Magister Manajemen Rumah Sakit UMY

6
Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya bahasan dalam bidang

manajemen pelayanan rumah sakit yang berhubungan dengan

keselamatan pasien.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Peneliti dapat menerapkan ilmu ataupun teori pada waktu masa

perkuliahan yang digunakan untuk penelitian ini. Selain itu penelitian

ini juga dapat menambah wawasan bagi peneliti tentang pelaksanaan

keselamatan pasien dalam menurunkan angka kejadian pasien jatuh.

BAB II

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien rumah sakit merupakan sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi penilaian risiko, identifikasi

dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Permenkes,

2011).

Keselamatan pasien adalah ada tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera

karena kecelakaan. Keselamatan pasien perlu dikembangkan menjadi suatu

budaya kerja dalam rumah sakit bukan hanya suatu ketentuan atau aturan

(Sunaryo, 2009). Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit /KKP-RS (2008)

mendefinisikan bahwa keselamatan (safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko.

Keselamatan pasien adalah pasien bebas dari cidera yang tidak seharusnya terjadi

atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit, cidera fisik,

psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian, dan lain-lain) terkait dengan

pelayanan kesehatan.

2. Tujuan Keselamatan Pasien

Mengenai tujuan keselamatan pasien antara lain (KKP-RS, 2008):

8
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

3. Sasaran Keselamatan Pasien


a. Sasaran keselamatan pasien menurut KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit).

Tujuan dari sasaran keselamatan pasien adalah untuk mendorong perbaikan

spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang

bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari

konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini (Permenkes,

2011). Enam sasaran keselamatan pasien yang diterapkan disemua rumah sakit

antara lain (KARS, 2012) :


1) Sasaran 1 adalah ketepatan identifikasi pasien, yang bertujuan pertama,

untuk dengan cara yang dapat dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien

sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau

pengobatan dan kedua, untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan

terhadap individu tersebut.


2) Sasaran 2 adalah peningkatan komunikasi yang efektif, yang bertujuan

rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan atau

prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan

(atau memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil

pemeriksaan oleh penerima informasi, penerima membacakan kembali

(read back) perintah atau hasil pemeriksaan, dan mengkonfirmasi bahwa

apa yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang dengan akurat, untuk obat-

9
obat yang termasuk NORUM (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip)/LASA

(look alike soun alike) dilakukan eja ulang. Kebijakan dan atau prosedur

mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan

kembali (read back) tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan

dalam situasi gawat darurat/emergensi di IGD(Instalasi Gawat Darurat)

atau ICU (intensive care Unit).


3) Sasaran 3 adalah peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-

alert medications) yang bertujuan rumah sakit secara kolaboratif

mengembangkan suatu kebijakan dan atau prosedur untuk menyusun daftar

obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya sendiri. Kebijakan

dan atau prosedur juga mengidentifikasi area mana yang membutuhkan

elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk

dan praktek profesional, seperti di IGD (Instalasi Gawat Darurat) atau

kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label yang jelas serta

bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga

membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja atau

kurang hati-hati.
4) Sasaran 4 adalah kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

yang bertujuan rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan

suatu kebijakan dan atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi

masalah yang mengkhawatirkan ini. Kebijakan termasuk definisi dari

operasi yang memasukkan sekurang-kurangnya prosedur yang

menginvestigasi dan atau mengobati penyakit dan kelainan/disorder pada

tubuh manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau

10
menyisipkan kesempatan diagnostik atau terapetik. Kebijakan berlaku atas

setiap lokasi di rumah sakit dimana prosedur ini dijalankan.


5) Sasaran 5 adalah Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

yang bertujuan Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk

mengembangkan kebijakan dan atau prosedur yang menyesuaikan atau

mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara umum untuk

implementasi pedoman itu di rumah sakit.


6) Sasaran 6 adalah pengurangan risiko pasien jatuh yang bertujuan rumah

sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk

mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi riwayat

jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian

terhadap gaya atau cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan

yang digunakan oleh pasien.


b. Sasaran keselamatan pasien atau international patient safety goals menurut JCI

(Joint Commission International) sebagai lembaga akreditasi rumah sakit

tingkat internasional adalah (JCI, 2016):

1) Identify patient correctly (mengidentifikasi pasien secara tepat)


Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memperbaiki ketepatan

identifikasi pasien.
2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
Rumah sakit menyusun pendekatan agar komunikasi di antara para petugas

pemberi perawatan semakin efektif.


3) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari

pengobatan risiko tinggi)


Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan

obat-obatan yang harus diwaspadai

11
4) Eliminate wrong-site, wrong patient, wrong procedure surgery

(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,

kesalahan prosedur operasi)


Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi pembedahan

yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.
5) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko

infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)


Rumah sakit menyusun pendekatan untuk mengurangi secara berkelanjutan

infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.


6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka

karena jatuh)
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko

pasien dari cedera karena jatuh.

4. Elemen Penilaian Sasaran pengurangan risiko jatuh

Elemen-elemen yang menjadi penilaian dalam sasaran pengurangan risiko

jatuh di rumah sakit antara lain (Permenkes, 2011):

a. Rumah Sakit menerapkan proses assesmen awal atas pasien terhadap risiko

jatuh dan melakukan assesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi

perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.


b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka

yang pada hasil penilaian dianggap berisiko jatuh.


c. Langkah-Langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan

cedera akibat pasien jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
d. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

5. Mutu Pelayanan Kesehatan

a. Mutu

12
Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu jasa pelayanan yang

berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan

(Nursalam, 2011).

Mutu adalah keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa

kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan yang tersirat (Efendi, 2009).

b. Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai

(yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang

diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang

bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan

dampak pada kematian, kesakitan dan ketidakmampuan dan kekurangan gizi

(Bustomi, 2011).

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan dengan

menggunakan potensi sumber daya yang tersedia dirumah sakit atau puskesmas

secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan

sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan

keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen

(Satrianegara, 2009).

c. Persepsi Mutu Pelayanan Kesehatan

Wiyono (2000) menyatakan setiap mereka yang terlibat dalam layanan

kesehatan seperti pasien, masyarakat, dan organisasi masyarakat, profesi

13
layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah, pasti mempunyai

persepsi yang berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu

pelayanan kesehatan, diantaranya:

1) Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan/masyarakat

Pasien/masyarakat melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai

suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan

diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap

dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya

atau meluas penyakitnya.

Pandangan pasien ini sangat penting karena pasien yang merasa puas

akan mamatuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali. Pemberi

layanan harus memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan

kesehatan masyarakat yang dilayaninya dan mendidik masyarakat tentang

layanan kesehatan dasar dan melibatkan masyarakat dalam menentukan

bagaimana cara yang paling efektif menyelenggarakan layanan kesehatan,

sehingga diperlukan suatu hubungan yang saling percaya antara pemberi

layanan kesehatan dengan pasien.

2) Bagi pemberi layanan kesehatan

Pemberi layanan kesehatan mengaitkan layanan kesehatan yang

bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol,

kebebasan profesi dalam melakukan setiap layanan kesehatan sesuai

dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran atau hasil

layanan kesehatan tersebut.

14
Komitmen dan motivasi pemberi layanan kesehatan bergantung pada

kemampuan dalam melaksanakan tugas dengan cara yang optimal. Profesi

layanan kesehatan membutuhkan dan mengharapkan adanya dukungan

teknis, administratif, dan layanan pendukung lainnya yang efektif serta

efisien dalam menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi.

3) Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan

Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan

kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan

efisien. Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat

mungkin sehingga biaya pengobatan dapat menjadi efisien, kemudian

upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit akan ditingkatkan agar

layanan kesehatan penyembuhan semakin berkurang.

4) Bagi pemilik sarana layanan kesehatan

Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan

kesehatan yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan

pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan,

tetapi dengan tarif yang masif terjangkau oleh pasien, yaitu pada tingkat

biaya yang tidak mendapatkan keluhan dari pasien dan masyarakat.

5) Bagi administrator layanan kesehatan

Administrasi walau tidak langsung memberikan layanan kesehatan

pada masyarakat, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan

kesehatan. Administrator dapat menyusun prioritas dalam menyediakan apa

15
yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi layanan

kesehatan.

d. Manfaat Program Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan

Muninjaya (2011) menjelaskan program menjaga mutu adalah suatu upaya

yang dilakukan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu

dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan

berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan

cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta

menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih

meningkatkan mutu pelayanan. Program menjaga mutu dapat dilaksanakan,

sehingga banyak manfaat yang akan diperoleh. Secara umum beberapa

manfaat yang dimaksudkan adalah :

1) Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan

Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan

dapat diselesaikan masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah

yang benar, karena dengan diselenggarakannya program menjaga mutu

dapat diharapkan pemilihan masalah telah dilakukan secara tepat serta

pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah dilakukan

secara benar.

2) Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan

Peningkatan efisiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya

dengan dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau

yang dibawah standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan

16
atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang

dibawah standar akan dicegah.

3) Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan

Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan, apabila peningkatan

penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar

dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara

keseluruhan, dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari

kemungkinan munculnya gugatan hukum.

e. Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan

Penilaian dalam mutu pelayanan kesehatan dapat digunakan berbagai

metode sebagai berikut (Satrianegara, 2009):

1) USE PDSA

Penjaminan mutu pelayanan kesehatan merupakan prasyarat bagi

terwujudnya peningkatan kinerja pelayanan kesehatan, adanya kinerja yang

cukup memprihatinkan perlu segera mendapat upaya penanganan yang serius,

untuk itu perlu adanya penjamin mutu yang dapat dijadikan acuan untuk

memastikan terwujudnya pelayanan kesehatan efektif yang mampu untuk

mencapai standar yang telah ditetapkan dan secara terus menerus

meningkatkan standar pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu. Sehubungan

17
dengan hal tersebut maka pelaksanaan penjaminan mutu digunakan model

USE PDSA.

