Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA

UTERI
by Anggi Pratama on 3/21/2017 in LP MATERNITAS
MIOMA UTERI

A. PENGERTIAN
§ Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumnpang,
sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
§ Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot polos dan
jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai
produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

B. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh. Klasifikasinya
sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh di
antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar,
yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki
dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum
disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt (Chelmow, 2005)

C. ETIOLOGI
 Etiologi pasti belum diketahui
 Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri mempengarui pertumbuhan
tumor
 Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang
diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan
dari gen sisi paternal.
 Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause jarang ditemukan
sebelum menarke (Crum, 2005).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:


1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-50% pada wanita usia
di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan
haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan miometrium normal.
(Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali
kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri. (Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden
mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam kehamilan dan
bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan wanita yang
mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992).

D. PATOFISIOLOGI
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut diakibatkan oleh
rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body
uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah
endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan
penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor
subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan
terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari
myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan
uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang
membuat bayi lahir sulit.

Pathway Mioma Uteri


E. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi
yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
 Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-faktor yang
menyebabkan perdarahan antara lain:
o Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium karena pengaruh ovarium
o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara serabut miometrium
§ Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi
§ Pembesaran perut bagian bawah
§ Uterus membesar merata
§ Infertilitas
§ Perdarahan setelah bersenggama
§ Dismenore
§ Abortus berulang
§ Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)

F. DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemeriksaan abdomen
§ Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
§ Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
§ Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal
b. Pemeriksaan pelvis
§ Adanya dilatasi serviks
§ Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri , sebagai berikut
:
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning
(CT scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini penting untuk
menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin dan
hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa membantu dalam
mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma
uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

G. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding yang harus dipikirkan dengan adanya mioma uteri adalah kehamilan, neoplasma
ovarium, adenomiosis, keganasan uterus.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas

Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran kehamilan 12
minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus (Rayburn,
2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini
paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal)
tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma intraligamenter, torsi dan akan
dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12 minggu) atau disertai
dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah
sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh
pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal atau
berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan
punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan
frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap
mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan
indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi
mekanik.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
§ Data biografi pasien
§ Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya keluhan,
timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
§ Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi,
kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
§ Riwayat kesehatan keluarga
§ Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik, pemeriksaan
fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
o Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama persalinan, tempat
persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
o Pemeriksaan genetalia
o Pemeriksaan payudara
o Riwayat operasi ginekologi
o Pemeriksaan pap smear
o Usia menarche
o Menopause
o Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
§ Kesehatan lingkungan/higiene
§ Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati, hubungan/komunikasi, kebiasaan
seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.
§ Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
§ Terapi medis yang diberikan
§ Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
§ Persepsi klien terhadap penyakitnya

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika
dilakukan terapi pembedahan)
2. PK : Anemia
3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan
dalam status kesehatan, stres,
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status
hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan
pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan
kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar
dengan sumber informasi
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan perkembangan penyakit
8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal

9. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra

L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
Nyeri akut berhubungan NOC : Kontrol Nyeri NIC
dengan agen injuri biologis Setelah dilakukan pemberian asuhan 1. Manajemen Nyeri
(kanker serviks) dan agen injuri keperawatan selama …..x 24 jam, - Kaji secara komphre
fisik (jika dilakukan terapi diharapkan respon nyeri pasien dapat lokasi, karakteristik, durasi, f
pembedahan) terkontrol dengan kriteria hasil sebagai intensitas/beratnya nyeri, dan
berikut : - observasi isyarat-isya
- Klien mampu mengenal faktor-faktor ketidaknyamanan, meliputi e
penyebab nyeri, beratnya ringannya nyeri, makan, aktitas dan hubungan
durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian - Kolaborasi pemberia
tubuh yang nyeri Pemberian analgetik harus m
- Klien mampu melakukan tindakan berikut : prinsip pemberian o
pertolongan non-analgetik, seperti napas obat, benar dosis, benar cara
dalam, relaksasi dan distraksi dokumentasi)
- Klien melaporkan gejala-gejala - Gunakan komunikias
kepada tim kesehatan mengekspresikan nyeri
- Klien mampu mengontrol nyeri - Kaji pengalaman ma
- Ekspresi wajah klien rileks - Evaluasi tentang kee
- Klien melaporkan adanya penurunan nyeri yang telah digunakan
tingkat nyeri dalam rentang sedang (skala - Berikan dukungan te
nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan - Berikan informasi ten
(skala nyeri : 1 sampai 3) berapa lama terjadi, dan tind
- Klien melaporkan dapat beristirahan - Ajarkan penggunaan
dengan nyaman relaksasi, guided imagery, te
- Nadi klien dalam batas normal (80- - Modifikasi tindakan
100x/menit) respon pasien
- Tekanan darah klien dalam batas - Anjurkan klien untuk
normal (120/80 mmHG) - Anjurkan klien untuk
- Frekuensi pernafasan klien dalam kesehatan jika tindakan tidak
batas normal (12 – 20 x/menit)
PK : Anemia Setelah dilakukan tindakan - Kaji gejala-gejala an
keperawatan selama ......x 24 jam, perawat - Pantau tanda-tanda a
dapat meminimalkan komplikasi anemia - Monitor hasil pemer
yang terjadi dengan kriteria hasil: kadar Hb, RBC, Hct
- Konjungtiva merah muda - Anjurkan pasien unt
- Capilary refille ≤ 2 detik seimbang, terutama makanan
- Mukosa mulut merah muda - Kolaborasi pemberia
- Kadar Hb dbn (wanita dewasa: 12- vitamin dan mineral sesuai in
14 g/dl), RBC dbn (wanita dewasa: 3,80- - Kolaborasi pemberia
5,80 x 105/uL) dan Hct dbn (wanita dewasa - monitor efek sampin
: 37,0-47,0%) dilakukan transfusi darah
Cemas b.d krisis situasional NOC: Kontrol Cemas NIC
(histerektomi atau kemoterapi), Setelah dilakukan asuhan keperawatann Menurunkan cemas:
ancaman terhadap konsep diri, kepada pasien selama …... x 24 jam, - Tenangkan pasien da
perubahan dalam status diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas - Jelaskan seluruh pro
kesehatan, stres dengan kriteria hasil sebagai berikut: perasaan yang mungkin mun
- Perawat memonitor tingkat - Berusaha memaham
kecemasan pasien - Berikan informasi te
- Klien mampu menurunkan tindakan dengan komunikasi
penyebab-penyebab kecemasan - Mendampingi pasien
- Perawat dan keluarga dapat meningkatkan kenyamanan
menurunkan stimulus lingkungan ketika - Dorong pasien untuk
pasien cemas perasaannya
- Klien mampu mencari informasi - Ciptakan hubungan
tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk - Bantu pasien menjel
menurunkan kecemasan menimbulkan kecemasan
- Klien manpu menggunakan strategi - Bantu pasien untuk m
koping yang efektif membuat cemas dan dengark
- Klien melaporkan kepada perawat - Ajarkan pasien tekni
penurunan kecemasan - Anjurkan pasien unt
- Klien mampu menggunakan teknik berdoa
relaksasi untuk menurunkan cemas - Kolaborasi dengan d
- Klien mampu mempertahankan yang mengurangi kecemasan
hubungan social, dan konsentrasi
- Klien melaporkan kepada perawat
tidur cukup, tidak ada keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak ada perilaku yang
menunjukkan kecemasan
Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Status nutrisi : intake makanan dan 1. Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan faktor minuman - Kaji adanya alergi ma
biologis (status hipermatebolik Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Kolaborasi dengan ahl
berkenaan dengan kanker) dan kepada pasien selama …... x 24 jam, nutrisi yang sesuai dengan ke
faktor psikososial diharapkan status nutrisi meliputi intake - Anjurkan pasien untuk
makanan dan minuman membaik dengan karbohidrat, dan vitamin C
kriteria hasil sebagai berikut: - Berikan diet yang men
- Adanya peningkatan berat badan mencegah konstipasi
sesuai dengan tujuan - Berikan informasi tent
- Klien mampu mengidentifikasi 2. Monitoring nutrisi
kebutuhan nutrisi - Monitor tipe dan jumla
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Berikan lingkungan ya
makan
- Tidak terjadi penurunan berat badan - Jadwalkan pengobatan
yang berarti makan
- Monitor kulit kering da
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, ra
- Monitor mual dan mun
- Monitor kadar albumin
- Kaji makanan kesukaa
- Monitor pucat, kemera
konjungtiva
- Catat adanya edema, h
dan cavitas oral.
- Monitor variasi makan
Resiko infeksi dengan faktor NOC NIC
resiko ketidakadekuatan Pengetahuan:Kontrol infeksi Kontrol Infeksi
pertahanan sekunder; Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Bersikan lingkungan
ketidakadekuatan pertahanan kepada pasien selama …... x 24 jam, - Ganti peralatan pasien
imun tubuh; imunosupresi diharapkan pasien dapat menjelaskan - Batasi jumlah pengun
(kemoterapi), dan prosedur kembali cara mengkontrol infeksi dengan - Ajarkan cuci tangan u