Model USE PDSA adalah model analisis kebijakan dan pengambilan

keputusan untuk perbaikan terus menerus yang didasarkan pada konsep PDCA

(Plan-Do-Check-Act) yang kemudian dikembangkan menjadi model USE

PDSA.

2) Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat

kegiatan yang dilakukan.

3) Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data dengan melakukan

tanya jawab pada seseorang/sekelompok orang/responden untuk meminta

pendapat atau keterangan mengenai sesuatu hal yang dianggap perlu dan

penting, terdapat dua wawancara yaitu perorangan atau kelompok.

4) Dokumentasi

Salah satu teknik pengumpulan data berupa dokumen catatan peristiwa

yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental

dari seseorang. Pemeriksaan dan penilaian dokumen atau catatan lain

merupakan kegiatan yang disebut sebagai audit.

6. Pasien Jatuh

a. Pengertian Pasien Jatuh

18
Pasien jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan oleh penderita

atau saksi mata yang melihat kejadian dan mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring atau terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau

luka (Darmojo, 2004).

Pasien jatuh adalah perubahan posisi pasien yang tidak terencana atau

posisi yang tidak dikehendaki yang mengakibatkan pasien tergeletak di atas

lantai (Pohan, 2007).

b. Penyebab Pasien Jatuh

Jatuh dapat disebabkan karena faktor fisik atau lingkungan. Penyebab

jatuh ada yang dapat diantisipasi sebelumnya dan ada yang tidak dapat

diantisipasi. Faktor-faktor risiko yang dapat diantisipasi harus dicari untuk

mencegah jatuh, faktor tersebut antara lain (Pohan, 2007):

1). Faktor yang berhubungan dengan kondisi pasien: riwayat jatuh

sebelumnya, inkontinensia, gangguan kognitif/psikologis, usia>65 tahun,

jenis kelamin, lama rawat inap, osteoporosis, status kesehatan yang buruk,

gangguan muskuloskletal.

2).Faktor lingkungan atau fasilitas : Lantai basah/silau, ruang berantakan,

pencahayaan kurang, handrail tidak adekuat, kabel lepas, alas kaki

licin/tidak pas, dudukan toilet yang rendah, kursi dan tempat tidur beroda,

rawat inap berkepanjangan, peralatan yang tidak aman, peralatan rusak,

tempat tidur ditinggalkan dalam posisi tinggi

c. Penilaian (assesment) awal dan harian risiko pasien jatuh

19
1) Penilaian yang bisa di berikan antara lain mengindentifikasi faktor risiko,

penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, untuk mengkaji apakah pasien

dewasa berisiko jatuh atau tidak, dapat menggunakan pengkajian skala

jatuh Morse Fall Scale (Macavay & Skinner,2009).


2) Pengkajian awal untuk pasien anak yang memiliki risiko jatuh di rumah

sakit dapat menggunakan skala Humpty dumpty (Deborah, 2008).


3) Pengkajian awal terhadap risiko pasien jatuh untuk pasien psikiatri di

rumah sakit dapat menggunakan skala Edmonson. (Macavoy & Skinner,

2009).

4) Penilaian harian pasien risiko jatuh


Penilaian harian pasien dengan risiko jatuh dilakukan apabila pasien

memiliki risiko untuk jatuh pada penilaian awal pasien masuk rumah sakit

(Veterans Affairs National Center for Patient Safety/VANCPS, 2004).


d. Penilaian peralat dan lingkungan perawatan
Manajemen risiko pasien jatuh di rumah sakit tidak hanya terdiri dari kondisi

atau keadaan pasien, tetapi penilaian peralatan dan lingkungan perawatan

pasien juga penting (Veterans Affairs National Center for Patient

Safety/VANCPS, 2004).
e. Pencegahan Pasien Jatuh
Tindakan pencegahan umum yang dapat diterapkan untuk semua kategori antara

lain (Pohan, 2007):


1) Lakukan orientasi kamar inap pada pasien
2) Posisi tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan

tempat tidur terpasang dengan baik


3) Ruangan rapi
4) Benda pribadi dalam jangkauan (telepon, air minum, kacamata
5) Pencahayaan yang adekuat (sesuaikan dengan kebutuhan pasien)
6) Alat bantu terdapat dalam jangkauan (tongkat, alat topang)

20
7) Pantau efek obat-obatan dan beri edukasi mengenai pencegahan pasien jatuh

kepada pasien dan keluarga


Tindakan pencegahan atau intervensi kepada pasien yang berisiko jatuh

berdasarkan hasil penilaian.


f. Manajemen pasien setelah jatuh
Manajemen pasien setelah jatuh memiliki 2 hal yang perlu segera dilakukan oleh

perawat atau dokter yang terkait (Veterans Affairs National Center for Patient

Safety/VANCPS, 2004):
1) Petugas segera melakukan penilaian pasien setelah jatuh untuk menemukan

adanya cedera dan menemukan penyebab kemungkinan jatuh.


2) Dokumentasi dan Follow up
Mendokumentasi dan tindak lanjut segera setelah kejadian pasien jatuh

bertujuan untuk segera melindungi pasien agar tidak menjadi lebih buruk

dengan cara :
a) Pengisian laporan insiden dengan segera.
b) Perkembangan kondisi pasien dan penilai pasien setelah jatuh harus

disertakan dalam rekam medis


c) Dokter menilai ulang pasien setelah jatuh untuk mengetahui adakah

cedera yang lebih serius pada pasien


d) Mengevaluasi dengan bidang yang terkait dengan pencegahan pasien

risiko jatuh untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi

pasien
e) Memberikan informasi kepada setiap bagian dan perawat yang bertugas

bahwa pasien telah jatuh dan memiliki risiko untuk jatuh lagi
g. Manajemen Pasien Risiko Jatuh
Manajemen pasien dengan risiko jatuh merupakan salah satu tujuan dalam

keselamatan pasien, dalam prosesnya yang terdiri dari pengembangan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi yang saling terkait antara berbagai

bidang.Tim yang terkiat dalam manajemen pencegahan risiko jatuh antara

lain (Veterans Affairs National Center for Patient Safety/VANCPS, 2004):

21
1) Manajer keperawatan
Manajer keperawatan merupakan bagian penting dalam tim patient safety,

karena manajer keperawatan dapat memberikan intervensi, memastikan

terlaksananya pencegahan pasien risiko jatuh dan menetapkannya sebagai

standar dalam asuhan keperawatan pasien yang berisiko jatuh.


2) Manajer keselamatan pasien
Manajer patient safety dapat menfasilitasi jika tidak terdapat tim khusus

pencegahan pasien risiko jatuh, menghubungkan antara berbagai bidang,

pengelolaan data yang terkait pencegahan pasien risiko jatuh untuk dapat

menentukan dampak dan interevensi yang dapat diberikan.


3) Manajer fasilitas
Manajer fasilitas menilai dan memastikan lingkungan perawatan dan

furniture disekitar pasien yang berisiko jatuh aman, memberikan

pengarahan kepada staf kebersihan dalam rangka pencegahan pasien risiko

jatuh.
4) Perawat khusus pencegahan pasien jatuh
Fasilitas kesehatan tidak semuanya memiliki perawat khusus pencegahan

pasien jatuh, umumnya perawat atau manajer keperawatan yang tertarik

dengan bidang pencegahan pasien risiko jatuh, mereka akan :


Memfasilitasi pertemuan tim pencegahan pasien risiko jatuh
Memastikan terlaksananya program pencegahan pasien risiko jatuh
Menampung saran dari berbagai bidang yang terkait program pencegahan

psien risiko jatuh


5) Perawat pelaksana
Perawat yang menerapkan secara langsung program pencegahan pasien

risiko jatuh, memberikan edukasi antara sesama perawat dan

mengumpulkan data yang terkait pencegahan pasien risiko jatuh.


6) Apoteker
Apoteker meninjau kembali pengobatan kepada semua pasien yang

teridentifikasi berisiko jatuh, membantu mengidentifikasi masalah-

22
masalah yang terkait dengan pengobatan dan memberi tahu kepada dokter

untuk menyesuaikannya
7) Fisioterapi
Fisioterapis melakukan penilaian keseimbangan dan kekuatan terhadap

pasien yang teridentifikasi berisiko jatuh dan memberikan masukan terkait

pencegahan pasien risiko jatuh.


8) Dokter
Dokter melihat riwayat pengobatan dan keseimbangan pasien yang

berisiko jatuh dan mengikuti perkembangannya, mengidentifikasi aspek-

aspek yang terkait dengan riwayat pengobatan atau risiko jatuh.


h. Pelaporan dan solusi dalam rangka pencegahan pasien risiko jatuh
Pelaporan insiden dilakukan di internal rumah sakit dan kepada komite

nasional keselamatan pasien rumah sakit. Pelaporan insiden kepada komite

nasional keselamatan pasien rumah sakit mencakup kejadian tidak diharapkan,

kejadian nyaris cedera, dan kejadian tidak cedera dilakukan setelah analisis dan

mendapatkan rekomendasi dan solusi dari tim keselamatan pasien rumah sakit.

Sistem pelaporan insiden kepada komite nasional keselamatan pasien rumah sakit

harus dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonim, tidak mudah diakses oleh

yang tidak berhak (Permenkes, 2011).


Pelaporan insiden ditujukan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi

sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk

menyalahkan orang. Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim

keselamatan pasien rumah sakit dalam waktu paling lambat 2x24 jam sesuai

format laporan.
Tim keselamatan pasien rumah sakit melakukan analisis dan memberikan

rekomendasi serta solusi atas insiden yang dilaporkan, hasil dari kegiatan

tersebut dilaporkan kepada kepala rumah sakit. Rumah sakit harus melaporkan

23
insiden, analisis, rekomendasi dan solusi kejadian tidak diharapkan secara tertulis

kepada komite nasional keselamatan pasien rumah sakit sesuai format laporan.

Komite nasional keselamatan pasien rumah sakit melakukan kajian dan

memberikan umpan balik dan solusi atas laporan tersebut (Permenkes, 2011).
Depkes (2006) menyebutkan bahwa setiap unit kerja di rumah sakit

melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris

Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim

Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah disediakan oleh

rumah sakit.
B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran pustaka, peneliti menemukan beberapa penelitian

tentang pasien jatuh dan pelaksanaan patient safety, diantaranya:

1.1 Tabel penelitian terdahulu


Nama Tahun
Judul Persamaan Perbedaan
Penelitian penelitian
Saparma 2015 Evaluasi Penerapan Penelitian ini Pada penelitian
Patient Safety Risiko mengevaluasi ini terbatas
Jatuh Unit Gawat penerapan pada Unit
Darurat di Rumah Sakit SOP Gawat Darurat
Panti Rini Kalasan pencegahan
Sleman pasien risiko
jatuh

Nanang 2014 Hubungan tingkat Penelitian ini Penelitian ini


pengetahuan perawat ingin berfokus
terhadap pelaksanaan mengetahui pengetahuan
pengkajian risiko jatuh hubungan perawat

24
skala Morse di RS pengetahuan terhadap
PKU Muhammadiyah perawat pengkajian
Yogyakarta unit II dengan pasien risiko
pelaksanaan jatuh
pengkajian
risiko pasien
jatuh

Tabel. 1.2 Tabel penelitian terdahulu (sambungan)


Nama Tahun
Judul Persamaan Perbedaan
Penelitian penelitian
Sugeng, 2014 Pelaksanaan Penelitian ini Sub variabel
Arief, & Tri program melihat dan letak
manajemen manajemen geografi
pasien dengan pasien risiko penelitian
risiko jatuh di jatuh
rumah sakit
Beatrice.J. 2011 Missed Nursing Penelitian ini Letak geografis
K.PhD,& Care, Staffing, mencoba dan ruang
D.Ana and Patient Falls melihat lingkup
Tschannen, penerapan penelitian serta
PhD. pencegahan variabel
pasien jatuh penelitian
dan
mengevaluasi.
Anne Marie 2009 Evaluation of the Persamaan Perbedaan pada
Hill & Keith effect of patient pada penilitian ini
Hill, 2009 education on penelitian ini adalah variabel,
rates of falls in mencoba lokasi/geografis
older hospital melihat dan waktu

25
patients penerapan penelitian.
pencegahan
pasien jatuh
dengan
pemberian
edukasi pada
pasien dan
keluarganya.

C. Kerangka Teori

Penilaian sasaran
Keselamatan Pasien
pengurangan risiko jatuh :

Rumah sakit menerapkan


proses asesmen awal atas
Sasaran Keselamatan Pasien : pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan
Ketepatan identifikasi pasien asesmen ulang pasien bila
Peningkatan komunikasi yang efektif diindikasikan
Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai Langkah yang diterapkan
Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, untuk mengurangi risiko
tepat pasien oprasi jatuh bagi pasien yang
Pengurangan risiko infeksi terkait dianggap berisiko
pelayanan kesehatan
Pengurangang risiko pasien jatuh Langkah dimonitor baik
keberhasilan pengurangan
Mutu pelayanan kesehatan
cedera akibat pasien jatuh
dan dampak dari kejadian
tidak diharapkan.
Penilaian sasaran pengurangan risiko jatuh :
Gambar 1.1. Kerangka teori
Sumber : KARS (2012), Depkes RI(2008),
Rumah Permenkes
atau(2011).
sakit menerapkan
Kebijakan proses asesmen
dan prosedur
awal atas pasien terhadap
dikembangkan risiko jatuh dan
untuk
D. Kerangka Konsep melakukan asesmen ulang
pengurangan pasien bila
berkelanjutan
diindikasikan
risiko pasien cedera akibat
 Langkah yang diterapkan untuk mengurangi
jatuh.
risiko jatuh bagi pasien yang dianggap
berisiko
 Langkah dimonitor baik keberhasilan
pengurangan cedera akibat pasien jatuh dan
26 dampak dari kejadian tidak diharapkan.
 Kebijakan atau dan prosedur dikembangkan
untuk pengurangan berkelanjutan risiko
pasien cedera akibat jatuh.
Sasaran keselamatan pasien :
 Ketepatan identifikasi pasien
 Peningkatan komunikasi yang efektif
 Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai
 Pengurangan
Kepastian tepat lokasi,
risiko tepat
pasien prosedur,
jatuh
tepat pasien oprasi
 Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan Hambatan
Mutu pelayanan kesehatan
Keterangan : diteliti oleh peneliti

tidak diteliti oleh peneliti

Gambar 1.2 Kerangka konsep


E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penerapan proses penilaian awal atas pasien risiko jatuh dan

melakukan penilaian ulang pasien ulang bila diindikasikan?

2. Bagaimana langkah yang diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi

pasien yang dianggap berisiko jatuh?

3. Bagaimana langkah dimonitornya keberhasilan pengurangan cedera akibat

pasien jatuh?

4. Bagaimana kebijakan atau dan prosedur dikembangkan untuk pengurangan

berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit Pupuk

Kaltim?

5. Bagaimana hambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh di

rumah sakit Pupuk Kaltim?

6. Bagaimana mutu pelayanan kesehatan terkait penerapan pencegahan pasien

risiko jatuh di rumah sakit Pupuk Kaltim?

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan

penelitian studi kasus. Cara pengumpulan data dilakukan dengan observasi, focus

group discussion dengan tim keselamatan pasien rumah sakit, dan wawancara

terhadap perawat pelaksana, dan tim keselamatan pasien rumah sakit. Observasi

juga dilakukan untuk melihat bukti penerapan pada lingkungan, sistem

28
pencegahan pasien risiko jatuh, dokumentasi penerapan, serta fasilitas dan sarana

pendukung.

B. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah tim keselamatan pasien di rumah sakit Pupuk

Kaltim, perawat pelaksana yang berada di unit rawat inap, unit gawat darurat di

rumah sakit Pupuk Kaltim dan rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit

Pupuk Kaltim. Lokasi penelitian berada di unit gawat darurat dan ruang rawat

inap rumah sakit Pupuk.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap dan unit gawat darurat rumah

sakit Pupuk Kaltim. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai

dengan Febuari 2017.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi dalam penelitian ini :
a. Rekam medis pasien yang di lakukan penilaian risiko jatuh selama di unit

gawat darurat, ruang rawat inap rumah sakit Pupuk Kaltim selama Oktober

2016 sampai 15 Februari 2017.


b. Perawat pelaksana yang berada di ruang rawat inap dan unit gawat darurat

rumah sakit Pupuk Kaltim yang memenuhi kriteria inklusi : perawat

pelaksana di ruang rawat inap, unit gawat darurat, bersedia diwawancara,

kriteria ekslusi : tidak sedang cuti selama penelitian, tidak bekerja di ruang

rawat inap.

29
c. Tim keselamatan pasien yang terdapat dirumah sakit Pupuk Kaltim terdiri

dari direktur rumah sakit, ketua tim keselamatan pasien, manajer

keperawatan, manajer fasilitas.


2. Pada penelitian ini populasi, sampel, dan, teknik pengambilan sampelnya

antara lain :

Tabel 2.1 Jenis populasi, sampel, dan sampling


Populasi Sampel Sampling
Rekam medis Rekam medis rawat inap pada 15 Total sampling
pasien Januari-15 Februari 2017
Pelaksana Perawat pelaksana rawat inap dan unit Total sampling
gawat darurat
Tim keselamatan Direktur, Ketua tim keselamatan Purposive
pasien pasien, manajer fasilitas, manajer sampling
keperawatan

E. Definisi Operasional
1. Pencegahan pasien risiko jatuh

Pencegahan pasien risiko jatuh adalah pencegahan yang dilakukan perawat

rumah sakit Pupuk Kaltim terhadap semua pasien yang berisiko jatuh,

mengalami perubahan posisi tidak terencana atau posisi yang tidak dikehendaki

yang mengakibatkan pasien tergeletak dilantai.

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu penerapan pencegahan

pasien risiko jatuh. Hasil dari variabel ini diperoleh dengan cara observasi secara

langsung terhadap pelaksanaan dan penerapannya, wawancara cara dengan

menggunakan panduan wawancara yang sudah disusun sebelumnya oleh peneliti

yang akan didapatkan, keterangan mengenai hambatan dalam penerapan

pencegahan pasien jatuh, dokumentasi berupa gambar secara langsung untuk

30
melihat fasilitas, sarana, peralatan dan pelaksanaan pencegahan psien jatuh.

Metode USE PDSA digunakan juga menilai mutu pelayanan kesehatan terkait

penerapan pencegahan risiko pasien jatuh yang diberikan rumah sakit dengan

dikombinasi dengan metode sebelumnya.