invasi kriteria hasil sebagai berikut: - Anjurkan pasien untu
- Mampu menerangkan cara-cara - Gunakan sabun antim
penyebaran infeksi - Anjurkan pengunjung
- Mampu menerangkan factor- dan setelah meninggalkan ru
faktor yang berkontribusi dengan - Cuci tangan sebelum
penyebaran - Gunakan universal pr
- Mampu menjelaskan tanda-tanda - Lakukan perawatan a
dan gejala - Lakukan teknik peraw
- Mampu menjelaskan aktivitas prinsip septik dan aseptik
yang dapat meningkatkan resistensi - Anjurkan istirahat
terhadap infeksi - Kolaborasi pemberian
memperhatikan prinsip pemb
benar nama, benar dosis, ben
dan benar dokumentasi)
- Ajarkan pasien dan ke
dari infeksi dan cara pencega
Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan kurangnya Pengetahuan : proses penyakit 1. Pembelajaran : p
informasi tentang penyakit; Pengetahuan : prosedur perawatan - Kaji tingkat pengetah
keterbatasan kognitif (dilihat dari Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Jelaskan nama penya
tingkat pendidikan); kepada pasien selama …... x 24 jam, penyebab atau faktor pencetu
misinterpretasi dengan informasi diharapkan pasien dapat menjelaskan meminimalkan perkembanga
yang diberikan ; dan tidak kembali tentang proses penyakit dan dan cara mencegah komplika
familiar dengan sumber prosedur perawatan dengan kriteria hasil - Berikan informasi ten
informasi sebagai berikut: - Anjurkan klien untuk
- Pasien mengenal nama penyakit, kepada petugas kesehatan
proses penyakit, faktor penyebab atau faktor
pencetus, tanda dan gejala, cara 2. Pembelajaran : p
meminimalkan perkembangan penyakit, - Informasikan klien w
komplikasi penyakit dan cara mencegah prosedur/perawatan
komplikasi - Informasikan klien la
- Pasien mengetahui prosedur prosedur/perawatan
perawatan, tujuan perawatan dan manfaat - Kaji pengalaman klie
tindakan. tentang prosedur yang akan d
- Jelaskan tujuan prose
- Instruksikan klien utn
prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang
prosedur/perawatan
- Ajarkan tehnik kopin
mengurangi efek dari prosed
Gangguan citra tubuh NOC NIC
berhubungan dengan Meningkatkan citra tubuh, Peningkatan citra tubu
pembedahan dan perubahan Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Kaji penerimaan pasie
perkembangan penyakit kepada pasien selama …... x 24 jam, - Bantu klien untuk me
diharapkan citra tubuh atau gambaran tubuh akibta penyakit
pasien meningkat dengan kriteria hasil - Bantu klien untuk me
sebagai berikut: terganggu
- Pasien mengungkapkan - Kaji perasaan klien ke
penerimaan citra tubuh secara verbal - Kaji persepsi klien da
maupuan non verbal tubuh yang terjadi
- Pasien mampu mempertahankan - Kaji strategi mengata
kontak mata ketika berkomunikasi digunakan
- Pasien mampu melakukan - Kaji apakah perubaha
komunikasi terbuka hubungan sosial klien
- Pasien menunjukkan tingkat - Bantu klien mengiden
kepercayaan diri bernilai positif
- Kaji dukungan sosial
Gangguan eliminasi fekal : NOC NIC : Manajemen Kon
Konstipasi b.d menurunnya Buang Air Besar - Monitor tanda dan g
mobilitas intestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Monitor warna, kon
kepada pasien selama ….x 24 jam, air besar
diharapkan pasien tidak mengalamai - Konsultasikan deng
gangguan dalam buang air besar, dengan laksatif, enema dan pengoba
kriteria hasil: - Berikan cairan yang
- Pasien kembali ke pola dan normal
dari fungsi bowel
- Terjadi perubahan pola hidup untuk
menurunkan factor penyebab konstipasi
Retensi urin b.d penekanan NOC NIC: Pemasangan Kat
yang keras pada uretra Inkontinensia urin - Menjelaskan prosedur
Setelah dilakukan asuhan keperawaran - Monitore intake dan o
selama ...x24 jam, pasien tidak mengalami - Menjaga teknik asepti
inkontinensia urin, dengan kriteria hasil: - Memelihara drainase u
- Pasien mampu memprekdisikan pola
eliminasi urin
- Pasien mampu memulai dan
memghentikan aliran urin
- Tidak adanya tanda-tanda infeksi

M. Discharge Planning
1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.
2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat, jumlah obat, efek samping
yang mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.
3. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
4. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual
5. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan, sayur dan biji-bijian
yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika dilakukan histerektomi.
6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan luka pada luka post
histerektomi.
7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan pada luka, panas di
area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.
8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada pasien
9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang tidak wajar, seperti
perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang tidak tertahan dan keluhan seperti sebelum pengobatan, segera
periksa ke rumah sakit.
10. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas berat, seperti
mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. 2005. GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic
Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III
NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated. London : Churchill
Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T. Editor. Edisi
Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology. London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department
of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive
Medicine
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata. Widya Medika,

Anda mungkin juga menyukai