Pada penelitian ini sub variabel antara lain:

a. Penerapan proses penilaian awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan

melakukan penilaian ulang atau harian sebanyak tiga kali dalam satu hari

atau setiap pergantian jam jaga perawat, atau pun pasien diindikasikan

terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lainnya, yang

dilakukan perawat pelaksana di rumah sakit Pupuk Kaltim merupakan

subvariabel dari penelitian ini yang diperoleh dengan cara melakukan

telusur dokumentasi dan obervasi penerapan pelaksanaan pencegahan

pasien risiko jatuh.


b. Langkah yang diterapkan rumah sakit Pupuk Kaltim untuk mengurangi

risiko jatuh bagi pasien yang dianggap berisiko jatuh, merupakan

subvariabel dari penelitian ini, yang diperoleh dengan melakukan

observasi penerapan pencegahan dan dokumentasi melalui rekam medis.


c. Monitoring keberhasilan pengurangan cedera akibat pasien jatuh dan

dampak dari kejadian tidak diharapkan yang diterapkan rumah sakit Pupuk

Kaltim merupakan subvariabel dari penelitian, dan didapatkan data melalui

observasi penerapan pencegahan pasien jatuh dan telusur dokumentasi.


d. Kebijakan atau dan standar oprasional prosedur yang dikembangkan

rumah sakit Pupuk Kaltim untuk pengurangan berkelanjutan risiko pasien

cedera akibat jatuh menjadi subvariabel pada penelitian ini, dan diperoleh

data melalui telusur dokumentasi.

31
e. Hambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh diperoleh

melalui metode wawancara menggunakan pedoman wawancara kepada

direktur, manajer tim keselamatan pasien rumah sakit, manajer fasilitas,

manajer keperawatan, dan perawat pelaksan di rumah sakit Pupuk Kaltim.


f. Mutu pelayanan kesehatan merupakan subvariabel pada penelitian ini yang

akan di peroleh dengan menggabungkan metode penelitian antara lain:

dokumentasi, observasi, wawancara, FGD, dan USE PDSA untuk

mengetahui kesempurnaan pelayanan kesehatan yang telah diberikan

rumah sakit Pupuk Kaltim kepada pasien.


F. Instrumen Penelitian
1. Check list

Pada penelitian ini menggunakan check list penilaian awal pasien risiko jatuh,

penilaian harian pasien risiko jatuh, penilaian alat dan lingkungan perawatan

yang bersumber dari VANCPS Toolkit (Veteran Affairs Health Administration

National Center of patient safety).

2. Pedoman wawancara

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara yang sudah disusun oleh

peneliti sebelumnya untuk mengetahui dengan pasti informasi yang akan

diperoleh.

3. FGD (Focus group discussion)

Penelitian ini melakukan FGD bersama satu moderator, tiga kepala ruangan

rawat inap, satu anggota tim keselamatan pasien rumah sakit, kepala UGD,

dan dua perawat pelaksana untuk menemukan hambatan atau masalah, serta

mengkonfirmasi ulang informasi yang didapat sebelumnya.

G. Tahapan penelitian

32
a. Observasi

Pelaksanaan observasi pada penelitian ini menggunakan instrumen berupa

check list. Check list berupa ya atau tidak, dikatakan ya kalau kegiatan

dilaksanakan dengan nilai 1 dan dikatakan tidak jika tidak dilaksanakan

dengan nilai 0, diukur dengan skala nominal, untuk mengetahui penerapan

pencegahan pasien risiko jatuh yang dilakukan perawat pelaksana di ruang

rawat inap dan unit gawat darurat rumah sakit Pupuk kaltim yang

didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

Check list ruang rawat inap berupa ya dan tidak, dengan nilai 1 untuk adanya

fasiltas atau terdapat dan nilai 0 untuk tidak adanya fasilitas atau tidak ada.

Check list ini untuk menentukan fasilitas dan alat penunjang dalam penerapan

pencegahan pasien risiko jatuh yang terdapat dalam ruang rawat inap rumah

sakit Pupuk kaltim.

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan instrumen daftar pertanyaan

yang bertujuan untuk mengetahaui penerapan dan kemungkinan hambatan

dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh, dengan narasumber adalah

Direktur rumah sakit, Ketua tim keselamatan pasien, Manajer perawatan, dan

Manajer fasilitas.

c. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini untuk mengetahui apakah penerapan

pencegahan pasien risiko jatuh sudah terdokumentasi dengan baik terkait

33
penilaian awal, harian/monitoring, standar oprasional prosedur, kebijakan

yang dibuat tim keselamatan rumah sakit.

d. FGD (focus group discussion)

FGD dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan atau

masalah dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh di rumah sakit,

serta mengkonfirmasi ulang informasi yang didapat selama wawancara,

dokumentasi dan observasi dilakukan demi meningkatkan mutu pelayanan.

H. Analisa Data

Hasil penerapan pencegahan pasien risiko jatuh akan diteliti menggunakan

metode triangulasi dengan menggabungkan data-data yang didapatkan dengan

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dan disesuaikan dengan

situasi dan kondisi yang sebenarnya selama penelitian berlangsung.

1. Analisis untuk mendapatkan data yang sebenarnya yang dilakukan selama

masa penelitian.
2. Data selama penelitian akan dibandingkan satu dengan yang lain untuk

keakuratan hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk naratif.


3. Kesimpulan dari hasil penelitian diperoleh dengan membandingkan

pertanyaan penelitian dengan hasil penelitian.


I. Jalannya penelitian
1. Persiapan penelitian
a. Studi pendahuluan

Peneliti melakukan pengamatan pada ruang rawat inap dan unit gawat darurat

di rumah sakit Pupuk Kaltim untuk mencari penerapan pencegahan pasien

risiko jatuh. Kemudian peneliti menentukan tempat penelitian yang sesuai

dengan harapan peneliti.

b. Studi kepustakaan

34
Peneliti melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan acuan penelitian

dengan mencari bahan penelitian sebelumnya dan mencari materi-materi

pendukung terkait penerapan pencegahan pasien risiko jatuh dan keselamatan

pasien.

c. Pengadaan instrumen

Peneliti menyusun instrumen observasi kemudian menetapkan instrumen

sebagai alat observasi bagi peneliti.

d. Pengajuan izin penelitian

Peneliti mengajukan permohonan melakukan izin penelitian kepada pihak

rumah sakit.

J. Pelaksanaan penelitian
1. Melakukan observasi terhadap penerapan pencegahan pasien risiko jatuh,

menggunakan instrumen sarana dan fasilitas penelitian yang telah ditetapkan.


2. Melakukan wawancara terhadap hambatan dalam penerapan pencegahan

pasien risiko jatuh, menggunakan instrument penelitian yang telah

ditetapkan.
3. Melakukan telusur dokumentasi terkait penerapan pencegahan pasien risiko

jatuh.
4. Melakukan focus group discussion terkait hambatan penerapan pencegahan

pasien risiko jatuh dan konfirmasi ulang informasi/data yang telah didapat

dengan metode sebelumnya.


5. Melakukan analisis dalam melakukan observasi, wawancara, dokumentasi,

dan focus group discussion.

K. Tahap akhir

35
1. Dilakukan coding pada data hasil wawancara, dan FGD kemudian

menentukan dalam kategori yang sesuai dengan variabel penelitian.


2. Menyusun hasil data menjadi laporan penelitian.
L. Etika Penelitian

Peneliti meminta izin kepada Direktur rumah sakit Pupuk Kaltim tempat

penelitian dilaksanakan sebelum melakukan penelitian. Etika penelitian ini

berupa :

1. Confidentiality, melindungi kerahasiaan identitas responden dan menjamin

kerahasiaan informasi yang diberikan responden.


2. Informed consent meminta persetujuan responden sebelum wawancara dan

observasi.
3. Benefit, peneliti berusaha memaksimalkan manfaat penelitian dan

meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian.


4. Justice, semua responden dalam penelitian ini diperlakukan secara adil dan

diberi hak yang sama.


5. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan kepada responden dalam subyek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

36
1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Rumah Sakit Pupuk Kaltim adalah rumah sakit swasta di kota Bontang

yang merupakan salah satu bentuk usaha bisnis dari PT Kaltim Medika

Utama. Rumah Sakit Pupuk Kaltim telah terakreditasi penuh tingkat lengkap

oleh departemen kesehatan republik Indonesia 16 layanan sejak 2005, serta

tersertifikasi sistem menejemen mutu ISO 9001:2000, Rumah sakit ini

berlokasi di Jl. Oksigen No.1 Bontang Kalimantan Timur.


Rumah sakit Pupuk Kaltim merupakan rumah sakit rujukan untuk kota

Bontang, Kutai Timur, dan sekitarnya, rumah sakit Pupuk Kaltim beroperasi

sejak tahun 1990 dibawah yayasan rumah sakit Pupuk Kaltim, yang berawal

dari klinik First Aid untuk Proyek Pabrik Kaltim 1 PT Pupuk Kaltim tahun

1979, rumah sakit Pupuk Kaltim berada di tengah kawasan industri dan

menerapkan standar kesehatan dan keselamatan industri.


Rumah sakit Pupuk Kaltim merupakan rumah sakit tipe C dengan 100

tempat tidur, rumah sakit Pupuk Kaltim memiliki 16 pelayanan yang terdiri

dari : pelayanan administrasi, pelayanan medis dengan dokter spesialis yang

lengkap memiliki layanan poli spesialis: bedah, anak, penyakit dalam,

kandungan, telinga hidung tenggorokan, mata, saraf, paru, kulit dan kelamin,

jantung, kedokteran jiwa, anastesi. Poli klinik umum, gigi, pelayanan gawat

darurat, keperawatan, rekam medis, 4 kamar operasi, pelayanan laboratorium,

radiologi dilengkapi dengan CT Scan, perinatal, pengendalian infeksi,

farmasi, keselamatan kerja, kebakaran, kewaspadaan bencana, rehabilitasi

medic, pelayanan intensif, gizi, pelayanan darah.


2. Visi, Misi, Motto, dan Nilai Budaya Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Rumah sakit Pupuk Kaltim memiliki visi dan misi untuk mencapai visi

misi tersebut rumah sakit Pupuk Kaltim membangun nilai budaya dan moto.

37
Visi yang dimiliki rumah sakit Pupuk Kaltim yaitu : Menjadi Rumah

Sakit Terbaik di Kalimantan Timur.


Misi yang dimiliki agar tercapainya visi rumah sakit Pupuk Kaltim

adalah:

a. Ramah dalam pelayanan


b. Safety pasien dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
c. Peduli dan ramah lingkungan
d. Komunikatif dalam melaksanakan pelayanan
e. Tepat aksi dalam semua tindakan

Motto rumah sakit Pupuk Kaltim demi terwujudnya visi dan misi ialah :

Personal dan Professional

Nilai budaya yang diterapkan di rumah sakit Pupuk Kaltim adalah :

Kompeten, Intregitas, Tanggung Jawab, Adil, Peduli, Manusiawi

3. Pelayanan Rawat Inap dan Rawat Jalan

Rumah Sakit Pupuk Kaltim merupakan rumah sakit tipe C dengan 100

tempat tidur, melayani berbagai pelayanan pokok antara lain rawat jalan,

rawat inap, termasuk intensif, gawat darurat, kamar bedah dan ruang bersalin,

serta unit pelayanan penunjang seperti laboratorium dan radiologi (CT-

SCAN), dengan kapasitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit antara lain,

24 jam untuk farmasi (rawat jalan dan rawat inap), ambulan dan rawat inap

(VIP, kelas I, II, III, ICU), Isolasi, VK/Kamar Bersalin). Kapasitas dan

pelayanan lainnya yaitu poliklinik umum, spesialis dan pelayanan lain seperti

hemodialisa, medical check up, hypno birthing, terapi terpadu autisme.

Jumlah keseluruhan staf dan karyawan rumah sakit Pupuk Kaltim

Bontang adalah sebanyak 276 orang. Jumlah perawat pelaksana ruang rawat

inap Dahlia sebanyak 11 orang, perawat pelaksana rawat inap Catelya 10

38
orang, perawat pelaksana ruang rawat inap Bougenvil 11 orang, perawat

ruang rawat inap Edelweis 5 orang, perawat instalasi gawat darurat 11 orang.

Jumlah kunjungan pasien rawat inap pada bulan Oktober, November,

Desember tahun 2016 sebanyak 806 orang, kemudian jumlah kunjungan

pasien rawat inap pada bulan 15 Januari – 15 Februari 2017 sebanyak

223orang.

B. Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan di rumah sakit Pupuk Kaltim untuk melihat

karakteristik pasien rawat inap berdasarkan usia dengan jumlah total pasien

selama bulan Oktober sampai Desember 2016 adalah 806 orang, dengan

rincian usia 0-18 tahun sebesar 220 orang, usia 19-60 tahun sebesar 523

orang, usia >60 tahun sebesar 63 orang, dan yang mendominasi pasien rawat

inap di rumah sakit adalah usia 19-60 tahun sebanyak 65%.


Tabel 3.1 Karakteristik pasien berdasarkan usia bulan Oktober sampai Desember
2016
Umur Jumlah Prosentase (%)
0-18 tahun 220 27
19-60 tahun 523 65
>60 tahun 63 8
Sumber :data primer yang diolah.

Jumlah pasien rawat inap pada 15 Januari sampai 15 Febuari 2017 adalah

223 orang dengan usia 0-18 tahun sebanyak 50 orang, usia 19-60 tahun

sebanyak 169 orang, dan usia >60 tahun sebanyak 4 orang. Usia 19-60 tahun

paling banyak jumlahnya dengan prosentase sebesar 75 %.

Tabel 3.2 Karakteristik pasien berdasarkan usia pada 15 Januari sampai 15 Febuari
2017.
Umur Jumlah Prosentase (%)
0-18 tahun 50 23

39
19-60 tahun 169 75
>60 tahun 4 2
Sumber :data primer yang diolah

Pada bulan Oktober sampai Desember 2016 total semua pasien sebanyak

806 orang yang terdiri dari jenis kelamin pria sebanyak 337 orang dan jenis

kelamin wanita paling banyak sebesar 469, bulan Oktober sampai Desember

2016 didominasi wanita sebesar 58%, sedangkan pada 15 Januari sampai 15

Febuari 2017 wanita masih terbanyak menjadi pasien sebanyak 114 orang

atau sebesar 52% dan pria sebanyak 109 orang.

Tabel 3.3 Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin bulan Oktober sampai
Desember 2016
Jenis kelamin Jumlah Prosentase (%)
Wanita 469 58
Pria 337 42
Sumber :data primer yang dioleh

Tabel 3.4 Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin bulan 15 Januari sampai 15
Febuari 2017
Jenis kelamin Jumlah Prosentase(%)
Wanita 114 52
Pria 109 48
Sumber : data primer yang diolah.

Karakteristik perawat pelaksana yang terdapat diruang rawat inap rumah

sakit Pupuk Kaltim pada periode 15 Januari sampai 15 Febuari 2017

berdasarkan usia 20-25 tahun sebanyak 20 orang untuk ruang rawat inap, usia

26-30 tahun sebanyak 9 orang ruang rawat inap, usia >30 tahun sebesar 8

orang ruang rawat inap. Perawat ruang rawat inap dirumah sakit pupuk kaltim

didominasi oleh pendidikan diploma III sebanyak 37 orang. Pendidikan

40
sarjana tidak ada untuk di ruang rawat inap. Pendidikan mendominasi

sebanyak 100%.

Tabel 3.5 Karakteristik perawat pelaksana berdasarkan usia dan pendidikan di


ruang rawat inap.
Karakteristik Jumlah Prosentase(%)

Umur : 20-25 th 20 54
26-30 th 9 24
>30 th 8 22
Pendidikan : Sarjana 0 0
Diploma III 37 100
Sumber : data primer yang diolah

Karakteristik perawat yang bertugas di unit gawat darurat rumah sakit

Pupuk Kaltim didominasi oleh usia 26-30 tahun sebanyak 7 orang atau 64%,

sedangkan usia 20-25 tahun sebanyak 2 orang, dan usia >30 tahun sebanyak 2

orang, sedangkan untuk karakteritik pendidikan perawat pelaksana yang

bertugas di unit gawat darurat adalah Diploma III sebanyak 11 orang atau

100%.

Tabel 3.6 Karakteristik perawat pelaksana berdasarkan usia dan pendidikan di


unit gawat darurat.
Karakteristik Jumlah Prosentase(%)

Umur : 20-25 th 2 18
Tabel 3.7 Karakteristik perawat pelaksana berdasarkan usia dan pendidikan di
unit gawat darurat (sambungan)
Karakteristik Jumlah Prosentase(%)

26-30 th 7 64
>30 th 2 18
Pendidikan : Sarjana 0 0
Diploma III 11 100
Sumber :data primer yang diolah

41
Hasil penelitian dengan rancangan studi kasus ini, peneliti melakukan

observasi penerapan pencegahan pasien risiko jatuh selama 15 Januari sampai

15 Febuari 2017 di ruang rawat inap dan unit gawat darurat rumah sakit

Pupuk Kaltim, observasi mengenai fasilitas dalam rangka penerapan

pencegahan psien risiko jatuh. Wawancara kepada tim keselamatan pasien

rumah sakit Pupuk Kaltim yang terdiri dari ketua, direktur rumah sakit,

manajer keperawatan, manajer fasilitas, kemudian para perawat pelaksana di

ruangan rawat inap dan unit gawat darurat.. Peneliti melakukan telusur

dokumentasi terkait penerapan pencegahan pasien risiko jatuh antara lain :

rekam medis selama 15 Januari sampai 15 Febuari 2017, standar oprasional

prosedur, dan kebijakan yang dibuat tim keselamatan pasien. Focus Group

Discussion yang terdiri 1 moderator, 1 anggota tim keselamatan pasien

rumah sakit, 3 kepala ruang rawat inap, dilakukan untuk mendapat informasi

hambatan penerapan pencegahan pasien risiko jatuh, konfirmasi ulang

mengenai data yang didapat sebelumnya untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan rumah sakit Pupuk Kaltim.


Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap penerapan penecegahan

pasien risiko jatuh dan dokumentasi pencegahaan pasien risiko jatuh selama

15 Januari – 15 Febuari 2017, untuk pasien rawat inap yang berasal dari

kamar bersalin atau VK sebanyak 17 orang, 32 orang dari poliklinik, 174

orang dari UGD.

Table 3.8 Hasil observasi jumlah pasien rawat inap berdasarkan asal masuk pasien
pada 15 Januari-15 Febuari 2017
Asal pasien masuk rumah sakit Jumlah Prosentase (%)
Ruang bersalin 28 14

42
Poliklinik 57 25
Unit gawat darurat 138 61
Sumber : data primer yang dioleh

Observasi penerapan pencegahan pasien risiko jatuh untuk assesmen awal

pasien rawat inap dari UGD tidak pernah dilaksanakan atau 0, 223 orang di

lakukan assesmen awal di ruang rawat inap, dan 59 orang di lakukan

assesmen harian di ruang rawat inap pada 15 Januari-15 Febuari 2017.

Table 3.9 Hasil observasi jumlah pasien rawat inap yang dilakukan penilaian awal dan
penilaian harian.
Jumlah Prosentase (%)
Assesmen awal dari UGD 0 0
Assesmen awal dari ruang rawat inap 223 100
Assesmen harian 59 26
Sumber : data prima yang diolah.

Hasil observasi fasilitas dalam rangka penerapan pencegahan pasien risiko

jatuh yang dilakukan di ruang perawatan dan unit gawat darurat rumah sakit

Pupuk Kaltim, diketahui masih terdapat tempat tidur yang tidak bisa diatur

tinggi rendahnya dan tidak berpagar pengaman pada perawatan kelas 3, dan

pasien perawatan kelas 3 tidak mendapatkan alas kaki anti licin selama

dirawat di rumah sakit Pupuk Kaltim.

Tabel 4.1 Hasil observasi fasilitas


No Aspek yang di Observasi Ya Tidak Keterangan
1 Tanda-tanda untuk keluar ada dan terlihat Ada
2 Lorong atau koridor bebas dari rintangan Ada
3 Peralatan, meja, kursi kokoh, rapi dan Ada

terkunci aman

43
4 Peralatan meja, kursi sesuai dengan

kebutuhan unit yang terkait

Table. 4.2 Hasil observasi (sambungan)


No Aspek yang di observasi Ya Tidak Keterangan
5 Pengatur ketinggian tempat tidur benar Tidak Pada bangsal

terpasang dan tidak longgar ada kelas 3 masih

terdapat bed

yang tidak

aman
6 Pegangan pintu aman dan mudah dijangkau Ada
7 Semua lampu menyala dengan baik Ada
8 Lantai bersih, kering dan tidak ada benda Ada

penghalang
9 Lantai rata dan tidak ada lubang atau pecah Ada

pada ubin
10 Bel/tombol panggilan mudah diakses Ada
11 Tempat tidur dalam posisi rendah Ada
12 Meja samping tempat tidur dalam jangkauan Ada
13 Tombol lampu dalam jangkauan Ada

Sumber : data primer yang diolah

Peneliti selama observasi mengenai jumlah tempat tidur dirumah sakit

Pupuk Kaltim menemukan sebanyak 26 buah tempat tidur tidak aman atau

tidak terdapat berpagar, sedangkan yang berpagar dan aman sebanyak 74

buah tempat tidur.

Table 4.3 Jumlah tempat tidur di ruang rawat inap


Tempat tidur di perawatan Jumlah Prosentase (%)
Aman/sesuai standar 74 74

44
Tidak aman/tidak sesuai standar 26 26
Sumber : data primer yang diolah

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap perawat pelaksana di

ruang rawat inap, unit gawat darurat, direktur, manajer fasilitas, manajer

keperawatan, ketua tim keselamatan pasien, terkait latar belakang

pembentukan tim keselamatan pasien, sosialisasi penerapan pencegahan

pasien risiko jatuh, hambatan-hambatan dalam penerapan pencegahan pasien

risiko jatuh, evaluasi, monitoring, dan peran direktur dalam penerapan

pencegahan pasien risiko jatuh, dan kejadian pasien jatuh di rumah sakit.

Tabel 4.4 Hasil Coding Wawancara


Pertanyaan Coding Axial coding Selective coding
Latar belakang - Surat keputusan direktur tahun Regulasi :
pembentukan tim 2014 - Surat keputusan direktur
- Rumah sakit berorientasi - Dukungan
patient safety dan tahun 2014
keselamatan pasien - Rumah sakit berorientasi kebijakan dalam
kapan terbentuknya
- Regulasi keselamatan pasien rangka
- Mencapai akreditasi - Akreditasi peningkatan
- Meningkatkan kesadaran dan Mutu rumah sakit :
mutu pelayanan
budaya di rumah sakit tentang - Meningkatkan budaya
- kesadaran keselamatan kesehatan
keselamatan pasien
pasien rumah sakit

Table 4.5 Hasil Coding Wawancara (sambungan)


Pertanyaan Coding Axial coding Selective coding
Sosialisasi - Sering setiap pergantian jaga - Belum terfokus karena masih
- Dilakukan berjenjang ditingkat - Sarana,
penerapan disisipkan waktu pergantian
ruangan sampai manajemen fasilitas dan
pencegahan jaga.
- Masih belum focus, terkadang perilaku
pasien risiko - Dilakukan bertingkat dimulai
disisipkan waktu pergantian perawat yang
jatuh oleh kepala ruang
waktu jaga masih kurang

45
Hambatan- - Kebiasaan dan perilaku Perawat pelaksana:
- Gelang sering habis
hambatan - Budaya keselamatan pasien
- Tempat tidur ada yang belum
dalam - Kurang sosialisasi
aman
penerapan Fasilitas :
- Terkendala biaya
pencegahan - Dukungan pasien dan keluarga - Gelang sering habis
- Sosialisasi yang terfokus - Tempat tidur tidak aman tentang budaya
pasien risiko - Biaya pengadaan
keselamatan
jatuh Pasien :
pasien
- Dukungan pasien dan
keluarga yang kurang

Kejadian - Tidak pernah Kejadian jatuh : tidak ada


pasien jatuh

Evaluasi, - Rapat per minggu Rekomendasi : - Alternatif


- Penerapan penilaian harian
monitoring -Penerapan penilaian harian solusi
dan peran pasien risiko jatuh
pasien risiko jatuh penerapan
- Evaluasi SOP terkait penerapan
direktur -Evaluasi SOP
pencegahan
pencegahan pasien risiko jatuh -Membudayakan keselamatan
- Membudayakan patient safety pasien risiko
pasien
jatuh

Hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh peneliti diikuti

oleh 3 kepala ruang rawat inap, 1 kepala/kasie unit gawat darurat, 2 perawat

pelaksana, 1 perwakilan tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien, 1

moderator, yang dilaksanakan di rumah sakit Pupuk Kaltim pada tanggal 17

Febuari 2017.
Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan untuk menemukan

alternatif solusi dari hambatan yang ditemukan selama wawancara, observasi

dan telusur dokumentasi serta konfirmasi terkait masalah yang ditemukan

selama penelitian berlangsung, antara lain mengenai kelengkapan fasilitas

pendukung penerapan pencegahan pasien risiko jatuh, kelengkapan SOP

(standar oprasional prosedur) pencegahan pasien risiko jatuh, penerapan dan

dokumentasi pencegahan pasien risiko jatuh.

46
Tabel 4.6 Hasil coding dan alternatif solusi dari FGD
Pertanyaan Coding Selective coding
Belum lengkapnya fasilitas - Pengadaan sarana dan fasilitas pendukung
pendukung dalam dalam rangka penerapan pencegahan
- Peningkatan sarana dan
penerapan pencegahan pasien jatuh akan dilaksanakan pada tahun
pasien risiko jatuh ? prasarana dalam
2017
- Pasien yang dirawat pada ruang rawat kelas peningkatan mutu
3 di edukasi terkait alas kaki anti licin, pelayanan kesehatan
karena manajemen belum bisa rumah sakit
menganggarkan.

Bagaimana kelengkapan - SOP dan form penilaian harian pasien risiko


Evaluasi dan monitoring
SOP form penilaian jatuh akan di evaluasi dan revisi
dalam peningkatan mutu
harian?
pelayanan rumah sakit
Bagaimana penerapan dan - Akan disosialisasikan dalam penerapan

dokumentasi? pencegahan pasien risiko jatuh

Pasien masuk rumah sakit :


UGD, Poli, VK/kamar
bersalin
Algoritma pasien
Skirining Farmasimasuk untuk rawat inap yang berasal dari UGD,
dan atau Assesmen pasien
poliklinik, dan VK/kamar
fisioterapi bersalin, (morse/humty dumpty)
yang diterapkan di rumah sakit Pupuk Kaltim,
assesmen awal
terkait penerapan pencegahan pasien
Tindakan
risiko jatuh.
Orientasi kamar rawat inap Assesmen ulang
pencegahan kepada pasien resiko jatuh :
umum
(semua Tempat tidur posisi rendah, roda Tiga kali sehari
pasien) terkunci, pegangan kedua sisi
tempat tidur terpasang baik Saat transfer ke
unit lain
Ruangan rapi
Adanya kejadian
Barang pribadi dalam jangkauan jatuh
(telepon,air minum, kacamata)

Pencahayaan adekuat

Tindakan
Alat pencegahan
bantu dalam umum,ditambah:
jangkauan
(walker, canre)
Pencegahan Beri penanda risiko jatuh pada bed
kategori Pantauan efek obat
resiko tinggi Penanda berupa gelang
Edukasi pasien dan keluarga
Alas kaki anti licin
47
Tawarkan bantuan kekamar mandi

Amati pasien setiap 2 jam


Nilai kebutuhan akan: fisioterapi,
lokasi tempat tidur dekat dengan pos
perawat

Gambar 1.3 Alogaritma pasien masuk rumah sakit Pupuk Kaltim

Hambatan dalam penerapan :


- Masih ada tempat tidur tidak aman
- Gelang penanda sering kosong
- Brankar tidak aman
- Alas kaki tidak ada untuk perawatan kelas 3
- Assesmen awal di UGD masih kosong
- Kelengkapan SOP

-Latar belakang terbentuk


TKPRS adalah rumah sakit
berorientasi keselamatan pasien, Penerapan pencegahan
sejak 2013 pasien risiko jatuh
-Sosialisasi penerapan
pencegahan pasien risiko jatuh
sering dilakukan setiap Alternatif solusi/rekomendasi :
pergantian jam jaga
-Tidak ada kejadian pasien jatuh -Edukasi kepada pasien dan
keluarga terkait penyediaan
-Evaluasi dan monitoring alas kaki
dilakukan secara berjenjang -Gelang, tempat tidur, dan
mulai dari tingkat ruangan oleh brankar dimasukan dalam
kepala ruang, sampai ketingkat anggaran belanja rumah sakit
manajemen oleh direktur tahun 2017
-Kelengkapan SOP akan di
48 evaluasi dan revisi
-Penerapan assesmen pasien
risiko jatuh akan lebih
disosialisasikan
Kebijakan :
-Peraturan pemerintah
-Keputusan direktur
-SOP (standar oprasional
prosedur)

Gambar 1.4 Rekap Hasil Wawancara FGD, dan Observasi

C. Pembahasan
Hasil yang diperoleh peneliti selama mengenai jumlah pasien rawat inap di

rumah sakit Pupuk Kaltim untuk periode 15 Januari–15 Febuari 2017 sebanyak

223 orang, dengan rincian usia 0-18 tahun sebanyak 50 orang, usia 19-60 tahun

sebanyak 169 orang, usia >60 tahun sebanyak 4 orang, usia 19-60 tahun

mendominasi sebesar 169 orang atau 75 %, sedangkan untuk jenis kelamin pria

sebanyak 109 orang, serta jenis kelamin wanita sebanyak 114 orang. Pada bulan

Oktober-Desember 2016 jumlah pasien rawat inap di rumah sakit Pupuk Kaltim

sebanyak 806 orang, dengan rincian usia 0-18 tahun sebanyak 220 orang, usia 19-

60 tahun sebanyak 523 orang, usia >60 tahun sebanyak 63 orang, usia 19-60

tahun mendominasi sebesar 523 orang atau 65 %, sedangkan untuk jenis kelamin

pria sebanyak 337 orang, serta jenis kelamin wanita sebanyak 469 orang.

49
Faktor pasien menjadi perhatian perawat ruang rawat inap di rumah sakit

Pupuk Kaltim terkait risiko pasien untuk jatuh diantaranya: riwayat jatuh

sebelumnya, gangguan kognitif/psikologis, usia >65 tahun, jenis kelamin, lama

rawat inap, osteoporosis, gangguan muskuloskletal. Hal ini sesuai bahwa faktor

risiko yang dapat diantisipasi harus dicari untuk mencegah pasien jatuh, faktor

yang berhubungan dengan kondisi psaien tersebut antara lain : riwayat jatuh

sebelumnya, inkontinensia, gangguan kognitif/psikologis, usia>65 tahun, jenis

kelamin, lama rawat inap, osteoporosis, status kesehatan yang buruk, gangguan

muskuloskletal (Pohan, 2007).


Selain karakteristik pesien, peneliti juga melihat karakteristik para perawat

pelaksana di rumah sakit Pupuk Kaltim yang bertugas di ruang rawat inap dan

unit gawat darurat dengan total jumlah perawat pelaksana 48 orang. Pendidikan

untuk perawat pelaksana dirumah sakit Pupuk Kaltim adalah pendidikan Diploma

III sebanyak 37 orang di ruang rawat inap, 11 orang di UGD.


Tingkat pendidikan perawat dengan rasio akademik lebih banyak akan

memudahkan dalam menerima serta mengembangkan pengetahui dan teknologi.

Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan dan pelaksana dalam penerapan

pencegahan pasien risiko jatuh memiliki peran kunci dalam mewujudkan

keselamatan pasien, hal ini sesuai bahwa perawat yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik. (Nanang,

2014). Pada karakteristik perawat pelaksana berdasarkan usia diketahui usai 20-

25 tahun sebanyak 20 orang mendominasi di ruang rawat inap dan usia 26-30

tahun sebanyak 7 orang mendominasi di unit gawat darurat, hal ini diharapkan

sesuai dengan penelitian Nanang (2014) yang menyebutkan tingkat kepatuhan

50
perawat dalam pelaksanaan pengkajian risiko jatuh skala morse dipengaruhi

tingkat pendidikan, usia, dan sumber informasi.


Selain faktor pasien dan perawat dalam rangka penerapan pencegahan pasien

risiko jatuh perlu melihat sarana dan fasilitas pendukungnya. Check list yang

bersumber dari VANCPS (2004) digunakan peneliti untuk mengobservasi sarana

dan fasilitas. Hasil dari observasi yang dilakukan, peneliti masih menemukan

tempat tidur yang belum aman atau tidak dilengkapi dengan pagar pengaman

tempat tidur sebanyak 26 bed, brankar tidak aman sebanyak 3 buah yang berada

di UGD, alas kaki untuk pasien perawtan kelas 3 belum ada, gelang penanda

risiko jatuh berwarna kuning masih sering kosong di UGD. Hasil ini tidak sesuai

dengan Pohan (2007) yang menyampaikan bahwa ada faktor risiko yang dapat

diantisipasi dan harus dicari untuk mencegah pasien jatuh, faktor lingkungan dan

sarana tersebut antara lain : Lantai basah/licin, ruang berantakan, pencahayaan

kurang, handrail tidak adekuat, kabel lepas, alas kaki licin/tidak pas, dudukan

toilet yang rendah, kursi dan tempat tidur beroda, rawat inap berkepanjangan,

peralatan yang tidak aman, peralatan rusak, tempat tidur ditinggalkan dalam

posisi tinggi (Pohan, 2007).


Hasil FGD yang dilakukan telah menghasilkan alternatif solusi, terkait

kelengkapan sarana dan fasilitas dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh

rumah sakit diantaranya : telah memasukan kebutuhan gelang, tempat tidur yang

aman, dan brankar berpagar kedalam anggaran belanja rumah sakit tahun 2017,

sedangkan untuk ketersediaan alas kaki anti licin kepada pasien rawat inap kelas

3, pihak rumah sakit akan lebih mengedukasi baik kepada pasien dan

keluarganya, disebutkan pada penelitian sebelumnya bahwa penurunan kejadian

51
pasien jatuh dengan memberikan edukasi terhadap pasien dan keluarganya

memberikan hasil yang bermakna (Anne & Keith, 2009).


Proses penilaian awal yang dilakukan rumah sakit Pupuk Kaltim masih belum

maksimal hal ini dapat dilihat secara dokumentasi bahwa proses penilaian awal

pasien risiko jatuh tidak dilakukan di UGD selama bulan Oktober, November,

Desember 2016 dan periode 15 Januari – 15 Febuari 2017, hal ini juga ditemukan

pada penelitian yang dilakukan Suparma (2015) menunjukan keselamatan pasien

risiko jatuh berdasarkan SOP didapatkan 100% tidak terlaksana di UGD rumah

sakit Panti Rini kalasan Sleman.


Padahal hal ini tidak sesuai dengan Permenkes (2011) Keselamatan pasien

rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien

lebih aman yang meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan

belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil, tidak dilakukannya penilaian awal

di UGD diketahui melalui wawanacara kepada perawat pelaksana karena mereka

kurang mendapat sosialisasi terkait penilaian awal pasien risiko jatuh di UGD,

hal ini sesuai dengan penelitian Kilateng, et al (2015) menyebutkan tingkat

hubungan yang sedang antara pengetahuan perawat tentang patient safety dengan

tindakan pencegahan pasien risiko jatuh di RSUD Maria Waloda Maramis

Airmadidi.
Proses penilaian ulang pasien di rumah sakit Pupuk Kaltim baru diterapkan

dalam waktu kurang lebih mulai 1 Febuari 2017, hal ini tidak sesuai ketentuan

52
Permenkes (2011) bahwa rumah sakit menerapkan proses penilaian awal atas

pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan penilaian ulang pasien bila

diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain. Penilaian

yang bisa di berikan menurut Maryam, Nurrachmah, dan Hastono (2013)

mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, untuk

mengkaji apakah pasien dewasa berisiko jatuh atau tidak, dapat menggunakan

pengkajian skala jatuh dari Morse fall scale, pengkajian awal untuk pasien anak

yang memiliki risiko jatuh di rumah sakit dapat menggunakan skala Humpty

dumpty, pengkajian awal terhadap risiko pasien jatuh untuk pasien psikiatri di

rumah sakit dapat menggunakan skala Edmonson.


Selain proses penilaian pasien risiko jatuh, peneliti ingin mengtahui intervensi

yang diberikan rumah sakit Pupuk Kaltim, dan hasilnya diketahui bahwa telah

dilakukan intervensi kepada pasien yang dianggap berisiko berdasarkan penilaian

awal yang dilakukan, hal ini dapat dibuktikan dengan dibuatnya standar

oprasional prosedur tentang pengurang risiko jatuh, pada pasien anak terdapat

intervensi yaitu standar risiko rendah dan risiko tinggi, untuk pengurangan risiko

jatuh pada pasien dewasa terdapat intervensi yaitu jatuh standar dan jatuh risiko

tinggi. Hasil ini sesuai dengan pencegahan umum bisa diberikan pada semua

kategori risiko yang dimiliki pasien diantaranya : lakukan orientasi kamar inap

pada pasien, posisi tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi

pegangan tempat tidur terpasang dengan baik, ruangan rapi, benda pribadi dalam

jangkauan (telepon, air minum, kacamata), pencahayaan yang adekuat (sesuaikan

dengan kebutuhan pasien), alat bantu terdapat dalam jangkauan (tongkat, alat

topang), pantau efek obat-obatan dan beri edukasi mengenai pencegahan pasien

53
jatuh kepada pasien dan keluarga (Pohan, 2007). Diketahui juga menurut

Veterans Affairs National Center for Patient Safety (2004) pasien dapat diberikan

intervensi berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh perawat.


Rumah sakit Pupuk Kaltim juga sudah menerapkan langkah monitoring

pengurangan cedera akibat pasien jatuh walaupun belum berjalan maksimal, hal

ini diketahuai karena belum maksimalnya pelaksanaan monitoring pasien risiko

jatuh dan sosialisasi terkait monitoringnya baru diterapkan awal Febuari 2017,

hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Johnson.et al (2014) yang

melakukan program pelatihan dan sosialisasi yang ditujukan untuk meningkat

pengetahuan perawat menunjukan hasil peningkatan kepatuhan dalam mencegah

kejadian pasien jatuh. Penilaian harian pasien dengan risiko jatuh dilakukan

apabila pasien memiliki risiko untuk jatuh pada penilaian awal pasien masuk

rumah sakit (Veterans Affairs National Center for Patient Safety, 2004).

Disampaikan dalam Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2012) rumah sakit perlu

melakukan monitor dan evaluasi berkala terhadap keberhasilan pengurangan

cedera akibat jatuh dan dampak terkait. Langkah rumah sakit Pupuk Kaltim

mengenai dampak dari kejadian tidak diharapkan dengan membuat standar

oprasional prosedur penatalaksaan pasien jatuh, pelaporan insiden, diketahui dari

hasil observasi dan wawancara tidak terdapat kejadian jatuh yang dilaporankan

selama bulan Oktober 2016 sampai Febuari 2017. Manajemen pasien setelah

jatuh yang perlu segera dilakukan oleh perawat atau dokter yang terkait adalah

petugas segera melakukan penilaian pasien setelah jatuh untuk menemukan

adanya cedera dan menemukan penyebab kemungkinan jatuh, dokumentasi dan

follow up.

54
Mendokumentasi dan tindak lanjut segera setelah kejadian pasien jatuh

bertujuan untuk segera melindungi pasien agar tidak menjadi lebih buruk dengan

cara: Pengisian laporan insiden dengan segera, perkembangan kondisi pasien dan

penilai pasien setelah jatuh harus disertakan dalam rekam medis, dokter menilai

ulang pasien setelah jatuh untuk mengetahui adakah cedera yang lebih serius

pada pasien, mengevaluasi dengan bidang yang terkait dengan pencegahan pasien

risiko jatuh untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien,

memberikan informasi kepada setiap bagian dan perawat yang bertugas bahwa

pasien telah jatuh dan memiliki risiko untuk jatuh lagi (Veterans Affairs National

Center for Patient Safety, 2004). Permenkes (2011) menyebutkan bahwa

pelaporan insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (Sistem pelaporan insiden

dilakukan di internal rumah sakit dan kepada Komite Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit) dan ayat (Pelaporan insiden kepada Komite Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit mencakup Kejadian Tidak Diharapkan/KTD,

Kejadian Nyaris Cedera/KNC, dan Kejadian Tidak Cedera/KTC, dilakukan

setelah analisis dan mendapatkan rekomendasi dan solusi dari TKPRS), ditujukan

untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan

keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan orang (non blaming).


Rumah sakit Pupuk Kaltim telah melakukan kebijakan atau dan prosedur

dikembangkan untuk pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat

jatuh, hal ini dibuktian dengan dibuat surat keputusan direktur tahun 2014 tentang

kebijakan pengurangan risiko pasien jatuh, standar oprasional prosedur penilaian

awal, langkah mengurangi pasien risiko jatuh, langkah monitoring,

penatalaksanaan pasien jatuh dan peloporan kejadian tidak diinginkan merupakan

55
dukungan yang diberikan manajemen dalam rangka penerapan pencegahan

pasien risiko jatuh, seperti yang terdapat pada Permenkes (2011) bahwa rumah

sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari

cedera karena jatuh. Joint Commission International (2016) menyebutkan Reduce

the risk of patient harm from falls ( mengurangi risiko pasien terluka karena

jatuh) rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko

pasien dari cedera karena jatuh.


Hambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh di rumah sakit

Pupuk Kaltim, yang didapatkan melalui hasil obervasi pelaksana pencegahan

pasien risiko jatuh, wawancara kepada narasumber, telusur dokumentasi dan

focus group discussion diketahui bahwa kelengkapan SOP dan belum di lakukan

penilaian awal pasien risiko jatuh di UGD. Pentingnya penilaian awal di UGD

karena menurut Depkes (2006) unit gawat darurat adalah unit yang rentan

terhadap keselamatan pasien, karena unit gawat darurat rumah sakit mempunyai

tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan

sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan

gawat darurat medis. Unit gawat darurat juga bisa menjadi cermin dari pelayanan

rumah sakit pada umumnya yang menerima pasien dengan sifat yang

membutuhkan pertolongan cepat dan tepat, tidak jarang sering terjadi insiden

yang berhubungan dengan keselamatan pasien (Angelia, 2015).


Rumah Sakit menerapkan proses penilaian awal atas pasien terhadap risiko

jatuh dan melakukan penilaian ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan

kondisi atau pengobatan, dan lain-lain. Rumah sakit membuat kebijakan dan atau

56
prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko

pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit (Permenkes, 2011).


Pupuk Kaltim akan lebih mengedukasi terkait sasaran keselamatan pasien

yang didalamnya terdapat pengurang risiko pasien jatuh kepada para perawat

terutama perawat UGD karena selama penelitian berlangsung tidak ditemukan

penilaian awal pasien dari UGD untuk rawat inap, SOP yang belum lengkap akan

segera di evaluasi dan dilakukan revisi oleh tim keselamatan pasien, hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Sugeng ,et al (2014) bahwa tidak maksimalnya

pelaksanaan program manajemen pasien dengan risiko jatuh di rumah sakit

dipengaruhi faktor supervisi dan penyusunan SOP dalam penerapan pencegahan

pasien risiko jatuh.


Mutu pelayanan kesehatan terkait penerapan pencegahan pasien risiko jatuh,

hasil penelitian yang dilakukan melalui obervasi saran, fasilitas, penerapan

pencegahan pasien risiko jatuh, wawancara yang dilakukan kepada narasumber,

serta dokumentasi mengenai kebijakan dan penerapan pencegahan pasien risiko

jatuh kemudian focus group discussion memperoleh hasil mengenai hambatan

dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh dan alternatif solusi dari

hambatan-hambatan yang didapatkan, hal ini dilakukan dalam rangka

meningkatkan mutu pelayan kesehatan rumah sakit Pupuk Kaltim terkait

penerapan pencegahan pasien risiko jatuh. Hal ini sesuai dengan Wiyono (2000)

mutu adalah suatu upaya yang dilakukan secara berkesinambungan, sistematis,

objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah. Penyebab masalah mutu

pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan

melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang

57
tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut

untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan. Program menjaga mutu dapat

dilaksanakan, sehingga banyak manfaat yang akan diperoleh (Muninjaya, 2011).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Proses penilaian awal di rumah sakit Pupuk Kaltim masih belum maksimal

karena dokumentasi proses penilaian awal pasien risiko jatuh tidak

dilakukan di UGD selama bulan Oktober 2016 sampai 15 Febuari 2017.


2. Rumah sakit Pupuk Kaltim telah melakukan langkah intervensi kepada

pasien yang dianggap berisiko berdasarkan penilaian awal yang dilakukan,

hal ini terbukti adanya standar oprasional prosedur tentang pengurang

risiko jatuh pada pasien.


3. Langkah monitoring pengurangan cedera akibat pasien jatuh di rumah

sakit Pupuk Kaltim belum berjalan maksimal, karena kurangnya sosialisasi

dan baru diterapkan awal Febuari 2017.


4. Rumah sakit Pupuk Kaltim telah melakukan kebijakan atau dan prosedur

dikembangkan untuk pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera

akibat jatuh, dengan adanya surat keputusan direktur tahun 2014 tentang

kebijakan pengurangan risiko pasien jatuh.


5. Hambatan dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh di rumah sakit

Pupuk Kaltim antara lain: belum dilaksanakannya penilaian awal pasien

rawat inap dari UGD, belum dilakukan secara rutin penilaian harian pasien

rawat inap, SOP yang belum lengkap, masih terdapat tempat tidur tidak

aman sebanyak 26 buah, brankar tidak aman/berpagar sebanyak 3 buah di

58
UGD, pasien perawatan kelas 3 tidak mendapatkan alas kaki anti licin,

gelang penanda pasien risiko jatuh di UGD sering kosong.


6. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit Pupuk Kaltim terus diupayakan

dan ditingkatkan mulai dari mencari solusi alternatif dari hambatan yang

ditemukan, monitoring dan evaluasi dari penerapan pencegahan pasien

risiko jatuh dalam rangka keselamatan pasien di rumah sakit.


B. Saran
1. Saran bagi rumah sakit Pupuk Kaltim segera melengkapi saran dan

fasilitas dalam rangka penerapan pencegahan pasien risiko jatuh.


2. Saran untuk tim keselamatan pasien adalah lebih mensosialisasikan

penerapan pencegahan pasien risiko jatuh mulai penilaian awal dari UGD

sampai penilaian harian yang dilakukan di ruang rawat inap.


3. Saran bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan peneliti ini dengan

melakukan penelitian di Rumah Sakit lain sehingga hasil penelitian lebih

mencerminkan penerapan pencegahan pasien risiko jatuh di setiap Rumah

Sakit.
C. Hambatan dan Keterbatasan dalam Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa hambatan serta

keterbatasan dalam penelitian, diantaranya adalah :


1. Untuk pelaksanaan observasi hambatan yang ditemui pada saat penelitian

adalah, peneliti tidak mempunyai waktu lama untuk observasi di satu

ruangan karena harus keliling setiap ruang rawat inap dan unit gawat

darurat.
2. Untuk pelaksanaan wawancara dengan narasumber penulis mengalami

kesulitan dalam pengaturan jadwal untuk melaksanakan wawancara.


3. Keterbatasan literatur khususnya buku-buku yang membahas masalah

evaluasi pelaksanaan pencegahan pasien jatuh di rumah sakit, sehingga

penulis mengalami kesulitan dalam tahapan pembahasan.

59
60

Anda mungkin juga menyukai